Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Provinsi Aceh dikenal sebagai sebuah provinsi yang memiliki status

Istimewa dalam rangkaian provinsi yang berada di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Status istimewa tersebut diraih karena kondisi sosial budaya

masyarakat Aceh yang khas, potensi kekayaan alam di provinsi Aceh, serta kiprah

masyarakat Aceh yang besar serta berharga dalam sejarah perjuangan

kemerdekaan Indonesia. Adanya status istimewa tersebut, provinsi Aceh tentunya

memiliki sebuah perbedaan dalam mekanisme pemerintahan serta peraturan

daerahnya. Sebagai sebuah provinsi yang terdiri dari mayoritas penduduk

beragama Islam dan di dukung pula oleh adat istiadat masyarakat Aceh yang

memegang teguh prinsip Islam secara mengakar dalam kehidupan bermasyarakat,

maka Syariat islam menjadi sebuah pertimbangan utama dalam perumusan

peraturan di daerah provinsi Aceh.1

Perda dan Qanun sudah banyak yang dihasilkan pemerintah Aceh dalam

rangka pelaksanaan syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam. Seperti Perda

Nomor 3 tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Majelis

Permusyawaratan Ulama Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Perda Nomor 5 Tahun

2000 tentang pelaksanaan Syariat Islam, Perda Nomor 43 Tahun 2001 tentang

perubahan atas Perda Nomor 3 Tahun 2000, Qanun Nomor 10 Tahun 2002

1
Abu Bakar Al Yasa, Syariat Islam di Provinsi NAD, Paradigma, Kebijakan, (Banda
Aceh: Dinas Syariat Islam Provinsi NAD, 2005), hal.62-63.

1
tentang Peradilan Syariat Islam, Qanun Nomor 11 Tahun 2002 tentang

pelaksanaan syariat Islam bidang Aqidah, Ibadah dan Syiar Islam, Qanun Nomor

12 Tahun 2003 tentang Minuman Khamar (minuman keras) dan sejenisnya,

Qanun Nomor 13 Tahun 2003 tentang Maisir (perjudian), Qanun Nomor 14

Tahun 2003 Tentang Khalwat (mesum), dan Qanun Nomor 7 Tahun 2004

tentang Pengelolaan Zakat, serta sejumlah intruksi Gubernur pendukung

pelaksanaan syariat Islam. Syariat Islam secara Kaffah diartikan pelaksanaan

hukum syariah secara sempurna oleh Pemerintah Daerah. Beberapa Lembaga

yang dibentuk untuk menjalankannya yaitu, Dinas Syariat Islam yang

mempunyai tanggung jawab utama pelaksanaan hukum Syariah, Majelis

Permusyawaratan Ulama (MPU) sebagai Lembaga Independen yang bertugas

memberikan masukan dan kritikan terhadap jalannya hukum Syariah, dan Polisi

Wilayatul Hisbah yang bertugas mensosialisasikan Qanun, menangkap pelanggar

Qanun serta menghukum pelaku yang melanggar Syariat, dan juga peraturan

khusus yang berada pada setiap pemerintahan Gampong 2.

Pengaturan khusus pemerintahan Gampong merupakan langkah

penting guna tertatanya sistem politik dan mekanisme kekuasaan di

Gampong. Mengingat pemerintah Gampong merupakan sebuah organisasi,

maka organisasi itu haruslah sederhana dan efektif serta memperhatikan

masyarakat. Gampong atau nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung berada di

bawah Mukim atau nama lain yang menempati wilayah tertentu, yang di

2
Misra A.Muchsin,etal,Buku panduan pelaksanaan Syariat Islam Bagi Birokyat,cet,Ke-2
(Banda Aceh: DinasSyari’at Islam Nanggroe Aceh Darussalam 2008), hal.2.

2
pimpin oleh Geuchik atau nama lain dan berhak menyelenggarakan urusan

rumah tangganya sendiri (Qanun No. 5 tahun 2003, pasal 1) oleh karena itu

Pemerintah Gampong perlu memiliki struktur kepemerintahan yang di

dalamnya terdapat pula lembaga-lembaga kemasyrakatan Gampong, Salah

satunya Pageu Gampong.3

Pageu berarti pagar dan gampong berarti desa. Jadi, pageu gampong

adalah pagar desa. Maksud dari istilah tersebut adalah usaha menjaga nama baik

(marwah) dan kredibilitas sebuah gampong dari hal-hal atau perbuatan tidak

baik yang dapat mencemari nama baik gampong. Pageu gampong bertujuan

untuk mengatasi muncul dan berkembangnya hal-hal yang tidak baik (negatif),

baik yang timbul dari dalam gampong sendiri maupun dari luar. 4

Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat di Aceh tidak lepas dari nilai-

nilai adat dan budaya yang menjadi landasan hidup bagi masyarakat. Hal ini

sacara turun-temurun masih dipraktikkan sejak peraturan hukum adat

disistematiskan pada masa pemerintahan sultan iskandar muda. Dari sisi historis,

pelaksanaan hukum adat ini tidak dapat dipisahkan dari hukum agama, kedua

hukum ini saling mengikat dalam aplikasinya di kehidupan sehari-hari

masyarakat Aceh. Pada masa itu muncul istilah “adat bersendi syara’, syara’

bersendi adat” yaitu bahwa agama bersumber dari Al-qur’an dan hadist serta

adat dirumuskan melalui undang-undang dan reusam negeri yang disusun oleh

sultan dengan bermusyawarah bersama orang-orang besarnya apabila agamanya


3
Ibid, hal. 56.
4
Emk. Alidar mizan.M.Hum, 2003. Pageu gampong (suatu tradisi masyarakat aceh
dalam menjaga lingkungan).(Banda Aceh: Pusat Pelatihan Ilmu Sosial Budaya (PPISB) 2003),
hal.1.

3
kuat maka kuat pula adatnya, begitu juga sebaliknya apabila adatnya kuat maka

kuat pula agamanya.

Gampong-Gampong yang terdapat di kota Langsa yang memiliki

susunan struktur kepemerintahan Gampong yang di dalamnya terdapat

lembaga Pageu Gampong. Dilihat dari beberapa aspek, baik dari aspek

pelaksanaan keamanan, pembinaan masyarakat di segala bidang,

peningkatan pelaksanaan syariat Islam di Gampong tampak lambatnya

proses yang berjalan seperti tidak adanya jam malam yang ditetapkan

sehingga muda-mudi gampong masih banyak melakukan kegiatan

berpacaran di halaman rumahnya, dan nongkrong di kantor desa sampai

tengah malam hanya untuk bermain game, hal ini terjadi tentulah disebabkan

oleh beberapa faktor yang terjadi di Pemerintah Gampong khususnya

Pageu Gampong dalam menjalankan kedudukan, tugas, fungsi serta

wewenang sebagaimana mestinya. Berdasarkan uraian di atas yang menjadi

latar belakang masalah, maka penulis terdorong untuk

mengungkap/mengetahui lebih jauh fakta- fakta tersebut, untuk itu penulis

mengangkat penelitian dengan judul “Peran Pageu Gampong dalam

Menjaga Penegakan Syariat Islam di Kota Langsa”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Pageu Gampong dalam Menjaga Penegakan Syariat

Islam di Kota Langsa?

2. Bagaimana Dampak Pageu Gampong dalam Menjaga Penegakan Syariat

Islam di Kota Langsa?

4
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Peran Pageu Gampong dalam Menjaga Pengakan

Syariat Islam di Kota Langsa.

2. Untuk mengetahui dampak Pageu Gampong dalam Menjaga Pengakan

Syariat Islam di Kota Langsa.

D. Manfaat Peneltian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu

ketatanegaraan khususnya yang berfokus pada kajian analisi peran Pageu

Gampong dalam Menjaga Pengakan Syariat Islam.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi lembaga Pageu

Gampong Kota langsa dan Pageu Gampong di daerah aceh lainnya.

E. Penjelasan Istilah

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam apa yang di maksudkan

dalam pembahasan ini,mak apenulis menganggap perlu diberikan batasan istilah,

ada pun batasan istilah yang di anggap perlu oleh penulis adalah:

1. Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat5.

2. Pageu gampong menurut masyarakat Aceh mengatur segala hal yang

berkaitan dengan ketertiban masyarakat Gampong sebagai suatu sistem

5
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online http : // kbbi.web.id/peran

5
tata kehidupan bersama yang bersifat protektif untuk mengantisipasi dan

menyelesaikan persoalan kemasyarakatan.

3. Penegakan adalah proses, cara, perbuatan menegakkan6.

4. Penerapan syariat dimaksudkan untuk menjadikan syariat Islam sebagai

panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya dalam

konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Karena itu, peran negara sangat

diperlukan untuk menjamin rakyatnya khususnya umat Islam untuk dapat

beribadah menjalankan segala-perintah dan menjauhi segala larangan yang

telah disyariatkan dalam Islam.7

5. Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah benturan,

pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Dampak

dibagi kedalam dua pengertian yaitu: Dampak positif dan dampak negatif.8

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Adanya penelitian terdahulu bisa dijadikan sebagai pembanding untuk

mengetahui permasalahan yang sudah dilaksanakan oleh peneliti terkait dengan

permasalahan pada penelitian ini. Adapun mengenai penelitian terdahulu sebagai

berikut :

1. Listiani Dwi Nusanti di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun

2009. Riset ini berjudul Lembaga Kepolisian dalam Perspektif Hukum

Islam (Kajian Posisi Wilayatul Hisbah di Nanggroe Aceh

6
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online http : // kbbi.web.id/penegakkan
7
Arfin Hamid, Hukum Islam Persfektif Keindonesiaan, (Sebuah Pengantar dalam Memahami
Realitas Hukum Islam di Indonesia), (Makassar: Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, 2007),
hal. 180.
8
Suharno dan Ana Retno ningsinh, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya),
hal.243

