Anda di halaman 1dari 18

RAJAAN KUTAI

1.1  Letak Geografis Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai Mahakam
di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Letak geografis Kerajaan Kutai
berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang
menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan
perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping pertanian.

1.2  Sil Silah Raja-Raja Yang Memerintah

Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:

• Kudungga. Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja
pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum dipengaruhi
oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa pada masa kekuasaan
Raja Kudungga, pengaruh Hindu baru masuk ke Nusantara, kedudukan Kudungga pada awalnya
adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia megubah struktur
pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya mejadi raja, sehingga pergantian raja
dilakukan secara turun temurun.
• Aswawarman. Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan raja yang
cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas lagi.
Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini pernah
dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan  pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan
batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki kuda,
maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit
kerajaan Kutai.

• Mulawarman. Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke
puncak kejayaan. Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup
tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan
upacara korban emas yang amat banyak.

1.3  Kehidupan Politik

Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai
adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa
juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan
dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah
menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama
Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai
kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang
harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam
yupa, bahwaraja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di
dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–tempat suci untuk
memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.Sejak muncul dan berkembangnya
Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi perubahan dalam tata pemerintahan, yatu dari sistem
pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal.

1.4  Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari dua hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan
Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Kutai, disamping pertanian.
Keterangan tertulis pada prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah
memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.
1.5 Kehidupan Agama

Agama Hindu di Kerajaan Kutai mulai berkembang pada masa pemerintahan Raja Aswawarman.
Agama Hindu yang berkembang adalah Hindu Syiwa sebagai dewa tertinggiTetapi di luar
golongan brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat
istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan,
masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.Dewa
Syiwa diyakini sebagai symbol Brahma yang memiliki kekuatan untuk meleburkan alam
semesta. Perkembangan agama Hindu Syiwa dibuktikan dengan adanya tempat suci yang
bernama Waprakeswara yang digunakan untuk memuja Dewa Syiwa. Di Kerajaan Kutai, agama
Hindu Syiwa menjadi agama resmi, walaupun hanya berkembang di lingkungan istana.
Sedangkan, rakyat Kutai masih pada kepercayaan kaharingan.
Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak di Kalimantan, yang menyembah Ranying Hatalla
Langit sebagai pencipta alam semesta. Kepercayaan ini memiliki beberapa persamaan  dengan
agama Hindu satunya penggunaan sesajen. Oleh karena itu, pada tanggal 20 April 1980,
kaharingan dimasukkan dalam kategori agama Hindu.

1.6  Kehidupan Sosial Budaya

Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke -4 M di daerah Kutai
terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah banyak menerima pengaruh hindu. Masyarakat
tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di
India. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan mengembangkannya sesuai
dengan tradisi bangsa Indonesia
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :

         Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya.
         Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.Menjunjung
tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
         Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dankemajuan
budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yangmenerima dan mengadaptasi
budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.
         Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggispirit
keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya. Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual
dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti yang mereka tulis menguatkan kesimpulan itu.
2.      KERAJAAN TARUMANEGARA

2.1  Letak Geografis

Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah
pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah satu
kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara adalah
kerajaan hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman
(382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali gomati, sedangkan putranya di tepi kali
Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan Tarumanegara yang ketiga (395-434 m). Ia
membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Kota itu
diberi nama Sundapura pertama kalinya nama Sunda digunakan. Pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11
km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor
sapi kepada kaum Brahmana.

