DURASI : 8 JP
1200 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
1200 bit/s
9600 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
Format frame FT 1.2 karakter 1 tunggal dan interval-time out-tetap digunakan secara eksklusif
dalam standar ini.
Satu oktet
Dua oktet
Terstruktur
Tidak terstruktur
Panjang frame
(selectable)
Mode 1 (least significant octet terlebih dahulu) seperti ditentukan di SNI 04-7021.5.4-2004
bab.4.10, digunakan secara khusus di standar ini.
Tiga oktet
<11> := nilai terukur, nilai diskalakan (measured value, scaled value) M_ME_NB_1
global
group 5 group 11
group 6 group 12
Durasi pulsa pendek (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
Durasi pulsa panjang (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
Faktor smoothing
Pengaktifan/Penonaktifan transmisi periodik atau siklis konstan untuk obyek yang diberi
address
1200 bit/s
9600 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
1200 bit/s
9600 bit/s
19200 bit/s
38400 bit/s
Format frame FT 1.2 karakter 1 tunggal dan interval-time out-tetap digunakan secara eksklusif
dalam standar ini.
Satu oktet
Dua oktet
Terstruktur
Tidak terstruktur
Panjang frame
Mode 1 (least significant octet terlebih dahulu) seperti ditentukan di SNI 04-7021.5.4-2004
bab.4.10, digunakan secara khusus di standar ini.
Tiga oktet
<11> := nilai terukur, nilai diskalakan (measured value, scaled value) M_ME_NB_1
<122> := call directory, select file, call file, call section F_SC_NA_1
Double transmission
global
group 5 group 11
group 6 group 12
Durasi pulsa pendek (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
Durasi pulsa panjang (durasi ditentukan oleh parameter sistem pada RTU)
spontaneously
Faktor smoothing
Pengaktifan/Penonaktifan transmisi periodik atau siklis konstan untuk obyek yang diberi
address
Test procedure
Transparent data
Disturbance data of protection equipment
Urutan kejadian (Sequences of events)
Urutan rekaman besaran analog (Sequences of recorded analogue value)
Transparent data
Background scan
Range nilai untuk semua time-out : 1 sampai 255 detik, dengan akurasi 1 detik
Tabel 3 menunjukkan daftar prosedur komunikasi dasar (fungsi aplikasi dasar) yang ada
pada standar IEC 60870-5-104. Bagian dari prosedur ini, yang digunakan untuk SPLN
ditunjukkan dalam tabel fungsi aplikasi berikut.
Prosedur komunikasi yang dijelaskan merupakan prosedur saat tidak ada gangguan
komunikasi pada layer aplikasi. Jika terjadi gangguan komunikasi saat eksekusi prosedur
dasar, diperlukan suatu prosedur eksepsi untuk menangani situasi tersebut.
Standar IEC 60870-5-104 menentukan interval time-out aplikasi yang dinotasikan dengan t0,
t1, t2 dan t3.
Tidak ada pengulangan telegram yang tidak diacknowledge dan jika acknowledgement tidak
diperoleh setelah time-out tersebut diatas terlewati maka master station atau remote station
dapat memulai kembali inisialisasi dengan terlebih dahulu menutup koneksi TCP/IP.
Dalam arsitektur client/server master station bertindak sebagai client dan remote station
bertindak sebagai server.
A. Inisialisasi stasiun
Inisialisasi koneksi TCP/IP antara remote station dan master station selalu dimulai oleh
master station. Master station harus mengambil inisiatif untuk membuka koneksi TCP/IP ke
remote station dan remote station hanya bersifat pasif.
Dalam standar ini tidak diaplikasikan akuisisi data dengan pembacaan register. Standar ini
hanya menspesifikasikan data dikirim dari remote station melalui dua cara, yaitu general
interrogation dan akuisisi event.
Pengiriman data periodik digunakan untuk pengiriman data pengukuran. Dalam standar ini
tidak diaplikasikan pengiriman data secara periodik. Namun, dalam standar ini
dispesifikasikan bahwa data pengukuran dikirim dari remote station sebagai event apabila
nilai pengukuran melewati batas deadband.
D. Akuisisi event
Protokol IEC 60870-5-104 tidak mendefinisikan adanya kelas-kelas data. Namun algoritma
pada remote station harus menjamin data indikasi memiliki prioritas yang lebih tinggi
daripada data-data lain (pengukuran, posisi langkah, dan total terintegrasi).