6
Darussalam). Dalam penelitian ini Listiana Dwi Nusanti mencoba

membandingkan antara peran Polisi umum dengan peran Polisi syariat

Islam, yang dilakukan oleh WH.9

2. Oriza Muhazirah di UIN Ar-Raniry Banda Aceh pada tahun 2018.“Upaya

Tokoh Masyarakat dalam Menerapkan Gampong Syariah di Gampong

Beurawe Kota Banda Aceh”.dalam penelitian ini Oriza Muhaziah untuk

mendalami bagaimana peran Tokoh Masyarakat dalam menerapkan

Gampong Syariah di Gampong Beurawe Kota Banda Aceh.10

3. Khaidar Ikhsan di UIN Ar-Raniry Banda Aceh pada tahun 2019.“Peran

Aparatur Gampong dalam Pencegahan Khalwat (Studi di Mukim

Lambaroh Kecamatan Peukan Bada Kab. Aceh Besar). Dalam penelitian

ini Khaidar Ikhsan karena Khalwat yang terjadi di daerah Pemukiman

Lambaroh Kecamatan PeukanBada Kabupaten Aceh Besar akhir-akhir ini

makin meningkat, salah satunya disebabkan oleh kurangnya penjagaan di

Gedung Evakuasi Bencana Tsunami yang terletak di Gampong Payatieng

yang dijadikan tempat untuk berkhalwat oleh pasangan-pasangan yang

belum menikah.11

9
Listiani Dwi Nusanti “Lembaga Kepolisian dalam Perspektif Hukum Islam (Kajian
Posisi Wilayatul Hisbah di Nanggroe Aceh Darussalam)” Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: 2009
10
Oriza Muhazirah, “Upaya Tokoh Masyarakat dalam Menerapkan Gampong Syariah di
Gampong Beurawe Kota Banda Aceh”Skripsi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh 2018
11
Khaidar Ikhsan, “Peran Aparatur Gampong dalam Pencegahan Khalwat (Studi di
Mukim Lambaroh Kecamatan Peukan Bada Kab. Aceh Besar), Skripsi, UIN Ar-Raniry Banda
Aceh 2019.

7
Tabel 1.1

Persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu

No Nama Judul Perbedaan

1. Listiani Dwi “Lembaga Kepolisian Penelitian ini berisi

Nusanti dalam Perspektif Hukum tentang “Peran Pageu

Islam” (Kajian Posisi Gampong dalam

Wilayatul Hisbah di Menjaga Pengakan

Nanggroe Aceh Syariat Islam di Kota

Darussalam). Langsa”
2. Oriza Muhazirah “Upaya Tokoh Masyarakat Penelitian ini berisi

dalam Menerapkan tentang “Peran Pageu

Gampong Syariah di Gampong dalam

Gampong Beurawe Kota Menjaga Pengakan

Banda Aceh.” Syariat Islam di Kota

Langsa”

3. Khaidar Ikhsan “Peran Aparatur Gampong Penelitian ini berisi

dalam Pencegahan Khalwat tentang “Peran Pageu

(Studi di Mukim Lambaroh Gampong dalam

Kecamatan Peukan Bada Menjaga Pengakan

Kab. Aceh Besar). Syariat Islam di Kota

Langsa”

8
G. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Guna memperoleh data yang berkenaan dengan peran tokoh Gampong

dalam peningkatan kapasitas keagamaan masyarakat di Gampong Serambi Indah,

maka dilakukan dengan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan di

lapangan secara langsung untuk memperoleh data yang dibutuhkan

sertamenyangkut dengan persoalan-persoalan atau kehidupan nyata.

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Gampong Desa Serambi Indah Kecamatan

Langsa Baro Kota Langsa.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilapangan, digunakan teknik-teknik berikut,

yaitu:

a. Observasi

Observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indera.12 Jadi, observasi adalah mengamati

secara langsung terhadap objek penelitian baik melalui penglihatan, penciuman,

pendengaran, peraba, dan pengecap. Menurut Sugiono, dari segi proses

pelaksanaan pengumpulan data, maka metode observasi ini dibagi dalam dua

bagian, yaitu:13

a. Observasi berperan (participat observation) yakni observer terlibat

langsung dengan objek penelitian.


12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta,
2002), hal., 199.
13
Sugiono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D... , hal.145.

9
b. Observasi non partisipan yakni observer tidak terlibat langsung.

Jadi, observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non

partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung hanya berfokus pada bagaimana

mengamati, mempelajari dan mencatat fenomena yang diteliti. Hal ini dilakukan

agar observasi dapat menjadi bahan masukan dalam menyelesaikan penelitian.

Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi kondisi gampong,

kondisi sosial masyarakat gampong, dalam menjalankan Syariat Islam sepeti

aktifitas kegiatan beribadah masyarakat gampong (Shalat fardhu di Menasah dan

kegiatan pengajian baik TPA, pengajian ibu-ibu di Gampong dan Fardhu

Kifayah.)

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interview).14

Esterbeg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:15

a. Wawancara terstruktur (structured interview)

Wawancara tertuktur digunakan sebagai tehnik pengumpulan data, bila

peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh.

b. Wawancara semi terstruktur (semi structured interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam katagori in-dept interview, di

mana dalam pelaksaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis..., hal., 198.
15
Sugiono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D..., hal., 233.

10
menemukan masalah lebih terbuka, dimana pihak yang di ajak diminta

pendapat dan ide-idenya.

c. Wawancara tidak terstruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara semi terstruktur

dalam mendapatkan data penelitian dengan menayakan langsung secara lisan

terkait hal-hal yang dibutuhkan kemudian direkam dan dicatat untuk dijadikan

data dalam penulisan skripsi ini. Hasil wawancara itu berupa jawaban responden

dan informan terhadap permasalahan penelitian dan dijadikan data dalam

penulisan skripsi. Wawancara akan ditujukan kepada informan yang terdiri dari

Pageu Gampong, Geuchik gampong, Tuha Peut, Tengku Imum sebagai tokoh

masyarakat gampong dan perwakilan masyarakat yang ada di tempat pelaksanaan

penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan-catatan atau dokumen yang ada dilokasi penelitian seperti pertunjukan

pelaksanaan, petunjuk tehnik sumber-sumber lain yang relevan dengan objek

penelitian.16 Menurut Suharsimi Arikunto dokumentasi untuk mengumpulkan data

yang lebih lengkap dan akurat maka penulis menambahkan studi dokukmentasi.

Dokumentasi yaitu pencarian data mengenai hal-hal atau berupa catatan, transkip,

Heru Iranto dan Burhan Bugin, Pokok-Pokok Penting Tentang Wawancara dalam
16

Metode Penelitian Kualitatif, (jakarta: Rajawali Press, 2011), hal., 56.

11
buku, surat kabar, majalah dan agenda yang berkaitan dengan masalah

penelitian.17

Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini mencakup

pencatatan arsip gampong yang berisi sejarah gampong, pemerintah gampong,

kondisi umum gampong, kependudukan, dan penyelenggara pemerintah gampong.

Serta pencantuman rujukan dokumen atau buku yang memiliki keterkaitan dengan

penelitian.

4. Sumber Data Penelitian

Data dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui pihak yang disebut

sebagai sumber data primer dan yang dikumpulkan peneliti melalui pihak kedua

sebagai sumber sekunder.18

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data pertama dimana sebuah data

dihasilkan. Data primer disebut juga data asli atau data berupa data baru, dalam

penelitian ini data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi terkait Peran

Pageu Gampong dalam Penegakan Syariat Islam di Gampong Serambi Indah

Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua, data ini diperoleh dari

perpustakaan, laporan-laporan penelitian terdahulu, seperti dokumen dari kantor

keuchiek Gampong Serambi Indah di Kecamatan Langsa Barat.19

17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Renika
Cipta, 2010) hal. 274.
18
Suharsimi arikunto,Prosedurr Penelitian Suatu pendekatan Praktis..., hal. 117.
19
Burhan Bugin,Metodelogi Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif (Surabaya:
Erlangga,2001), hal.,129.

12
5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,

atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun

fokus penelitian ini masih sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk

kelapangan.20

2. Analisis di lapangan

Analisis data telah dilakukan sejak pengumpulan data berlangsung, dan

selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat observasi dan

wawancara penulis sudah dapat menganalisis terhadap apa yang ditemukan dari

hasil pengamatan dan wawancara. Miles dan huberman, mengemukakan aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan dengan cara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam

analisis data, yaitu data reduction, data display, dan data conclusion

drawing/verification.

a. Data Reduction (Data Reduksi)

Data yang diperoleh di lapangan sangat banyak dan kompleks dan harus

dicatat semua oleh peneliti. Oleh karena itu adanya data reduksi untuk

merangkum dan memilih mana data yang penting dan pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian akan


20
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D..., hal. 245.

13
memudahkan penulis dalam memperoleh hasil yang ingin dicapai.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data reduksi selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data

dapat dilakukan dengan membuat pola, tabel atau sejenisnya dari fokus

masalah penulis, agar data yang disajikan tersusun rapi dan saling

berkaitan. Hal ini akan memudahkan penulis untuk memahami data yang

telah didapatkan.

c. Conclusion (Penarikan Kesimpulan)

Menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan

pada awal bersifat valid dan konsisten setelah peneliti turun ke lapangan,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.21

3. Pedoman Penelitian

Adapun pedoman untuk cara penulisan dan cara penelitian ini bedasarkan

buku panduan penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Falkutas Syariah Institut

Agama Islam Negeri Langsa pada Tahun 2019.22

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memperjelas pembahasan dalam membuat proposal ini


Ibid., hal 245-252
21

Tim Fakultas Syariah IAIN Langsa, Panduan Penulisan Skripsi (Langsa : Fakultas Syariah, 2020)
22

hal 1-61

14
makapenulis menyusun sistematika pembahasan kedalam lima bab, yang

masing-masing terdiri dari beberapa pasal, yang ditulis secara sistematis agar

dapat memberikan pemahaman yang mudah untuk dimengerti.

Bab I merupakan pendahuluan, di dalam pendahuluan inipenulis

memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat Penelitian, kerangka pemikiran,batasan istilah, dan sistematika

pembahasan.