2.2  Sil Silah Raja-Raja Yang Memerintah

Silsilah Raja-Raja Tarumanegara


Berikut adalah raja-raja Tarumanagara:
a.      Jayasingawarman (358 - 382)
Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri
seorang Maharesi dari SALANKAYANA di India yang mengungsi ke Nusantara karena
daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada. Setelah
Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke
Tarumanegara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah. Jayasingawarman
dipusarakan di tepi kali Gomati (Bekasi).

b.      Dharmayawarman (382 - 395 M)


Dipusarakan di tepi kali Candrabaga.
c.       Purnawarman (395 - 434 M)
Ia membangun ibukota kerajaan baru dalam tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai dan
dinamainya "Sundapura". Nama Sunda mulai digunakan oleh Maharaja Purnawarman dalam
tahun 397 M untuk menyebut ibukota kerajaan yang didirikannya. Pustaka Nusantara,parwa II
sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48
raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada
Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara tradisional
Ci Pamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada
masa silam.
d.      Wisnuwarman (434-455)
e.      Indrawarman  (455-515)
f.        Candrawarman (515-535 M)
g.      Suryawarman (535 - 561 M)
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan
lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga
mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya. Manikmaya,
menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan
Limbangan, Garut. Sedangkan putera Manikmaya, tinggal bersama kakeknya di ibukota
Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan
daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh
dalam tahun 612 M.
h.      Kertawarman  (561-628)
i.        Sudhawarman (628-639)
j.        Hariwangsawarman  (639-640)
k.       Nagajayawarman (640-666
l.        Linggawarman (666-669)
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Dalam tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman
sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan
yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan
Sriwijaya.

m.    Tarusbawa  (669 – 723 M)


Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa menggantikan mertuanya menjadi
penguasa Tarumanagara yang ke-13. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat
menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di
purasaba (ibukota) Sundapura. Dalam tahun 670 ia mengganti nama Tarumanagara menjadi
Kerajaan Sunda. Peristiwa ini dijadikan alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, untuk
memisahkan Kerajaan Galuh dari kekuasaan Tarusbawa. Karena Putera Mahkota Galuh (SENA
or SANNA) berjodoh dengan Sanaha puteri Maharani Sima dari Kerajaan Kalingga, Jepara,
Jawa Tengah, maka dengan dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut kepada Tarusbawa
supaya bekas kawasan Tarumanagara dipecah dua. Dalam posisi lemah dan ingin menghindarkan
perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan Galuh. Dalam tahun 670 M Kawasan
Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Sunda dan Kerajaan
Galuh dengan Citarum sebagai batas.
2.3 Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan
rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawaman telah
memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena
pembuatan kali ini merupakan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah–sawah
pertanian rakyat.
2.1  Kehidupan Ekonomi
Prasasti Tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk
membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti
ekonomis yang besar bagi masyarakat, karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mencegah banjir serta sarana lalu lintas pelayaran perdagangan antar daerah di kerajaan
Tarumanegara dengan dunia luar, juga perdagangan daerah disekitarnya. Akibatnya, kehidupan
perekonimian masyarakat kerajaan Tarumanegara sudah teratur. Mata pencaharian rakyat
Tarumanegara di perkirakan :
1.      Perburuan disimpulkan dari adanya perdagangan cula badak dan gading gajah
dengan cina.
2.      Pertambangan disimpulkan dari banyaknya perdagangan emas dan perak.
3.      Perikanan disimpulkan dari adanya perdagangan penyu, disamping menangkap
penyu juga menangkap ikan.
4.      Pertanian disimpulkan dari penggalian kali untuk mengairi sawah–sawah.
5.      Perdagangan di simpulkan dari adanya hubungan dagang dengan cina.
6.      Pelayaran disimpulkan dari pengiriman utusan ke cina.
7.      Peternakan di simpulkan dari hadiah 1.000 ekor sapi dari Purnawarman

2.2  Kehidupan Agama


Kerajan Kutai mempercayai agama Hindu yaitu Hindu Syiwa. Tetapi di luar golongan brahmana
dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan
asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, masih terdapat
kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan kepercayaan aslinya.

2.3 Kehidupan Sosial Budaya


Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja
Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja
Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting
dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.

