LANDASAN TEORI
2.1 Sampah
Menurut Basriyanta (2011) merupakan barang yang dianggap sudah tidak
terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai
kalau dikelola dengan prosedur yang benar, sehingga sampah adalah sesuatu yang
bernilai bila kita tahu dan mau memanfaatkannya kembali (Sejati, 2009). Sampah
merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia berbentuk padat yang karena
konsentrasi dan volumenya sehingga membutuhkan pengelolaaan yang khusus.
(UU No. 18 Tahun 2008). Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial
karena dampaknya terkena pada berbagai sisi kehidupan. Bila tidak cepat
ditangani secara benar maka kota kota akan tenggelam dalam timbunan sampah
bersamaan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya (Sudradjat, 2006).
4
f. Sampah dari sisa-sisa konstruksi bangunan, yaitu sampah yang berasal dari
sisa-sisa pembuatan gedung, perbaikan dan pembongkaran jalan atau
jembatan dan lain-lain.
g. Sampah dari hasil pengelolaan air buangan dan sisa-sisa pembakaran dari
insinerator.
h. Sampah pertanian, berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi.
Sebagian besar sampah terdiri atas bahan organik, kertas, logam, kaca, dan
plastik. Sampah yang berasal dari industri, berbeda komposisinya dengan
sampah yang berasal dari perumahan (rumah tangga). Sampah rumah tangga
mempunyai jumlah zat organik yang jauh lebih banyak. Sampah organik
umumnya terdiri atas sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian. Sampah
kaleng dan plastik tidak dapat terurai secara biologis (Suryati, 2009).
5
Abu, contohnya abu kayu atau abu sekam dan abu dari hasil
pembakaran sampah (insinerator).
- Sampah juga dapat digolongkan kedalam jenis sampah B3 (bahan
beracun dan berbahaya). Jenis sampah B3 di anataranya sampah rumah
sakit dan poliklinik, kemasan peptisida, insektisida, racun, mesiu,
bekas pembalut, popok bayi, wadah styrofoam, kaleng bekas
penyemprot nyamuk dan parfum, batu baterai dan sampah nuklir
(Suryati, 2009).
b. Sampah Basah (Garbage)
Sampah basah adalah sampah yang terdiri atas bahan organik, sifatnya
mudah membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah. Contohnya sisa
makanan, sayuran, buah-buahan, dan dedaunan.
6
Mengukur langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah
tangga dan non rumah tangga) yang ditentukan secara random-
proporsional di sumber selama 8 hari berturut-turut (SNI 19-3964-1994)
Load-count analysis: Mengukur jumlah (berat dan/atau volume) sampah
yang masuk ke TPS, misalnya diangkut dengan gerobak, yang dilakukan
selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis penghasil
sampah yang dilayani oleh gerobak yang mengumpulkan sampah tersebut,
akan diperoleh satuan timbulan sampah per-ekivalensi penduduk
Weigh-volume analysis: bila tersedia jembatan timbang, maka jumlah
sampah yang masuk ke fasilitas penerima sampah, misalnya di TPA, akan
dapat diketahui dengan mudah dari waktu ke waktu. Jumlah sampah harian
kemudian digabung dengan perkiraan area yang dilayani, dimana data
penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari, maka akan diperoleh
satuan timbulan sampah per ekuivalensi penduduk. Bila jembatan timbang
tidak tersedia, maka pengukuran pendekatan dapat dilakukan dengan
mendata volume truk yang masuk. Dengan menggunakan informasi
densitas sampah di truk, akan diperoleh berat sampah harian yang masuk
ke TPA.
Material balance analysis: merupakan analisis yang lebih mendasar,
dengan menganalisis secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang
hilang dalam sistem, dan aliran bahan yang menjadi sampah dari sebuah
sistem yang ditentukan batas-batasnya (system boundary).
