Assalam’ualaikum Wr Wb
Salam Sejahtera untuk Kita Semua
TEORI PERENCANAAN (TP)
PWK-UNISBA
SPR - SARASWATI 2010
(PLANOLOGI UNISBA)
Para
lulusannya
mampu
berkontribusi
positif
baik
untuk
masyarakat
Keilmuan,
Keprofesian,
Praktisi,
Birokrasi,
maupun
Masyarakat
Umum.
Memberikan
penguasaan
ilmu
yang
komprehensif
disertai
wawasan
yang
luas,
dan
dilengkapi
dengan
kesadaran
akan
pelaksanaan
dan
pemanfaatannya,
sehingga
para
lulusannya
memiliki
kemampuan
dan
naluri
pengembangan
dan/atau
penerapan
rencana
tata
ruangnya,
baik
secara
mandiri
maupun
dengan
bekerjasama,
termasuk
kerjasama
multi
disiplin.
Lulusan pendidikan Sarjana Planologi Unisba harus mampu mengamati, mengenali dan
melakukan pemecahan masalah di bidang ilmunya secara Mujahid, Mujtahid, dan
Mujaddid (berani atas kebenaran, ilmiah, penuh prakarsa), serta mampu menerapkan ilmunya
dalam menghadapi perubahan dan mengikuti perkembangan.
Sumber:
Diolah
dari
berbagai
sumber
&
hasil
pemikiran
Normative Standard Planning Education
CURRICULUM CONTENT/STRUCTURE
KURIKULUM
INTI
1. Sejarah
Kritis
Perencanaan
2. Teori
Perencanaan
3. Metoda
Perencanaan
4. Studio
Perencanaan
Sumber:
ASPI,
2018
Mengapa Perlu
Perencanaan?
Ada 4 alasan utama bagi negara sedang
berkembang perlu berencana:
1. Adanya Kegagalan Mekanisme Pasar
(market failures);
2. Ketidakpastian (uncertainty);
3. Untuk memberikan arah pembangunan
yang jelas dan skema mendatang yang
lebih baik (vision & future scheme).
MEMBANGUN
/
MERENCANA
(TATA
RUANG):
AGAR
AMAN,
NYAMAN,
PRODUKTIF
DAN
BERKELANJUTAN
(Amanat
UU
26/2007-‐PR)
1. Rencana Pembangunan
(TTR):
Masa
depan
yang
Jauh
lebih
baik,
bahkan
kadang-‐kadang
beyond
visioner
2. Desa/Kota/Wilayah:
dunia
kita
(darat,
laut,
udara)
3. Aman =
tidak
berbahaya
dan
tidak
membahayakan,
serta
tanggap
bencana
4. Nyaman =
layak
huni,
bikin
kerasan,
sehat,
bersih,
indah
5. Produktif =
menghasilkan
manfaat
(bagi
masyarakatnya)
6. Berkelanjutan =
menyisakan
kebaikan
dalam
jangka
waktu
yang
lebih
&
sangat
panjang
untuk
generasi
mendatang.
9325000 690000
690000
690000 695000
695000
695000 700000
700000
700000 705000
705000 710000
710000
710000 715000
715000
715000
9325000
9325000
9325000
9325000
9325000
9325000
9325000
Peta Penutupan Lahan
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1972
DKI Jakarta Tahun 1983
DKI Jakarta Tahun 1993
DKI Jakarta Tahun 2002
DKI Jakarta Tahun 1998
9320000
9320000
9320000
9320000
9320000
9320000
9315000
9315000
9315000
9315000
9315000
9315000
2000 0 Meters
2000 Meters
9310000
9310000
9310000
9310000
9310000
9310000
KETERANGAN
9305000
9305000
9305000
9305000
9305000
9305000
DANAU
AIR/SUNGAI
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
RAWA/TAMBAK/LAUT
PERMUKIMAN
SAWAH
RAWA/TAMBAK/LAUT
URBAN
SAWAH
9300000
9300000
9300000
9300000
VEGETASI
9295000
9295000
9295000
690000
690000 695000
695000 700000
700000 705000
705000 710000
710000 715000
715000 9295000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
Perubahan
9325000
9325000
Peta Penutupan Lahan
Penutupan/Penggunaan Lahan di
DKI Jakarta Tahun 1972
9320000
9320000
DKI Jakarta 1972-2002
9315000
9315000
690000 695000 2000
700000 0 2000 Meters
705000 710000 715000
9325000
9325000
9310000
9310000
Peta Penutupan Lahan
9320000 DKI Jakarta Tahun 1983
9320000
KETERANGAN
9305000
9305000
DANAU
1972
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN
RAWA/TAMBAK/LAUT
SAWAH
9315000
9315000
