No : 0520 K/DIR/2014
Tentang
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................................7
1.1. Pengertian Trafo Arus ............................................................................................................7
1.2. Fungsi Trafo Arus ...................................................................................................................9
1.3. Jenis Trafo Arus ...................................................................................................................11
1.4. Komponen Trafo Arus ..........................................................................................................19
1.5. Pengenal (Rating) Trafo Arus...............................................................................................21
1.5.1. Pengenal Beban (Rated Burden) ........................................................................................ 22
1.5.2. Pengenal Arus Kontinyu (Continuous Rated Current) ........................................................ 22
1.5.3. Pengenal Arus Sesaat (Instantaneous Rated Current) ....................................................... 22
1.5.4. Pengenal Arus Dinamik (Dynamic Rated Current).............................................................. 22
1.6. Kesalahan Trafo Arus ...........................................................................................................22
1.6.1. Kesalahan perbandingan/rasio ........................................................................................... 22
1.6.2. Kesalahan Sudut Fasa ........................................................................................................ 23
1.7. Kesalahan Komposit (Composite Error) ...............................................................................23
1.8. Ketelitian/Akurasi Trafo Arus ................................................................................................24
1.8.1. Batas Ketelitian Arus Primer (Accuracy Limit Primary Current) .......................................... 24
1.8.2. Faktor Batas Ketelitian (Accuracy Limit Factor / ALF) ........................................................ 24
1.9. Kelas Ketelitian Trafo Arus Metering ....................................................................................24
1.10. Kelas Ketelitian Trafo Arus Proteksi .....................................................................................26
1.10.1. Kelas P ................................................................................................................................ 26
1.10.2. Kelas PX, PR,TPS,TPX, TPY dan TPZ ............................................................................... 26
1.10.2.1. Kelas PX ............................................................................................................................ 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Pengujian mode GST-G pada CT dengan test tap .......................................35
Gambar 2.9 Pengujian mode UST pada CT dengan test tap ...........................................36
Gambar 2.10 Pengujian mode GST-Guard pada CT dengan test tap ..............................36
Gambar 2.11 Pengujian Ratio dengan Metode Tegangan ................................................40
Gambar 2.12 Pengujian Ratio dengan Metode Arus ........................................................40
Gambar 2.13 Rangkaian pengujian eksitasi .....................................................................41
Gambar 2.14 Karakteristik Eksitasi ...................................................................................42
Gambar 2.15 Rangkaian pengujian PD pada Trafo Arus ..................................................44
Gambar 2.16 Grafik pengukuran kadar air dalam kertas ..................................................45
Gambar 2.17 Grafik Bathtub Curve .................................................... ..............................46
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
Trafo Arus (Current Transformator - CT) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer
(TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti
untuk keperluan pengukuran dan proteksi.
N1 N2
P2
P1
S1
I1 I2
S2
E1 N1
E2 N 2
Dimana
N1
a ,
N2
I1 I 2 sehingga N1 N 2 ,
Rangkaian Ekivalen
I1Z1 I2Z2
U1 I0 E2 I2 I2·Zb = U2
E2 4,44 B A f N 2 Volt
E2 I 2 Z 2 Z b Volt
f frekuensi (Hz)
U1 I1 Z1
I2 Z2
E
U2 IO I1
I2
IO
Ø
Im
Trafo arus untuk proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat terjadi
gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali dari arus
pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup tinggi.
Penggunaan trafo arus proteksi untuk relai arus lebih (OCR dan GFR),
relai beban lebih, relai diferensial, relai daya dan relai jarak.
V
proteksi
pengukuran
CT Pengukuran CT Proteksi
A2
A1
Tipe Konstruksi
Tipe cincin (ring / window type)
Tipe cor-coran cast resin (mounded cast resin type)
Tipe tangki minyak (oil tank type)
Tipe trafo arus bushing
Tipe Pasangan.
Pasangan dalam (indoor)
Pasangan luar (outdoor)
Trafo arus dengan inti besi adalah trafo arus yang umum digunakan, pada
arus yang kecil (jauh dibawah nilai nominal) terdapat kecenderungan
kesalahan dan pada arus yang besar (beberapa kali nilai nominal) trafo
arus akan mengalami saturasi.
Trafo arus tanpa inti besi tidak memiliki saturasi dan rugi histerisis,
transformasi dari besaran primer ke besaran sekunder adalah linier di
seluruh jangkauan pengukuran, contohnya adalah koil rogowski (coil
rogowski)
Contoh:
P1 P2
300/5 A
300/5 A
P1 P2
1600/5
A
1600/5
A
1600/5
A
1600/5
A
1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2
Trafo arus memiliki dua pengenal, yaitu pengenal primer dan sekunder.
