Anda di halaman 1dari 10

CBAM-FE

Analisa Lingkungan Makro... Page 165 - 174 Vol. 1 No. 1 December 2012

Analisa Lingkungan Makro, Perilaku Konsumen Serta


Peluang Dan Strategi Bisnis Hijau Di Indonesia
Damayanti Octavia
Dosen Institut Manajemen Telkom
damavia@yahoo.co.id

Abstrak
Perubahan iklim serta beberapa kondisi yang mengancam kelestarian lingkungan
mendorong kesadaran masyarakat akan produk yang ramah lingkungan. Untuk
mengetahui mengetahui peluang dan tantangan bisnis hijau maka diperlukan analisa
lingkungan makro dan perilaku konsumen terhadap produk hijau. Peluang merupakan
pendorong bisnis hijau, sedangkan tantangan merupakan alat untuk menciptakan
strategi. Strategi bisnis hijau menghasilkan keunggulan bersaing, reputasi merek, dan
peningkatan penerimaan.
Kata kunci : Analisa Lingkungan Makro, Perilaku Konsumen, dan Peluang Bisnis
Hijau.

PENDAHULUAN lebih banyak, banjir rob atau banjir yang


Perubahan iklim dan kenaikkan frekuensi berasal dari pasangnya air laut karena
maupun intensitas cuaca ekstrim yang kita permukaan lebih rendah dari pada perairan.
rasakan saat ini merupakan hasil kegiatan Menurut De Rozari (1993) dalam PEACE
manusia, terutama penggunaan bahan bakar (2007:40) dari data 12 stasiun iklim di
yang menggunakan fosil dan pola global Indonesia kenaikkan suhu antara 0,2ºC
pemanfaatan lahan. Menurut International sampai 0,4ºC per dekade. Ratag (2001)
Energy Agency dalam Robert Dahlstrom dalam PEACE (2007:43) memprediksikan
(2011:29) total penggunaan energi terbesar bahwa di Indonesia akan terjadi peningkatan
digunakan oleh manufaktur sebesar curah hujan sekitar 2-3% per tahun.
33%, diikuti rumah tangga sebesar 29%,
transportasi 26%, industri jasa 9%, dan
Isu perubahan iklim merubah cara pandang
lain-lain 3%. Total emisi karbondioksida
konsumen menjadi lebih aware terhadap
(CO2) yang dihasilkan baik secara langsung
lingkungan. Menurut Haryadi (2009:66)
maupun tidak langsung, manufaktur
penyumbang emisi CO2 terbesar yaitu mayoritas konsumen menyadari bahwa
sebesar 38%, diikuti oleh transportasi perilaku pembelian mereka secara langsung
sebesar 25%, rumah tangga 21%, industri berpengaruh pada berbagai masalah
jasa 12%, dan lain-lain sebesar 4%. lingkungan. Konsumen beradaptasi dengan
situasi ini dengan mempertimbangkan isu
Perubahan suhu udara menjadi lebih panas, lingkungan ketika berbelanja dan melalui
musim menjadi tidak menentu, curah hujan perilaku beli mereka.

Proceedings of
Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012 165
Analisa Lingkungan Makro... Damayanti Octavia

