Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FLEBOTOMI DENGAN PENYULIT

FLEBOTOMI PADA ORANG LANJUT USIA

Disusun oleh : Kelompok 2


Ana Silviani 51119003
Andi Kurniawan 51119004
Devi Komala Sari 51119008
Eci Novela 51119009
Fitri Desmayana 51119011
Legisa Putri Kurnia 51119013
Muhammad Nur Ramadhan 51119014
Muhammad Rian Segara 51119015
Margaret 51119016
Natasya Elsha Nadillah E 51119021
Shinta Herlinawati 51119023
Uswatun Hasanah 51119026
Yohana Safitri Umar 51119028
DOSEN PEMBIMBING : BASTIAN S.Si.T.,M.Biomed
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
ITKesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan KaruniaNya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik baiknya dan tepat pada waktunya

Makalah ini berjudul “Flebotomi Pada Orang Lanjut Usia” untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen mata kuliah pilihan yaitu Flebotomi Dengan Penyulit.
Makalah ini dibuat dengan menjadi kesatuan yang sistematis. Terimakasih kami
ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah kami.

Palembang, 22 September 2020

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................. Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI........................................................................................................................ 1
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 5
1.3 TUJUAN .............................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 6
2.1 DEFINISI FLEBOTOMI....................................................................................... 6
2.2 PENGERTIAN LANJUT USIA ............................................................................ 6
2.3 KETEPATAN MENJELASKAN FLEBOTOMI PENYULIT PADA LANSIA ..... 6
2.4 PANEL LABORATORIUM UMUM DAN KHUSUS PADA LANSIA ................ 7
1. Panel Laboratorium Umum pada Lansia ................................................................ 7
2. Panel Pemeriksaan Laboratorium Khusus pada Lansia ........................................... 9
2.5 PROSEDUR FLEBOTOMI DENGAN PENYULIT PADA PASIEN LANJUT
USIA DIMANA TERJADI KETIDAKELATISAN KULIT .............................................. 9
2.6 PENYEBAB ATAU PERMASALAHAN KESULITAN FLEBOTOMI PADA
LANSIA ......................................................................................................................... 10
BAB III .............................................................................................................................. 11
PENUTUP ......................................................................................................................... 11
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 11
3.2 SARAN .............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menua atau menjadi tua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, dan
dimulai sejak awal kehidupan. Menua juga merupakan proses alamiah, artinya
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Tahap
akhir dari siklus hidup manusia merupakan bagian dari proses kehidupan yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap individu. Tahap akhir ini
biasanya dikenal dengan istilah lanjut usia atau lansia (Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI dalam Rakhma, 2017).
Lanjut usia (Lansia) berdasarkan UU No 13 Tahun 1998 adalah seorang yang
telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keadaan lansia ditandai oleh kegagalan
seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhdap kondisi stress fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual. Penurunan fungsi organ menyebabkan
berbagai rangsangan pada lansia tidak seefektif pada saat masih muda. Penurunan
kapasitas untuk merespon rangsangan menyebabkan lansia sulit untuk
memelihara kestabilan status fisikawi dan kimiawi tubuh atau memelihara
homeostasis tubuh. Gangguan terhadap homeostasis ini menyebabkan disfungsi
berbagai sistem organ dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit
(Sinaga, 2019).
Fase pengujian specimen terbagi menjadi 3 fase yaitu Fase Pra Analitik, Fase
Analitik dan Fase Pasca Analitik. Tujuan utama fhlebotomist adalah membantu
tim perawatan kesehatan dalam pengumpulan dan pengangkutan specimen yang
akurat, aman dan andal untuk pengujian.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi flebotomi?
2. Apakah pengertian lanjut usia (lansia)?
3. Bagaimana ketepatan menjelaskan tentang flebotomi dengan penyulit pada
pasien lanjut usia?
4. Apa saja panel laboratorium pada pasien lanjut usia?
5. Bagaimana flebotomi pada pasien lanjut usia dimana terjadi ketidakelastisan
kulit?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi flebotomi
2. Untuk mengetahui pengertian lansia/lanjut usia
3. Untuk mengetahui ketepatan menjelaskan tentang flebotomi dengan penyulit
pada pasien lanjut usia
4. Untuk mengetahui apa saja panel laboratorium pada pasien lansia
5. Untuk mengetahui flebotomi pada pasien lanjut usia dimana terjadi
ketidakelastisan kulit

