Tn. J berusia 25 tahun datang ke IGD di bawah oleh keluarga dengan keluhan batuk dan
sesak selama 3 minggu dan sudah di obat dengan menggunakan antibiotik oral namun
gelajanya tidak membaik keluarga mengatakan mempunyai riawayat penyakit pneumonia.
Pada saat masuk IGD Sa02 : 88 % pada 100 % O 2 melalui masker wajah. TTV: T/P :
40OC/115 x/i, RR : 36 X/i, TD : 100/50 mmhg. Tn.J memiliki riwayat pneumonia pada lobus
kanan bawah. Pasien di intubasi per orang dan di pasang ventilasi mekanis dengan
menggunakan strategi protektif baru. Pada saat pemeriksaan auskultasi terdengar sura nafas
tambahan ronchi. Setelah intubasi, TD turun sampai 60/30mmhg. Dan ia terpasang infus
dopamin setelah resusitasi volume dengan Nacl. Gas Darah Arteri sebagai berikut : pH: 7,16 ,
Pa02 : 73 mmhg, PaCO2 : 47 mmhg, bikarbonat 16 mEq/ L dan Sa 02 pada FIO 2 : 80 %
dengan menggunakan ventilasi assist-control dengan volume tidal awal 8 ml/kg dan
kemudian menurun sampai 6 ml/kg. Sedasi dimulai dengan infus morfin dan midazolam.
Pemberian makanan enteral secara dini di mulai dalam 12 jam intubasi, akan tetapi
penurunan mortilitas lambung sekunder akibat sepsis membatasi tercapainya kecepatan
tujuan sampai 5 hari. Pada masuk IGD sinar X dada pasien menunjukkan infiltrat bercak
bilateral difus. Tekanan baji arteri pulmonalis (PAWP) adalah 14 mmhg. Ia masuk ICU
dengan sepsis / ARDS akibat pneumonia.
ANALISA DATA
Data Subjektif
Keluarga mengatakan Tn.J batuk selama 3 minggu namun tidak kunjung membaik
Data Objektif
Pemeriksaan Auskultasi :
Gas Darah Arteri sebagai berikut : pH: 7,16 , Pa02 : 73 mmhg, PaCO2 : 47 mmhg, bikarbonat
16 mEq/ L dan Sa 02 pada FIO2 : 80 %.
Intervensi keperawatan