Kesadaran konsumen terhadap lingkungan ANALISA LINGKUNGAN MAKRO


mendorong industri untuk melakukan Lingkungan bisnis ada dua yaitu lingkungan
bisnis yang ramah lingkungan, bukan eksternal dan internal. Pada makalah ini akan
sekedar kewajiban menjaga lingkungan dibahas mengenai lingkungan eksternal.
tapi sudah menjadi bagian dari proses bisnis Menurut Yogi, dkk (2003:29) lingkungan
untuk memenuhi sebagian dari keinginan
eksternal adalah lingkungan yang tidak
konsumen. Menurut Graham dan Ketra
dapt dikendalikan oleh perusahaan.
(2002) dalam Hosein (2011:540) “There are
Menurut Rangkuti (2006:23) menganalisis
many companies that have attempted to be
lingkungan eksternal untuk mengetahui
more responsible towards the environment
so that they could satisfy their customers’ berbagai peluang dan ancaman. Faktor-
needs in a more appropriate manner.” faktor yang termasuk dalam lingkungan
eksternal secara makro menurut Yogi, dkk
METODOLOGI PENELITIAN (2003:29) terdiri dari ekonomi, sosial,
politik, teknologi, ekologi. Berikut akan
Metodologi penelitian yang digunakan
disampaikan analisa lingkungan makro
dalam kajian ini adalah metode penelitian
Indonesia :
kualitatif, dengan jenis metode penelitian
kualitatif yang digunakan adalah
Ekonomi
penelitian perpustakaan (library research).
Dilihat dari sisi ekonomi, pertumbuhan
Menurut Iskandar (2009:11) penelitian
Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat
kualitatif adalah suatu proses penelitian
sebesar 2,9% (BPS, 2011). Kontribusi
dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki fenomena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih
sosial dan masalah manusia. didominasi oleh sektor industri dengan
kontribusi di atas 25% dari total PDB
PERUMUSAN MASALAH (SLHI, 2010:8). Studi dari Bank Dunia
1. Bagaimana analisa lingkungan makro? yang dirilis oleh Leitmann et al (2009)
2. Bagaimana perilaku konsumen? dalam SLHI (2010:8) menunjukkan bahwa
3. Bagaimana peluang dan strategi bisnis degradasi lingkungan menggerus 5%
hijau dilihat dari analisa lingkungan terhadap PDB Indonesia. Sektor industri
makro dan perilaku konsumen? penyumbang terbesar dalam perumbuhan
PDB Indonesia, sekaligus penggerus biaya
KERANGKA PEMIKIRAN lingkungan dari total PDB Indonesia.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Menurut World Development Indicators
tahun 2008 Indonesia berada di urutan
Analisa
kedua setelah Cina penghasil CO2 dalam
Lingkungan
Peluang &
pertumbuhan ekonominya. Seperti
Makro
Strategi yang terlihat pada gambar 2. Indonesia
Perilaku
Bisnis Hijau menghasilkan 1,7Kg CO2 per 2000 US$
Konsumen
dari total PDB.

Proceedings of
166 Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012
Damayanti Octavia Analisa Lingkungan Makro...

Gambar 2. CO2 emissions (kg per 2000 Kerja Presiden untuk Pengendalian dan
US$ of GDP) 2008 Pengawasan Pembangunan (UKP4) dalam
national geographic (2012) menyatakan
bahwa “Undang-undang kita tidak semua
memberi jalan untuk green economy.
Termasuk perundangan yang ada di
bawahnya, seperti Perpres (Peraturan
Presiden), Permen (Peraturan Menteri),
atau pun Perda (Peraturan Daerah),
terkadang peraturan lama dan baru saling
tumpang tindih. Peraturan lama cenderung
masih sangat eksploitatif pada alam
dan kurang mendukung green economy.
Sebaliknya, peraturan baru sudah mulai
ramah lingkungan. Ketika diterapkan di
lapangan, sering membuat bingung para
pelakunya.”