KERAJAAN KUTAI
Sejarah
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti  sejarah
tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu sungai Mahakam.
Yupa
Yupa atau prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa
di Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan
yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah
kerajaan Kutai saat itu adalahMulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena
kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara
penulisannya. Kundungga adalah pembesar dariKerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke
Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman
Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan
Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman
memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang
ibukotanya pertama kali berada diKutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun
1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya
menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

KERAJAAN TARUMANEGARA
Sumber Sejarah
     Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112
tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan
menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaumbrahmana.
     Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan.
Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui
bahwa kerajaan dipimpin oleh RajadirajaguruJayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau
memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai
Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Prasasti yang ditemukan     
     - Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi
milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.
     - Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya,
Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya
menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati
sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana
alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan
yang terjadi pada musim kemarau.
- Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang
mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, KabupatenPandeglang, Banten, berisi pujian
kepada Raja Purnawarman.
- Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari
pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981diangkat dan diletakkan di
dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta.
- Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
- Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu
peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung,
Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka.
- Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
- Prasasti Telapak Gajah
- Prasasti Jambu di daerah Bogor,
PEMBAHASAN
1. Kerajaan Kutai
A.   SUMBER SEJARAH
Sumber yang menyatakan Bahwa di kaltim telah berdiri dan berkembang krajaan yang
mendapatkan pegaruh Hindu adalah beberapa penemuan berupa batu bertulis atau
Prasasti.Tulisan itu ada pada tujuh tiang batu yang disebut Yupa. Yupa ini berfungsi utuk
mengikat hewan qorban. Korban itu merupakan persembahan rakyat kepada para Dewa yang
dipujanya. Tulisan yang terdapat pada Yupa tersebut menggunakan huruf pallawa dan berbahasa
sansekerta.
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas
dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji
Mendapa.Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai
Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di
tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara
selanjutnya menjadikerajaan Islam.
Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran
berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut
Kesultanan Kutai Kartanegara. Nama Raja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai
nama asli orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India.Sementara
putranya yang bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu.
B.   LETAK KERAJAAN KUTAI
Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai
Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Letak geografis
Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India.
C.    KEHIDUPAN POLITIK
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai
adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa
juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan
dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah
menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama
Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai
kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang
harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam
yupa,bahwaraja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di
dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–tempat suci untuk
memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.
Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kaltim, terjadi perubahan dalam
tata pemerintahan, yatu dari sistem pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja
atau feodal. Raja-raja yang pernah berkuasa pada kerajaan Kutai adalah sebagai berikut:
1.      Kudungga
Raja ini adalah Founding Father kerajaan Kutai, ada yang unik pada nama raja
pertama ini, karena nama Kudungga merupakan nama Lokal atau nama yang belum dipengaruhi
oleh budaya Hindu. Hal ini kemudian melahirkan persepsi para ahli bahwa pada masa kekuasaan
Raja Kudungga, pengaruh Hindubaru masuk ke Nusantara, kedudukan
Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia
megubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya mejadi raja,
sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.
2.      Aswawarman
Prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja aswawarman merupakan raja yang cakap
dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Kutai diperluas lagi.
Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Asmawedha. Upacara-upacara ini pernah
dilakukan di India pada masa pemerintahan raja Samudragupta, ketika ingin memperluas
wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan  pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan
batas kekuasaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai dimana ditemukan tapak kaki kuda,
maka sampai disitulan batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu diikuti oleh prajurit
kerajaan Kutai.
3.      Mulawarman
Raja ini adalah Putra dari raja Aswawarman, ia membawa Kerajaan Kutai ke puncak kejayaan.
Pada masa kekuasaannya Kutai mengalami masa gemilang. Rakyat hidup
tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan
upacara korban emas yang amat banyak.
4. Raja Marawijaya Warman
5. Raja Gajayana Warman
6. Raja Tungga Warman
7. Raja Jayanaga Warman
8. Raja Nalasinga Warman
9. Raja Nala Parana Tungga
10. Raja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Raja Sangga Warman Dewa
13. Raja Candrawarman
14. Raja Sri Langka Dewa
15. Rraja Guna Parana Dewa
16. Raja Wijaya Warman
17. Raja Sri Aji Dewa
18. Raja Mulia Putera
19. Raja Nala Pandita
20. Raja Indra Paruta Dewa
21. Raja Dharma Setia
D.   KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA
Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang
ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut:
1.            Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur.
2.            Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India),
mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.
Sementara itu dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini
dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut
Vratyastoma. Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga
masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang memimpin upacara tersebut,
menurut para ahli, dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa
Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana
dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa
kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada
dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi
kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawa perubahan baru dalam
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Struktur sosial dari masa Kutai hingga
Majapahit mengalami perkembangan yang ber-evolusi namun progresif. Dunia perekonomian
pun mengalami perkembangan: dari yang semula sistem barter hingga sistem nilai tukar uang.
Dari berbagai peninggalan yang ditemukan diketahui bahwa kehidupan masyarakatnya
Kutai sudah cukup teratur. Walau tidak secara jelas diungkapkan, diperkirakan masyarakat Kutai
sudah terbagi dalam pengkastaan meskipun tidak secara tegas. Dari penggunaan bahasa
Sansekerta dan pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa dalam masyarakat Kutai terdapat
golongan brahmana, golongan yang sebagaimana juga di India memegang monopoli penyebaran
dan upacara keagamaan.
Di samping golongan brahmana, terdapat pula kaum ksatria. Golongan ini terdiri dari
keraba dekat raja. Di luar kedua golongan ini, sebagian besar masyarakat Kutai masih
menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi
agama resmi kerajaan, namun masih terdapat kebebasan bagi masyarakat untuk menjalankan
kepercayaan aslinya.
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, dapat diketahui bahwa pada abad ke -4 M di
daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesiayang telah banyak menerima pengaruh hindu.
Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi menurut pola
pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur dari luar dan
mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :
      Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek moyangnya.
a.       Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan.
b.      Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dankemajuan
budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan masyarakat Kutai yangmenerima dan mengadaptasi
budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.Selain dari itu masyarakat Kutai dikenal
sebagai masyarakat yang menjunjung tinggispirit keagamaan dalam kehidupan kebudayaanya.
Penyebutan Brahmana sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti
yang mereka tulis menguatkan kesimpulan itu.
Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk
yupa (tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Informasi
yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4.
Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan
sejarah Kerajaan Kutai.
1.            Yupa
Yupa atau Menhir Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang
dibuat oleh para Mulawarman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu
sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa
tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah
Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan
20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
2.      Ketopong Sultan Kutai Kartanegara