Bab II merupakan tinjauan teoritis tentang Pageu Gampong yang dibagi

menjadi dua perspektif yaitu 1.perspektif islam dan 2.perspektif qanun yang

membahas pengertian, tujuan, fungsi dan wewenang Pageu Gampong.

Bab III merupakan Metode Penelitian, Jenis penelitian, Pendekatan

penelitian, Sumber data, Teknik Analisis Data, Teknik pengumpulan data, dan

Lokasi penelitian.

Bab IV merupakan hasil penelitian. Pada bab ini penulis membahas

tentang pandangan masyarakat Desa Serambi Indah tentang tugas, fungsi dan

wewenang dalam menegakkan Syariat Islam. Bagaimana Pageu Gampong dalam

menegakkan syariat Islam ditengah-tengah Masyarakat Desa Serambi Indah.

Bab V merupakan penutup. Pada bab ini, penulis menulis beberapa

kesimpulan dan saran-saran yang penulis anggap perlu bagi aparatur Gampong

di Kota Langsa.

BAB II

15
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PAGEU GAMPONG

A. Pageu Gampong

1. Pengertian Pageu Gampong di Aceh

Pageu gampong adalah sebuah tradisi budaya yang hidup dalam

masyarakat aceh, tradisi ini merupakan warisan leluhur yang terus dijaga dan

dilaksankan secara turun-temurun hingga dewasa ini. Pelaksanaan tradisi ini

merupakan salah satu cerminan perilaku masyarakat Aceh dalam menjaga

ketentraman lingkungannya masing-masing.23

Pageu gampong pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan

sekolompok masyarakat gampong, dalam rangka mengantisipasi terjadinya hal-

hal negatif yang dapat merusak tatanan dan ketentraman serta ketertiban

kehidupan masyarakat gampong, dengan kata lain pageu gampong adalah upaya

yang dilakukan masyarakat gampong secara bersma-sama dalam menjaga nama

baik dan marwah gampong, sehingga gampong mereka tetap di hormati dan

dihargai dalam pergaulan sosial kemasyarakatan oleh masyarakat/tetangga

gampong lainnya. Dalam pageu gampong terdiri dari Geuchik, sekdes, tuha peut,

tuha lapan, tokoh adat dan ketua pemuda.24

Manusia, walaupun pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dia

mempunyai naluri untuk hidup dengan orang lain, naluri mana

dinamakan gregarousness. Di dalam hubungan antara manusia dengan

manusia lain, yang penting adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan-
23
Muhammad Hakim Nyak Pha, Adat dan Penegakan disiplin Masyarakat, (Banda Aceh:
dalam Buletin Haba, No. 13 Th. III, Edisi Januari-Maret, 2000), hal.10
24
Ibid., hal. 13.

16
hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan bahwa tindakan seseorang

menjadi semakin luas. Hal ini terutama disebabkan oleh karena keinginannya

untuk menjadi satu dengan manusia lain yang berada disekelilingnya yaitu

masyarakat, dan keinginannya untuk menjadi satu dengan suasana alam

sekelilingnya.

Kesemuanya itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial atau sosial

group di dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tadi merupakan

kesatuan- kesatuan manusia yang hidup bersama.25 Karena adanya hubungan

diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal

balik yang saling pengaruh mempengaruhi dan juga kesadaran untuk saling tolong

menolong yang berjalan secara dinamis dalam segala aspek kehidupan.26

Interaksi-interaksi sosial yang dinamis tersebut lama kelamaan karena

pengalaman, menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup

di dalam alam pikiran bagian terbesar warga masyarakat tentang apa yang

dianggap baik (sehingga harus diikuti), dan apa yang tidak baik (sehingga harus

ditinggalkan) di dalam pergaulan hidup. Nilai-nilai sosial tersebut biasanya telah

berkembang sejaklama dan telah mencapai suatu kemantapan dalam jiwa

bagian terbesar warga masyarakat dan dianggap sebagai pedoman atau

pendorong bagi tata kelakuannya. Nilai-nilai sosial yang abstrak tersebut

mendapatkan bentuk yang kongkrit di dalam kaedah-kaedah yang merupakan

bagian dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.27

25
Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh ( LAKA), (Banda Aceh: Pedoman Umum Adat
Aceh. Edisi I, 1990) , hal.50
26
Kaoy Syah, Muhammad, Keistimewaan Aceh Dalam Lintasan Sejarah, (Jakarta: PB.
Al-Jami‟iyatul Washliyah, 2000), hal.22
27
Ibid., hal. 23.

17
Untuk menjaga tetap berlangsungnya kedinamisan yang berupa ketertiban

dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat pendesaan

(gampong), mereka membentuk dan menghidupkan lembaga pengendalian sosial

atau lembaga kontrol sosial informal yang kuat semisal tradisi/lembaga pageu

gampong dalam masyarakat Aceh. Lembaga/tradisi adat seperti ini menjadi

panduan/tuntunan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.Adanya

lembaga kontrol sosial informal ini, membuat masyarakat desa tidak begitu

mementingkan suatu sistem hukum yang formal. Melibatkan lembaga hukum

formal dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul di tengah masyarakat

desa, menurut mereka hanya akanmemperluas persengketaan dengan melibatkan

pihak lain. Oleh karena itu bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang masih

sederhana dan homogen sifatnya seperti dalam perseketuan masyarakat

pendesaan, ada kecenderungan untuk menyelesaikan konflik di antara mereka

sendiri.28

Lembaga kontrol sosial informal yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat dapat dikatakan sebagi hukum adat. Ini terlihat dari

cara-cara penyelesaian konflik dan kontrol sosial yang dijalankannya. Dalam

hukum adat masyarakat dipandang sebagai paguyuban artinya sebagai satu

hidup bersama, dimana manusia memandang sesamanya sebagai tujuan, sehingga

dalam menghadapi sesamanya dilakukan dengan perasaannya, dengan segala

sentimennya, sebagai cinta, benci, simpati, antipasti dan sebagainya. Oleh

karenanya masyarakat adat bersedia untuk menyelesaikan segala perselisian

Lembaga Adat 2003, Pemberdayaan Adat Aceh dan Berbagai Masalah, (Banda Aceh: Bahan
28

pelatihan pada PPISB Unsyiah, 2003), hal.110.

18
dengan perukunan, perdamaian dan kompromis.29

Kedua hal di atas, yaitu melakukan kontrol sosial dan usaha untuk

mempertahankan diri atau menjaga nama baik diri serta lingkungan secara

kolektif dalamkehidupan kelompok masyarakat, merupakan usaha yang dilakukan

secara bersama-sama untuk menciptakan keharmonisan, ketertiban dan

ketentraman. Sehingga terciptanya keseimbangan dalam kehidupan masyarakat

adat.30

Majelis Adat Aceh (MAA) melalui pemerintah kota Banda Aceh tentang

pembinaan adat istiadat gampong/mukim guna melakukan sosialisasi dan

pembinaan tentang upaya yang dapat dilaksanakan untuk membangun daya

ketahanan gampong/mukim dengan tema “peukong pageu gampong“

memberikan seruan bersama. Dalam seruan MAA diantaranya yang

memperhatikan dan mencermati berbagai perkembangan dan issu-issu aliran

sesat /pedangkalan akidah pembagian buku-buku kristenisasi, dapat mengancam

kehidupan kesejahteraan masyarakat atau generasi muda Aceh ke depan, oleh

karena itu MAA memberikan seruan, diantaranya:31

1. Memelihara kehidupan nilai-nilai adat dalam lingkungan kekeluargaan

dan masyarakat gampong, salah satu point antaranya adalah “perangkat

gampong perlu mengawasi secara kontinyu terhadap pelaksanaan

ketertiban warung kopi, yang berada dalam wilayah gampong untuk wajib

menyesuaikan diri dengan kehidupan adat istiadat setempat.

Lembaga Adat Dan Kebudayaan Aceh ( LAKA )..., hal.224


29

Lembaga Adat 2003, pemberdayaan Adat Aceh dan Berbagai Masalah, (Banda Aceh:
30

Bahan Pelatihan pada PPISB Unsyiah, 2003), hal.78


31
Http ; Majelis Adat Aceh (MAA).

19
2. Memelihara dan membangun nilai-nilai adat dilingkungan yang hijau,

bersih dan makmur, salah satu pointnya adalah “untuk menghindari dosa

dan menjaga mutu / kualitas tidak di benarkan berkata bohong dalam jual

beli, seperti buah-buahan dan lain-lain, yaitu buahan yang muda dikatakan

sudah tua atau matang atau masak”.

3. Membangkitkan kembali semangat kebersamaan harkat martabat di

gampong atau mukim untuk terwujudnya masyarakat aman dan damai, dan

sejahtera. Maka salah satu pointnya adalah “meningkatkan pendidikan

akhlak/budi pekerti dan sopan santun dalam pergaulan keluarga dan

masyarakat untuk menumbuh kembangkan kembali (rasa malu) yang

selama ini sudah memudar.

4. Penguatan kapasitas ketokohan dalam masyarakat gampong. Salah satu

pointnya adalah “hendaknya perangkat gampong secara kontinyu

mendapatkan peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan

pelatihan serta peningkatan kesejahteraan.

Agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka panjang,

maka tentunya di perluaskan suatu sistem manajerial komunikasi baik dalam

penataan perkataan maupun perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan

dan terkait dengan nilai-nilai keislaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka

para petugas pageu gampong harus mempunyai pemahaman yang mendalam

bukan saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi

munkar”, hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi

beberapa syarat, di antarnya mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis

20
objek dakwah secara tepat, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.

2. Tradisi Pageu Gampong

Tradisi pageu gampong sebagai cerminan adanya rasa persatuan dan

kekompakan masyarakat gampong, sudah ada sejak lama dan mendarah daging

dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh secara keseluruhan. 32Dapat

dikatakan tradisi pageu gampong sudah menjadi Adat yang sulit untuk

dihilangkan dari kehidupan masyarakat Aceh, tradisi ini terus dipertahankan

dan dilaksanakan oleh seluruh komponen masyarakat Aceh di gampong-

gampong sampai dewasa ini.

