PENDAHULUAN
rupiah atau yang disebut dengan krisis moneter yang dimulai tahun 1997 menurut
proses bisnis yang terkelola dengan baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi
dengan begitu tajamnya. Ini tidak dapat terlepas dari terjadinya beberapa skandal
besar seperti “malpraktik bisnis” yang melibatkan profesi akuntan baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan tersebut
(OECD) salah satu komponen dari corporate goverance adalah adanya sistem
keuangan masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Salah satu faktor yang masih
adalah menyangkut etika dan sikap positif akuntan Indonesia, tidak mengherankan
jika sejak dulu etika selalu menyoroti akuntan dalam menyajikan laporan
keuangan.
1
2
krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang harus paling
akuntan Indonesia pada masa yang akan datang akan menghadapi tantangan yang
semakin berat, untuk itu persiapan yang menyangkut profesi seorang akuntan
mutlak diperlukan.
terlalu ‘lunak’ pada klien dan peran serta dalam menghindari aturan akuntansi
yang ada. Wyatt menambahkan bahwa untuk menghindari hal - hal tersebut,
pendidikan akuntansi atas dua hal, yaitu apresiasi terhadap profesi akuntan dan
apresiasi mengenai dilema etika (ethical dilemmas). Hal ini dapat dituangkan
pelanggaran etika yang terjadi, baik dilakukan oleh akuntan publik, akuntan
intern, maupun akuntan pemerintah. Hal ini tidak akan terjadi jika setiap akuntan
3
Pekerjaan seorang akuntan harus dikerjakan dengan sikap yang profesional yang
sepenuhnya berlandaskan pada standar moral dan etika yang ada. Dengan sikap
akuntan yang profesional maka akan mampu menghadapi tekanan yang muncul
dari dirinya sendiri ataupun dari pihak eksternal, dimana kemampuan seorang
akuntan untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada, dalam hal ini ada salah satu
pendidikan.
memiliki etika dan bermoral tinggi. Selain itu, pendidikan akuntansi di Indonesia
kelak sukses berkarier di profesi akuntan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh
perguruan tinggi yang memiliki softskill memadai daripada lulusan yang hanya
yang memadai.
Oleh karena itu, akuntan pendidik dituntut oleh berbagai badan profesional
kemampuan mahasiswa bekerja dalam team. Kalangan praktisi atau profesi dan
team.
akuntan tersebut merasa bahwa profesi akuntan adalah penting dan memiliki
profesinya. Karena itulah, salah satu hal penting yang perlu ditekankan dalam
diartikan bahwa minat mahasiswa untuk menjadi akuntan juga semakin rendah,
mereka yang pintar-pintar tidak lagi berminat menjadi akuntan. Hal ini bisa terjadi
karena proses pengajaran atau penyampaian materi kuliah dan proses penyusunan
penyampaian suatu mata kuliah tertentu. Sehingga, mahasiswa merasa bosan dan
semakin tidak tertarik dengan profesi yang mungkin akan digelutinya dan dapat
tekanan dari banyaknya mata kuliah yang ditempuh serta tingkat kesulitan mata
Mariott dan Mariott (2003), dalam SNA X (Fitriany dan Yulianti, 2007) yang
persepsi positif mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan. Hal ini juga
terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Fitriany dan Yulianti (2007),
pada program S-1 reguler dan S-1 ekstensi, mahasiswa senior memiliki persepsi
untuk masa yang akan datang. Perlu diterapkan berbagai metode pengajaran agar
UNIVERSITAS TANJUNGPURA”.
Agar penelitian ini tidak meluas berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan, maka dibuat batasan masalah agar penelitian lebih terarah,
terfokus dan tidak melenceng dari topik pembahasan, maka penelitian ini
oleh Marriott dan Marriot (2003:118) yaitu: (1) akuntan sebagai profesi, (2)
akuntan sebagai karir, (3) akuntansi sebagai bidang ilmu, dan (4) akuntansi
akuntan sebagai profesi, akuntan sebagai karir, akuntansi sebagai bidang ilmu dan
mengetahui :
sebagai profesi, akuntan sebagai karir, akuntansi sebagai bidang ilmu dan