Ketopong atau Mahkota Sultan Kutai Kartanegara terbuat dari emas dengan berat hampir 2 kg,
yang dihiasi dengan batu-batu permata. Bentuk mahkota berunjungan dan bagian muka
berbentumeru bertingkat, dihiasi dengan motif ikal atau spiral yang dikombinasikan dengan
motif sulur. Hiasan belakang berupa garuda mungkur berhiaskan ukiran motif bunga, kijang
dan burung.

Ketopong dari emas ini telah mulai digunakan semenjak Sultan Aji Muhammad Sulaiman
bertahta ( 1845 - 1899 ). Diperkirakan mahkota ini dibuat pada pertengahan abad ke-19 oleh
pandai emas dari kerajaan Kutai sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Carl Bock dalam bukunya
The Head-Hunters of Borneo (1881) bahwa Sultan Sulaiman memiliki 6 hingga 8 pandai emas
yang dipekerjakan khusus untuk membuat barang-barang emas dan perak bagi Sultan. Detail
Ketopong Sultan KutaiDi Museum Mulawarman Tenggarong hanya dapat dilihat duplikat dari
Ketopong ini. Mahkota asli yang beratnya hampir 2 kg tersebut berada di Museum Nasional
Jakarta. Pada saat penobatan Sultan H.A.M. Salehuddin II sebagai Sultan Kutai Kartanegara
pada tanggal 22 September 2001, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara meminjam ketopong
ini untuk prosesi penobatan sang Sultan.
3.Pedang Sultan Kutai