Pageu gampong pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan

sekolompok masyarakat gampong, dalam rangka mengantisipasi terjadinya hal-

hal negatif yang dapat merusak tatanan dan ketentraman serta ketertiban

kehidupan masyarakat gampong. Dengan kata lain, pageu gampong adalah upaya

yang dilakukan masyarakat gampong secara bersama-sama dalam menjaga nama

baik dan marwah gampong, sehingga gampong mereka tetap dihormati dan

dihargai dalam pergaulan sosial kemasyarakatan oleh masyarakat/tetangga

gampong lainnya.

Menjaga nama baik gampong menjadi tanggung jawab kolektif dari semua

penduduk atau komponen masyarakat gampong, mulai dari anak-anak sampai

dengan orang yang sudah tua.33Meskipun tradisi ini merupakan tanggung jawab

kolektif, namun pada hakekatnya pelaksanaan tradisi ini tetap dimulai dari

individu-individu masyarakat yang ada dalam gampong. Hal ini disimpulkan

Alfian (ed), 1977, Segi-Segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh,(Jakarta: LP3ES 1977), hal.90
32

Drs. Rusdi Sufi, Budaya Masyarakat Aceh. (Banda Aceh: Badan Perpustakaan Provinsi
33

Nanggroe Aceh Darussalam Cetakan pertama, 2004), hal.45.

21
karena setiap individu harus menjaga nama baiknya sendiri, dan juga nama

baik keluaraganya masing- masing.

Tradisi ini merupakan cerminan kepribadian orang Aceh yang

sesungguhnya (kekhasannya), dimana tradisi ini pada dasarnya meletakkan

kedudukan harga diri martabat pada posisi yang sangat tinggi dan dihormati,

karena hal ini sejalan dengan ajaran islam dan adat budaya orang Aceh yang

sangat meninggikan harkat martabatnya sekalipun dia tidak punya apa-apa.

Tetapi harga diri tetap diatas segalanya yang harus dipertahankan bagi orang

Aceh, baik harga diri sendiri maupun harga diri kawoem (golongan).34

3. Bentuk-Bentuk Pageu Gampong di Aceh

a. Ketentuan Umum

Pasal 1 dalam Qanun Nomor 5 Tahun 2003 inidimaksudkan dengan :35

1. Kabupaten dan Kota, adalah Kabupaten dan Kota dalam Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Bupati dan Walikota, adalah Bupati dan Walikota dalam Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dan Kota, adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dan Kota dalam Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam.

4. Kecamatan, adalah perangkat Daerah Kabupaten dan Kota, yang dipimpin

oleh Camat.

5. Mukim atau nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi
34
Djojodiguno. M.M, 1958, Menyandera Hukum Adat, (Jogjakarta: Yayasan penerbit UGM,
1958), hal. 69.
35
www.bphn.go.id/data/documents/03pdaceh005

22
Nanggroe Aceh Darussalam.Yang terdiri atas gabungan beberapa

Gampong yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu dan harta

kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah Kecamatan, yang

dipimpin oleh Imeum Mukim;

6. Gampong atau nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung berada di bawah

Mukim atau nama lain yang menempati wilayah tertentu, yang dipimpin

oleh Keuchik atau nama lain dan berhak menyelenggarakan urusan rumah

tangganya sendiri;

7. Tuha Peuet Gampong atau nama lain, adalah Badan Perwakilan Gampong

yang terdiri dari unsur ulama, tokoh adat, pemuka masyarakat dan cerdik

pandai yang ada di Gampong;

8. Reusam Gampong atau nama lain adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,

adat istiadat yang ditetapkan oleh Keuchik setelah mendapat persetujuan

Tuha Peuet Gampong;

9. Pemerintah Gampong, adalah Keuchik dan Teungku Imeum Meunasah

beserta Perangkat Gampong; 10. Pemerintahan Gampong, adalah

penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Gampong dan Tuha Peuet Gampong

b. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Wewenang Gampong

Pasal 2 Gampong merupakan organisasi pemerintahan terendah yang

berada di bawah Mukim dalam struktur organisasi pemerintahan Provinsi

23
Nanggroe Aceh Darussalam.

Pasal 3 Gampong mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan,

melaksanakan pembangunan, membina masyarakat dan meningkatkan

pelaksanaan Syari’at Islam.

Pasal 4 untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Gampong

mempunyai fungsi: 36

1. Penyelenggaraan pemerintahan,

Baik berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan urusan tugas

pembantuan serta segala urusan pemerintahan lainnya yang berada di

Gampong;

2. Pembangunan,

Baik pembangunan fisik dan pelestarian lingkungan hidup maupun

pembangunan mental spiritual di Gampong;

3. Pembinaan kemasyarakatan di bidang pendidikan, peradatan, sosial

budaya, ketentraman dan ketertiban masyarakat di Gampong;

4. Peningkatan pelaksanaan Syari‟at Islam;

5. Peningkatkan percepatan pelayanan kepada masyarakat;

6. Penyelesaian persengketaan hukum dalam hal adanya persengketaan-

persengketaan atau perkara-perkara adat dan adat istiadat di Gampong.

c. Bentuk dan Susunan Pemerintahan Gampong di Aceh

Bentuk dan susunan pemerintah gampong berdasarkan pasal-pasal yang

berlaku sebagai berikut:37

36
Qanun Aceh no 10 tahun 2008 tentang lembaga Adat dan Qanun Aceh no 09 tahun 2008
37
Ibid..,

24
1. Bagian kesatu umum

Pasal 9 :Di Gampong dibentuk pemerintah Gampong dan Tuha Peut

Gampong, yang secara bersama-sama menyelenggarakan pemerintahan

Gampong.

Pasal 10 :Pemerintah Gampong terdiri dari Keuchik dan Imeum

Meunasah beserta perangkat Gampong.

2. Bagian kedua Keuchik

Pasal 11 :Keuchik adalah kepala badan eksekutif Gampong dalam

penyelenggaraanPemerintahan Gampong.

Pasal 12 : (1) tugas dan kewajiban Keuchik adalah :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan Gampong.

b. Membina kehidupan beragama dan pelaksanaan Syari’at Islam dalam

masyarakat.

c. Menjaga dan memelihara kelestarian adat dan adat istiadat, kebiasaan-

kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

d. Membina dan memajukan perekonomian masyarakat serta

memelihara kelestarian lingkungan hidup.

e. Memelihara ketentraman dan ketertiban serta mencegah munculnya

perbuatan maksiat dalam masyarakat.

f. Menjadi hakim perdamaian antar penduduk dalam Gampong.

g. Mengajukan rancangan Reusam Gampong kepada Tuha Peuet

Gampong untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan

menjadi Reusam Gampong.

25
h. Mengajukan rancangan anggaran pendapatan belanja Gampong kepada

Tuha Peuet Gampong untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya

ditetapkan menjadi anggaran pendapatan belanja Gampong.

i. Keuchik mewakili Gampongnya di dalam dan di luar Pengadilan dan

berhak menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya

B. Pageu Gampong Dalam Perspektif Islam

Pageu gampong sebagai suatu istilah terdiri dari dua kata yakni “Pageu”

dan “Gampong”. Pageu artinya pagar dan Gampong artinya Kampung sebagai

suatu kesatuan masyarakat.38

Secara harfiah Pageu Gampong artinya adalah pagar kampung. Pageu

Gampong disini tidak berarti membuat pagar kampung atau menunjuk sejumlah

orang untuk menjadi satpamnya kampung. Pemahaman Pageu Gampong adalah

sebagai suatu sistem tata kehidupan bersama yang bersifat protektif untuk

mengantisipasi dan menyelesaikan persoalan kemasyarakatan.39

Berdasarkan batasan pengertian Pageu Gampong tersebut di atas, dapat

diketahui bahwa ada dua konsep Pageu Gampong yaitu sebagai sistem preventif

dan Pageu Gampong sebagai sistem penyelesaian masalah (represif). Kedua

konsep ini diimplementasikan dalam wujud :

a. Membangun kebersamaan dan menciptakan rasa memiliki satu sama lain.

b. Mengembalikan keseimbangan dan keharmonisan masyarakat.

1. Pageu Gampong Sebagai Sistem Preventif

Pageu Gampong sistem preventif diimplementasikan dalam wujud


38
Abdurrahman, SH.,M.HUM, Peradilan Adat di Aceh. (Banda Aceh: Majelis Adat Aceh Cetakan
Pertama : 2009), hal.100.
39
Ibid., hal. 101

26
membangun kebersamaan dan menciptakan rasa memiliki satu sama lain.

Dalam masyarakat Adat Aceh, sebagaimana masyarakat Adat lainnya, hal ini

sangat memungkinkan dilakukan, karena salah satu corak dari kehidupan

masyarakat Adat adalah bercorak kolektifitas. 40Dalam kehidupan bersama, maka

kepentingan bersama merupakan hal yang harus diperhatikan, disamping

kepentingan individual. Sering terdengar ungkapan dalam kehidupan masyarakat

Aceh “Teulong meunolong sabei keudroe droe, tapeukong nanggroe sabei

syedara”. (Tolong menolong sesama, memperkuat negara sesama saudara).

Ungkapan ini memperlihatkan corak komunalnya masyarakat Aceh. Hidup ini

adalah tidak sendiri, disamping menjalani kehidupan individual dituntut adanya

kepedulian sosial terhadap sesama.

2. Pageu Gampong Sebagai Sistem Penyelesaian Masalah (Represif)

Pageu Gampong sebagai sistem penyelesaian masalah (represif) di

maksudkan untuk mengembalikan keseimbangan dan keharmonisan masyarakat

yang terganggu.

