DURASI : 8 JP
Gambar 15. Inisialisasi master station dengan komunikasi redundant – sistem unbalance ...... 47
Gambar 16. Inisialisasi remote station dengan komunikasi redundant – sistem unbalance...... 48
Tabel 5. Transmisi tak seimbang, kode fungsi dari field control dalam message yang
dikirim dari stasiun primer (PRM = 1) .......................................................................... 56
Tabel 6. Transmisi tak seimbang, kode fungsi dari field control dalam message yang
dikirim dari stasiun sekunder (PRM = 0) ...................................................................... 57
Setiap standar kompanyon berisi pilihan-pilihan dari ketetapan-ketetapan yang ada pada
standar dasar. Cakupan aplikasi dari standar kompanyon ini pada umumnya berhubungan
dengan fungsi-fungsi yang dibutuhkan oleh sistem tenaga listrik, akan tetapi dapat juga
diaplikasikan untuk sistem lain.
Pada dasarnya model referensi sebuah protokol dapat dibagi menjadi 7 layer. Tiga layer paling
atas berhubungan dengan pesan aplikasi yang sedang dikirim, sedangkan empat layer
dibawahnya berhubungan dengan metode yang digunakan untuk mengirim pesan sampai
tujuan. Protokol IEC 60870-5-103 (dan beberapa protokol lainnya) menggunakan model
referensi yang disederhanakan. Model referensi yang digunakan ini dinamakan model EPA
(Enhanced Performanced Architecture). Model EPA hanya menggunakan tiga buah layer, yaitu:
Physical layer (layer 1), Link layer (layer 2), dan Application layer (layer 7). Model EPA ini
digunakan karena tidak semua layer pada model 7 layer digunakan dan untuk meningkatkan
performansi. Model ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Secara umum data aplikasi diterima di layer paling atas di sebuah station kemudian diteruskan
ke layer di bawahnya dengan menambah informasi pada data aplikasi yang bertujuan untuk
fungsi pengontrolan protokol. Sampai akhirnya membentuk suatu data serial pada layer paling
bawah. Data serial yang telah terbentuk tersebut kemudian dikirim ke station lainnya (misalnya
station B). Di station B data serial diterima oleh layer paling bawah kemudian dilanjutkan ke
layer di atasnya dengan menghilangkan informasi yang tidak dibutuhkan oleh layer di atasnya.
Sampai akhirnya sampai pada layer paling atas yaitu application layer. Penyampaian informasi
ini disebut juga dengan komunikasi peer to peer. Dinamakan komunikasi peer to peer karena
sebenarnya data suatu layer pada station tertentu dikirimkan ke layer yang sama pada station
lain.
Layer interface tidak selalu ada pada aplikasi sebenarnya. Akan tetapi physical interface
biasanya ada karena physical layer diimplementasikan dengan menggunakan modem. Physical
interface bisa berupa port serial beserta kawat penghubung. Link interface ada apabila
application layer dan link layer merupakan dua buah software yang terpisah.
Struktur pesan protokol IEC 60870-5-101 dibentuk oleh standar dasar dengan pilihan seperti
dalam Tabel 2.
Pesan serial yang akan melalui media komunikasi akan memiliki struktur tersarang (nested
structure) sesuai dengan struktur protokol yang terdiri dari layer-layer. Struktur pesan serial
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Interoperability protokol menyajikan kumpulan parameter dan alternatif dari subset yang harus
dipilih untuk mengimplementasikan sistem telekontrol tertentu. Daftar interoperability ini
merangkum parameter-parameter untuk memfasilitasi pilihan yang sesuai aplikasi yang
spesifik. Jika sebuah sistem terdiri dari peralatan dari pabrikan yang berbeda, paramater yang
dipilih harus sama. Dalam buku ini diberikan interoperability protokol komunikasi data sebagai
berikut:
Not Implemented
1200 bit/s
9600 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
1200 bit/s
9600 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
Format frame FT 1.2 karakter 1 tunggal dan interval-time out-tetap digunakan secara eksklusif
dalam standar ini.
Satu oktet
Dua oktet
Terstruktur
Tidak terstruktur
Panjang frame
Mode 1 (least significant octet terlebih dahulu) seperti ditentukan di SNI 04-7021.5.4-2004
bab.4.10, digunakan secara khusus di standar ini.
Tiga octet
<11> := nilai terukur, nilai diskalakan (measured value, scaled value) M_ME_NB_1
global
group 5 group 11
group 6 group 12
C_SE_ACTTERM digunakan
Durasi pulsa pendek (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
Durasi pulsa panjang (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
spontaneously
<122> := call directory, select file, call file, call section F_SC_NA_1
Faktor smoothing
Pengaktifan/Penonaktifan transmisi periodik atau siklis konstan untuk obyek yang diberi
address
1200 bit/s
9600 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
1200 bit/s
9600 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
Format frame FT 1.2 karakter 1 tunggal dan interval-time out-tetap digunakan secara eksklusif
dalam standar ini.
Satu oktet
Dua oktet
Terstruktur
Panjang frame
Mode 1 (least significant octet terlebih dahulu) seperti ditentukan di SNI 04-7021.5.4-2004
bab.4.10, digunakan secara khusus di standar ini.
