Anda di halaman 1dari 3

Pertanian pada abad ke 20 dicirikan dengan peningkatan hasil, penggunaan pupuk dan

pestisida sintetik, pembiakan selektif, mekanisasi, pencemaran air, dan subsidi pertanian.
Pendukung pertanian organik seperti Sir Albert Howard berpendapat bahwa di awal abad ke 20,
penggunaan pestisida dan pupuk sintetik yang berlebihan dan secara jangka panjang dapat
merusak kesuburan tanah. Pendapat ini drman selama puluhan tahun, hingga kesadaran
lingkungan meningkat di awal abad ke 21 menyebabkan gerakan pertanian berkelanjutan meluas
dan mulai dikembangkan oleh petani, konsumen, dan pembuat kebijakan.

Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai aktivitas sosial, pendidikan, ekonomi


dan sebagainya selalu dikaitkan dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi
dengan jaringan internet. Kecanggihan teknologi era ini membuat banyak kondisi berubah.
Semua sektor bisnis, pendidikan, dan politik telah berevolusi. Lalu bagaiaman dengan sektor
pertanian di era revolusi 4.0?

Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB)
nasional, sebagaimana dilansir dari LINE Jobs, kini menurun secara signifikan. Sektor
pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk
mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian
mengadopsi istilah Revolusi Pertanian 4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan
teknologi digital dalam proses pengembangannya.

Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah
konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture.
Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan
terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan
kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.

Revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa.
Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk
yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif
sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia
sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil
berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab revolusi industri 4.0
belum berhasil diterapkan di Indonesia menurut LINE Jobs.

1. Sumber Daya Manusia 


Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen
petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal
yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak
berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa
menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.

2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia 


Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia
belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur”
atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara,
lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal.  
Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan
pertanian para petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya
bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu,
dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu
per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.

3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat 


Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan
pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih
menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena
keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju
teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas. 

Berdasarkan analisis diatas maka kami memandang perlu untuk membuat suatu
silabus yang kemudian membahas tentang pertanian 4.0 serta tujuan dari dihadirkannya
gagasan tersebut.
NO. Materi TUI TIK

1. Sejarah Pertanian Peserta dapat 1. peserta dapat


memahami secara memahami
ringkas sejarah sejarah petanian
perkembangan di dunia
pertanian
2. peserta dapat
memahami
sejarah
pertanian
Indonesia

2. Pertanian Industri Peserta dapat 1.


memahami

Anda mungkin juga menyukai