Sistem ini tercermin dalam pelaksanaan penyelesaian masalah

kemasyarakatan secara Adat, seperti penyelesaian sengketa atau perkara antara

anggota masyarakat secara Adat. Sistem penyelesaian perkara secara adat ini

lazim disebut dengan peradilan adat, yakni peradilan penyelesaian sengketa secara

damai.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh sangat memegang teguh

Abdurrahman, SH.,M.HUM, Peradilan Adat di Aceh. (Banda Aceh: Majelis Adat Aceh Cetakan
40

Pertama : 2009), hal.11

27
pada Adat-istiadatnya yang bersendikan syar’at islam seperti ungkapan “Adat bak

Poeteumeureuhom, Hukom bak Syiah kuala ,Qanun bak putroe Phang Reusam

bak Lakseumana”. Adat ngon hukom lagee zat ngon sifeut mandua nyan hanjeut

tapisah teuma” (Adat berada pada Raja/ Sultan, hukum berada pada Syiah kuala/

Ulama, qanun/ perundang-undangan berada pada putri Pahang/ Cendekiawan,

pertahanan dan keamanan berada pada laksamana. Adat dengan hukum seperti zat

dan sifat keduanya tak bisa dipisahkan.)41.

Berdasarkan ungkapan tersebut masyarakat Aceh yang identik dengan

masyarakat agamais dan religius sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan

budaya, sehingga dalam setiap kegiatan baik yang menyangkut dengan ekosistem

alam, turun kesawah,berkebun, pergi kegunung, menangkapikan dan

kegiatan/sosial lainnya selalu dikaitkan dengan adat-istiadat yang selalu diikat

dengan larangan atau pantangan yang kalau dilanggar akan ada sanksinya.

Sekarang ini masyarakat terutama generasi muda tidak mengetahui ada

pantangan atau larangan yang telah ditentukan dalam Adat-Istiadat. Hal ini

disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat atau para generasi muda

terjerumus pada perbuatan-perbuatan, perkataan atau tingkah laku yang tidak

sesuai dengan tatanan Adat-Istiadat.

Adat berasal dari bahasa Arab “a’dadun” artinya berbilang, mengulang,

berulang-ulang dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan. Sesuatu kebiasaan

yang terus menerus dilakukan dalam tatanan perilaku masyarakat Aceh dan

H.Modh. Hamzah, S.H. Panduan Adat Istiadat, (Banda Aceh: Majelis Adat Aceh Cetakan
41

pertama 2008), hal.30

28
berlaku tetap sepanjang waktu, disebut dengan “Adat”.42

Misalnya adat khanduri maulid Nabi Muhammad SAW, sepanjang bulan

Rabi’ul Awal, Rabi;ul Akhir, Jumadil Awal dan Jumadil Akhir. Adat khanduri

menyambut Nuzulul Qur’an pada bulan Ramadhan. Adat-istiadat yang bernilai

agama, misalnya upacara khitan sunnah rasul, hakikah, qurbeun, khatam Qur’an

dan lain-lain.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh sangat memegang teguh

pada tatanan Adat-Istiadat, pelaksanaan prosesi adat sebahagian besar tidak

mengerti lagi terutama para pemuda bahkan sebahagian besar telah ditinggalkan

karena dianggap tidak sesuai dengan budaya yang berkembang saat ini.

Pemahaman yang demikian mengakibat akan mematikan tatakrama Adat Istiadat

yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin.43 Dimana ajarannya

diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan Ajaran islam dapat

berpengaruh bagi umat manusia dalam segala ruang lingkup kehidupannya, tidak

memandang perbedaan ras, suku, warna kulit maupun kebangsaan. Hal ini dapat

dilihat dalam historisitas islam itu sendiri bahwa proses syiar islam telah mampu

menyatukan masyarakat semenanjung arab hingga hampir seluruh penduduk

dunia dengan latar belakang perbedaan historis maupun psikologis. Mayoritas

umat manusia sebagai penduduk dunia mempunyai perbedaan latar belakang

ruang dan waktu memiliki hubungan yang relevan antara ajaran islam terhadap

42
H.Badruzzaman ismail, SH, M.HUM, Panduan Adat dalam Masyarakat Aceh. (Banda Aceh:
Majelis Adat Aceh Cetakan Pertama : 2009), hal.150
43
Sayyid Muhammad Thantawi, Adab Al-Khiwar Fil Islam, dar al-nadhah, mesir, diterjemahkan
oleh suheri misrawi dan zamroni kamal, ( Jakarta : Azzam Cetakan Pertama 200), hal.5

29
segala segi kehidupan manusia hingga saat ini. Sebagaimana misi ajaran islam

sendiri bersifat universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, di

mana pun dan kapan pun ia berada.

Perkembangan agama islam ke seluruh penjuru dunia tiada lain melalui

perjuangan dakwah. Peranan dakwah ini dapat berjalan dengan memfungsikan

kekhalifahan manusia di muka bumi ini sebagai para pengembang misi

mensosialisasikan nilai-nilai islam kepada seluruh umat manusia dalam

mewujudkan cita-cita rahmatan lil’alamin. 44 Hal ini selaras dengan perintah

berdakwah adalahkewajiban, sebagaimana tercantum dalam Qs. Ali imran :104:

١٠٤ . ‫ك ُه ُم ال ُْم ْفلِ ُح ْو َن‬ ۤ ِ ‫ولْت ُكن ِّم ْن ُكم اَُّمةٌ يَّ ْدعُو َن اِلَى الْ َخي ِر ويأْمرو َن بِالْمعرو‬
َ ‫ف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر ۗ َواُو ٰل ِٕى‬ ْ ُْ َ ْ ُُ َ َ ْ ْ ْ ْ ََ

Artinya:“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah

dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.45”

Perintah tersebut dilakukan dengan membawa Risalah Islam yang

terkandung nilai-nilai humanis bagi umat manusia yang bersifat universal, mampu

mengikuti perkembangan zaman dalam bingkai perubahan sosial. Diantara hakikat

dakwah islam adalah merupakan manifestasi rahmatan lil’alamin, yaitu

sebagai upaya menjadikan sumber konsep bagi manusia di dunia ini di dalam

menitikehidupannya.46

a. Pertama, upaya menerjemahkan nilai-nilai normatif islam yangglobal

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2011), hal. 8
44

45
https://quran.kemenag.go.id/sura/3
46
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung :
Pustaka Setia, 2003), hal.113

30
menjadi konsep-konsep operasional disegala aspek kehidupan

manusia.

b. Kedua, upaya mewujudkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan

aktual, baik pada individu, keluarga maupun masyarakat.

Hal ini perlu dilakukan melihat kondisi perkembangan peradaban manusia

yang menyangkut segala kehidupan, yakni politik, sosial, ekonomi, budaya serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang selalu berubah. Islam hadir

di Bumi Nusantara ini penyebarannya melalui kegiatan dakwah sebagai upaya

transformasi nilai-nilai ajarannya dilakukan dengan damai, baik melalui para

pedagang muslim atau perkawinan dengan masyarakat pribumi serta peranan para

ulama sebagai muballigh. Ajaran islam mampu memikat para penduduk pribumi

karena dengan mudah dipelajari dan diamalkan. Misalnya, konsep kejujuran

dalam berdagang membawa pengaruh besar dalam bidang ekonomi, konsep cuci

kaki (bersuci) ketika memasuki tempat ibadah mengajarkan kebersihan, dan

dalam praktik-praktik yang lain.47

Keberadaan Islam di Nusantara dengan keanekaragaman kultural (budaya)

dalam masyarakat telah banyak dijadikan sebagai media pendekatan dakwah.

Keterkaitan dakwah islam dengan kultur sangat erat karena ajaran Islam telah

menjadi bagian budaya, sedangkan budaya diadopsi oleh islam untuk diluruskan

praktik pelaksanaannya berdasarkan hukum syariat islam. Hal tersebut dapat

ditemukan di berbagai wilayah nusantara, dari sabang sampai merauke memiliki

hubungan erat antara dakwah dan budaya. Sebagaimana penyebaran islam

47
Rohiman Notowidagdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan al-Qur‟an dan Hadits,
(Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2000), hal.26

31
melalui pendekatan budaya telah menjadi bukti islam telah menjadi agama

mayoritas yang dianut olehpenduduk negara indonesia.

C. Teori Peran Dalam Dalam Kajian Sosilogi Hukum

1. Pengertian Peran

Peran adalah kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi

secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial yang

diraihnya ataupun diberikan dalam konteks hidup bermasyarakat.48

Setiap peran yang ada dalam masyarakat diperankan oleh masing-masing

individu, bagi mereka yang berhasil pasti ada imbalannya dan bagi mereka yang

gagal pasti ada hukumannya. Menurut Schneider sebagaimana yang dikutip oleh

Junidar Hasan et.al menjelaskan bahwa ada empat kategori untuk tujuan-tujuan

utama dari tujuan yang digeneralisasi yang disediakan oleh peran dan diharapkan

dapat deperankan oleh orang dan berfungsi untuk menarik orang dalam peran ini,

antaranya sebagai berikut:49

a. Tujuan Instrumental, tujuan ini dimaksudkan bahwa dengan memainkan

suatu peran maka ada kesempatan untuk mencapai tujuan lain. Misalnya

Dari segi lain tujuan ini merupakan satu bentuk paksaan dimana sipelaku

harus memainkan peran tertentu jika ingin memperoleh

kebutuhankebutuhan lain. Misalnya seorang buruh pabrik yang

berpendidikan rendah digaji dengan upah yang rendah namun tetap bekerja

48
Marlin M. Friedman,et.al, Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktik,
Edisi kelima, Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid.et. al (Jakata: EGC, 2014), hal. 298
49
Hasan et.al, Sosiologi Indonesia (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal.24.

32
karena tanpa melakukan hal tersebut maka ia tidak bisa untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

b. Penghargaan, tujuan yang digeneralisasi oleh peran ini adalah mendapat

kesempatan untuk dihargai. Penghargan ini dimaksudkan dengan suatu

perasaan dihormati, dinilai oleh orang lain sebagai yang penting. Orang

yang dianggap penting sangat berbeda antara individu yang satu dengan

yang lainnya atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Penghargaan

yang diberikan sangat penting dalam menentukan moral orang yang

memainkan peran itu.

c. Rasa aman, tujuan yang dimasudkan dapat memberikan rasa aman secara

ekonomi, sosial atau psikologis. Misalnya peran seorang angkatan

bersenjata bisa memberikan rasa aman secara ekonomis dan psikologis.

d. Respon, tujuan yang digeneralisasi yang keempat ialah kesempatan yang

diberikan peran-peran tertentu untuk membentuk hubungan sosial yang

memuaskan dimana orang merasa yakin akan kesinambungan respon-

respon yang menyenangkan dari orang-orang yang penting baginya.

