No : 0520 K/DIR/2014
Tentang
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................6
PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
4.1.2.6 Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah bay Kopel (OCR/GFR
Kopel) 15
2.3.6. Pengujian Relai Circuit Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone
(SZP) 27
2. 4. Shutdown Function & Stability Test/ Pengujian Fungsi dan Kestabilan pada
Saat Sistem Tidak Bertegangan .............................................................................. 30
2.4.1. Shutdown Function & Stability Test Relai Diferensial Busbar ............... 31
2.4.2. Function & Stability Test Relai Circulating Current Protection (CCP)... 32
2.4.3. Function Test Relai Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP)
34
GLOSARRY ................................................................................................................ 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar 10 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection 7B2 untuk lokasi CT sebelum
PMT ............................................................................................................................ 13
Gambar 11 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection 7B2 untuk lokasi CT setelah PMT
.................................................................................................................................... 13
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Periode Pemeliharaan Proteksi dan Kontrol Busbar & Diameter ..... 56
Lampiran 6 Blangko Pengujian Relai CCP High Impedance Tipe Tegangan ............... 65
Lampiran 7 Blangko Pengujian Relai CCP High Impedance Tipe Arus ....................... 66
PENDAHULUAN
Busbar merupakan bagian utama dalam suatu gardu induk yang berfungsi sebagai
tempat terhubungnya semua bay yang ada pada gardu induk tersebut, baik bay line
maupun bay trafo. Umumnya gardu induk didesain dengan konfigurasi 2 busbar
(double busbar), namun juga masih terdapat gardu induk yang memiliki satu busbar
(single busbar).
Sistem gardu induk yang dikelola oleh PT PLN (Persero) beroperasi pada beberapa
level tegangan. Level tegangan ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu tegangan
ekstra tinggi dan tegangan tinggi. Gardu induk yang beroperasi pada level tegangan
500 kV dan 275 kV disebut sebagai GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi),
sedangkan gardu induk yang beroperasi pada level tegangan 150 kV dan 70 kV
disebut sebagai GI (Gardu Induk). GITET dibangun dengan konfigurasi sistem satu
setengah PMT, sedangkan GI umumnya menggunakan konfigurasi 1 breaker (single
breaker). Namun, pada beberapa GI yang tersambung langsung dengan pembangkit
juga menggunakan konfigurasi sistem satu setengah PMT.
Gardu Induk satu setengah PMT memiliki bagian utama yang disebut sebagai diameter
yang berfungsi untuk menghubungkan 2 busbar pada sistem gardu induk satu
setengah PMT tersebut. Diameter dilengkapi dengan 3 buah Pemutus Tenaga (PMT),
di antaranya: PMT busbar A (PMT A), PMT busbar B (PMT B) dan PMT pengapit (PMT
AB).
Dalam pengoperasiannya, busbar dan diameter tidak terlepas dari kondisi abnormal
yang disebut sebagai gangguan. Gangguan yang terjadi pada busbar dan diameter
adalah gangguan yang bersifat destruktif. Apabila terjadi gangguan pada busbar atau
diameter, maka kemungkinan terjadi kerusakan pada peralatan instalasi yang sangat
besar. Di samping itu, keandalan sistem dalam menyalurkan pasokan daya juga akan
terganggu. Proteksi busbar/diameter adalah suatu sistem proteksi yang berperanan
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 1
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAN DIAMETER
Regional Jawa Madura Bali
penting dalam mengamankan gangguan yang terjadi pada busbar atau diameter.
Sistem proteksi ini harus bekerja secara sensitif, selektif, cepat dan harus stabil untuk
gangguan yang terjadi di luar daerah proteksian busbar atau diameter.
Sistem proteksi busbar dan diameter merupakan suatu sistem kolektif yang meliputi:
trafo arus (CT) / trafo tegangan (PT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya
dan rangkaian pengawatannya. Bagian-bagian dari sistem proteksi ini seperti terlihat
pada gambar 1.
Daerah kerja proteksi busbar adalah daerah di antara semua trafo arus (CT) bay yang
tersambung di busbar tersebut. Sistem proteksi busbar harus bekerja tanpa tunda
waktu (instantaneous) apabila terjadi gangguan di dalam zona proteksinya (area warna
hijau) seperti diperlihatkan pada gambar 2. Namun, untuk gangguan yang terjadi di luar
zona proteksinya (di luar area warna hijau), proteksi busbar tidak boleh bekerja (relai
harus stabil).
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 2
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAN DIAMETER
Regional Jawa Madura Bali
Proteksi diameter memiliki daerah kerja yang meliputi daerah di antara CT dalam satu
diameter yang sama seperti diperlihatkan pada gambar 3.
Sistem proteksi busbar dan diameter dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok
yaitu:
Proteksi busbar:
o Proteksi busbar
o OCR/GFR kopel
Proteksi diameter:
o CCP
o STUB
o CBF/SZP
Bus Zone
Bus zone merupakan bagian dari diferensial busbar yang berfungsi untuk
menentukan busbar yang terganggu. Apabila Gardu Induk mempunyai lebih
dari satu busbar, maka sistem proteksi busbar di GI tersebut mempunyai
beberapa zona proteksian tergantung dari jumlah busbar yang dimiliki (satu
zona mengamankan satu busbar), seperti pada Gambar 1.4.,Bus zone 1
meliputi CT a, CT b, dan CT c, sedangkan untuk Bus zone 2 meliputi CT d, CT
e dan CT f.