Tiga oktet
<11> := nilai terukur, nilai diskalakan (measured value, scaled value) M_ME_NB_1
<122> := call directory, select file, call file, call section F_SC_NA_1
global
group 5 group 11
group 6 group 12
C_SE_ACTTERM digunakan
Durasi pulsa pendek (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
Durasi pulsa panjang (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
Faktor smoothing
Pengaktifan/Penonaktifan transmisi periodik atau siklis konstan untuk obyek yang diberi
address
Transparent data
Disturbance data of protection equipment
Urutan kejadian (Sequences of events)
Urutan rekaman besaran analog (Sequences of recorded analogue value)
Transparent data
Background scan
Tabel 3 menunjukkan daftar prosedur komunikasi dasar (fungsi aplikasi dasar) yang ada
pada standar IEC 60870-5-101. Bagian dari prosedur ini, yang digunakan untuk SPLN
ditunjukkan dalam tabel fungsi aplikasi berikut.
Dalam standar ini hanya dijelaskan prosedur komunikasi yang digunakan untuk SPLN.
Dalam standar ini hanya didefinisikan dan digunakan prosedur komunikasi untuk sistem
komunikasi tidak seimbang.
Prosedur komunikasi yang dijelaskan merupakan prosedur saat tidak ada gangguan
komunikasi. Jika terjadi gangguan komunikasi (misalnya : frame yang rusak) saat eksekusi
prosedur dasar, diperlukan suatu prosedur eksepsi untuk menangani situasi tersebut.
Standar IEC 60870-5-101 menentukan interval time out link yang tetap untuk digunakan
pada pengiriman frame yang berulang-ulang. Time out link ditunjukkan dengan garis vertikal
tebal pada diagram prosedur komunikasi. Interval time out dan jumlah pengulangan
pengiriman frame merupakan suatu variabel, dan nilai yang sesuai akan bergantung pada
sistem transmisi.
Dalam standar ini ditetapkan nilai parameter untuk interval time out dan jumlah pengulangan
sebagai berikut :
Jumlah pengulangan : 1 kali (untuk konfigurasi banyak titik saluran bersamaan (Party
line) maksimum 10 remote station)
Inisialisasi pada master station disebabkan misalnya karena power on/off, atau start/stop
aplikasi. Semua data yang diminta sebelum inisialisasi tidak dapat diterima oleh master
station karena sedang tidak aktif.
Master station kemudian membuka koneksi komunikasi ke remote station dengan mengirim
telegram “Request Status Of Link” yang direspon dengan “Status Of Link” dari remote
station. Master station kemudian mengirim “Reset Of Remote Link” yang dijawab dengan
“ACK” yang mengkonfirmasikan kondisi start link layer pada remote station.
Jika pada kedua telegram balasan remote station tersebut ACD (sesuai SNI 04-7021.5.2-
2004, Lihat Lampiran B) bit tidak di-set, maka setelah inisialisasi master station di-update
dengan mengirimkan General Interrogation ke remote station. Sebaliknya, apabila ACD bit
dari remote station di-set, maka master station mengirim “Request User Data Class 1”
sampai ACD bit dari RTU reset. Setelah itu, waktu kedua stasiun disinkronkan dengan
perintah Clock Synchronisation dari Master Station.
Prosedur sekuensial untuk inisialisasi lokal master station ditunjukkan pada gambar 1. Perlu
dicatat bahwa telegram yang digunakan adalah telegram dengan panjang tetap dengan bit
PRM (sesuai SNI 04-7021.5.2-2004, Lihat Lampiran B) dan Function Code seperti pada
Gambar 3.
Request user
data class 1 PRM = 1, FC = 10
EVENT (contoh)
Mulai inisialisasi lokal TI-2 (contoh)
e.g. Power On
Reset of PRM = 1, FC = 0
remote link
Inisialisasi pada peralatan remote station disebabkan misalnya karena power on/off. Jika
operasi pada master station masih berlangsung, maka master station akan mendeteksi
adanya diskoneksi pada link ke remote station karena tidak ada balasan dari remote station.
Setelah telegram dikirim sejumlah maksimum pengulangan, master station berusaha untuk
membuka koneksi kembali dengan mengirim “Request Status Of Link” dengan interval time
out yang sudah ditentukan. Setelah link remote station normal, maka remote station akan
merespon dengan “Status Of Link” ke master station. Master station kemudian mengirim
telegram “Reset Of Remote Link” dan dijawab dengan “ACK” oleh Remote Station.
Presedur sekuensial untuk inisialisasi lokal Master station ditunjukkan pada Gambar 4. Perlu
dicatat bahwa telegram yang digunakan adalah telegram dengan panjang tetap dengan bit
PRM dan Function Code seperti pada Gambar 4.
Reset of PRM = 1, FC = 0
remote link
TI-70
Akhir Inisialisasi COT = 4
Inisialisasi remote pada peralatan remote station dimulai dengan perintah RESET dari
master station. Remote station merespon dengan telegram konfirmasi perintah RESET.