2. Peran Sosial

Peran adalah kata yang tidak asing lagi kita dengar dan diucapkan

oleh masyarakat dalam pergaulannya setiap hari meskipun kata tersebut

kadang tidak dipahami oleh semua orang. Peranan terbagi menjadi dua

diantaranya:50

50
H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial Edisi Revisi(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 106-107.

33
1. Peranan sosial adalah pengharapan-pengharapan kemasyarakatan (sosial)

tentang tingkah laku dan sikap yang dihubungkan dengan status tertentu

tanpa menghiraukan kekhususan orang yang mendukung status itu.

2. Kedua peranan perseorangan (individu) yaitu pengharapan-pengharapan

tingkah laku di dalam status tertentu yang berhubungan erat dengan sifat-

sifat khusus dari individu-individu itu sendiri. Peranan sosial merupakan

suatu bagan normal, dimana bagan ini sesuai dengan status individu di

dalam situasi tertentu. Walaupun demikian masih terdapat perbedaan-

perbedaan di dalamnya.

Peran sosial bisa diketahui oleh manusia kalau ia mempelajari dan

mengalaminya dalam masyarakat dengan jalan hidup bersama dengan masyarakat

lainnya. Sebab yang menentukan peranan sosial adalah diri kita sendiri dengan

pemufakatan atau tradisi. Jadi orang-orang yang menjadi anggota kelompok itulah

yang menentukan peranan sosial.51

BAB III

TEMUAN DAN PAPARAN DATA

51
David G. Myers, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hal 292.

34
A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu di Desa Serambi Indah,

Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

1. Latar Belakang Desa Serambi Indah

Desa Serambi Indah awalnya adalah komplek Perumahan yang dibangun

oleh Bank Tabungan Negara atau BTN yang dikenal dengan Komplek BTN

Seuriget. Komplek BTN Seuriget ini terbagi dari beberapa blok dari A sampai

dengan M, Komplek BTN Seuriget ini tunduk ke 3 Gampong, yaitu gampong

Seuriget, Gampong Birem Puntong dan Gampong Paya Bujok Beuramoe.Yang

tunduk ke Gapong Seuriget terdiri dari 3 blok, Blok A, Blok B dan Blok C, yang

tunduk ke Gampong Paya Bujok Beuramoe blok D, E dan blok F sedangkan yang

tunduk ke Gampong Birem Puntong adalah dari blok G, H, I, J, K, L dan blok M.

Kemudian setelah adanya pemekaran maka seluruh blok ini menjadi satu dan

membentuk sebuah  Gampong yang kemudian diberi nama Gampong Serambi

Indah sampai dengan saat ini.

Setelah terbentuk gampong dilakukanlah pemilihan Geuchik Gampong

Serambi Indah untuk pertama kalinya ditahun 2012 dan dimana Saudara TM.

Ridasha terpilih sebagai Gechik pertama di Gampong Serambi Indah. Pada tahun

2018 kemarin tepatnya bulan Pebriari 2018 dilakukan pemilihan kembali untuk

yang kedua maka terpilihlah Saudara Malikul Adil yang terpilih untuk

menggantikan Geuchik lama yang sudah berakhir masa jabatannya.52

2. Letak Geografis Desa Serambi Indah

Letak Geografis Desa Serambi Indah dapat dilihat pada Gambar dibawah
52
Data Sekunder dari Desa Serambi Indah

35
ini:53

Gambar 3.1

Letak Geografis Desa Serambi Indah

3. Visi dan Misi Desa Serambi Indah

Visi dan Misi Desa Serambi Indah diantaranya sebagai berikut:54

1. Visi Desa Serambi Indah

“Mewujudkan Gampong Srambi Indah yang RAMMAH (Religius,

Amanah, Maju, Mandiri, Aman, dan Harmonis)”


53
Data Sekunder Desa Serambi Indah
54
Data Sekunder Desa Serambi Indah

36
Religius

Mengandung makna masyarakat Gampong Serambi Indag yang memiliki

tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama secara baik dan benar,

sehingga tercermin dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai agama.

Amanah

Mengandung makna aparatur Desa di dalam melaksanakan tugasnya

penuh tanggung jawab jujur dan disiplin.

Maju

Mengandung makna masyarakat yang menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi dengan peningkatan dan pengembangan kecakapan dan keterampilan

menuju masyarakat Desa Serambi Indah yang sejahtera.

Mandiri

Mengandung makna yang dimaksud adalah kemandirian Desa dimana

seluruh perangkat desa mengatur dan mengurus kepentingan Desa. Masyarakat

yang mampu mewujudkan kehidupan yang mengandalkan kekuatan dan

kemampuan sendiri sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa.

Aman

Mengandung makna suasana yang aman sebagai modal dasar dalam

menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan.

37
Harmonis

Mengandung makna terjadinya hubungan kerja yang sangat baik dan

penuk kekeluargaan antar lembaga yang ada didesa sehingga terwujudnya

pelaksanaan pembangunan desa yang optimal.

Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi memuat suatu

pernyataan yang harus dilaksnakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut.

Visi berada di atas misi. Pernyatan visi dijabarkan ke dalam misi agar dapat

dioperasionalkan/dikerjakan

2. Misi Desa Serambi Indah

a. Meningkakan kualitas kehidupan beragama dalam mewujudakan

masyarakat Gampong Serambi Indah beriman dan bertaqwa.

b. Menyelenggarakan pemrintahan gampong yang bersih, terbebas dari

korupsi serta bentuk-bentuk penyewengan lainnya.

c. Menyelenggarakan urusan pemerintahan gampong secara terbuka dan

bertanggung jawab sesuai peraturan perundang-undangan.

d. Meningkatkan kualitas SDM aparatur pemerintahan dan masyarakat

gampong.

e. Optimalisasi otonomi gampong memlaui pemberdayaan masyarakat.

f. Meningkatkan pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis usaha UKM.

g. Meningkatkan system keamanan swakarsa dalam upaya terciptanya rasa

aman pada masyarakat gampong Serambi Indah.

38
h. Meninghkatkan kapasitas dan koordinasi antar kelembagaan yang ada di

gampong Serambi Indah.

4. Jumlah Penduduk Desa Serambi Indah Berdasarkan Usia

Jumlah penduduk Desa Serambi Indah berdasarkan Usia dapat dilihat pada

table berikut:55

Tabel 3.1
No 0-20 21-40 41-45 46-60 61-80 80-90
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

1 319 360 55 110 111 17

Jumlah 886
Jumlah Penduduk berdasarkan usia

B. Data Pelanggaran Qanun Syariah di Kota Langsa

Berikut ini adalah data pelanggaran qanun Syariah di kota langsa pada

tahun 2017 s/d 2019 yang berdasarkan pada jumlah kasus yang berhasil di

tanganiberdasarkan Qanun Syariah di Kota Langsa. 56

No Tahun 2017 2018 2019 Jumlah


1 Qanun Nomor : 11 516 292 280 1088 orang
Tahun 2002 orang orang orang

55
Data Sekunder Desa Serambi Indah
56
Dinas Syariat Islam Kota Langsa Tahun 2019

39
2 Qanun Nomor : 06 0 orang 5 orang 1 orang 6 orang
Tahun 2014
Qanun Nomor : 06 8 orang 10 orang 12 orang 20 orang
Tahun 2014
3 Qanun Nomor : 06 53 orang 43 orang 29 orang 125 orang
Tahun 2014
Jumlah 577 350 322
orang orang Orang

Berdasarkan hasil data yang didapat dari Dinas Syariat Islam di Kota

Langsa bahwasanya masih banyaknya tingkat pelanggaran pada qanun Nomor : 11

tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syariát Islam Bidang Aqidah, Ibadah dan Syiár

Islam mencapai 1088 Orang, dan diikuti dengan qanun Nomor 06 Tahun 2014

tentang Khalwat, Ikhtilath dan Zina mencapai 125 orang.

1. Qanun Nomor : 11 Tahun 2002 : Pelaksanaan Syariát Islam Bidang

Aqidah, Ibadah dan Syariát Islam. Dalam qanun ini terdapat beberapa jenis

pelanggran diantaranya:

a. Penertiban pelaku busana muslim

b. penertiban pedagang makanan/ minuman pada bulan Ramadhan

2. QANUN NOMOR : 06 TAHUN 2014 : Minuman Khamar dan Sejenisnya.

Dalam qanun ini terdapat beberapa jenis pelanggran diantaranya:

a. Penertiban pelaku khamar

b. penertiban warung/ kios/ rumah sebagai tempat menjual minuman

keras

3. QANUN NOMOR : 06 TAHUN 2014 : Maisir (Perjudian). Dalam qanun

ini terdapat beberapa jenis pelanggran diantaranya:

a. Penertiban pelaku perjudian

b. penertiban warung/ kios/ rumah sebagai tempat perjudian

40
4. QANUN NOMOR : 06 TAHUN 2014 : Khalwat, Ikhtilath dan Zina.

Dalam qanun ini terdapat beberapa jenis pelanggran diantaranya:

a. Penertiban pelaku khalwat

b. peertiban penyelenggara/ penyedia/ mempromosikan fasilitas Jarimah

Khalwat

c. Penertiban pelaku Ikhtilath

d. Penertiban penyelenggara/ penyedia/ mempromosikan fasilitas

Jamariah Khalwat

e. Penertiban pelaku zina

C. Eksistensi Pageu Gampong di Desa Serambi Indah Kota Langsa

Pageu gampong merupakan sebuah tradisi budaya yang hidup dalam

masyarakat aceh, tradisi ini merupakan warisan leluhur yang terus dijaga dan

dilaksankan secara turun-temurun hingga dewasa ini. Pelaksanaan tradisi ini

merupakan salah satu cerminan perilaku masyarakat Aceh dalam menjaga

ketentraman lingkungannya masing-masing. Maka dari itu tradisi yang telah lama

berjalan ini harus selalu dijalankan karena merupakan suatu kebiasaan yang sudah

lama dilakukan oleh masyarakat Aceh salah satunya yaitu di desa Serambi Indah

Kota langsa.