Check Zone
Check zone berfungsi untuk memastikan bahwa relai proteksi busbar akan
bekerja dengan benar pada saat terjadi gangguan internal dan tidak akan
bekerja pada saat gangguan eksternal. Check zone bekerja dengan cara
membandingkan semua arus pada bay yang tersambung dalam gardu induk
tanpa membandingkan arus yang ada pada bus coupler, seperti Gambar
1.4.,Check Zone meliputi CT g, CT h, CT j, dan CT k.
non linier (digunakan jika tegangan rangkaian sekunder melebihi nilai tahanan
isolasi dari sisi rangkaian sekunder pada saat terjadi gangguan internal, nilai
tahanan isolasi berdasarkan IEC 60255-5:1977/ANSI C37.90-1989 adalah lebih
dari 2 kV ).
Circulating Current Protection (CCP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan diameter. CCP umumnya diterapkan pada sistem Gardu Induk satu
setengah breaker yang menggunakan CT line. Sistem proteksi CCP digunakan untuk
mengamankan daerah di antara CT pada bay T/L dengan CT pada PMT pengapit
diameter tersebut. Apabila terjadi gangguan di daerah kerja relai CCP, maka relai ini
akan mentripkan 2 buah PMT diameter dan mengirimkan sinyal direct transfer trip
(DTT) ke GI lawan/depan.
Relai Diferensial
Relai diferensial pada proteksi CCP berfungsi sebagai proteksi utama apabila
terjadi gangguan di dalam area proteksi CCP. Prinsip kerja relai diferensial
pada proteksi CCP sama dengan prinsip kerja relai diferensial pada busbar.
Relai diferensial CCP hanya menggunakan input dari 3 buah CT yaitu 1 buah
CT bay dan 2 buah CT diameter.
Fungsi Intertrip
Fungsi intertrip pada relai CCP berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct
transfer trip (DTT) ke GI lawan/GI depan sehingga lokasi gangguan bisa
dilokalisir.
Relai stub digunakan pada sistem GI/GITET satu setengah breaker yang tidak
menggunakan CT line dan membutuhkan status PMS line kondisi open sebagai
persyaratan untuk bekerja. Sistem proteksi stub digunakan untuk mengamankan
daerah antara dua CT pada diameter hingga PMS line. Apabila terjadi gangguan di
daerah kerja relai stub, maka relai ini akan mentripkan 2 buah PMT diameter.
Relai Circuit Breaker Failure (CBF) merupakan proteksi yang bekerja apabila terjadi
kegagalan pemutusan PMT saat terjadi gangguan. Pada sistem gardu induk 1 breaker,
relai CBF akan mentripkan semua PMT yang terhubung ke busbar yang sama serta
mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan. Kegagalan PMT trip dapat
disebabkan oleh kesalahan wiring dari salah satu relai ke tripping coil PMT atau oleh
kegagalan PMT itu sendiri, sehingga untuk mengatasi kegagalan karena wiring pada
tahap awal CBF memerintahkan trip ke PMT yang gagal tersebut, baru kemudian ke
dan pada tahap selanjutnya memerintahkan trip ke PMT sekitar PMT yang gagal
lainnya. Pada sistem gardu induk satu setengah PMT relai CBF akan mentripkan PMT
berdasarkan lokasi PMT yang mengalami kegagalan trip pada diameter yaitu:
Apabila PMT A yang gagal trip, maka relai CBF akan memerintahkan trip
kembali PMT A dan apabila masih gagal trip maka akan memerintahkan trip
PMT AB dalam satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar A,
dan mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT).
Apabila PMT B yang gagal trip, maka relai CBF akan memerintahkan trip
kembali PMT B, dan apabila masih gagal trip maka akan memerintahkan trip
PMT AB dalam satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar B dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT).
Apabila PMT AB yang gagal trip, maka relai CBF akan memerintahkan trip
kembali PMT AB dan apabila masih gagal maka akan memerintahkan trip PMT
A dan PMT B dalam satu diameter serta mengirimkan sinyal direct transfer trip
(DTT).
Rangkaian Intertrip
Rangkaian intertrip pada relai CBF berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct
transfer trip (DTT) ke GI lawan sehingga gangguan bisa dilokalisir.
Waktu yang dibutuhkan CBF untuk mentripkan kembali PMT adalah lebih besar dari
waktu operasi membuka PMT dan tidak melebihi waktu zone-2 remote.
CBF di-initiate oleh relai proteksi utama (distance, CCP, buspro, diferensial trafo), DTT,
SF6 2nd stage, discrepancy dan SZP.
Relai Short Zone Protection (SZP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan daerah antara CT dan PMT pada diameter saat PMT tersebut dalam
kondisi terbuka (open). Apabila PMT dalam kondisi tertutup (close), daerah tersebut
diamankan oleh relai CCP.