7
5. Kemajuan teknologi, dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat juga
akan menambah jumlah dan kualitas sampah. Besarnya timbulan sampah
dipengaruhi oleh kategori kota. Pada kota besar timbulan sampah yang
dihasilkan akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Berikut adalah
klasifikasi timbulan kota dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Timbulan Sampah Kota
No Klasifikasi Jumlah Penduduk Timbulan Timbulan
Kota (jiwa) Sampah Sampah
(l/o/h) (kg/o/h)
1 Metropolitan 1.000.000 -
2.500.000
2 Besar 500.000 - 1.000.000
3 Sedang 100.000 – 500.000 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80
4 Kecil <100.000 2,5 – 2,75 0,625 – 0,70
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 2017
8
8. Gelas, dan
9. Lain-lain : bahan inert, abu, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaannya saat ini dimasukkan komponen ke 10, yaitu
sampah berbahaya.
Seperti halnya timbulan, maka komposisi sampah juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga
akan cukup tinggi.
Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka
semakin tinggi tumpukan sampah. Tetapi bila sampah tersebut tidak
diangkut dan dibiarkan di TPS, sampah organik akan berkurang karena
membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan sampah
kering lainnya yang sulit terdegradasi.
Musim: jenis sampah yang akan ditentukan oleh musim buah buahan yang
sedang berlangsung.
Tingkat sosial ekonomi: masyarakat atau daerah dengan ekonomi lebih
tinggi menghasilkan sampah dengan komponen kertas dan plastik yang
lebih tinggi, dan sampah organik yang lebih rendah dibandingkan dengan
daerah dengan ekonomi yang lebih rendah.
Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi (Damanhuri, 2016).
9
Karakteristik sampah biasanya dibedakan atas 3 (tiga) kategori:
Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar
volatile, karbon tetap (fixed karbon), kadar abu, nilai kalor, kadang analisis
ukuran partikel dibutuhkan.
Karakteristik kimia: yang paling sering dilakukan adalah C-organik, N-
organik. Kadang total fosfor dibutuhkan.
Karakteristik kimia unsur penyusun: menggambarkan susunan kimia
sampah yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Bila diperlukan,
ditambahkan komponen halogen seperti Cl. Kandungan logam berat
kadang diperlukan bila ingin mengetahui potensi pencemarannya.
10
lain. Contoh bahan bahan yang dapat digunakan lagi adalah kertas, plastik,
gelas, logam, dan lain-lain.
c. Recycle (Daur Ulang)
Recycle merupakan kegiatan daur ulang sampah agar menjadi sesuatu yang
bermafaat. Seperti mengolah plastik bekas menjadi bijih plastik untuk
dicetak menjadi ember, pot bunga, dan lain- lain. Mengolah kertas bekas
menjadi bubur kertas untuk kembali dicetak menjadi kertas yang
berkualitas rendah.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk mengurangi dan memanfaatkan
sampah mulai dari sumber penghasil sampah, sehingga nantinya dapat
mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.
11
Pengomposan adalah dekomposisi bahan organik dengan memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme sebagai decomposer. Melalui proses pengomposan,
bahan-bahan organik akan diubah menjadi pupuk kompos dengan unsur hara yang
tinggi dan menghasilkan mikroorganisme yang dibutuhkan tanah dalam
pertumbuhan tanaman (Utomo, 2018).
12
cepat pula bumi ini penuh dengan rusak karena keseimbangan alamnya
terganggu. Mendaur ulang limbah kertas maka kita membantu menjaga
keseimbangan alam dan mencegah pemanasan global (Arfah, 2017).
Tabel 2.2 Jenis, sumber dan produk daur ulang sampah kertas
Jenis Sampah Kertas Sumber Produk Daur Ulang
Kertas komputer dan Perkantoran, percetakan Kertas komputer, kertas
kertas tulis sekolah tulis, dan Art paper
Kantong kraft Pabrik, pasar, dan Karton, dan Art paper
pertokoan
Karton dan box Pabrik, pasar, dan Karton, dan Art paper
pertokoan
Koran, majalah, dan Perkantoran, pasar Kertas koran dan Art paper
buku rumah tangga
Kertas pembungkus Rumah tangga, Kertas tissue, kertas tulis
makanan perkantoran, TPA/TPS, kualitas rendah, dan Art
dan pertokoan paper
Kertas tissue Rumah tangga, Kertas tissue (tetapi sangat
perkantoran, rumah jarang yang didaur ulang
makan, pertokoan kembali)
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 1999
13
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007,
metode pendekatan yang digunakan untuk proyeksi penduduk terdiri dari metode
aritmatik, geometrik, dan last square.