Kemudian juga dengan kata lain pageu gampong merupakan upaya yang

dilakukan masyarakat gampong secara bersma-sama dalam menjaga nama

baik dan marwah gampong, sehingga gampong mereka tetap di hormati dan

dihargai dalam pergaulan sosial kemasyarakatan oleh masyarakat/tetangga

gampong lainnya. Dengan demikian terjadinya interaksi sosial dalam kehidupan

41
manusia dan juga terbentuknya kelompok-kelompok sosial yang merupakan

kesatuan- kesatuan manusia yang hidup bersama. Makanya dari itu dengan

kuatnya kelompok sosial dalam menjaga adat istiadat terutama dalam

menjalankan pageu gampong yang harus selalu dijalankan disetiap gampong

untuk menjaga keamanan dan kelestarian adat itu sendiri.

Berdasarkan Filosofi juga kebiasaan yang terjadi di masyarakat

mencerminkan suatu kepribadiaan masyarakat itu sendiri, karena pada dasarnya

sesuatu yang sering dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan

yang berkelanjutan, sehingga harus dilihat baik atau tidaknya kebiasaan itu, begitu

juga dengan kebiasaan adat istiadat seperti pageu gampong yang telah menjadi

adat masyarakat Aceh, apabila masyarakat selalu menjalankan pageu gampong,

maka tradisi tersebut akan salalu berjalan namun sebaliknya apabila masyarakat

tidak menjalankan nya maka tradisi tersebut perlahan lahan akan menghilang

dengan sendirinya karena merasa tidak penting akan tradisi tersebut. Maka dari itu,

khususnya masyarakat Aceh harus selalu menjalankan tradisi adat salah satunya itu

pageu gampong untuk selalu menjaga keamanan dan kelestarian adat di dalam

masyarakat Aceh.

42
BAB 4

HASIL PENELITIAN

A. Peran Pageu Gampong dalam Menjaga Penegakan Syariat Islam di

Kota Langsa

Setelah kita ketahui bahwasanya Pageu gampong merupakan sebuah

tradisi budaya yang hidup dalam masyarakat aceh, tradisi ini merupakan warisan

leluhur yang terus dijaga dan dilaksankan secara turun-temurun hingga dewasa

ini. Pelaksanaan tradisi ini merupakan salah satu cerminan perilaku masyarakat

Aceh dalam menjaga ketentraman lingkungannya masing-masing, terutama di

Kota Langsa yang telah menetapkan Peraturan Daerah atau Qanun yang wajib

dipatuhi oleh setiap masyarakat desa yang ada di Kota Langsa. Sebagaimana

disampaikan oleh BapakDrs.H. Mursyidin Budiman selaku Ketua MAA Kota

Langsa, beliau mengatakan:

“jadi ’istilah pageu gampong ini itu seperti aparat gampong atau petugas
gampong untuk menjaga kelestarian adat istiadat dan syariat islam yakan
terutama syariat islam”57

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa peran pageu

gampong sangat lah penting dalam menjaga kelestarian adat istiadat dan syariat

islam, namun berdasarkan hasil observasi peneliti masih ada terdapat desa yang

belum menjalankan pageu gampong yaitu di Desa Serambi Indah Kec langsa

baro. Bahwasanya masih terdapat pelanggaran-pelanggaran yang terjadi didesa

57
Hasil wawancara dengan dengan BapakDrs.H. Mursyidin Budiman Selaku Ketua MAA
Kota Langsa pada tanggal 15 Oktober 2020

43
tersebut seperti anak muda yang berduaan disaat jam malam atau melakukan

mesum, seperti yang disampaikan oleh kepala Desa Serambi Indah Bapak Malikul

Adil, beliau mengatakan:

“jadi begini peneguran ada, seperti orang pacaran yang melewati batas
waktu malam tetap ada peneguran agar tidak terjadinya hal hal yang
tidak diinginkan, dan apabila itu terjadi, seperti pernah terjadi beberapa
tahun lalu, ya kita tangkap kita panggil geuchik nya geuchik mana kita
duduk dulu kita selesaikan masalahnya di gampong”.58

Tuha Peut Desa Serambi Indah, Bapak H. Abdul Djalil Jamal, beliau

mengatakan:

“Kalau masalah mesum tetap kami selesaikan di gampong, dan juga


pernah terjadi seperti pencurian beberapa waktu lalu, jadi ini baru
kejadian memang dibawa kemari dulu, dan apabila memang
permasalahan ini tidak bisa diselesaikan di tingkat gampong, maka kami
serahkan kepada pihak Dinas Syariat Islam ataupun WH (Wilayatul
Hisbah) untuk penyelesaiiannya”.59

Pak Imam Desa Serambi Indah, Bapak Teuku Nazri Beliau mengatakan:

“Kita selesaikan dengan cara adat gampong itu dipanggil ditegur dikasih
pembinaan kalau memang berulang ulang nah ini baru nanti kita lapor ke
dinas syraiat islam dan ini memang harus kita selesaikan di gamong dulu
dan melibatkan perangkat desa imam tuhapeut kalau memangg terjadi
permasalahan”60

Berdasarkan hasil wawancara bahwasannya setiap terjadi pelanggaran

maka diselesaikan dulu di tingkat desa, dan untuk pengawasan itu sendiri sudah

ditetapkan oleh Desa terhadap masyarakat yang ditunjuk untuk menjalankan peran

58
Hasil wawancara dengan dengan Bapak Malikul Adil Selaku Kepala Desa Serambi
Indah pada tanggal 5 Oktober 2020
59
Hasil wawancara dengan dengan Bapak H. Abdul Djalil Jamal Selaku Tuha Peut Desa
serambi Indah pada tanggal 5 Oktober 2020
60
Hasil wawancara dengan Bapak Ust Muhammad Yusuf Selaku Pak Imam Desa
Serambi Indah pada tanggal 5 Oktober 2020

44
Pageu Gampong. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Desa Serambi

Indah, BapakMalikul Adil, beliau mengatakan:

“Yang menjalankan pangawasan itu ada, dari masyarakat kita juga yang
ditugaskan untuk menjaga keamanan, dan di gampong kita itu ada 3
orang dan itu juga ada plot dana dari desa untuk pengawasan
keamanan”.61
Seperti yang disampaikan bahwasanya untuk pengamanan Gampong itu

terdapat anggarannya yang sudah ditetapkan oleh desa untuk keamanan, dan di

desa serambi Indah terdapat 3 Orang yang bertugas dan bertanggung jawab untuk

menjaga keamanan dan menjalankan fungsi Pageu Gampong, namun nyatanya

peran keamanannya kurang efektif karena hanya terfokus pada penjagaan Kantor

Desa Serambi Indah, seperti yang disampaikan oleh Tuha Peut desa Serambi

Indah, beliau mengatakan:

“kalau di bilang efektif ya efektif cuman kadang kala seperti halnya


keamanan, untuk pageu gampong sendiri terkadang kurang berjalan
karena anak muda sini yang tugaskan untuk keamanan itu fokusnya ke
keamanan kantor geuchik, bukan ke masalah Pageu Gampong, karena
yang saya lihat pemuda yang ditugaskan untuk keamanan tidak tidak
terlalu terfokus untuk menjaga kelestarian syariat Islam”.62
Maka dari itu harus dibutuhkannya tanggung jawab dan kerjasama. Selain

dari Masyarakat gampong yang bertugas menjalankan pageu gampong juga, juga

ada perwakilan Dinas Syariat Islam atau WH (Wilayatul Hisbah) untuk

mengawasi keamanan di setiap Desa di Kota Langsa, seperti yang disampaikan

oleh Dinas Syariat Islam Kota Langsa bidang Administrasi, Bapak Teuku Nazri,

beliau mengatakan:
61
Hasil wawancara dengan dengan Bapak Malikul Adil Selaku Kepala Desa Serambi
Indah pada tanggal 5 Oktober 2020
62
Hasil wawancara dengan dengan Bapak H. Abdul Djalil Jamal Selaku Tuha Peut Desa
serambi Indah pada tanggal 7 Oktober 2020

45
“Sebagian dari gampong kadang ada pakai oleh orang kampung setempat
untuk pengawasan islam ada sebaian desa yang langsung dipakai anak
wh yang ada didesa itu, Pengawasan itu ada yang dari dinas juga 1 orang
yang dari gampong juga 1 orang tapi itu tidak semua desa ada yang ada
dan ada yang tidak ada, tapi kala yang dari kantor kami sudah semua ada
tiap desa sudah ada masing masing pengawas satu orang dari kantor dan
setiap pengawas yang ada didesa itu memang di gaji memang itu sudah
ada anggarannya sendiri, tapi di desa dibuat namanya ada tapi kerjanya
tidak ada’’.63
Dinas Syariat Islam Kota Langsa sedikit kecewa karena peran pageu

gampong di setiap desa itu kurang efektif, karena kurangnya koordinasi terhadap

yang menjalankan pageu gampong dan Dinas Syariat Islam.

“Seharusnya kalau memang aktif misalnya pengawasan desa didesa itu


yang bukan WH ya, maksudnya yang bukan ditugaskan dari kantor, kalua
seandainya orang itu aktif seharusnya orang itu yang banyak kerja dari
pada kami, kami tinggal tunggu laporan aja seharusnya, orang nya ada
tapi begitu ada kejadian kejadian apa apa gak tau, orang lain yang
melaorkan.Jadi gini koordinasi antara pengawasan islam yang ada
didesa dengan kami itu masih kurang”.64
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa masih

kurangnya koordinasi antara petugas pageu gampong dengan pihak dinas syariat

islam, Karena terkadang banyak laporan bukan dari orang yang ditugaskan untuk

menjalankan pageu gampong melainkan masyarakat lain yang melaporkan

kejadian tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwasanya peran pageu

gampong dalam menjaga penegakan Syariat Islam di Kota Langsa

sangatlahberperan penting dalam menjaga kelestarian adat dan syariat Islam di

Kota Langsa, Namun dalam implementasinya di lapangan bahwasanya orang

63
Hasil wawancara dengan dengan Bapak Teuku Nazri Selaku Dinas Syariat Islam bidang
Administrasi Kota Langsa pada tanggal 13 Oktober 2020
64
ibid

46
orang yang berperan atau bertugas untuk menjaga kemamanan syariat islam masih

kurang memperhatikan pelanggaran pelanggaran yang terjadi dan kurang nya

koordinasi terhadap orang yang berperan sebagai pageu gampong di desa dengan

pihak Dinas Syariat Islam, karena kebanyakan laporan pelanggaran Syariat Islam

bukan dari petugas pageu gampong melainkan masyarakat biasa ataupun

perangkat desa itu sendiri.