Pedang Kerajaan Kutai ini terbuat dari emas padat. Pada gagang pedang terukir seekor harimau
yang sedang siap menerkam, sementara pada ujung sarung pedang dihiasi dengan seekor buaya.
Pedang Sultan Kutai ini dapat dilihat di Museum Nasional, Jakarta.

4.Tali Juwita
Tali juwita adalahsimbul dari sungai Mahakam yang mempunyai 7 buah muara sungai
dan 3 buah anak sungai (sungai Kelinjau, Belayan dan Kedang Pahu). Tali Juwita Berbentuk
3 utas tali masing- masing dibuat dari bahan emas, perak dan perunggu. Berhiasakan 3 buah
bandul yang berbentuk gelang, 2 buah bertatahkan permata mata kucing dan barjat putih. Bandul
lainnya berbentuk lampion yang berhiaskan 2 buah bandul kecil. Tali juwita berasal dari kata
Upavita yakni kalung yang diberikan kepada seorang Raja. Benda ini merupakan perlengkapan
upacara peobatan Sultan Kutai Kartanegara.
5. Arca Singa Noleh
Konon, arca Singa Noleh awal mulanya adalah seekor binatang hidup yang sedang memakan
beras lempukut yang baru ditumbuk oleh seorang wanita. Wanita tersebut marah dan binatang
tersebut jatuh, terus menjadi batu bercampur porselein seperti keadaannya sekarang.
E. KEHIDUPAN AGAMA
Agama Hindu di Kerajaan Kutai mulai berkembang pada masa pemerintahan Raja
Aswawarman. Agama Hindu yang berkembang adalah Hindu Syiwa sebagai dewa
tertinggi.Tetapi di luar golongan brahmana dan ksatria, sebagian besar masyarakat Kutai masih
menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi
agama resmi kerajaan, masih terdapat kebebasan bagi masyarakatnya untuk menjalankan
kepercayaan aslinya.
Dewa Syiwa diyakini sebagai symbol Brahma yang memiliki kekuatan untuk meleburkan
alam semesta. Perkembangan agama Hindu Syiwa dibuktikan dengan adanya tempat suci yang
bernama Waprakeswara yang digunakan untuk memuja Dewa Syiwa. Di Kerajaan Kutai, agama
Hindu Syiwa menjadi agama resmi, walaupun hanya berkembang di lingkungan istana.
Sedangkan, rakyat Kutai masih pada kepercayaan kaharingan.
Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak di Kalimantan, yang menyembah Ranying
Hatalla Langit sebagai pencipta alam semesta. Kepercayaan ini memiliki beberapa persamaan
dengan agama Hindu satunya penggunaan sesajen. Oleh karena itu, pada tanggal 20 April 1980,
kaharingan dimasukkan dalam kategori agama Hindu
F. KEHIDUPAN EKONOMI
Kehidupan ekonomi di Kerajaan Kutai dapat diketahui dari hal berikut ini :
Letak geografis Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan
Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian. Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai diperkirakan
ditunjang dari sektor pertanian, baik sawah maupun ladang. Selain itu, melihat letaknya yang
strategis, yaitu di sekitar Sungai Mahakam yang menjadi jalur perdagangan Cina dan India,
membuat Kerajaan Kutai menarik untuk disinggahi para pedagang. Dengan begitu, bidang
perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai.
Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai meningkat dengan diangkatnya Raja Mulawarman.
Beliau adalah raja yang mulia dan dermawan. Terbukti dengan memberi sedekah kepada
rakyatnya berupa 20.000 ekor sapi yang diletakkan di Waprakeswara. Keterangan tertulis pada
prasasti yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa
minyak dan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Diperkirakan bahwa pertanian, baik sawah
maupun ladang, merupakan mata pencarian utama masyarakat Kutai. Melihat letaknya di sekitar
Sungai Mahakam sebagai jalur transportasi laut, diperkirakan perdagangan masyarakat Kutai
berjalan cukup ramai. Bagi pedagang luar yang ingin berjualan di Kutai, mereka harus
memberikan “hadiah” kepada raja agar diizinkan berdagang.
Pemberian “hadiah” ini biasanya berupa barang dagangan yang cukup mahal harganya;
dan pemberian ini dianggap sebagai upeti atau pajak kepada pihak Kerajaan. Melalui hubungan
dagang tersebut, baik melalui jalur transportasi sungai-laut maupan transportasi darat,
berkembanglah hubungan agama dan kebudayaan dengan wilayah-wilayah sekitar. Banyak
pendeta yang diundang datang ke Kutai. Banyak pula orang Kutai yang berkunjung ke daerah
asal para pendeta tersebut.