Gambar 10 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection 7B2 untuk lokasi CT sebelum PMT
Apabila relai SZP mendeteksi gangguan pada daerah antara CT dan PMT 7B2
seperti yang terlihat pada gambar 1.9 di atas, maka relai SZP akan
memerintahkan trip semua PMT bay yang tersambung pada busbar B dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan (Untuk lokasi CT
sebelum PMT dari sisi Busbar). Apabila pada lokasi CT setelah PMT, relai SZP
mendeteksi gangguan pada daerah antara CT dan PMT 7B2 seperti gambar 11
dibawah, maka relai SZP akan memerintahkan trip PMT pengapit 7AB2 dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip (DTT) ke gardu induk lawan.
Gambar 11 Prinsip Kerja Relai Short Zone Protection 7B2 untuk lokasi CT setelah PMT
Jika gangguan terjadi pada daerah antara CT dan 7AB1, relai SZP akan
memerintahkan trip PMT 7B1 (untuk lokasi CT diantara 7AB1 dan 7B1) atau
PMT 7A1 (untuk lokasi CT diantara 7AB1 dan 7A1) dan mengirimkan sinyal
direct transfer trip ke gardu induk lawan.
4.1.2.6 Relai Arus Lebih dan Relai Gangguan Tanah bay Kopel (OCR/GFR Kopel)
Relai arus lebih dan relai gangguan tanah yang terpasang pada kopel lebih berfungsi
sebagai pembatas arus pada bay kopel. Proteksi ini bekerja dengan cara mendeteksi
besaran arus pada daerah yang diamankan. Apabila besaran arus tersebut melampaui
setting relai, relai akan bekerja membuka PMT setelah waktu tundanya tercapai.
Relai Tegangan Nol merupakan peralatan kontrol sistem yang bekerja apabila terjadi
hilang tegangan (blackout) pada suatu gardu induk. Peralatan ini berfungsi untuk
membuka PMT jika tegangan busbar turun hingga 20% dari tegangan nominal (Vn)
dengan tujuan memudahkan proses pemulihan pasca blackout.
Relai frekuensi kurang merupakan peralatan proteksi sistem yang bekerja apabila
terjadi penurunan frekuensi di sistem. Relai ini mendapat masukan dari tegangan
sekunder PT untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi di sistem. Namun relai ini
akan blok apabila tegangan masukan dari sekunder PT turun melebihi nilai tertentu.
Panel atau box merupakan suatu lemari baja yang berisikan peralatan sekunder
seperti IED, lockout, relai bantu, terminal, wiring, MCB, lampu, annunciator, dan
komponen pendukung peralatan sekunder lainnya. Walaupun pendukung, tetapi
kegagalan fungsi pada panel dapat menyebabkan terjadinya malakerja ataupun
kegagalan kerja sistem proteksi.
Secara umum, terdapat beberapa panel yang terdapat pada sistem proteksi busbar
dan diameter, antara lain :
Box MTU
Marshaling Kiosk
Panel Relai Proteksi dan Kontrol
Panel Sistem AC DC
menekan dan memutar ataupun memutar dan menekan. Switch ini dilengkapi dengan
lampu indikator ketidaksesuaian yang menerangkan status peralatan terkait.
Selector switch adalah saklar pilih untuk fungsi – fungsi tertentu seperti : selector
switch ON/OFF, Local/Remote/Supervisory, Block/Normal dan lain sebagainya.
1.2.9.5 Meter
Meter merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pembacaan nilai - nilai
parameter tenaga listrik seperti arus, tegangan, daya, dan lain - lain pada busbar dan
diameter. Meter tersebut digunakan untuk memonitor dan memastikan kondisi
pembebanan pada peralatan busbar dan diameter pada saat dilakukan proses
manuver, memastikan kesesuaian instalasi peralatan atau untuk memastikan kondisi
pembebanan terhadap kemampuan peralatan. Terdapat 2 jenis peralatan meter yaitu
meter analog dan meter digital.
Sistem proteksi busbar dan diameter yang sedang beroperasi memiliki potensi
mengalami kegagalan, gangguan dan kerusakan. Banyak kemungkinan yang bisa
menjadi penyebab kerusakan dan kegagalan sistem proteksi ini karena sistem proteksi
busbar dan diameter terdiri dari beberapa komponen yang terpadu menjadi satu
kesatuan. Setiap komponen tersebut memiliki potensi kerusakan/kegagalan fungsi
yang akan mengarah kepada kerusakan/kegagalan dari seluruh sistem tersebut. Pola
kerusakan pun memiliki banyak kemungkinan. Untuk mengetahui peluang kerusakan
dari setiap komponen dan seperti apa jalur kerusakannya, digunakanlah metodeFailure
Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA ini disusun dengan cara mengelompokan
setiap komponen sistem proteksi busbar dan diameter berdasarkan fungsinya. Tiap
kelompok ini selanjutnya disebut sebagai Sub-Sistem. Adapun sub-sistem yang
menyusun sistem proteksi bay busbar dan diameter di antaranya adalah :
PEDOMAN PEMELIHARAAN
2. 1. Gambaran Umum
Pedoman ini dibuat dengan tujuan memberikan panduan kepada regu pemeliharaan
untuk melakukan pemeliharaan. Jenis pemeliharaan yang dilakukan adalah :
Shutdown Function & Stability Test / Pengujian Fungsi dan Kestabilan pada
Saat Sistem Tidak Bertegangan
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 20
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAN DIAMETER
Regional Jawa Madura Bali
Inspeksi Harian dilakukan pada setiap hari kerja oleh petugas asisten supervisor
GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama. Inspeksi yang termasuk
dalam kategori ini adalah :
Bau (Normal/Bangkai/Hangus)
Inspeksi Bulanan dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu bulan oleh
petugas asisten supervisor GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama.