ASDU yang dikirim dapat berisi seluruh atau sebagian event yang ada pada remote station,
sesuai dengan jumlah dan tipe event tersebut serta panjang maksimum frame.
E. General interrogation
Fungsi perintah general interrogation adalah untuk meng-update data pada master station
setelah prosedur inisialisasi pada master station atau remote station, atau ketika master
station mendeteksi adanya informasi yang hilang. Dengan demikian general interrogation
dilakukan secara otomatis saat terbentuknya koneksi ke remote station. Selain itu, general
interrogation harus dapat dilakukan secara manual.
Fungsi general interrogation dari master station adalah untuk meminta remote station
mengirim semua data yang ada pada saat itu. Prosedur general interrogation dinyatakan
selesai saat master station menerima telegram end of interrogation dari remote station.
Prosedur general interrogation dapat diinterupsi oleh event yang terjadi pada remote station.
Master station harus dapat menghindari kesalahan interpretasi antara data dari general
interrogation dengan data event spontan, dengan membedakan COT dari ASDU yang dikirim
oleh remote station.
COT :
3 = Spontaneous
20 = Interrogated by general interrogation
Perintah general interrogation dikirim oleh master station, yang dijawab dengan telegram
konfirmasi general interrogation.
Remote station mengirim informasi general interrogation dengan menggunakan satu atau
beberapa ASDU. ASDU terakhir diikuti dengan telegram end of interrogation yang
menyatakan bahwa semua informasi telah dikirimkan.
F. Sinkronisasi waktu
Dalam standar ini tidak digunakan prosedur sinkronisasi waktu dengan fungsi aplikasi IEC
60870-5-104. Hal ini disebabkan tidak adanya jaminan waktu transfer (transfer time) perintah
sinkronisasi waktu dari master station ke remote station, sehingga delay pengiriman cukup
signifikan, dan mengurangi ketepatan sinkronisasi waktu.
Untuk sinkronisasi waktu antara master station dengan remote station menggunakan
Network Time Protocol (NTP). Master station bertindak sebagai network time server dan
remote station bertindak sebagai client.
Dengan demikian master station dan remote station harus memiliki fitur NTP.
Perintah remote control/setpoint digunakan dalam sistem telekontrol untuk mengubah status
peralatan di lapangan.
Terdapat dua prosedur untuk pengiriman remote control/setpoint:
a. Pilih dan eksekusi
Urutan prosedur untuk pilih dan eksekusi ditunjukkan pada Gambar 6. Master station
mengirim perintah PILIH (SELECT) ke remote station dan dijawab dengan telegram
konfirmasi perintah PILIH (SELECT) apabila remote station siap untuk menerima perintah
yang akan diberikan. Prosedur ini tidak dapat diinterupsi, dan waktu antara perintah PILIH
(SELECT) sampai konfirmasi perintah PILIH (SELECT) dibatasi oleh parameter time-out
untuk perintah.
Prosedur PILIH (SELECT) ini langsung diikuti dengan perintah EKSEKUSI (EXECUTE) yang
dikirim ke remote station dan dijawab dengan telegram konfirmasi EKSEKUSI (EXECUTE),
positif jika perintah tersebut akan dilaksanakan, negatif jika tidak dilaksanakan. Prosedur ini
tidak dapat diinterupsi, dan waktu antara perintah EKSEKUSI (EXECUTE) sampai konfirmasi
perintah EKSEKUSI (EXECUTE) dibatasi oleh parameter time-out untuk perintah.
Dalam standar ini ditetapkan time-out untuk perintah adalah 20 detik.
Telegram akhir EKSEKUSI (EXECUTE) dikirim oleh remote station ketika perintah tersebut
berhasil dieksekusi. Peralatan yang dituju seharusnya sudah berubah status, dan status
yang baru dikirim ke master station sebagai suatu event.
Dalam standar ini tidak didefinisikan urutan pengiriman telegram perubahan status dan
telegram akhir EKSEKUSI (EXECUTE). Aplikasi pada master station harus memeriksa
keberhasilan perintah EKSEKUSI (EXECUTE) tersebut.
Jika setelah remote station menerima perintah PILIH (SELECT), tidak menerima perintah
EKSEKUSI (EXECUTE) dalam interval waktu tertentu, maka perintah PILIH (SELECT)
tersebut harus dibatalkan. Interval waktu time-out tersebut dapat dikonfigurasi dan
maksimum 60 detik.