G. MASA KERUNTUHAN
Berdasarkan yupa yang ditemukan,Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang
Bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-
13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura)
berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung
Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa
Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735
kerajaan Kutai Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar
Sultan (Sultan Aji Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai
Kartanegara. Nama Raja Kundungga oleh para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang
Indonesia yang belum terpengaruh dengan nama budaya India. Sementara putranya yang
bernama Asmawarman diduga telah terpengaruh budaya Hindu.

2. Kerajaan Tarumanegara
A. Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin
pelarian keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus menerus
menyerang kerajaan Salakanagara. Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman
mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama
Tarumanegara. Nama Tarumanegara diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu
tanaman yang dipakai untuk ramuan pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak
sekali terdapat di tempat ini. Tanaman tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk
pengawet kain, tanaman ini merupakan komoditas ekspor dan merupakan devisa pemasukan
terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja mencapai usia
lanjut, raja mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan kepanditaan. Sebagai pertapa,
Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru
Jayasinghawarman. Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak
satupun yang memakai angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa
para ahli berusaha mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk
mempelajari hubungan cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah –
naskah hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut
catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M,
666M. sehingga dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.
B.LETAK DAN WILAYAH KEKUASAAN
Sebelum mengetahui letak kraton kerajaan Tarumanegara, dari temuan tempat prasasti itu
dapat diperkirakan luas kerajaan Tarumanegara. Prasasti Ciaruon atau prasasti Ciareteun,
ditemukan di daerah Cimpea, Bogor. Kemudian prasasti kebun kopi yang ditemukan di daerah
kampong hilir kecamatan cibung-bulang. Kemudian prasasti kebun jambu, ditemukan di daerah
bukit koleangkak 30 km sebelah barat bogor. Kemudian prasasti tugu ditemukan di daerah Tugu,
clincing, Jakarta Utara.
Dari temuan letak prasasti tersebut dapat diketahui daerah yang masuk dalam wilayah
kerajaan Tarumanegara. Wilayah kerajaan Tarumanegara meliputi pesisir Jakarta hingga
pedalaman di kaki gunung Gede (lihat gambar 1.). Selain itu dari prasasti dapat diketahui fungsi
dari suatu daerah. Pada prasasti Tugu yang dikatakan bahwa pembuatan prasasti itu untuk para
brahmana yang telah membuat terusan pada kali candrabhaga yaitu kali Gomati. Sehingga dapat
dikatakan bahwa wilayah dtemukannya prasasti Tugu merupakan daerah para Brahmana. Para
Brahmana kerajaan Tarumanegara tinggal di daerah pesisir pantai. Dapat dikatakan mereka
datang ke Nusantara dengan para pedagang India.
Dapat di duga pula pada prasasti kebun jambu yang ditemukan di dekat sungai Cisadane,
di bukit Koleangkak, Banten selatan. Dalam prasasti itu dapat ditafsirka sebagai prasasti
penaklukan suatu wilayah. Dalam prasasti itu dikatakan bahwa raja Purnawarman merupakan
raja yang disegani oleh musuh-musuhnya. Senantiasa menggempur kota-kota musuhnya.