Inspeksi Bulanan meliputi :
Pengukuran tersebut dilakukan oleh petugas jargi gardu induk setiap 1 minggu. Hasil
pengukuran ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan (blangko uji terlampir).
Hal tersebut dilakukan guna memastikan ada tidaknya permasalahan terhadap
wiring/pengawatan rangkaian arus dan rangkaian tegangan. Apabila ditemukan adanya
anomali pada nilai pengukuran, maka dimungkinkan terdapat permasalahan pada
wiring/pengawatan rangkaian arus dan rangkaian tegangan dan dapat segera
dilakukan perbaikan. Adapun pengukuran besaran arus atau tegangan yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
● Pemeriksaan besaran arus fasa, arus diferensial (Id) dan arus pengekang (Ires)
pada relai diferensial busbar.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai breaker failure.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai short zone.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai CCP/stub.
● Pemeriksaan besaran arus pada OCR/GFR Kopel
● Pemeriksaan besaran tegangan pada relai tegangan nol.
● Pemeriksaan besaran tegangan pada relai frekuensi kurang.
● Pemeriksaan besaran arus dan tegangan pada peralatan meter.
Pengukuran suhu/thermovisi dilakukan oleh petugas jargi gardu induk setiap 1 minggu.
Pengukuran suhu/thermovisi dilakukan dengan menggunakan alat thermo gun atau
Shutdown testing/measurement dilakukan pada saat busbar, diameter atau bay kopel
dalam keadaan tidak bertegangan/padam. Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin di
setiap pemeliharaan maupun pada saat investigasi ketidaknormalan proteksi (anomali)
dan dilaksanakan kembali setelah masa SLO berakhir sesuai PERMEN ESDM No
0045.
● Pemeriksaan besaran arus diferensial (Id) pada relai diferensial busbar dan
circulating current protection jenis low impedance dan high impedance tipe
arus.
● Pemeriksaan besaaran arus pengekang (Ires) pada relai diferensial busbar dan
circulating current protection jenis numerik low impedance.
● Pemeriksaan besaran tegangan diferensial (Vd) pada relai diferensial busbar
dan circulating current jenis high impedance tipe tegangan.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai breaker failure.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai short zone.
Pemeriksaan besaran analog ini dapat dilakukan dengan cara melihat nilai pengukuran
pada display relai untuk relai-relai jenis numerik, dan melakukan pengukuran dengan
menggunakan tang ampere dan voltmeter untuk relai-relai jenis statik dan
elektromekanik.
Hasil pengukuran ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan agar kondisi
peralatan yang diidentifikasi tersebut dapat diketahui lebih dini setelah dilakukan
penormalan setelah pekerjaan shutdown testing/measurement. Blangko uji terlampir.
Selain pengukuran besaran arus atau tegangan input relai proteksi, pada saat padam
bay untuk pekerjaan shutdown testing/measurement perlu dilakukan pengecekkan
kekencangan dan kesesuaian terminal wiring/pengawatan pada panel proteksi, panel
MK, dan box CT/VT untuk memastikan bahwa pada saat operasi tidak terdapat
wiring/pengawatan yang terlepas atau tidak sesuai dan mencegah terjadinya mala
kerja sistem proteksi akibat terlepasnya wiring/pengawatan.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai diferensial
busbar dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja
juga dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai diferensial busbar.
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 25
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAN DIAMETER
Regional Jawa Madura Bali
a. Relai diferensial busbar low impedance dan high impedance tipe arus
Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai
diferensial, dimulai dari nilai arus yang relatif kecil dan dinaikkan secara
bertahap sampai didapatkan nilai arus yang membuat relai diferensial
bekerja/trip.
2. Pengujian slope
Pengujian slope hanya dilakukan pada relai diferensial busbar low impedance.
Pengujian slope dilakukan untuk mendapatkan beberapa nilai arus diff kerja pada
beberapa nilai arus restrain dan menggambarkan karakteristik slope dari rele
diferensial low impedance.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai circulating
current protection dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian
arus/tegangan kerja juga dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai circulating
current.
a. Relai CCP low impedance dan CCP high impedance tipe arus
Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai
CCP, dimulai dari nilai arus yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap
hingga didapatkan nilai arus yang membuat relai CCP bekerja/trip.
2.4.3. Pengujian Relai Circuit Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone
(SZP)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja dari relai breaker failure dan relai
short zone dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus kerja juga
dilakukan pengujian waktu kerja relai dibandingkan dengan setting waktunya.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja, arus reset/kembali, waktu kerja
dan karakteristik dari relai OCR/GFR Kopel dengan nilai settingnya.