14
2.4.3 Metode Least Square
Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yaitu pertambahan
penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun
pertambahan penduduk tidak selalu bertambah. Perhitungan proyeksi penduduk
dengan metode last square dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + (b.t) ............................................................................................ (2.4)
Dimana :
p = nilai variabel berdasarkan garis regresi
t = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linier
dengan rumus:
(𝛴𝑦 𝑥 𝛴𝑥 2 )−(𝛴x x 𝛴xy)
a = (𝑛 𝑥 𝛴𝑥 2 )−(𝛴𝑥)2
(𝑛 𝑥 𝛴𝑥𝑦)−(𝛴x x 𝛴y)
b = (𝑛 𝑥 𝛴𝑥 2 )−(𝛴𝑥)2
Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang akan digunakan,
diperlukan perhitungan harga koefisien korelasi tiap metode proyeksi. Harga
koefisien korelasi yang mendekati satu adalah yang paling tepat. Persamaan
koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
r = Nilai variabel berdasarkan garis regresi
Dimana :
n = jumlah data
15
sampah, gudang kompos padat/kompos cair/gas bio/sampah anorganik daur
ulang/residu, kantor, serta utilitas pendukung.
16
panjang dengan menggunakan bioaktifator berupa EM4 sebagai pengurai
kemudian sampah organik ditutup menggunakan plastik.
5. Area Penyaringan dan Pengeringan Kompos
Area ini adalah area pada proses penyaringan kompos dengan kapasitas
200-300 kg/jam yang berdimensi 2 m x 0,8 m x 1 m, dan dilengkapi
dengan area pengeringan kompos.
6. Mempunyai Gudang Kompos
Sampah yang sudah dipilah dan diproses siap jual. Area ini dibagi menjadi
3 area yang terdiri dari layak kompos, layak jual dari botol plastik, keresek
plastik, botol warna, kardus, kertas warna, kertas putihan. Masa
penyimpanan sampah layak jual selama 7 hari.
7. Area Kantor
Area kantor berfungsi untuk para pekerja dan pengarsipan kegiatan di unit
pengolahan sampah. Diasumsikan 3 m2 /pekerja dengan jumlah pekerja 6
orang. Maka luas kantor adalah 18 m2, untuk mempermudah desain
perencanaan, luas area perencanaan ditambahkan 1 m2. Sehingga luas
kantor sebesar 19 m2.
8. Ruang Sanitasi
Ruangan untuk sanitasi pekerja seperti kamar mandi, dan tempat cuci.
Luas area ini adalah 3 m2. Untuk tempat cuci tangan, cuci kaki dan cuci
alat. Luas yang dibutuhkan adalah 2 m2..
9. Gudang
Ruang penyimpanan untuk peralatan kebersihan, seperti sapu, pel,
serokan, karung goni, tali dan lain-lain. Luas area ini 8 m2.
10. Area Parkir
Area untuk memarkirkan alat angkut maupun pengunjung TPS 3R dengan
lahan 45 m2, sehingga dapat memarkirkan masuk-keluarnya kendaraan.
-
Mobil biasa : 6 m x 3 m = 18 m2
-
Motor : 4 m x 3 m = 12 m2
-
Motor roda tiga : 5 x 3 m = 15 m2. Total Luas area parkir = 45 m2
(Petunjuk Teknis Tempat Pengolahan Sampah 3R. 2017).
17
2.7 Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
Pada penyusunan kuesioner, salah satu kriteria kuesioner yang baik
adalah validitas dan realibilitas kuesioner dinyatakan valid. tujuan pengujian
validitas dan realibilitas kuesioner adalah untuk meyakinkan bahwa kuesioner
yang disusun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan
data yang valid.
18
skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor
berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total faktor (penjumlahan dari beberapa faktor).
Hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang
digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan
apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Penentuan layak atau tidaknya
suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien
korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika
berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik
pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor
total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang
berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu
memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid. Jika
r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Langkah-
langkah dalam pengujian validitas ini yaitu:
1. Buat Skor Total Masing-Masing Variabel
Tabel 2.3 Perhitungan Skor
19
2. Klik Analyze -> Correlate -> Bivariate
Tabel rangkuman hasil uji validitas dari variabel tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
20
Tabel 2.4 Rangkuman Hasil Uji Validitas
Dari tabel 2.4 dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > r tabel berdasarkan
uji signifikan 0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas valid
Keterangan :
21
dengan tingkat kesalahan hasil pengukuran penelitian yang berupa skor.
Realibilitas konsistensi adalah penilaian realibilitas dengan menggunakan
respons-respons atas satu hal sekaligus, maka seluruh item mengukur variabel
yang sama dapat memunculkan hasil-hasil yang serupa atau konsisten (Marengke,
2016).
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari
alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama,
atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai
memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas tidak sama
dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur
secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam
penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap
konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi
yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran
yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka
yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan
nilai rxx mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap
sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.
Rumus Alpha Cronbach sevagai berikut :
Keterangan :
22
Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh
tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang
memaknakannya sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90
maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika
alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau
beberapa item tidak reliabel.
23
2. Masukan seluruh item variabel X ke Items
24
2.8 Ulasan Penelitian
Berikut adalah beberapa ulasan penelitian yang dipakai sebagai acuan dalam penulsan skripsi yang dilakukan
Tabel 2.3 Ulasan Penelitian
No Peneliti Judul Metode Kesimpulan
1 Nur Lailis Perencanaan Teknis Pengumpulan - Sistem pengelolaan sampah yang diaplikasikan di TPS
Aprilia, 2018 Tempat Pengolahan Data, 3R adalah pengelolaan sampah anorganik, sampah
Sampah (TPS) 3R Pengolahan , organik, dan sampah plastik
Kecamatan Jekan dan Analisis - Rancangan bangunan TPS 3R di Kecamatan Jekan
Raya, Kota Data Raya terdiri dari dari pengelolaan sampah organik,
Palangkaraya sampah plastik, sampah anorganik, dan sarana
penunjang
2 Muh. Masykur Desain Tempat Observasi - Volume rata-rata timbulan sampah Kelurahan Kassi-
Ansar dkk, Pengelolaan Sampah (Teknik Kassi sebesar 65,628 m3/hari dengan berat 6927,4
2017 Reduce, Reuse, Pengambilan kg/hari
Recycle (TPS3R) Sampel), dan Komposisi sampah terdiri dari 75,26% organik, 9,66%
Terintegrasi Bank Analisis plastik, 7,62% kertas, 1,48% tekstil, 1,02% adsorbent,
Sampah Pada 0,09% logam, 0,34% kaca, 0,81% kayu, 0,29% limbah
Kelurahan Kassi- B3, 0,38% karet, 0,03% limbah elektronik, 0,46%
Kassi, Kecamatan styrofoam, dan 2,56% lainnya
Rappoicini, Kota - Pengolahan yang dilakukan di TPS 3R ini adalah
Makassar pengolahan sampah organik menjadi kompos,
pengolahan sampah anorganik dengan dijual/didaur
ulang melalui bank sampah.
25
3 Dhona Perencanaan Sistem Teknik - Timbulan sampah eksisting per kapita Kelurahan
Widleana dkk, Pengelolaan Sampah Probably Banyumanik adalah 0,171 liter/orang/hari yang
2017 Terpadu (Studi Sampling, dan didominasi sampah sisa makanan, dan diikuti oleh
Kasus Kelurahan Metode sampah kertas kemudian sampah plastik di urutan
Banyumanik Pengambilan kedua dan ketiga
Kecamatan dan Pengukuran - Pengelolaan sampah di Kelurahan Banyumanik
Banyumanik Kota Contoh dikelola oleh RT/RW dan belum ada kelompok
Semarang Timbulan dan Swadaya Masyarakat.
Komposisi
Sampah
26