Seluruh proses di layer aplikasi remote station akan di-reset dan inisialisasi ulang. Semua
data di remote station akan hilang.
Master station kemudian mengirim “Request Status Of Link” ke remote station sampai
mendapat jawaban “Status Of Link” dari remote station. Master station kemudian mengirim
telegram “Reset Of Remote Link” dan dijawab dengan “ACK” oleh remote station.
Setelah inisialisasi, master station mengirim perintah General Interrogation ke remote station
diikuti dengan perintah sinkronisasi waktu.
Perintah RESET
TI-100
ACK
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 10 Konfirmasi RESET
Reset of PRM = 1, FC = 0
remote link
PRM = 0, FC = 0 Ack Link reset
FCB = 1
pada telegram berikutnya
Mulai Polling
data
Request user PRM = 1, FC = 10
data class 2
Akhir Inisialisasi
TI-70
Akhir Inisialisasi COT = 4
Dalam standar ini dispesifikasikan bahwa data dikirim dari remote station hanya dilakukan
dengan dua cara yaitu General interrogation dan akuisisi event. Sehingga prosedur akuisisi
data dengan polling tidak dijelaskan dalam standar ini.
Pengiriman data periodik digunakan untuk pengiriman data pengukuran. Dalam standar ini
tidak diaplikasikan pengiriman data secara periodik. Namun, dalam standar ini
dispesifikasikan data dikirim dari remote station sebagai event apabila nilai pengukuran
melewati batas deadband. Sehingga prosedur akuisisi data periodik tidak dijelaskan dalam
standar ini.
IEC 60870-5-101 memiliki 2 kelas data, data kelas 1 dan data kelas 2. IEC 60870-5-101 juga
memiliki layanan “Request User Data Class 1” dan “Request User Data Class 2” untuk
digunakan pada polling ke remote station. Standar ini menetapkan data kelas 1 merupakan
data Single Point (Telesignal Single), Double Point (Telesignal Double), Tap Position (Tap
Position Indication) dan Pulse Counter (Telecounting). Sedangkan data kelas 2 merupakan
nilai pengukuran (Telemetering).
Master station normalnya harus melakukan polling ke remote station dengan “Request User
Data Class 2”. Ada empat kemungkinan saat remote station menerima polling telegram dari
master station, yaitu :
Kemungkinan 1 : Tidak ada data kelas 1 dan Tidak ada data kelas 2
Dalam kondisi ini, remote station akan menjawab dengan “NACK” dengan telegram
“Requested Data Not Available”, kemudian prosedur polling dilanjutkan ke remote station
berikutnya.
Dalam kondisi ini, remote station akan menjawab dengan telegram “NACK” namun kali ini
dengan mengeset nilai bit ACD yang mengindikasikan adanya data kelas 1 yang sedang
menunggu untuk diambil. Master station kemudian mengirim telegram “Request User Data
Class 1” dan remote station menjawab dengan mengirim ASDU yang berisi event tersebut.
Dalam kondisi ini, remote station akan mengirim ASDU yang berisi event tersebut.
Dalam kondisi ini, remote station akan menjawab dengan mengirim ASDU yang berisi event
kelas 2 terkait namun kali ini dengan meng-set nilai bit ACD yang mengindikasikan adanya
data kelas 1 yang sedang menunggu untuk diambil. Master station kemudian mengirim
telegram “Request User Data Class 1” dan remote station menjawab dengan mengirim
ASDU yang berisi event tersebut.
ASDU yang dikirim dapat berisi seluruh atau sebagian event yang ada pada remote station.
Bergantung pada jumlah dan tipe event tersebut dan panjang maksimum frame.
Request user
data class 2 FIXED FRAME
Kemungkinan 1 FC = 11
Tidak ada data Requested data
NACK, FC = 9 not available
EVENT1
EVENT2
EVENT1
EVENT2
Fungsi perintah general interrogation adalah untuk meng-update data pada master station
setelah prosedur inisialisasi pada master station atau remote station atau ketika master
station mendeteksi adanya informasi yang hilang.
Fungsi general interrogation dari master station adalah untuk meminta remote station agar
mengirim semua data yang ada pada saat itu. Prosedur General Interrogation dinyatakan
selesai saat Master station menerima telegram End Of Interrogation.
COT :
3 = Spontaneous
Informasi dipicu oleh perintah General Interrogation dari master station, yang dijawab
dengan telegram konfirmasi General Interrogation.
Remote station mengirim informasi General Interrogation dengan menggunakan satu atau
beberapa ASDU. ASDU informasi General Interrogation yang terakhir diikuti dengan
telegram End Of General Interrogation yang menyatakan bahwa semua informasi telah
dikirimkan.
Catatan : Telegram yang berisi event, normalnya memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada
telegram yang merupakan respon terhadap perintah apapun. Sehingga telegram yang berisi
event mungkin saja muncul ditengah-tengah telegram yang berisi respon terhadap suatu
perintah.