Pengujian relai tegangan nol dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai apabila
semua input tegangan tidak mendapatkan supply. Pengujian relai tegangan nol
dilakukan dengan cara menginjeksikan tegangan pengukuran ke terminal masukkan
relai dari nilai tegangan pengenal, kemudian tegangan dihilangkan. Pengujian individu
relai relai tegangan nol dilakukan setiap :
Pengujian relai frekuensi kurang dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai pada
saat terjadi penurunan frekuensi di sistem. Pengujian ini dilakukan dengan cara
mencari nilai frekuensi kerja, frekuensi reset, setting df/dt serta nilai under voltage
blocking. Pengujian individu relai frekuensi kurang dilakukan setiap :
Pengujian ini dicatat dalam blangko yang sudah disediakan dan selanjutnya dievaluasi
untuk mengetahui lebih dini kondisi meter tersebut apakah masih dalam kondisi normal
atau ada kelainan.
Function test dilakukan untuk mengetahui fungsi trip dari relai-relai proteksi busbar dan
diameter dan maupun untuk mengetahui fungsi indikasi serta alarm yang ada pada bay
tersebut. Shutdown stability test dilakukan untuk memastikan kondisi kestabilan relai
pada relai - relai berbasis perbedaan arus / current differential seperti relai diferensial
busbar, relai CCP, dan relai STUB.
● Pemeriksaan besaran arus diferensial (Id) pada relai diferensial busbar dan
circulating current protection jenis low impedance dan high impedance tipe
arus.
● Pemeriksaan besaaran arus pengekang (Ires) pada relai diferensial busbar dan
circulating current protection jenis numerik low impedance.
● Pemeriksaan besaran tegangan diferensial (Vd) pada relai diferensial busbar
dan circulating current jenis high impedance tipe tegangan.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai breaker failure.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai short zone.
● Pemeriksaan besaran arus pada relai CCP/stub
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 30
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAN DIAMETER
Regional Jawa Madura Bali
Item – item yang harus diperiksa pada saat shutdown function & stability test adalah
sebagai berikut :
Pengujian function relai diferensial busbar dilakukan untuk melihat skema tripping relai
proteksi busbar ke PMT beserta indikasi alarm dan indikasi annunciator. Untuk menguji
skema relai proteksi busbar secara keseluruhan dilakukan dengan cara :
1. Pengujian fungsi relai diferensial busbar dilakukan secara rutin setiap 6 tahun
sekali untuk menguji skema dan sistem tripping untuk setiap bay.
2. Setiap dilakukan pemasangan/penggantian relai proteksi busbar.
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 31
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAN DIAMETER
Regional Jawa Madura Bali
3. Setiap dilakukan perubahan rangkaian tripping, setting, topologi, logic atau modul
relai.
4. Setiap dilakukan penambahan bay baru atau penggantian MTU PMT. atau
penggantian CT.
Pengujian stability relai diferensial busbar dilakukan untuk memastikan kestabilan relai
diferensial busbar terhadap beban pada kondisi normal, atau terhadap gangguan
eksternal (luar zona kerja relai diferensial busbar). Pengujian stability primer juga
dilakukan untuk memastikan kesiapan dan kesesuaian seluruh rangkaian inputan arus
ke relai diferensial busbar dari CT, rangkaian pengawatan, dan relai proteksi. Perlu
dilakukan pengujian burden rangkaian arus dari CT ke relai proteksi untuk memastikan
bahwa burden rangkaian arus tersebut memenuhi spesifikasi MTU CT yang digunakan.
Pengujian stability test dilakukan dengan injeksi arus pada rangkaian primer. Pengujian
stability primer dilakukan dengan melakukan injeksi rangkaian primer per-fasa secara
bergantian.
Pengujian fungsi relai CCP bertujuan untuk menguji sistem tripping dan intertrip dari
relai CCP beserta alarm dan annunciator. Untuk menguji skema proteksi ini dilakukan
dengan cara memadamkan bay diameter yang akan diuji dan mengukur sinyal DTT di
GI lawan.
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/PMT
yang ditripkan oleh relai CCP.
2. Setiap dilakukan pemasangan/penggantian relai.
3. Setiap dilakukan perubahan rangkaian tripping, atau penggantian MTU PMT.
4. Setiap dilakukan penggantian peralatan teleproteksi (khusus uji intertrip).
Pengujian stability test relai CCP dilakukan untuk memastikan kestabilan relai CPP
terhadap beban pada kondisi normal, atau terhadap gangguan eksternal (luar zona
kerja relai diferensial busbar). Pengujian stability primer juga dilakukan untuk
memastikan kesiapan dan kesesuaian seluruh rangkaian inputan arus ke relai CCP
dari CT, rangkaian pengawatan, dan relai proteksi. Perlu dilakukan pengujian burden
rangkaian arus dari CT ke relai proteksi untuk memastikan bahwa burden rangkaian
arus tersebut memenuhi spesifikasi MTU CT yang digunakan.