B. Dampak Pageu Gampong dalam Menjaga Penegakan Syariat Islamdi

Kota Langsa.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanyan setiap perilaku tindakan

ataupun perbuataan yang kita lakukan harus memberikan manfaat terhadap apa

yang kita lakukan, baik berdampak positif ataupun berdampak negatif.

Dibentuknya Pageu gampong sebagai sebuah tradisi budaya yang hidup dalam

masyarakat Aceh, terutama di Kota Langsa yang bertujuan untuk melakukan

pelaksanaan dalam menjaga penegakan Syariat Islam di Kota Langsa. Dalam

menjalan kan Pageu gampong harus adanya qanun yang berlaku sebagai aturan

hukum, namun nyatanya yang terjadi masih belum ada aturan tersebut secara

tertulis. Sebagaimana yang disampaiakan oleh Bapak H. Abdul Djalil Jamal

selaku Tuha Peut Desa Serambi Indah, beliau mengatakan:

“sampai hari ini kami belum dapat, kami sudah mencari kemana mana
istilahnya mencari tahu itu sebagai formatnya bagaimana dibuat, dengan
adanya format demikian mungkin bahasnya nanti akan kami rubah
rubah, dan sampai hari ini kami belum dapat”.65

Begitu juga yang disampaikan oleh Dinas Syariat Islam bidang

65
Hasil wawancara dengan dengan Bapak H. Abdul Djalil Jamal Selaku Tuha Peut Desa
serambi Indah pada tanggal 5 Oktober 2020

47
Administrasi, Bapak Teuku Nazri beliau mengatakan :

“semua desa itu dulu pernah dibuat resam gampong, resam gampong itu
kalau dilihat di semua desa belum tentu semua ada, padahal udah tahun
duaribu berapa sudah disuruh buat oleh Pak Wali untuk setiap desa,
resam gampong itu ya itu sebenanya untuk masalah mesum dan masalah
lain lainya”.66
Terlihat bahwasanya belum semua Desa yang ada di Kota Langsa ini

membentuk sebuah qanun Desa sebagai aturan yang berlaku didesa itu sendiri,

Padahal sudah ada arahan oleh pemerintah kota untuk membentuk sebuah qanun

Desa, namun Masih tetap ada yang belum membentuk qanun tersebut. Walapun

belum adanya qanun yang dibuat, pihak perangkat Desa juga masih berusaha

untuk membentuk qanun tersebut. Sebagaimana yang disampaikan tuha peut Desa

serambi Indah, beliau mengatakan:

“Dan kami kepingin dan sudah ada program untuk membuat qanun
gampong khusus yang seperi ini tapi belum kami dapat, di kampong
kampong lain juga sudah kami cari baik di langsa barat maupun langsa
lama dan sampai hari ini belum dapat, dan pada waktu itu disini marak
maraknya mesum karena ada beberapa orang ditangkap Cuma
penyelusaiannya itu tidak sesuai dengan qanun, nah jadi diselesaikan
dengan begitu saja dengan beli kambing 1 ekor atau 2 ekor dipotong
makan dimasjid, nah ,saya secara pribadi tidak mau yang demiiikian nah
seharusnyakan dia harus ada qanun yang tertulis dan kita laksanakan
sesuai dengan qanun, dan kami tetap mengusahakan untuk dibuatnya
qanun gampong ini”. 67

Dalam menjalankan Pageu Gampong dalam melakukan keamamanan juga

masih kurang terfokus pada keamanan untuk penegakan Syariat Islam, seperti

yang disampaikan Oleh Tuha peut Desa Serambi Indah, beliau mengatakan:

66
Hasil wawancara dengan dengan Bapak Teuku Nazri Selaku Dinas Syariat Islam bidang
Administrasi Kota Langsa pada tanggal 13 Oktober 2020
67
Hasil wawancara dengan dengan Bapak H. Abdul Djalil Jamal Selaku Tuha Peut Desa
serambi Indah pada tanggal 5 Oktober 2020

48
“cuman kadang kala seperti halnya keamanan, untuk pageu gampong
sendri terkadang kurang berjalan karena anak muda sini yang ditugaskan
untuk keamanan itu fokusnya ke keamanan kantor geuchik”68
Beliau menjelaskan bahwasannya petugas gampong yang bertugas untuk

menjalankan peran pageu gampong hanya terfokus pada keamanan Kantor Desa

dan kurang memperhatikan pada penegakan keamanan Syariat Islam.Namun

seperti yang disampaikan oleh Ketua MAA Kota langsa, seharusnya dengan

adanya pageu gampong harus bisa lebih efektif:

“Mestinya efektif, tapi sekarang tergantung pemerintah gampong sendiri


mau gak memberdayakan, karena tugas pageu gampong ini yang kita
harapkan untuk berperan membantu pemerintah dalam melaksanakan
tugasnya dalam bidang syariat dan adat istiadat”.69
Beliau juga mengatakan bahwasannya MAA itu berperan untuk melestarikan adat

dan menjalankan hukum adat dan bukan membuat hukum adat:

“Jadi begini kita MAA tidak membuat hokum adat kita melestarikan adat
dan menjalankan hokum hokum adat yang ada, kalau menurut saya ini
pemerintah gampong juga harus lebih serius dalam memberdayakan
pageu gampong dan membentuk pageu gampong laku diikuti dengan
kesejahteraan dengan dana yang ada dan betul betul serius dan selektif
juga orangnya karena kita lihat petugas petugas kita disini hanya sekedar
taruk nama dan tidak menjalankan tugas dengan serius dan ini menjadi
kurang efektif”. Kalau seandainya memang dari segi kesejahteraan untuk
petugas pageu gampong juga bisa diambil dari petugas atau perangkat
gampong didesa itu sendiri dan memang harus diambil yang ada
kekuatan dari lembaga”.70
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasanya

dampak dari Pageu Gampong dalam menjaga penegakan Syariat Islamdi Kota

Langsa terutama di Desa Serambi Indah bernilai negatif, dikarenakan kurang

68
Hasil wawancara dengan dengan Bapak H. Abdul Djalil Jamal Selaku Tuha Peut Desa
serambi Indah pada tanggal 5 Oktober 2020
69
Hasil wawancara dengan dengan BapakDrs.H. Mursyidin Budiman Selaku Ketua MAA
Kota Langsa pada tanggal 15 Oktober 2020
70
Ibid.,

49
adanya perhatian dari petugas pageu gampong yang telah ditunjuk untuk menjaga

penegakan Syariat Islam, karena petugas pageu gampong hanya terfokus untuk

keamanan kantor Desa dan kurang memperhatikan pelanggaran Syariat Islam.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menjelaskan Peran Pageu Gampong dalam Menjaga

Penegakan Syariat Islam di Kota Langsa mulai dari Bab I sampai Bab IV maka

50
pada bagian ini penulis menyimpulkan bahwasanya:

1. Peran pageu Gampong dalam menjaga penegakan Syariat Islam di Kota

Langsa

Peran pageu Gampong dalam menjaga penegakan Syariat Islam di Kota

Langsa sangatlah berperan penting dalam menjaga kelestarian adat dan syariat

Islam di Kota Langsa, Namun dalam implementasinya di lapangan bahwasanya

orang orang yang berperan atau bertugas untuk menjaga kemamanan syariat

islam masih kurang memperhatikan pelanggaran pelanggaran yang terjadi dan

kurang nya koordinasi terhadap orang yang berperan sebagai pageu gampong di

desa dengan pihak Dinas Syariat Islam, karena kebanyakan laporan pelanggaran

Syariat Islam bukan dari petugas pageu Gampong melainkan masyarakat biasa

ataupun perangkat desa itu sendiri.

2. Dampak dari Pageu Gampong dalam menjaga penegakan Syariat Islamdi

Kota Langsa

Dan dampak dari Pageu Gampong dalam menjaga penegakan Syariat

Islamdi Kota Langsa terutama di Desa Serambi Indah bernilai negatif,

dikarenakan kurang adanya perhatian dari petugas pageu gampong yang telah

ditunjuk untuk menjaga penegakan Syariat Islam, karena petugas pageu gampong

hanya terfokus untuk keamanan kantor Desa dan kurang memperhatikan

pelanggaran Syariat Islam.

B. Saran

51
Penulis, dalam bagian ini akan memberikan beberapa saran-saran baik

kepada pihak Perangkat Desa Serambi Indah Kecamatan Lagsa Barat sebagai

objek penelitian maupun kepada pihak Fakultas sebagai pengelola kampus untuk

bidang penelitian serta mahasiswa atau pihak lain yang ingin melakukan

penelitian

1. Desa Serambi Indah

Harus lebih memperhatiakan tingkat keamanan dan kinerja Pageu

Gampong dalam penegakan Syariat Islam.untuk lebih memperhatikan

tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keamanan dalam penegakan

Syariat Islam

2. Bagi Fakultas Syariah dapat memberikan pengajaran serta kajian

keislaman secara lebih untuk seluruh mahasiswa terkhusus pada

mahasiswa Hukum Tata Negara.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti Selanjutnya disarankan menambah variabel independen yang

dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Dengan demikian, hasil yang

didapat akan memperkuat penelitian yang ada.

4. Bagi Pembaca

Pembaca diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi dan

dapat menambah wawasan mengenai kinerja pegawai.

52

Anda mungkin juga menyukai