C. KEHIDUPAN DI KERAJAAN TARUMANEGARA


1. Kehidupan Politik
Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui bahwa raja yang pernah
memerintah di tarumanegara hanyalah raja purnawarman dan raja yang telah berhasil
meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan raja
purnawarman telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Oleh karena itu rakyat hidup
makmur dalam suasana aman dan tenteram.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja
Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja
Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting
dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda
penghormatan kepada para dewa.                                                       
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat
sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan ini mempunyai arti ekonomis yang besar
bagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana pencegah banjir serta sarana lalu-
lintas pelayaran perdagangan antardaerah di kerajaan tarumanegara dengan dunia luar. Juga
dengan daerah-daerah di sekitarnya. Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat sudah
berjalan teratur.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai
bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat
pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti
tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan
Tarumanegara.

D. RAJA-RAJA DI KERAJAAN TARUMANEGARA


Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun
669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri
Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri
Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh
kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan Tarumanagara berakhir
dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk
kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan
Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan
memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanegara:

1.       Jayasingawarman 358-382 M
2.       Dharmayawarman 382-395 M
3.       Purnawarman 395-434 M
4.       Wisnuwarman 434-455 M
5.       Indrawarman 455-515 M
6.       Candrawarman 515-535 M
7.       Suryawarman 535-561 M
8.       Kertawarman 561-628 M
9.       Sudhawarman 628-639 M
10.   Hariwangsawarman 639-640 M
11.   Nagajayawarman 640-666 M
12.   Linggawarman 666-669 MC.
E.PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Tugu

   Ditemukan di Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta.


Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun
ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk
menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan
Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
2. Prasasti Kebon Kopi

     Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang


Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang
disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu
3. Prasasti Cidanghiyang/Lebak

Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai
Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan
tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

4. Prasasti Jambu

      Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di
perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa
Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji
pemerintahan raja Mulawarman.
5. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara
sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta
yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di
samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman.
6. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan
perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan
dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar
sepasang telapak kaki.
7. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten terletak di tepi sungai Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu
dikenal dengan sebutan prasasti Pasir Muara (Pasiran Muara) karena memang masuk ke
wilayah kampung Pasirmuara. Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu besar dan alami
dengan ukuran 2.70 x 1.40 x 140 m3. Peninggalan sejarah ini disebut prasasti karena
memang ada goresan tetapi merupakan pahatan gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang
keluar dari umbi.

F. SUMBER-SUMBER SEJARAH
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari
dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang
ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti
ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358
M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada
di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari
Kerajaan Salakanagara. Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita
Tiongkok. Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi
menceritakan bahwa di Ye-po-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang
beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama
kotor" (maksudnya animisme). Ye Po Ti sering dianggap sebutan Fa Hien untuk jawadwipa,
tetapi kemungkinan yang lebih tepat Ye-Po-Ti adalah Way Seputih di Lampung, di daerah
aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti2 peninggalan kerajaan kuno berupa
punden berundak dll yang sekarang terletak di taman purbakala pugung raharjo, meskipun
saat ini pugung raharjo terletak puluhan kilo meter dari pantai tetapi tdk jauh dari situs
tersebut ditemukan batu2 karang yg menunjukan daerah tersebut dulu adalah daerah pantai
persis penuturan Fa hien

1. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari
To-lo-mo ("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
2. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan
dari To-lo-mo.
Dari berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis
penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber
yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang
Taruma.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat
diketahui beberapa aspek kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara
diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut
diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan
Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang
dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
G. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini
didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah
terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat
bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya
tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.

Anda mungkin juga menyukai