Perintah INTEROGASI
TI-100
ACK
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 11 Konfirmasi INTEROGASI
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 11 INFORMASI yang dimonitor
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 11 INFORMASI yang dimonitor
Waktu pada remote station harus disinkronkan dengan waktu pada master station setelah
proses inisialisasi koneksi ke remote station dan kemudian disinkronkan kembali secara
periodik.
Dalam standar ini didefinisikan periode sinkronisasi waktu sebagai suatu parameter yang
dapat dikonfigurasi dan periode maksimum sinkronisasi adalah 24 jam (dalam sehari minimal
dilakukan sekali sinkronisasi).
Setelah eksekusi sinkronisasi waktu, remote station mengirim telegram konfirmasi yang
berisi waktu sebelum sinkronisasi. Harus dicatat bahwa akurasi prosedur sinkronisasi waktu
ini sangat bergantung pada karakteristik link komunikasi.
ACK
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 11 EVENT (dengan waktu sebelum sinkronisasi)
Perintah remote control/setpoint digunakan dalam sistem telekontrol untuk mengubah status
peralatan di lapangan.
b. Perintah langsung
Pilih dan eksekusi serta perintah langsung dapat dikonfigurasi secara individual untuk
masing-masing obyek di remote station (dengan parameter konfigurasi sistem di remote
station)
Urutan prosedur untuk pilih dan eksekusi ditunjukkan pada Gambar 9 Master station
mengirim perintah PILIH (SELECT) ke remote station dan dijawab dengan telegram
konfirmasi perintah PILIH (SELECT) apabila remote station siap untuk menerima perintah
yang akan diberikan. Prosedur ini tidak dapat diinterupsi, dan waktu antara perintah PILIH
(SELECT) sampai konfirmasi perintah PILIH (SELECT) dibatasi oleh parameter time-out
untuk perintah.
Prosedur PILIH (SELECT) ini langsung diikuti dengan perintah EKSEKUSI (EXECUTE) yang
dikirim ke remote station dan dijawab dengan telegram konfirmasi EKSEKUSI (EXECUTE),
konfirmasi ini bernilai positif jika perintah tersebut akan dilaksanakan, negatif jika tidak
dilaksanakan. Prosedur ini tidak dapat diinterupsi, dan waktu antara perintah EKSEKUSI
(EXECUTE) sampai konfirmasi perintah EKSEKUSI (EXECUTE) dibatasi oleh parameter
time out untuk perintah.
Telegram akhir EKSEKUSI (EXECUTE) dikirim oleh remote station ketika perintah tersebut
berhasil dieksekusi. Peralatan yang dituju harus sudah berubah status, dan status yang baru
dikirim ke master station sebagai suatu event.
Jika setelah remote station menerima perintah PILIH (SELECT), tidak menerima perintah
EKSEKUSI (EXECUTE) dalam interval waktu tertentu, maka perintah PILIH (SELECT)
tersebut harus dibatalkan. Interval waktu time out tersebut dapat dikonfigurasi dan
maksimum 20 detik untuk jalur komunikasi ideal tanpa ada interupsi.
Perintah Langsung
Perintah langsung digunakan untuk operasi kontrol langsung dan prosedur sekuensialnya
identik dengan prosedur sekuensial pada perintah EKSEKUSI (EXECUTE).
Setelah menerima perintah EKSEKUSI (EXECUTE), fungsi aplikasi pada remote station
memeriksa obyek kontrol yang dituju. Jika obyek tersebut siap menerima perintah maka,
konfirmasi EKSEKUSI (EXECUTE) akan dikirim dan perintah tersebut dijalankan. Sebaliknya
jika obyek tersebut tidak siap maka remote station akan mengirim konfirmasi negatif dan
perintah tidak dijalankan.
ACK
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 11 Konfirmasi SELECT
ACK
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 11 Konfirmasi BREAK OFF
Perintah EXECUTE
TI-45/ TI-46/ TI-47/ TI-48/ TI-51
SE = 0, COT = 6
Perintah EXECUTE
Time Out
ACK
Request user
data class 2 FIXED FRAME
FC = 11 Konfirmasi EXECUTE
Total terintegrasi adalah nilai yang diintegrasikan selama periode waktu tertentu. Dalam
standar ini ditentukan bahwa nilai counter harus disimpan dalam buffer tanpa mereset nilai
counter sebelum data dikirim ke master station. Pertambahan nilai selama periode tersebut
akan dikalkulasi di master station.
Remote station mengirim nilai total terintegrasi secara automatis dengan periode 15 menit.
Request user
data class 1 FIXED FRAME
FC = 10 INTEGRATED TOTAL
Loading parameter digunakan untuk mengubah nilai parameter yang sudah didefinisikan
sebelumnya, contohnya nilai deadband, yang menentukan kondisi suatu pengukuran analog
dikirimkan ke master station oleh remote station.
Prosedur test digunakan untuk menguji loop tertutup pada layer aplikasi dari master station
ke remote station.
Transfer file digunakan untuk mentransfer file dari remote station ke master station. File yang
ditransfer berupa load profile atau file COMTRADE.
Akusisi delay transmisi merupakan prosedur alternatif untuk menentukan koreksi waktu saat
dilakukan sinkronisasi waktu. Prosedur ini tidak diatur dalam standar ini.