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI FLEBOTOMI
Tugas utama flebotomi adalah mengumpulkan spesimen darah untuk pengujian
laboratorium. Darah dikumpulkan, termasuk fungsi arteri, kapiler, dan vena
(venipuncture). Bagian ini menjelaskan peralatan spesifik untuk pungsi vena, sera
zat aditif yang digunakan untuk pengumpulan darah, mengetahui kondisi vena
pasien, serta menetapkan jumlah spesimen yang diperlukan untuk tes. Memilih
alat yang tepat dan menggunakannya dengan benar membantu memastikan
pengumpulan spesimen darah secara aman dan berkualitas tinggi (Kiswari dalam
Susilowati, 2017).
2.2 PENGERTIAN LANJUT USIA
Lansia (lanjut usia) atau usia lanjut merupakan tahap akhir perkembangan pada
manusia, umumnya seseorang baik wanita atau pria yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun. Menjadi tua merupakan proses alamiah pada semua orang dan
terjadi penurunan fungsi organ tubuh akibat proses menghilangkan
kemampuansel beregenerasi dan mempertahankan strukturnya (Nurgraha, 2017).
Lansia adalah seseorang yang secara alami mengalami penurunan fungsi
tubuhnya seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ini bermacam-macam
tingkatnya. Meskipun demikian, lansia yang mengalami penurunan fungsi
sistemnya masih dikatakan sehat apabila tidak disertai keadaan patologi (WHO
dalam Rakhma, 2017).
2.3 KETEPATAN MENJELASKAN FLEBOTOMI PENYULIT
PADA LANSIA
Pada saat menangani pasien lanjut usia, perlakuakan mereka dengan hormat.
Sapa mereka dengan “pak “buk” “Tn” dan “Nyonya”. Perlakukan mereka seperti
keluarga anda, seiring bertambahnya usia, kulit cenderung menipis, harus berhati

6
hati agar tidak menyebabkan hematoma. Kulit mereka rapuh dan pembuluh
darahnya juga rapuh, saat melakukan proses pengeluaran darah pada pasien lansia
metode yang paling umum adalah jarum suntik dan kupu kupu
Dengan mengetahui, mengenali, memahami kebutuhan pelanggan maka dapat
diketahui apa yang harus dilakukan dan dikerjakan dalam memberikan pelayanan
yang tepat sesuai dengan apa yang diinginkan dan diutuhkan pelanggan, berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik dan maksimal kepada pelanggan sehingga
dapat memuaskan pelanggan dan pelanggan akan merasa diperhatikan dan
dipentingkan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan (Hardisari, 2017).
2.4 PANEL LABORATORIUM UMUM DAN KHUSUS PADA
LANSIA
1. Panel Laboratorium Umum pada Lansia
Panel pemeriksaan laboratorium umum ini adalah sekumpulan pemeriksaan
laboratorium rutin yang perlu diperiksa pada pasien lansia untuk mendeteksi
gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien lansia. Panel ini
ditujukan untuk mereka yang berusia lebih dari 55 tahun yang belum diketahui
adanya gangguan/penyakit tertentu (terutama penyakit degenerative) pada
waktu sebelumnya.
Jenis tes yang termasuk dalam panel ini meliputi :
a. Pemeriksaan hematologi rutin
Pemeriksaan hematologi rutin meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah trombosit, hitung
jenis laju endap darah.
b. Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutin meliputi pemeriksaan kimiawi urin dan
pemeriksaan protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, berat jenis, pH,
leukosit esterase, darah, nitrit dan keton.

7
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menunjang diagnosis kelainan
diluar ginjal seperti kelainan metabolisme karbohidrat, fungsi hati,
kelainan ginjal dan saluran kemih seperti infeksi traktus urinarius.
c. Pemeriksaan fases rutin
Pemeriksaan fases rutin bertujuan untuk mengetahui adanya
penyakit saluran pencernaan, penyebab anemia, infeksi parasit, ikterus,
penyebab diare dan konstipasi.
d. Pemeriksaan glukosa rutin
Pemeriksaan glukosa puasa merupakan pemeriksaan kadar glukosa
di tubuh setelah puasa (tidak ada asupan kalori) selama minimal 8 jam.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk pemeriksaan penyaring adanya
diabetes mellitus.
e. Pemeriksaan profil lipid
Pemeriksaan profil lipid meliputi pemeriksaan kolestrol total,
kolestrol low density lipoprotein (LDL), kolestrol high density
lipoprotein (HDL), trigliserida. Pemeriksaan ini digunakan untuk
mengetahui adanya dislipidemia yang berhubungan dengan adanya
penyakit jantung koroner.
f. Pemeriksaan apo B
Pemeriksaan apo B yang merupakan apolipoprotein utama kelostrol
LDL. Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui resiko terhadap
penyakit jantung koroner.
g. Pemeriksaan fungsi hati
Pemeriksaan fungsi hati meliputi pemeriksaan bilirubin total,
bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT),
serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), gamma glutamyl
transpepetidase, alkali fostatase, total protein, albumin, globulin, lactic
dehidrogenase (LDH). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi
kelainan pada hati maupun saluran empedu.