Perintah Langsung
Perintah langsung digunakan untuk operasi kontrol langsung dan prosedur sekuensialnya
identik dengan prosedur sekuensial pada perintah EKSEKUSI (EXECUTE).
Setelah menerima perintah EKSEKUSI (EXECUTE), fungsi aplikasi pada remote station
memeriksa obyek kontrol yang dituju. Jika obyek tersebut siap menerima perintah maka,
konfirmasi EKSEKUSI (EXECUTE) akan dikirim dan perintah tersebut dijalankan. Sebaliknya
jika obyek tersebut tidak siap, maka remote station akan mengirim konfirmasi negatif dan
perintah tidak dijalankan.
Total terintegrasi adalah nilai yang diintegrasikan selama periode waktu tertentu. Dalam
standar ini ditentukan bahwa nilai counter harus disimpan dalam buffer tanpa mereset nilai
counter sebelum data dikirim ke master station. Pertambahan nilai selama periode tersebut
akan dikalkulasi di master station.
Remote station mengirim nilai total terintegrasi secara automatis dengan periode 15 menit.
Dalam standar nilai total terintegrasi dianggap sebagai event dari remote station.
I. Loading parameter
Loading parameter digunakan untuk mengubah nilai parameter yang sudah didefinisikan
sebelumnya, contohnya nilai deadband, yang menentukan kondisi suatu pengukuran analog
dikirimkan ke master station oleh remote station.
Dalam standar ini tidak digunakan fungsi aplikasi loading parameter IEC 60870-5-104.
Dengan alasan kemudahan konfigurasi dan pemeliharaan, semua remote station yang
mendukung protokol IEC 60870-5-104 harus dapat dikonfigurasi melalui TCP/IP.
Prosedur test digunakan untuk melakukan pengujian pada koneksi terbuka yang dalam
kondisi idle (tidak ada pertukaran data pada layer aplikasi).
K. Transfer file
Transfer file digunakan untuk mentransfer file dari remote station ke master station. File yang
ditransfer berupa load profile atau file COMTRADE.
Dalam standar ini tidak digunakan fungsi aplikasi transfer file IEC 60870-5-104. Transfer file
dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi file transfer protocol (FTP) agar komunikasi
antara master station dengan remote station tidak terganggu.
Dengan demikian master station dan remote station harus memiliki fitur FTP.
Akusisi delay transmisi merupakan prosedur alternatif untuk menentukan koreksi waktu saat
dilakukan sinkronisasi waktu.
M. Prosedur eksepsi
Prosedur eksepsi ini dijalankan apabila terjadi gangguan komunikasi sehingga menyebabkan
adanya frame yang tidak mendapat acknowledgement oleh stasiun lawan (master station
atau remote station). Frame yang tidak mendapat acknowledgement ini dapat berupa :
a. Tidak adanya respon dari remote station atau master station setelah waktu time out
t0, t1, t2 dan t3;
b. Adanya kehilangan telegram yang diterima oleh remote station atau master station
sehingga ada ketidaksesuaian nomor urutan frame APDU.
Eksepsi untuk semua kondisi tersebut diatas adalah dengan melakukan penutupan koneksi
oleh stasiun yang mendeteksi gangguan tersebut. Setelah itu, master station membuka
kembali koneksi ke remote station.
3. FUNGSI-FUNGSI SPESIFIK
Bagian ini berisi informasi tentang fungsi yang dipergunakan tetapi tidak diatur dalam
standar IEC 60870-5-104.
B. Buffer event
Semua penanganan event pada remote station berdasarkan pada antrian event. Remote
station harus menyediakan antrian yang terpisah untuk pulse counter. Ketika terjadi overflow
pada pada satu antrian maka satu event harus dihapus dengan mekanisme FIFO (first in first
out). Bilamana terjadi buffer overflow, remote station harus memberitahu master station
bahwa telah terjadi event buffer overflow.
C. Indikasi
Setelah terjadi perubahan status pada salah satu indikasi, maka event tersebut dikirimkan
dengan time tag, kecuali jika event tersebut merupakan respon atas general interrogation
dari master station. Dalam standar ini hanya digunakan time tag 7 byte.
D. Nilai pengukuran
Nilai pengukuran dapat dikirim ke master station dengan atau tanpa time tag. Jika sebagai
respon atas general interrogation maka nilai pengukuran tersebut harus dikirim tanpa time
tag, dan jika memungkinkan, digunakan ASDU dengan I/O address yang berurutan (SQ=1).
Jika dalam satu antrian terdapat dua event dari satu I/O address yang sama, maka event
terakhir yang harus dikirim ke master station.