Transmisi data pada arah pengendalian (perintah) selalu dilakukan dengan prosedur
SEND/CONFIRM. Gambar 11 menunjukkan prosedur SEND/CONFIRM yang terganggu
pada suatu sistem unbalance, dengan menggunakan perintah TEST dalam suatu konfigurasi
saluran bersamaan (party line).
Dalam contoh 1, telegram SEND yang dikirim ke remote station n cacat, sehingga tidak ada
CONFIRM terhadap perintah test tersebut. Setelah time out, Master station mengirim
kembali telegram SEND tersebut tanpa mengubah nilai bit FCB (sesuai SNI 04-7021.5.2-
2004, Lihat Lampiran B).
Dalam contoh 2, telegram CONFIRM yang dikirim dari remote station n+1 cacat , sehingga
setelah time out, master station juga mengirim kembali telegram SEND tanpa mengubah
nilai bit FCB. Remote station kemudian mendeteksi bahwa telegram baru ini merupakan
suatu pengulangan karena nilai bit FCB tidak berubah, serta mengabaikan data tersebut dan
mengirim kembali frame CONFIRM sebelumnya.
Dalam standar ini didefinisikan bahwa jumlah maksimum pengulangan frame SEND adalah 3
kali, setelah itu perintah tersebut harus dibatalkan.
KEJADIAN 1
TELEGRAM Pengulangan SEND TI-104 (contoh)
SEND CACAT telegram, FCB = 1
Perintah TEST (contoh)
FIXED FRAME
FC = 0
Stasiun n+1
Akuisisi data dalam arah pengamatan (meliputi event, konfirmasi perintah dan lain-lain)
selalu dilaksanakan dengan prosedur REQUEST/RESPONSE. Gambar 12 menunjukkan
prosedur request/response yang terganggu pada sistem unbalance dengan menggunakan
akuisisi event dalam konfigurasi saluran bersamaan (party line).
Dalam contoh 1, telegram REQUEST yang dikirim ke remote station n cacat, sehingga tidak
ada RESPONSE terhadap perintah test tersebut. Setelah time out, Master station mengirim
kembali telegram REQUEST tersebut tanpa mengubah nilai bit FCB.
Dalam contoh 2, telegram RESPONSE yang dikirim dari remote station n+1 cacat , sehingga
setelah time out, master station juga mengirim kembali telegram REQUEST tanpa
mengubah nilai bit FCB. Remote station kemudian mendeteksi bahwa, telegram baru ini
Dalam standar ini didefinisikan bahwa jumlah maksimum pengulangan frame REQUEST
adalah 3 kali, setelah itu perintah tersebut harus dibatalkan.
Stasiun n
EVENT (contoh)
Request user
data class 1 FIXED FRAME
KEJADIAN 1 FC = 10 Telegram REQUEST cacat,
misalnya FCB = 1
TELEGRAM Time out
REQUEST
CACAT
Request user
data class 1 FIXED FRAME
FC = 10 Telegram RESPONSE dikirim ulang
FCB = 1 (event)
Stasiun n+1
EVENT (contoh)
Request user
data class 1 FIXED FRAME
KEJADIAN 2 FC = 10 telegram REQUEST, cth. FCB = 0
telegram RESPONSE
TELEGRAM Time out
RESPONSE
CACAT
Request user
data class 1 FIXED FRAME
FC = 10 pengulangan telegram dengan FCB = 0
telegram RESPONSE (event)
Secara umum, jika terjadi overflow pada arah pengendalian (Remote station sudah tidak bisa
memproses telegram baru dari master station), maka bit DFC (sesuai SNI 04-7021.5.2-2004,
Lihat Lampiran B) harus di-set saat remote station merespon telegram dari master station.
Master station kemudian harus mengirim telegram “Request Status Of Link” secara periodik
sampai bit DFC dari remote station reset.
Jika overflow terjadi pada arah pengamatan (Master station sudah tidak bisa memproses
telegram baru dari remote station) maka master station harus menghentikan sementara
polling ke remote station, sampai overflow selesai.
FIXED FRAME
FC = 0
Jika pengulangan perintah mencapai nilai maksimumnya, komunikasi tidak dapat berlangsung
baik pada arah pengendalian (prosedur SEND/CONFIRM) maupun pada arah pengamatan
(prosedur REQUEST/RESPONSE), maka kemungkinan hal ini disebabkan adanya masalah
pada remote station atau gangguan pada media telekomunikasi.
Prosedur pemulihan dari keadaan ini, ditunjukkan pada Gambar 14. Gangguan komunikasi
menyebabkan perintah TEST mengalami time out karena tidak memperoleh ACK. Perintah ini
kemudian diulang beberapa kali sejumlah maksimum pengulangan perintah, sebelum master
Master station terus mengirim telegram “Request Status Of Link” sampai komunikasi
tersambung kembali. Remote station merespon dengan mengirim telegram “Status of Link” dan
Master station kemudian mengirim “Reset Remote Link” sehingga koneksi tersambung kembali.