Sebelum dilaksanakan stability test relai CCP, perlu dilakukan blocking/short rangkaian
arus untuk fungsi proteksi yang lain pada bay yang akan diuji. Pengujian stability test
dilakukan dengan injeksi arus pada rangkaian primer. Pengujian stability primer
dilakukan dengan melakukan injeksi rangkaian primer per-fasa secara bergantian.
2.5.3. Function Test Relai Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone
(SZP)
Pengujian function relai breaker failure dan relai short zone dilakukan untuk menguji
skema tripping relai tersebut beserta alarm dan annunciator. Untuk menguji skema
proteksi ini secara keseluruhan, dilakukan dengan cara :
1. Uji function tripping ke PMT satu per satu untuk seluruh PMT yang tersambung ke
relai CBF.
2. Uji Intertripping DTT ke PMT di GI Lawan.
Pengujian fungsi relai breaker failure dan relai short zone dilakukan :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji skema dan sistem tripping ke
PMT.
2. Setiap dilakukan perubahan setting, logic, atau modul relai.
3. Setiap dilakukan pemasangan/penggantian relai.
4. Setiap dilakukan perubahan rangkaian tripping atau penggantian MTU PMT.
5. Setiap dilakukan penggantian peralatan teleproteksi (khusus test intertrip).
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai OCR/GFR
Kopel beserta alarm dan annunciator. Pengujian fungsi relai OCR/GFR Kopel
dilakukan :
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai tegangan nol
beserta alarm dan anunciator. Pengujian fungsi relai tegangan nol dilakukan setiap :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/PMT
yang ditripkan oleh relai tegangan nol.
2. Setiap dilakukan pemasangan/penggantian relai.
3. Setiap dilakukan atau penggantian MTU PMT.
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai frekuensi
kurang beserta alarm dan annunciator. Pengujian fungsi relai frekuensi kurang
dilakukan setiap :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/PMT
yang ditripkan oleh relai frekuensi kurang.
2. Setiap dilakukan perubahan setting, logic, atau modul relai.
3. Setiap dilakukan pemasangan/penggantian relai.
4. Setiap dilakukan atau penggantian MTU PMT.
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik (sisi primer)
seperti pada generator, transformator, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan
sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan temporer dan gangguan permanen.
Gangguan non system (non system fault) adalah gangguan yang menyebabkan PMT
terbuka bukan karena adanya gangguan di sisi primer (yang bertegangan) tetapi
disebabkan adanya gangguan di sisi sekunder peralatan seperti relai yang bekerja
sendiri atau kabel kontrol yang terluka atau oleh sebab interferensi dan lain
sebagainya.
Jenis gangguan
Gangguan
Contoh :
Harus ditindaklanjuti
Berdasarkan gambar 15 maka jenis gangguan yang perlu dilakukan pemeriksaan dan
perbaikan adalah :
1. Gangguan Sistem aktif tidak terisolir dengan benar (system fault active incorrectly
clear) adalah gangguan sistem aktif yang ditandai dengan,
● Sistem proteksi tidak selektif dalam mengisolir gangguan
● Waktu pemutusan gangguan tidak sesuai dengan SPLN
● Sistem proteksi tidak bekerja pada saat dibutuhkan
2. Gangguan sistem pasif tidak terisolir dengan benar (system fault passive
incorrectly clear) adalah gangguan yang disebabkan bukan akibat hubung singkat
dan sistem proteksi bekerja tidak sesuai dengan yang diharapkan. Gangguan pasif
ditandai dengan,
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, hal pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan identifikasi gangguan seperti waktu terjadinya gangguan,
lokasi gangguan, fasa apa yang terganggu, dan mengambil data rekaman DFR, event
logger relai, data setting relai, data logic relai, Event Log Scada. Setelah itu dilakukan
investigasi peralatan proteksi mana saja yang harus bekerja untuk melokalisir
gangguan tersebut. Dari data-data gangguan yang diperoleh, dapat dianalisa proteksi
mana saja yang bekerja dengan benar dan proteksi mana yang salah bekerja.
Proteksi utama busbar dan diameter harus bekerja paling awal saat terjadi gangguan
pada busbar atau diameter. Apabila proteksi utama ini gagal, maka sistem proteksi
cadangan yang harus bekerja melokalisir gangguan tersebut. Adapun kegagalan-
kegagalan yang biasa terjadi pada sistem proteksi di antaranya :
● Tidak sensitif yaitu sistem proteksi tidak bekerja pada nilai settingnya (di bawah
atau di atas nilai settingnya).
● Tidak selektif yaitu bekerja pada saat terjadi gangguan di luar daerah
proteksinya.
● Tidak cepat yaitu sistem proteksi bekerja lebih lambat dari setting waktunya.
● Gagal bekerja yaitu relai proteksi tidak mendeteksi gangguan atau relai proteksi
berhasil mendeteksi gangguan namun gagal membuka pemutus tenaga (PMT)
pada saat terjadi gangguan dalam daerah proteksinya.
● Malakerja akibat non system fault yaitu relai bekerja tidak sesuai skema karena
permasalahan internal relai(kesalahan logic, kesalahan setting, kerusakan
modul relai) dan pengawatan (kesalahan pengawatan CT baik polaritas
maupun phasa, knee point CT, grounding CT, status PMS,PMT)
Hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi kegagalan kerja pada sistem proteksi
busbar dan diameter adalah:
1. Tidak sensitive
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
● Uji individu untuk melihat karakteristik relai terkait yang mengalami malakerja.