Sumber : World Development Indicators Sama halnya yang disampaikan pada


(WDI) database laporan SLHI (2010:124), Undang-undang
lingkungan yang baru yakni UU23/2009,
memang belum dirasakan efektifitasnya
Sosial secara signifikan dalam mengendalikan dan
Dari Demografi, berdasarkan data laporan memecahkan permasalahan lingkungan.
SLHI (2010:3) Jumlah penduduk Indonesia Beberapa aturan-aturan turunan seperti
sebesar 238 juta jiwa, dengan konsentrasi peraturan pemerintah dan sejenisnya,
terbanyak berada di Pulau Jawa yang sampai saat ini belum secara tuntas
berpenduduk 121 juta jiwa dan merupakan dirampungkan sehingga sulit dijadikan
salah satu daerah terpadat di dunia. Laju indikator bagi efektifitas pengelolaan
pertumbuhan penduduk meningkat dari lingkungan hidup di Indonesia.
2,3% per tahun menjadi 2,7% per tahun.
pertumbuhan penduduk secara umum Ekologi
menambah tekanan terhadap sumber daya Berdasarkan data PEACE consultant
alam dan lingkungan. Kebutuhan akan air, (2007:2) Indonesia merupakan negara
lahan untuk pemukiman secara sporadis, peringkat ketiga penghasil emisi GHG
transportasi, memperburuk kondisi (Green House Gas) setelah Amerika dan
lingkungan pada umumnya. Cina, sebagian besar emisi GHG dihasilkan
di Indonesia dari kehutanan. Pembakaran
Politik hutan, pembalakkan liar (ilegal logging)
Dilihat dari kebijakan pemerintahan, secara sporadis demi kepentingan individu
Menurut Deputi 1 Bidang Perencanaan atau bisnis. Gambar 3 adalah data negara
dan Hubungan Internasional Unit penghasil emisi GHG.

Proceedings of
Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012 167
Analisa Lingkungan Makro... Damayanti Octavia
Tabel 1. GHG Emissions Summary 1. Keluarga
(MtCO2e) Kebutuhan anggota keluarga akan
menjadi pertimbangan dalam
memutuskan pembelian suatu produk
atau jasa.
2. Referensi Kelompok
Sumber : PEACE consultant (2007) Referensi Kelompok adalah kelompok
yang berfungsi sebagai poin rujukan
bagi individu dalam membentuk
PERILAKU KONSUMEN
kepercayaan, sikap, dan perilaku.
Menurut Solomon (2011:33) perilaku
3. Budaya
konsumen adalah suatu proses ketika
Nilai-nilai, keyakinan-keyakinan,
individu atau group memilih, membeli,
aturan-aturan, dan norma-norma yang
menggunakan, atau membuang produk,
melingkupi suatu kelompok masyarakat
jasa, ide, atau pengalaman untuk memenuhi
akan mempengaruhi sikap dan tindakan
kebutuhan dan keinginan.
individu dalam masyarakat tersebut.

Menurut Peter & Olson (2010:20-22) Ada


tiga elemen dalam menganalisa konsumen, Berikut adalah beberapa perilaku konsumen
yaitu : terhadap produk hijau di beberapa negara,
termasuk Indonesia :
1. Consumer affect and cognition
a. Perilaku Konsumen di New Zealand
Affect mengacu pada perasaan yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menstimuli terhadap perasaan suka
oleh Chritopher Gan etal. tahun
dan tidak suka terhadap suatu produk.
2008, konsumen yang sadar terhadap
Cognition mengacu pada pemikiran
lingkungan lebih memilih produk hijau,
tentang keyakinan terhadap suatu
tetapi ada atribut produk lain yang
produk.
menjadi pertimbangan dalam meutuskan
2. Consumer Behaviour
untuk membeli yaitu harga, kualitas,
Behaviour mengacu pada tindakan fisik
dan merek. Ada harapan konsumen
konsumen yang bisa secara langsung
bahwa produk yang ditawarkan harus
diamati dan diukur oleh orang lain.
aman tanpa harus melakukan trade-off
3. Consumer Environment
kualitas dan harga premium. Persepsi
Consumer environment mengacu pada
konsumen terhadap produk hijau adalah
segala sesuatu di luar diri konsumen
sebagai produk yang mahal dengan
(eksternal) yang dapat mempengaruhi
kualitas inferior sehingga menyebabkan
apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan
keengganan konsumen untuk beralih
lakukan.
pada produk hijau. Label hijau tidak
mempengaruhi keputusan konsumen
Menurut Levy & Weitz (2012:94) ada
untuk membeli produk hijau karena
tiga faktor sosial yang mempengaruhi
sebagian konsumen menggangap
konsumen dalam memutuskan membeli,
informasi tersebut tidak akurat.
yaitu :

Proceedings of
168 Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012
Damayanti Octavia Analisa Lingkungan Makro...