Perlu dicatat bahwa telegram yang digunakan adalah telegram dengan panjang tetap dengan
bit PRM dan Function Code seperti pada Gambar 14.
Status
PRM = 0, FC = 11 of link
Reset of PRM = 1, FC = 0
remote link
Ack Link reset
FCB = 1
PRM = 0, FC = 0 pada telegram berikutnya
Perintah Berikutnya :
General Interogation
Clock Synchronisation
Bagian ini berisi informasi tentang fungsi yang dipergunakan tetapi tidak diatur dalam
standar IEC 60870-5-101.
Dalam standar ini dispesifikasikan bahwa indikasi, nilai pengukuran, dan pulse counter
dikirimkan dari remote station ke master station sebagai event (indikasi setelah terjadi
perubahan status, nilai pengukuran yang melampaui deadband dan pulse counter setelah
periode sampling). Event mempunyai prioritas lebih tinggi daripada general interrogation.
Event dapat menginterupsi general interrogation yang sedang berlangsung. Algoritma pada
remote station harus menjamin kebenaran status terakhir dari seluruh data setelah general
interrogation.
B. Buffer event
Semua penanganan event pada remote station berdasarkan pada antrian event, satu antrian
untuk setiap level prioritas dan satu antrian terpisah untuk pulse counter. Ketika terjadi
overflow pada pada satu antrian maka satu event harus dihapus dengan mekanisme FIFO
(first in first out). Bilamana terjadi buffer overflow, remote station harus memberitahu master
station bahwa telah terjadi event buffer overflow.
C. Indikasi
Setelah terjadi perubahan status pada salah satu indikasi, maka event tersebut dikirimkan
dengan time tag, kecuali jika event tersebut merupakan respon atas general interrogation
dari master station. Dalam standar ini hanya digunakan time tag 7 byte (CP56T).
D. Nilai pengukuran
Nilai pengukuran dapat dikirim ke master station dengan atau tanpa time tag. Jika sebagai
respon atas general interrogation maka nilai pengukuran tersebut harus dikirim tanpa time
tag, dan jika memungkinkan, digunakan ASDU dengan I/O address yang berurutan (SQ=1).
Jika dalam satu antrian terdapat dua event dari satu I/O address yang sama, apabila tidak
dimungkinkan pengiriman kedua event tersebut maka event terakhir yang harus dikirim ke
master station.
Event untuk pengiriman nilai pengukuran dipicu oleh terjadinya perubahan nilai pengukuran
yang melewati deadband pengukuran tersebut.
E. Pulse counter
Pulse counter harus mempunyai antrian khusus sehingga jika komunikasi terputus, indikasi
dan nilai pengukuran tidak dapat menyebabkan overflow pada antrian pulse counter. Karena
pulse counter digunakan untuk perhitungan transaksi maka catatan nilai masing-masing
pulse counter harus dapat disimpan untuk periode selama 1 bulan. Fungsi default adalah
“delete oldest” ketika terjadi overflow. Kriteria event standar adalah penyimpanan dan
pengiriman nilai dengan menggunakan timer internal setiap 15 menit. Jika terjadi overflow
maka event pulse counter yang paling lama yang dihapus (FIFO).
Event dengan prioritas tertinggi dapat di kelompokkan ke dalam class 1 (polling telegram
untuk transmisi unbalance) dan selebihnya ke dalam class 2. Dalam protokol yang dipicu
oleh event, seperti IEC 60870-5-101, remote station menentukan urutan data yang akan
dikirim ke master station.
A. Persyaratan umum
Setelah start-up, master station membuka link dengan mengirimkan telegram “Request
Status of Link” pada kedua kanal komunikasi. Master station kemudian menentukan kanal
yang akan digunakan sebagai kanal komunikasi utama untuk menyelesaikan prosedur
inisialisasi pada kanal tersebut.
Setelah remote station restart, remote station menunggu inisiatif dari master station. Ketika
master station siap, remote station akan mengikuti prosedur yang dijelaskan pada paragraf
di atas. Remote station kemudian menggunakan kanal yang menerima “reset of remote link”
sebagai kanal komunikasi yang aktif.
Untuk mensupervisi kanal komunikasi stand-by (tidak digunakan untuk polling), master
station mengirimkan link telegram “Request Status of Link” secara periodik pada kanal
tersebut. Proses supervisi kanal ini tidak boleh mengganggu proses polling yang sedang
terjadi di kanal komunikasi yang aktif.
Periode supervisi kanal stand-by ini adalah maksimum 2 menit untuk semua konfigurasi.
Ketika master station kehilangan kontak dengan remote station melalui kanal komunikasi
yang aktif atau jika master station ingin berpindah kanal, maka master station akan
mengirimkan “Request Status of Link” yang diikuti oleh “Reset Remote Link” dan memulai
polling melalui kanal yang baru. Selanjutnya, kanal ini menjadi kanal komunikasi yang aktif.