● Jika diperlukan dilakukan pengujian comtrade untuk melihat respon relai
terhadap gangguan yang terjadi (khusus untuk relai jenis numerik).
2. Tidak selektif
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
3. Tidak Cepat
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
Uji waktu kerja relai proteksi, relai-relai bantu dan relai lockout.
Uji Comtrade (jika diperlukan).
4. Gagal bekerja
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu:
5. Malakerja akibat non system fault agar dilakukan blocking rangkaian tripping
proteksi busbar.
0 0
1 Suhu Ruangan 20 - 24 C
2 Kelembaban < 70 %
In service measurement mengacu pada ada atau tidaknya arus dan tegangan sesuai
fungsi relai proteksi.
Relai Diferensial Busbar / Arus diferensial harus relatif nol ketika operasi normal
Circulating Current Protection / (dilakukan setiap fasa) minimal 10 % dari In CT terbesar. Arus
Stub Protection Jenis Numerik differential harus lebih kecil daripada arus pengekang.
Circuit Breaker Failure dan Short Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar
Zone Protection ketika kondisi operasi berbeban.
Stub Protection Arus Differensial harus relatif nol ketika operasi normal
(dilakukan setiap fasa) minimal 10 % dari In CT terbesar.
Fungsi Stub aktif hanya pada saat posisi DS open.
Relai Arus Lebih (OCR) Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar
ketika kondisi operasi berbeban.
Relai Gangguan Tanah (GFR) Arus yang masuk ke kumparan Ground Fault harus terukur
relatif nol ketika kondisi operasi berbeban.
Ampere, Volt Meter Arus dan tegangan masing-masing fasa harus terukur dan
relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
Catu daya DC di panel proteksi Besaran tegangan DC yang diukur harus sesuai dengan
tegangan nominal relai /tripping coil PMT
Pengukuran suhu/thermovisi body Suhu normal di bawah suhu standar dari spesifikasi peralatan.
relai proteksi, terminal pengawatan,
ACT, kabel, auxiliary relay,
magnetic contactor, dan peralatan
pendukung lainnya
Pengujian individual relai proteksi harus mengacu pada akurasi dari pabrikan, dan
dapat dilihat dari manual buku pabrikan. Standar akurasi ini terdiri dari akurasi arus
kerja dan akurasi waktu kerja. Kesalahannya harus lebih kecil atau sama dengan
akurasi yang dinyatakan di buku manual pabrikan.
Di bawah ini beberapa standar akurasi nilai pick up untuk beberapa jenis relai proteksi:
Pengujian ini harus mengacu kepada grid code untuk masing-masing level tegangan
sistem. Waktu pemutusan gangguan (fault clearing time) di jaringan, mulai dari saat
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 45
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR DAN DIAMETER
Regional Jawa Madura Bali
terjadi gangguan hingga padamnya busur listrik oleh terbukanya Pemutus Tenaga
(PMT), harus kurang dari atau sama dengan:
Sistem 500 kV : 90 ms
Sistem 275 kV : 100 ms
Sistem 150 kV : 120 ms
Sistem 70 kV : 150 ms
Rekomendasi yang dihasilkan harus mengacu kepada hasil pemeliharaan yang telah
dilakukan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Rekomendasi ini hanya
dikeluarkan bila hasil dari pemeliharaan keluar dari acuan standar.
1 Kondisi suhu ruang proteksi dan Panas atau Lembab Periksa lingkungan ruangan,
kontrol
Periksa dan perbaiki sistem AC
pendingin
- Berkarat - Dicat
- Diganti
- Korosi - Diganti
- Ganti relai
Ganti relai
4 Kondisi meter-meter
1 Relai diferensial busbar / - Arus diferensial (Id) terukur (relative Periksa rangkaian input
circulating current tinggi dan ≠ 0) pada kondisi operasi sistem proteksi diferensial
protection / stub protection normal. busbar dan circulating
- Arus pengekang (Ires) terukur tidak
jenis numerik current.
sesuai dengan beban operasi normal
dan rumus perhitungan arus
2 Breaker failure dan short Arus masing masing fasa tidak terukur Periksa rangkaian input
zone protection ataupun relative tidak sama besar ketika sistem proteksi breaker
kondisi operasi normal. failure dan short zone
protection
Arus yang masuk ke kumparan Ground
Fault terukur (relative ≠ 0) Ketika kondisi
operasi normal.
3 Relai arus lebih (OCR) Arus masing masing fasa tidak terukur Periksa rangkaian input
ataupun relatif tidak sama besar ketika sistem proteksi OCR
kondisi operasi normal.
4 Relai gangguan tanah Arus yang masuk ke kumparan Ground Periksa rangkaian input
(GFR) Fault terukur (relatif ≠ 0) ketika kondisi sistem proteksi GFR
operasi normal.
5 Relai tegangan nol Tegangan tidak terukur ataupun tidak Periksa rangkaian input
sesuai dengan pengukuran voltmeter relai tegangan nol
pada panel kontrol ketika kondisi operasi
normal.