Konsumen yang telah berkeluarga lebih menyatakan pertimbangan konsumsi


cenderung memilih produk hijau untuk berdasarkan garansi, harga, dan merek.
kesehatan. Pertimbangan ramah lingkungan
b. Perilaku Konsumen Hijau di Afrika hanya 1%. 49% tidak percaya klaim
Selatan ‘hijau’ produk, 30% tergantung merek.
Perilaku konsumen di Afrika selatan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
berdasarkan penelitain yang dilakukan oleh M.F. Shellyana Junaedi tahun 2006
oleh Tracy Allen pada tahun 2007, menyatakan segmen wanita berusia
konsumen di Afrika Selatan masih rendah 30-49 tahun yang memiliki anak
kesadarannya dalam menggunakan representatif untuk konsumsi produk
produk hijau, persepsi harga yang mahal, hijau pada masa mendatang karena
dan rendahnya permintaan terhadap konsumen memiliki gaya hidup yang
produk hijau. berorientasi pada kesehatan keluarganya
c. Perilaku Konsumen di India terutama anaknya, dan 82,4% termasuk
Perilaku konsumen di India berdasarkan konsumen yang sadar terhadap
penelitian Mishra & Sharma tahun lingkungan tetapi tidak membeli produk
2010 pada umumnya sudah memiliki organik. 34,8% pendapat konsumen
kesadaran untuk menggunakan produk produk organik mahal dan 23,1% tidak
hijau, karena masyarakat India sudah mudah didapat.
memiliki gaya hidup sehat seperti
penggunaan produk yang alami atau PELUANG DAN STRATEGI BISNIS
herbal, yoga, sehingga produk hijau HIJAU DI INDONESIA
akan lebih mudah diterima di India. Definisi Bisnis Hijau
Tetapi tetap harga yang tinggi masih
Menurut FORA (2010 : 6) dalam Green
melekat di persepsi konsumen India
Paper, menyatakan bahwa “Green business
terhadap produk hijau.
models involve the creation of new types
d. Perilaku Konsumen Hijau Indonesia
of jobs, lower environmental impacts,
Perilaku konsumen di Indonesia
and they are very promising platforms for
menurut data Bappenas tahun 2011,
innovation”.
survey yang dilakukan YLKI tahun
2002 menyatakan klaim hemat energi
Model bisnis hijau melibatkan penciptaan
menjadi pertimbangan ke empat
jenis pekerjaan baru, dampak lingkungan
setelah garansi, harga, dan merek.
yang lebih rendah, dan mereka sangat
Survey yang dilakukan Mintel tahun
menjanjikan platform untuk inovasi.
2009 menyatakan 78% ingin membeli
lebih banyak produk organik bila
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup
harga lebih murah, 54% akan membeli
“Greening business management” adalah
produk ‘hijau’ jika harga tidak terlalu
strategi pengelolaan lingkungan yang
tinggi dan 52% mengatakan harga
terpadu yang meliputi pengembangan
produk pembersih ramah lingkungan
struktur organisasi, sistem dan budidaya
sangat mahal. Survey yang dilakukan
dalam suatu kompetensi hijau dengan cara
Catalyze Communication tahun 2011

Proceedings of
Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012 169
Analisa Lingkungan Makro... Damayanti Octavia