9300000
9300000
VEGETASI 690000 695000 700000 705000 710000 715000
2000 0 2000 Meters
9325000
9325000
9295000
9295000
9310000
9310000
690000 695000 700000 705000 710000 715000 Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1993
9320000
9320000
KETERANGAN
9305000
9305000
DANAU
FASILITAS UMUM
1983
LAHAN TERBUKA
RAWA/TAMBAK/LAUT
SAWAH
9315000
9315000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
URBAN
9300000
9300000
VEGETASI
2000 0 2000 Meters
9325000
9325000
9310000
9310000
9295000
9295000
Peta Penutupan Lahan
690000 695000 700000 705000 710000 715000
DKI Jakarta Tahun 1998
9320000
9320000
KETERANGAN
9305000
9305000
AIR/SUNGAI
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
9315000
9315000
PERMUKIMAN
1993
RAWA/TAMBAK/LAUT
SAWAH 2000 0 2000 Meters
9300000
9300000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
VEGETASI
9325000
9325000
9310000
9310000
Peta Penu
9295000
9295000
DKI Jakar
9320000
9320000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
KETERANGAN
9305000
9305000
AIR/SUNGAI
FASILITAS UMUM
LAHAN TERBUKA
PERMUKIMAN
9315000
9315000
RAWA/TAMBAK/LAUT
SAWAH
1998
2000 0
9300000
9300000
VEGETASI
9310000
9310000
9295000
9295000
690000 695000 700000 705000 710000 715000 KETERANG
9305000
9305000
AIR/S
FASIL
LAHA
PERM
RAW
SAWA
9300000
9300000
VEGE
2002
9295000
9295000
690000 695000 700000 705000 710000 715000
Penyusutan dan Perubahan Lahan terjadi karena
perkembangan dan kebutuhan lahan untuk area terbangun
MEMBENTUK METROPOLITAN – URBAN SPRAWL - JABODETABEK
Pola Perkembangan Fisik Kota Bandung Tahun 1906, 1931, 1954, dan 1969
1 Peta Kota 1906 : Luas 900 ha : Luas tanah terbangun 240 ha :
2 Peta Kota 1911 : Luas 2.150 ha : Luas tanah terbangun 300 ha :
3 Peta Kota 1916 : Luas 2.150 ha : Luas tanah terbangun 380 ha : Jumlah penduduk 70.000 jiwa
4 Peta Kota 1921 : Luas 2.853 ha : Luas tanah terbangun 850 ha : Jumlah penduduk 114.311 jiwa
5 Peta Kota 1931 : Luas 2.853 ha : Luas tanah terbangun 1.500 ha : Jumlah penduduk 161.568 jiwa
6 Peta Kota Bandung 2000 : Luas 16.729 ha : Luas tanah terbangun 12.422 ha : Jumlah penduduk 2.146.142 jiwa
Pulau Kalimantan dan Perubahan Land-cover
Perkiraan sebelum ada rencana pemindahan IKN
Perkiraan sebelum ada rencana pemindahan IKN
Hampir seluruh wilayah
Kabupaten Penajam Paser
Utara merupakan lahan
berstatus Hak Guna
Usaha (HGU). HGU ini
dikuasai oleh sejumlah
perusahaan mulai dari
perusahaan Hutan
Tanaman Industri (HTI),
perkebunan sawit,
tambang batubara, hingga
perusahaan hulu migas.
Perkiraan
Posisi
IKN
Fungsi Perencanaan
BEBAS
NILAI
Garis
Sempadan
Sungai
??
Fakta berperan dan mempunyai interaksi yang
tetap dan kuat dengan Teori yaitu :
§ Fakta menolong memprakarsai teori
§ Fakta memberi jalan dalam merubah,
menyempurnakan dan memformulasikan teori
baru
§ Fakta dapat membuat penolakan atau
pengayaan terhadap teori
§ Fakta menukar fokus dan orientasi dari teori
mendekati atau menjadi aplikasi
§ Fakta memperterang dan memberi definisi
kembali terhadap teori
Penemuan kebenaran secara turun
temurun, belajar dari alam dan kehidupan
(tacit knowledge/Kearifan budaya lokal)
Penemuan kebenaran secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara common sense
(akal sehat)
Penemuan kebenaran secara wahyu
Penemuan kebenaran secara intuitif
Penemuan secara trial dan error
Penemuan kebenaran secara spekulatif
Penemuan kebenaran secara wibawa
RCP -‐ PRM