Event untuk pengiriman nilai pengukuran dipicu oleh terjadinya perubahan nilai pengukuran
yang melewati deadband pengukuran tersebut.
E. Pulse counter
Pulse counter harus mempunyai antrian khusus sehingga jika komunikasi terputus, indikasi
dan nilai pengukuran tidak dapat menyebabkan overflow pada antrian pulse counter. Pulse
counter digunakan untuk perhitungan transaksi sehingga catatan nilai masing-masing pulse
counter harus dapat disimpan selama 1 bulan. Kriteria event standar adalah penyimpanan
dan pengiriman nilai dengan menggunakan timer internal tiap 15 menit. Jika terjadi overflow
maka event pulse counter yang paling lama yang dihapus (FIFO).
F. Komunikasi redundant
Konfigurasi media komunikasi yang redundant hanya sampai pada Layer Jaringan (Network
Layer) pada spesifikasi TCP/IP (RFC 2200). Manajemen jaringan yang bertanggungjawab
mengatur prosedur routing untuk mencari jalur alternatif tersingkat antara master station
3.2. Addressing
A. Network address
Network address merupakan IP address pada masing-masing master station dan remote
station. IP address bersifat unik pada satu jaringan komunikasi.
Common address of ASDU adalah nomor yang digunakan untuk seluruh obyek dalam satu
remote station. Satu remote station dapat memiliki satu atau lebih Common Address of
ASDU. Sesuai dengan standar IEC parameter ini terdiri dari 2 oktet.
Information object address adalah nomor yang diberikan kepada tiap point data atau obyek
dalam satu remote station dan umum untuk semua tipe data. Sesuai dengan standar IEC
parameter ini terdiri dari 3 oktet.
D. Pengaturan address
Semua addres dapat menggunakan semua nomor yang valid, dengan catatan :
b. Di dalam satu link komunikasi dari master station, kombinasi antara Common
Address of ASDU dan Information Object Address harus merupakan alamat yang
unik bagi semua point data (obyek).
E. Konvensi addressing
Sebuah Sistem Otomasi Gardu Induk (SOGI) pada umumnya terdiri dari peralatan
komunikasi, beberapa bay controller dan sejumlah peralatan proteksi. Tiap-tiap bagian
tersebut dapat memiliki beberapa obyek. Standar IEC 60870-5-104 tidak mengatur
bagaimana address diberikan kepada semua obyek tersebut sepanjang semua batasan di
atas diikuti.
Untuk setiap obyek pada fungsi yang sama, tidak diijinkan menggunakan dua atau lebih
address yang berbeda (sesuai dengan standar teleinformation data SPLN S5.001: 2008
tentang Teleinformasi Data Untuk Operasi Jaringan Tenaga Listrik dan S5.002: 2008 tentang
Teleinformasi Data Untuk Pemeliharaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik). Misalnya fungsi
remote control pada obyek CB, untuk remote close atau remote open agar menggunakan
F. Event internal
Pada remote station dapat terintegrasi beberapa event sistem. Event sistem harus dikirimkan
ke master station menggunakan ASDU standar. Pada protokol IEC 60870-5-104 tidak
dicadangkan frame khusus untuk event internal.
Standar ini mengacu pada Standar Teleinformasi Data (S5.002: 2008 tentang Teleinformasi
Data Untuk Pemeliharaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik) untuk daftar event internal yang
dimonitor dari suatu remote station.
G. Panjang frame
Panjang frame harus merupakan suatu parameter dalam remote station. Digunakan panjang
frame maksimum adalah 253 oktet.
H. Penanganan database
Database pada remote station dapat berisi sejumlah address yang tidak didefinisikan pada
master station. Jika informasi dengan sejumlah address tidak terdefinisikan pada master
station terkirim dari remote station, maka hal ini dapat dianggap sebagai kesalahan (error).
Namun, master station harus bisa menangani hal ini sehingga informasi-informasi lain dapat
diproses secara normal.
I. Scaling
Scaling dari nilai pengukuran ternormalisasi (ASDU 9) yang direkomendasikan dapat dilihat
pada Tabel 4. Scaling nilai ternormalisasi.
Nilai minimum dalam engineering unit (VMin) 0 (nilai-nilai unipolar), -1(nilai-nilai bipolar)
Scaling set point command ternormalisasi (ASDU 48) yang direkomendasikan, dapat dilihat
pada Tabel 4. Scaling nilai ternormalisasi.