Remote station harus menjamin bahwa event tidak akan hilang selama proses perpindahan
kanal. Hal ini berarti, event harus secara eksplisit mendapat acknowledgement dari master
station sebelum dihapus di remote station. Pada komunikasi unbalance event mendapat
acknowledgement dari master station ketika remote station menerima request dengan FCB
bit yang berubah. Master station tidak perlu melakukan general interrogation setelah
perpindahan kanal atau gangguan komunikasi sesaat. General interrogation hanya dilakukan
jika gangguan komunikasi terjadi dengan durasi yang melebihi waktu yang diperlukan bagi
master station untuk melakukan polling sebanyak jumlah pengulangan.
B. Inisialisasi
Setelah start-up, master station membuka link dengan mengirimkan telegram “Request
Status of Link” pada kedua kanal komunikasi. Remote station kemudian akan membalas
dengan “Status of Link” untuk setiap “Request Status of Link” yang diterimanya.
Kemudian master station memulai prosedur polling dengan mengirimkan “poll request” pada
kanal utama.
Master station secara periodik mengirimkan “Request Status of Link” pada kanal stand-by
dan remote station akan membalas dengan “Status of Link”.
Gambar 15. Inisialisasi master station dengan komunikasi redundant – sistem unbalance
Jika kanal komunikasi yang aktif terganggu, master station akan menandai kanal utama yang
terganggu, dan mengirimkan “Request Status of Link” ke remote station melalui kanal stand-
by, yang akan dijawab oleh remote station dengan telegram “Status of Link”. Master station
kemudian mengirimkan “Reset Remote Link” melalui kanal ini. Master station tidak akan
menganggap data sebagai “not renewed” jika komunikasi ke remote station melalui kanal
stand-by berhasil dilaksanakan. Sebaliknya, jika juga tidak didapatkan respon saat
komunikasi ke remote station dilaksanakan melalui kanal stand-by maka data akan dianggap
“not renewed”. Remote station akan merespon “Reset of Remote Link” dengan telegram
ACK. Kemudian master station memulai prosedur polling dengan mengirimkan “poll request”
pada kanal utama. Perpindahan kanal juga bisa dilakukan jika perhitungan kualitas link
komunikasi (kegagalan polling) melewati nilai toleransi yang ditetapkan yaitu 10% total
polling dalam periode 1 jam.
Setelah terjadi polling pada kanal aktif yang baru, master station akan mulai mengirimkan
“Request Status of Link” pada kanal komunikasi ke remote station yang terganggu secara
periodik.
RQUD RQSL
NACK SL
RQUD
Pemberitahuan Ke
Layer Aplikasi
RQUD RQSL
Perpindahan Kanal SL
(Pemulihan
Komunikasi melalui RQUD RSRL
kanal lain)
CON
RQSL RQUD
NACK
Jika master station mempunyai kanal utama dan backup, dan akan memindahkan kanal
yang aktif, maka master station akan menunggu sampai tidak ada command yang sedang
berlangsung dan kemudian mengirimkan “Request Status of Link” ke remote station melalui
kanal yang stand-by, yang akan dijawab oleh remote station dengan telegram “Status of
Link”. Master station kemudian mengirimkan “Reset Remote Link” melalui kanal ini. Master
Remote station kemudian akan mengirimkan telegram ACK sebagai respon dari “reset of
remote link”.
Master station kemudian akan mengirimkan “poll request” dan dimulailah polling pada kanal
utama yang baru.
Master station akan mengirimkan “Request Status of Link” pada kanal backup secara
periodik.
4.3. Addressing
Link address adalah nomor pada suatu link komunikasi yang digunakan pada satu kanal
komunikasi dari master station. Nomor ini hanya digunakan sebagai address pada jaringan
komunikasi itu sendiri dan tidak boleh menjadi bagian dari keseluruhan address suatu point
data. Sesuai standar IEC, parameter ini dapat terdiri dari 1 atau 2 oktet.
Common address of ASDU adalah nomor yang digunakan untuk seluruh obyek dalam satu
remote station. Satu remote station dapat berupa seluruh sistem kontrol substation atau
beberapa bagian saja. Sesuai dengan standar IEC parameter ini dapat terdiri dari 1 atau 2
oktet. Dalam standar ini digunakan 2 oktet untuk mengakomodir kebutuhan jumlah I/O yang
lebih banyak pada substation automation.
Information object address adalah nomor yang diberikan kepada setiap point data atau
obyek dalam satu remote station dan umum untuk semua tipe data. Sesuai dengan standar
IEC parameter ini dapat terdiri dari 1, 2 atau 3 oktet.
D. Pengaturan address
Semua addres dapat menggunakan semua nomor yang valid, dengan catatan :
Setiap remote station harus memiliki link address yang unik dalam satu kanal
komunikasi.
Di dalam satu link komunikasi dari master station, kombinasi antara Common
Address of ASDU dan Information Object Address harus merupakan alamat yang
unik bagi semua point data (obyek).
E. Konvensi addressing
Sebuah Substation Automation umumnya terdiri dari peralatan komunikasi, beberapa bay
controller dan sejumlah peralatan proteksi. Setiap bagian tersebut dapat memiliki beberapa
obyek. Standar IEC 60870-5-101 tidak mengatur bagaimana address diberikan kepada
semua obyek tersebut sepanjang semua batasan di atas diikuti.