menerapkan dan mentaati seluruh peraturan peraturan, ketetapan-ketetapan, dan


tentang pengelolaan lingkungan, termasuk undang-undang yang mengarahkan
pengelolaan bahan baku, pengolahan pada pengembangan usaha ramah
limbah, penggunaan sumberdaya alam yang lingkungan, meski belum sepenuhnya
efektif, penggunaan teknologi produksi ditetapkan dan dilaksanakan. Secara
yang menghasilkan limbah minimal legalitas bisnis hijau akan dilindungi
serta menerapkan komitmen kesadaran oleh payung hukum.
lingkungan bagi seluruh karyawan dalam 4. Dari sisi ekologi, posisi Indonesia
organisasinya. sebagai penghasil emisi GHG
terbesar ketiga setelah Amerika dan
Analisa Peluang Bisnis Hijau China, menekankan Indonesia untuk
Analisa Peluang berdasarkan lingkungan memperbaiki lingkungannya. Dan
makro : bisnis hijau sangat membantu untuk
1. Dari sisi ekonomi peluang untuk mengurangi emisi GHG.
mengembangkan bisnis hijau adalah 5. Dari sisi perilaku konsumen, konsumen
peningkatan PDB (Produk Domestik Indonesia memiliki kesadaran terhadap
Bruto) ini berarti adanya peningkatan lingkungan, kondisi ini merupakan
daya beli konsumen Indonesia. Indonesia peluang bagi para pengembang bisnis
penghasil C02 terbesar kedua setelah hijau di Indonesia.
China dalam pertumbuhan ekonominya
dan menggerus 5% dari PDB untuk Berikut ringkasan analisa peluang bisnis
perbaikan lingkungan, bisnis hijau dapat hijau di Indonesia :
mengurangi gas CO2 dan mengurangi
Tabel 2. Analisa Peluang Bisnis Hijau
biaya untuk perbaikan lingkungan dari
PDB.
2. Dari sisi sosial-demografi, pertumbuhan
No Faktor Analisa Peluang
penduduk Indonesia terus meningkat
setiap tahunnya. Jumlah penduduk
PDB meningkat, daya
yang banyak menyebabkan peningkatan beli meningkat
1 Ekonomi
dalam konsumsi, sehingga ini
merupakan peluang bagi bisnis hijau Jumlah Penduduk
untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia besar, pasar
pasar yang cukup luas dan potensial. 2 Sosial potensial
Konsumsi penduduk terhadap produk
hijau akan mengurangi dampak terhadap Peraturan, hukum,
lingkungan. mengenai bisnis hijau
3 Politik telah ada
3. Dari sisi politik-hukum dan
pemerintahan, pemerintah
mendukung para pelaku bisnis untuk
mengembangkan bisnis atau usaha
yang ramah lingkungan, ini dibuktikan
dengan disusunnya peraturan-

Proceedings of
170 Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012
Damayanti Octavia Analisa Lingkungan Makro...

Indonesia penghasil 4. Target Pasar


emisi GHG, mendor- Target pasar untuk produk hijau adalah
ong untuk mengem-
4 Ekologi
ceruk pasar, karena targetnya adalah
bangkan bisnis ramah
lingkungan untuk konsumen yang peduli dengan
lingkungan dan rela membayar sejumlah
uang untuk membeli produk hijau.
Kesadaran konsumen
Indonesia terhadap
lingkungan terus men- Strategi Bisnis Hijau di Indonesia
ingkat dan keterse- Apa yang harus dilakukan jika akan
diaan produk hijau mengembangkan bisnis hijau? Berikut
5 Konsumen masih sangat terbatas, beberapa langkah yang harus dilakukan
tidak mudah didapat,
persaingan masih dalam bisnis hijau di Indonesia :
rendah
1. Harga Premium VS Harga
Terjangkau
Jika produsen tetap menawarkan harga
Tantangan Bisnis Hijau di Indonesia premium maka harus mengedukasi
Bisnis hijau akan menghasilkan produk konsumen adanya extra value dalam produk
hijau. Berdasarkan analisa perilaku hijau yang ditawarkan seperti keunggulan,
konsumen di beberapa negara termasuk perbedaan dari produk non hijau maupun
Indonesia, ada beberapa tantangan yang produk hijau yang ditawarkan lebih
perlu diperhatikan dalam bisnis hijau, terjangkau, kualitas premium, dan lain-
yaitu: lain. Target pasar harga premium terbatas
1. Harga pada ceruk pasar. Sedangkan jika produsen
ternyata meski pada umumnya kesadaran produk hijau menawarkan harga yang
konsumen terhadap lingkungan terus lebih terjangkau bagi konsumen, produsen
meningkat tetapi harga penawaran cukup mengedukasi perbedaan produk non
produk hijau yang masih tinggi menjadi hijau dengan produk hijau yang mereka
pengaruh yang paling tinggi untuk tawarkan. Target pasarnya akan lebih luas
memutuskan membeli produk hijau. dibanding harga premium, pasarnya lebih
2. Kepercayaan massal.
Selain harga ada juga maslah
ketidakpercayaan konsumen pada Gambar 3. Strategi Harga Bisnis Hijau
label “hijau” atau ecolabel, konsumen
Indonesia sebagian berpendapat bahwa
informasi itu tidak akurat.
3. Edukasi
Informasi mengenai fungsi, manfaat,
serta keunggulan dari produk hijau atau
produk yang ramah lingkungan masih
rendah, sehingga sebagian konsumen
masih enggan membeli produk hijau
dengan harga premium.