8
h. Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal meliputi pemeriksaan ureum, kreatinin,
dan cystatin C. pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kelainan ginjal.
i. Pemeriksaan fungsi tiroid
Pemeriksaan fungsi tiroid meliputi pemeriksaan thyroid stimulating
hormone sensitive (TSHs) dan free thyroxine 4 (FT4) sebagai
pemeriksaan penyaring untuk mengetahui kelainan kelenjar tiroid.
j. Pemeriksaan homosistein
Pemeriksaan homosistein digunakan untuk memperkirakan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner dan memperkirakan risiko
terjadinya demensia. Kadar homosistein dalam darah yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan atau kerusakan pada pembuluh darah.
2. Panel Pemeriksaan Laboratorium Khusus pada Lansia
Panel pemeriksaan ini ditujukan untuk lansia yang sudah diketahui menderita
penyakit degeneratif. Panel yang dibicarakan hanya meliputi tiga mcam
penyakit yaitu: Diabetes mellitus/sindroma metabolic, Hipertensi dan
Kardiovaskular
2.5 PROSEDUR FLEBOTOMI DENGAN PENYULIT PADA
PASIEN LANJUT USIA DIMANA TERJADI
KETIDAKELATISAN KULIT
1. Melakukan komunikasi dengan pasien berikan kenyamanan kepada pasien
2. Mengidentifikasi pasien dengan benar
3. Mengisi formulir daftar permintaan yang sesuai dengan formulir permintaan
4. Memverifikasi kondisi pasien, seperti Puasa, meminum Obat obatan.
5. Memposisikan pasien seperti pasien harus duduk di kursi, berbaring atau
duduk di tempat tidur
6. Mempersiapkan alat untuk pengambilan darah

9
7. Memakai kan tourniquet pada pasien, letakkan tourniquet 3-4 inci diatas
bagian yang akan ditusuk, jangan dibiarkan lebih dari 2 menit
8. Memberitahu pasien untuk mengepalkan tangannya
9. Melakukan palvasi
10. Mengusapkan alkohol pada bagian lengan yang akan ditusuk, bersihkan
secara melingkar , dan biarkan mongering
11. Memegang lengan pasien dengan kuat menggunakan ibu jari agar tertarik
kencang
12. Melakukan pengambilan darah dengan menusukkan jarum pada vena pasien,
jarum harus membentuk sudut 15- 30 derajat dengan permukaan lengan
13. Melepaskan tourniquet apabila darah sudah memasuki tabung
14. Melepaskan jarum dari lengan pasien dengan gerakan mundur yang cepat
15. Meletakkan kapas/kasa pada bagian yang ditusuk, berikan tekanan yang
cukup untuk menghindari terjadinya hematoma
16. Membuang bahan yang terkontaminasi pada wadah yang disediakan
17. Menghomogenkan dan memberi label pada tabung yang sesuai dengan data
pasien
18. Melakukan pemeriksaan

2.6 PENYEBAB ATAU PERMASALAHAN KESULITAN


FLEBOTOMI PADA LANSIA
1. Penglihatan menurun, berikan panduan saat pengambilan darah
2. Pendengaran menurun , berikan pengulangan instruksi atau berbicara di dekat
telinga
3. Lemahnya otot dan cenderung menjatuhkan sesuatu
4. Penurunan daya ingat, lupa kapan terakhir makan atau mengkonsumsi obat
5. Masa otot lebih sedikit
6. Cenderung hipotermia
7. Peningkatan sensivitas alergi

10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada saat mengidentifikasi pasien dengan lanjut usia lakukan identifikasi
dengan benar, beberapa orang memiliki pendengaran yang terbatas, jadi
sebaiknya biarkan mereka membaca namanya, jangan pernah bertanya apakah ini
nama mereka, minta mereka mengejanya untuk anda.
Metode penusukkan wing needle dengan tabung vakum merupakan alternative
pilihan tergantung kondisi fisik. Pengambilan lebih sulit karena vena mudah
terjadi hematoma. Apabila pasien lansia melakukan pengambilan darah atau
perawatan dari rumah siapkan alat lebih untuk dibawa, berikan posisi nyaman
pada pasien, flebotomist berada didekat kamar mandi agar mudah mencuci
tangan, specimen yang didapat di tempatan dalam wadah antibocor dan diberi
label.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami
tentang “Flebotomi Pada Orang Lanjut Usia” . Diharapkan agar para pembaca
dapat menguasai tentang materi Flebotomi Pada Orang Lanjut Usia dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA
Hardiasari, ratih.2017.Hubungan Pelayanan Phlebotomy Dengan Kepuasan Pasien
DiLaboratorium Klinik Rumah Sakit TNI AU DR.Suhardi Hardjolukito
Yogyakarta. 13(2).58-64.
Medtexx Medical Coorporation.2007. Fundamentals Of Phlebotomy. 2nd ed.
Copyright : Medtexx Medical Coorporation.
Nugraha,dkk.2017.Pemeriksaan Laboratorium Untuk Deteksi Dini Penyakit Pada
Lansia Di Karangrejo Surabaya.1(1). 1
Pusparani.Pemeriksaan Laboratorium Berkala Sebagai Deteksi Dini Penyakit Kronis
Pada Lansia.24(1).43
Sinaga,dkk.2019.Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Dan Kreatinin Pada Lansia Di
Puskesmas Kotaraja Jayapura.4(1).9-14.

Thimesch, Brandy.2016.Phlebotomy A How To Guide For Drawing Blood. Allied


Health Career Training,LCC.

WHO.2010.WHO Guidelines on Drawing Blood: Best Practices in Phlebotomy.


Switzerland : WHO Document Production Services.

12

Anda mungkin juga menyukai