Untuk setiap obyek pada fungsi yang sama, tidak diijinkan menggunakan dua atau lebih
address yang berbeda (sesuai dengan standar teleinformation data SPLN S5.001:2008
tentang Teleinformasi Data Untuk Operasi Sistem Tenaga Listrik dan S5.002:2008 tentang
Teleinformasi Data Untuk Pemeliharaan Instalasi Tenaga Listrik). Misalnya fungsi remote
control pada obyek CB, untuk remote close atau remote open agar menggunakan address
yang sama sedangkan Type Identification yang digunakan adalah double command (Type
Identification <46>).
Pada remote station dapat terintegrasi beberapa event sistem. Event sistem harus dikirimkan
ke master station menggunakan ASDU standar. Pada protokol IEC 60870-5-101 tidak
dicadangkan frame khusus untuk event internal.
Standar ini mengacu pada SPLN S5.002:2008 tentang Teleinformasi Data Untuk
Pemeliharaan Instalasi Tenaga Listrik untuk daftar event internal yang dimonitor dari suatu
remote station.
G. Panjang frame
Panjang frame harus merupakan suatu parameter dalam remote station. Panjang frame
maksimum adalah 255 oktet.
Tiap proyek harus mengimplementasikan panjang frame yang dibutuhkan sesuai dengan
kualitas kanal komunikasi antara remote station dengan master station agar semua fungsi
berjalan benar/normal.
H. Penanganan database
Database pada remote station dapat berisi address-address yang tidak didefinisikan pada
master station. Jika informasi dengan address-address tidak terdefinisikan pada master
station terkirim dari remote station, maka hal ini dapat dianggap sebagai kesalahan (error).
Namun, master station harus bisa menangani hal ini sehingga informasi-informasi lain dapat
diproses secara normal.
I. Scaling
Scaling dari nilai pengukuran ternormalisasi (ASDU 9) yang direkomendasikan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Nilai minimum dalam engineering unit (VMin) 0 (nilai-nilai unipolar), -1(nilai-nilai bipolar)
L A
User data
(catatan 3)
Start 68 H
Link user
data
C
A
Checksum
User data
End 16 H (catatan 1)
Link
user data
Checksum
End 16 H (catatan 1)
L menspesifikasikan jumlah oktet data pengguna yang berturutan, termasuk field control
dan field address
C : Field control
CATATAN:
1 Oktet data dinyatakan dalam notasi heksadesimal, dimana bit dengan bobot 27 … 24
menunjukkan karakter heksadesimal sebelah kiri dan bit dengan bobot 23 … 20
menunjukkan karakter heksadesimal sebelah kanan,
contoh: 68 H = 0110 1000
6 8
Field control berisi informasi yang mencirikan arah message, tipe layanan yang diberikan
dan mendukung fungsi kontrol untuk menekan kehilangan atau duplikasi message.
MSB LSB
Field control 1
FCB FCV 23 22 21 20 Primer ke sekunder
RES PRM
Bit : 8 7 6 5 4 3 2 1
RES : Reserved
FCB : Frame count bit : 0, 1 = bit peubah untuk layanan SEND/CONFIRM atau
REQUEST/RESPOND yang berturut-turut per stasiun
Pada kasus perintah reset (lihat tabel 1), bit FCB selalu nol, dan pada saat
FCV : Frame count bit valid : 0 = fungsi peubah bit FCB tidak sah;
overflow.
ACD : Access demand Ada dua klas data message yang diberikan, yaitu klas 1
dan 2;
Tabel 5. Transmisi tak seimbang, kode fungsi dari field control dalam message yang dikirim dari
stasiun primer (PRM = 1)
No.
kode Tipe frame Fungsi layanan FCV
fungsi
0 SEND/CONFIRM diharapkan Reset remote link 0
1 SEND/CONFIRM diharapkan Reset proses pengguna 0
2 SEND/CONFIRM diharapkan Disediakan untuk prosedur transmisi –
seimbang
3 SEND/CONFIRM diharapkan Data pengguna 1
4 SEND/CONFIRM diharapkan Data pengguna 0
5 Disediakan –
6-7 Disediakan untuk penggunaan –
khusus
8 REQUEST untuk access demand Respon menspesifikasikan access 0
demand
9 REQUEST/RESPOND diharapkan Permintaan status link 0
10 REQUEST/RESPOND diharapkan Permintaan data pengguna klas 1 1
11 REQUEST/RESPOND diharapkan Permintaan data pengguna klas 2 1
12-13 Disediakan –
14-15 Disediakan untuk penggunaan –
khusus
No.
kode Tipe frame Fungsi layanan
fungsi
0 CONFIRM ACK : tanda terima positif
1 CONFIRM NACK : message tidak diterima, link sibuk
2-5 Disediakan
6-7 Disediakan untuk penggunaan khusus
8 RESPOND Data pengguna
9 RESPOND NACK : Data yang diminta tidak tersedia
10 Disediakan
11 RESPOND Status link / access demand
12 Disediakan
13 Disediakan untuk penggunaan khusus
14 – Layanan link tidak berfungsi
15 – Layanan link tidak diimplementasikan