Proceedings of
Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012 171
Analisa Lingkungan Makro... Damayanti Octavia
2. Komunikasi dan Edukasi Strategi hijau mendorong pembelian
Memberikan informasi seperti melakukan sehingga dapat meningkatkan
komunikasi lewat iklan, memberi edukasi penerimaan dari penjualan.
pada konsumen seperti seminar mengenai d) Menurut Hosein (2011:542) “green
lingkungan, open factory bagi pelajar atau marketing activities will enable
masyarakat umum, melibatkan konsumen the company to shine next to their
dalam proses CSR (Corporate Social competitors by offering new products
Responsibility) misalnya dengan ikut with extra advantages, in the new
markets”. Implementasi bisnis yang
berpartisipasi dalam acara yang diadakan
ramah lingkungan dapat menjadi
oleh perusahaan yang berkaitan dengan
keunggulan bersaing diantara
lingkungan seperti penanaman pohon,
persaingan yang ketat, karena produk
sepeda santai, gerak jalan. Kegiatan-
yang ditawarkan mempunyai nilai
kegiatan tersebut akan memberi informasi tambah ramah lingkungan dibandingkan
yang lebih mengenai lingkungan kepada pesaing.
konsumen dan meningkatkan kepercayaan
terhadap produk hijau yang ditawarkan. Gambar 4. Strategi Bisnis Hijau

3. Produk Hijau sebagai keunggulan Tantangan


Harga,
bersaing Kepercayaan,
Komunikasi & • Reputasi
a) Menurut Hartmann (2005:21), a well- Edukasi
Merek
implemented green positioning strategy • Peningkatan
can lead on the whole to a more Strategi revenue
• Keunggulan
favourable perception of the brand, thus Bisnis Hijau
bersaing
giving support to the green marketing
approach in general. Pelaksanaan
strategi hijau akan berdampak postif
KESIMPULAN
terhadap persepsi merek.
b) Menurut survey yang dilakukan Analisa Lingkungan makro dilakukan
menggunakan faktor ekonomi, sosial,
Boston Consulting Group dalam
politik, dan ekologi. Analisa lingkungan
UNEP (2012:22) “brand reputation
makro dilakukan untuk mengetahui peluang
is often seen as the most important
dan ancaman bisnis.
reason for organizational response
to sustainability”. Strategi hijau Perilaku Konsumen Indonesia sebagian
dilaksanaankan oleh perusahaan untuk besar telah memiliki kesadaran terhadap
reputasi merek. lingkungan dan mau menggunakan produk
c) David Wigder (2007) dalam Retnawati hijau, hanya kendala harga yang masih
(2011:5) menyatakan ada asosiasi kuat dianggap mahal dan ketersediaan produk
antara tindakan perusahaan lingkungan hijau yang tidak mudah didapat, membuat
dan tanggung jawab social, akan konsumen masih memilih produk non
mempertinggi perilaku pembelian. hijau.

Proceedings of
172 Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012
Damayanti Octavia Analisa Lingkungan Makro...