6 Relai Frekuensi Kurang Tegangan tidak terukur ataupun tidak Periksa rangkaian input
sesuai dengan pengukuran voltmeter relai frekuensi kurang
pada panel kontrol ketika kondisi operasi
normal.
7 Catu daya DC Besaran tegangan catu daya DC di panel Periksa rangkaian catu
proteksi tidak terukur ataupun tidak daya di panel proteksi
sesuai dengan tegangan nominal relai /
Periksa MCB yang
tripping coil PMT
mensupplai panel proteksi
Koordinasikan dengan
regu pemeliharaan batere
- Kalibrasi/tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi/tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
1 Uji fungsi sistem proteksi PMT tidak trip - Periksa sistem DC tripping
- Periksa kontak output trip relai
- Periksa lockout relai dan auxilary
relay
- Periksa tripping coil PMT
- Periksa pengawatan tripping
- Koordinasi dengan regu
pemeliharaan PMT.
Alarm dan announciator - Periksa Lampu announciator
tidak bekerja - Periksa kontak output trip alarm.
- Periksa pengawatan sistem alarm
dan auxiliary relay.
- Periksa sistem DC alarm.
2 Uji fungsi waktu Waktu pemutusan melebihi Periksa kecepatan masing masing
pemutusan. standar acuan komponen (relai, lock out relai, dan
PMT)
3 Uji stability Relai proteksi tidak stabil Periksa kesesuaian setting rasio
CT pada relai proteksi dengan
tapping sekunder pada MTU CT.
Lampiran 1 Tabel Periode Pemeliharaan Proteksi dan Kontrol Busbar & Diameter
KONDISIONAL
TIGA BULAN
MINGGUAN
BULANAN
1 TAHUN
2 TAHUN
6 TAHUN
HARIAN
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
17.1.2.1 Relai proteksi Diferensial Busbar Pengecekan kesiapan relai proteksi Diferensial Busbar
17.1.2.2 Relai proteksi CCP, STUB Pengecekan kesiapan relai proteksi CCP, STUB
17.1.2.3 Relai proteksi CBF, SZP Pengecekan kesiapan relai proteksi CBF, SZP
17.1.2.4 Relai proteksi OCR/GFR kopel Pengecekan kesiapan relai proteksi OCR/GFR kopel
KONDISIONAL
TIGA BULAN
MINGGUAN
BULANAN
1 TAHUN
2 TAHUN
6 TAHUN
HARIAN
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
17.1.3.6 Lubang Kabel Kontrol Tertutup rapat atau tidak tertutup rapat
KONDISIONAL
TIGA BULAN
MINGGUAN
BULANAN
2 TAHUN
1 TAHUN
6 TAHUN
HARIAN
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
17.2.1.3 Relai proteksi CBF, SZP Pemeriksaan besaran arus pada relai CBF, SZP.
17.2.1.4 Relai proteksi OCR/GFR kopel Pemeriksaan besaran arus pada OCR/GFR Kopel
KONDISIONAL
TIGA BULAN
MINGGUAN
BULANAN
1 TAHUN
2 TAHUN
6 TAHUN
HARIAN
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
17.2.1.5 Relai tegangan nol Pemeriksaan besaran tegangan pada relai tegangan nol.
17.3.1 Relai proteksi Diferensial Busbar Pengujian individu relai proteksi Diferensial Busbar
17.3.2 Relai proteksi CCP, STUB Pengujian individu relai proteksi CCP, STUB
KONDISIONAL
TIGA BULAN
MINGGUAN
BULANAN
1 TAHUN
2 TAHUN
6 TAHUN
HARIAN
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
17.3.3 Relai proteksi CBF, SZP Pengujian individu relai proteksi CBF, SZP
17.3.4 Relai proteksi OCR/GFR kopel Pengujian individu relai proteksi OCR/GFR kopel
17.4.1 Relai proteksi Diferensial Busbar Pengujian fungsi relai proteksi Diferensial Busbar
17.4.2 Relai proteksi Diferensial Busbar Pengujian kestabilan relai proteksi Diferensial Busbar
17.4.3 Relai proteksi CCP, STUB Pengujian fungsi relai proteksi CCP, STUB
17.4.4 Relai proteksi CCP, STUB Pengujian kestabilan relai proteksi CCP, STUB
17.4.5 Relai proteksi CBF, SZP Pengujian fungsi relai proteksi CBF, SZP
2 tahun untuk relai
non numerik dan 6
17.4.6 Relai proteksi OCR/GFR kopel Pengujian fungsi relai proteksi OCR/GFR kopel
tahun untuk relai
numerik
KONDISIONAL
TIGA BULAN
MINGGUAN
BULANAN
1 TAHUN
2 TAHUN
6 TAHUN
HARIAN
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN KETERANGAN
In Service :
Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.
In Service Inspection :
Pemeriksaan Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan
menggunakan panca indera.
In Service Measurement :
Pengujian atau pengukuran peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi
bertegangan menggunakan alat bantu.
Shutdown Testing/Measurement :
Pengujian/pengukuran Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi tidak
bertegangan.