Berdasarkan analisa lingkungan makro Social Sciences, Volume 19 Number 4.


maka diketahui peluang berupa pasar
potensial, daya beli meningkat, dukungan Iskandar. (2009), “Metodologi Penelitian
dari pemerintah, dorongan dari lingkungan Kualitatif. Aplikasi untuk Pendidikan,
untuk mengembangkan bisnis hijau. Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial,
Tantangan dalam bisnis hijau adalah Humaniora, Politik, Agama dan Filsafat”,
masalah harga, kepercayaan, target pasar, Gaung Persada Press.
dan edukasi. Strategi yang disarankan
adalah penetapan harga premium vs harga J. Paul Peter & Jerry C. Olson. (2010)
terjangkau, komunikasi dan edukasi yang “Consumer Behaviour and Marketing
akan meningkatkan kepercayaan konsumen. Strategy”, McGraw-Hill Companies, Inc.
Strategi bisnis hijau ini menghasilkan Karen Chapple. (2008), “Defining The
keunggulan bersaing, reputasi merek dan Green Economy : A Primer on Green
peningkatan penerimaan. Economic Development”, The Center for
Community Innovation (CCI).

DAFTAR PUSTAKA Kementrian Lingkungan Hidup Republik


Indonesia. (2010), “Status Lingkungan
Berta Bekti Retnawati. (2011), “Peningkatan
Hidup Indonesia 2010”.
Nilai Merek-Merek Asli Indoneisa dengan
Green Branding”, Jurnal Dinamika Sosial
M.F. Shellyana. (2006), “Pengembangan
Ekonomi, Volume 7 Nomor 1.
Model Perilaku Konsumen Berwawasan
Lingkungan di Indonesia : Studi
Christopher Gan, Han Yen Wee, Lucie
Perbandingan Kota Metropolitan dan Kota
Ozanne, TzuHui Kao. (2008) “Consumers’
Non Metropolitan”, Jurnal Ekonomi dan
purchasing behavior towards green products
Bisnis Indonesia, Vol.21, No.4.
in New Zealand”, Innovative Marketing
Journal, Volume 4, Issue 1.
Michael Levy & Barton A. Weitz. (2012),
“Retailing Management”, McGraw-Hill
FORA. (2010), “Green Business Models in
Companies, Inc.
Nordic Region”, Green Paper.

Michael R. Solomon. (2011), “Consumer


Freddy Rangkuti. (2006), “Analisis
Behaviour. Buying, Having, and Being”,
SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Pearson Education, Inc.
Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis
untuk Menghadapi Abad 21”, PT.Ikrar
Pavan Mishra & Payal Sharma. (2010),
Mandiriabadi.
“Green Marketing in India : Emerging
Opportunities and Challenges”, Journal
Hosein Vazifehdust, Amin Asadollahi.
of Engineering, Science and Management
(2011), “The Role of Social Responsibility
Education, vol.3.
in Green Marketing & Its Effects Health &
Environment in Iran”, European Journal of
PEACE. (2007), “Indonesia and Climate

Proceedings of
Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012 173
Analisa Lingkungan Makro... Damayanti Octavia

Change : Current Status and Policies”. Africa”, Disertasi. University of Pretoria.


UNEP. (2012), “The Business Case for The
Robert Dahlstrom. (2011), “Green Green Economy”.
Marketing Management”, Nelson
Education Ltd. Yogi, Adang Widjana, Ratnaningtyas.
(2003), “Manajemen Stratejik. Pendekatan
Rudi Hatyadi. (2009), “Pengaruh Strategi Analisis Praktis”, JPU Press.
Green Marketing terhadap Pilihan
Konsumen Melalui Pendekatan Marketing http://www.bappenas.go.id/get-file-server/
Mix”, Tesis. Universitas Diponegoro. node/11525/
http://nationalgeographic.co.id/
Tracy Allen. (2007), “Green-Marketing. berita/2012/04/indonesia-sulit-terapkan-
Could Green-Marketing be Competitive green-economy
Advantage for Retailers within South

Proceedings of
174 Conference In Business, Accounting and Management (CBAM) 2012

Anda mungkin juga menyukai