Pengenal primer yang biasanya dipakai adalah 150, 200, 300, 400, 600,
800, 900, 1000, 1200, 1600, 1800, 2000, 2500, 3000 dan 3600.
o Primer seri
P1 P2 P1 P2
S1 S2 S1 S2
o Primer paralel
Trafo arus multi rasio memiliki rasio tap yang merupakan kelipatan dari
tap yang terkecil, umumnya trafo arus memiliki dua rasio tap, namun
ada juga yang memiliki lebih dari dua tap (lihat Gambar 1.14 dan 1.15).
Contoh:
P1 P2 P1 P2
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S4
Tipe cincin (ring / window type) dan Tipe cor-coran cast resin
(mounded cast resin type)
CT tipe cincin dan cor-coran cast resin biasanya digunakan pada kubikel
penyulang (tegangan 20 kV dan pemasangan indoor). Jenis isolasi pada
CT cincin adalah Cast Resin
Tipe Tangki
Jenis isolasi pada trafo arus tipe tangki adalah minyak. Trafo arus
isolasi minyak banyak digunakan pada pengukuran arus tegangan
tinggi, umumnya digunakan pada pasangan di luar ruangan (outdoor)
misalkan trafo arus tipe bushing yang digunakan pada pengukuran arus
penghantar tegangan 70 kV, 150 kV dan 500 kV.
Umumnya sebagian data teknis trafo arus dituliskan pada nameplate, seperti
data rated burden, rated current, instantaneous rated current dan yang lainnya
seperti ditunjukan pada gambar 1.19
B D E
C
Keterangan gambar:
I peak
Pengenal arus dinamik adalah perbandingan , dimana Ipeak adalah arus
I rated
puncak primer maksimum trafo arus yang diijinkan tanpa menimbulkan
kerusakan dan Irated adalah arus nominal primer trafo arus, contoh: Idyn = 40 kA.
Kn IS IP
100 % ,
IP
IP
T
K T iS iP dt
100 1
EC
2
IP T 0
dimana
Trafo arus metering memiliki ketelitian tinggi untuk daerah pengukuran sampai
1,2 kali nominalnya. Daerah kerja trafo arus metering antara : 0.1 – 1.2 x IN trafo
arus.
Kelas ketelitian trafo arus metering dinyatakan dalam prosentase kesalahan rasio
pengukuran baik untuk arus maupun pergeseran sudut fasa, seperti pada Tabel
1.1 dan 1.2 di bawah.
Trafo arus dengan spesifikasi sebagai berikut; ratio 300/5 A, klas 0,2 dan
dibebani sebesar 60 Amp (20% In), maka kesalahan maksimum ratio arus yang
diijinkan adalah ± 0,35% dan pergeseran maksimum fasa sebesar ± 15/60
derajat atau 0,25 derajat.
x IS
10
8
2
x IP
2 4 6 8 10 12
1.10.1. Kelas P
CT yang mempunyai batas ketelitian berdasarkan kesalahan komposit yang
ditentukan dalam keadaan steady state arus primer simetris. Kelas ketelitian trafo
arus proteksi dinyatakan dalam pengenal sebagai berikut: 15 VA, 10P20.
5P ±1 ± 60 5
10P ±3 - 10
1.10.2.1. Kelas PX
Trafo arus yang harus memiliki kebocoran reaktansi rendah dan informasi
khusus seperti ratio, tegangan knee point, arus eksitasi maksimum dan
secondary circuit resistance (Rct).
1.10.2.2. Kelas PR
Trafo arus yang sama dengan kelas P tetapi mempunyai remanensi
rendah
– Trafo arus jenis ini mempunyai inti yang besar sehingga berat dan
mahal.
– Cocok untuk semua jenis proteksi.
– Toleransi konstanta waktu sekunder 20 % jika Ts < 2 detik dan CT
digunakan untuk proteksi penghantar (LP) tegangan ekstra tinggi.
Arus magnetisasi 53% dari arus sekunder pada keadaan tunak (steady
state).
– Faktor remenensi KR 0
– Ukuran core 1/3 dari tipe TPX dan TPY untuk keperluan yang sama,
– Hanya dapat dikombinasikan dengan trafo arus jenis TPZ saja.
600
500
400
i03b
n , m 300
200
100
0
0.001
0.501
1.001
1.501
2.001
2.501
3.001
3.501
4.0014.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
t
m
VS 15.54 Volt
7.5
Vk 0.26 5 20 Volt
5
Vk 56 Volt
FMEA CT yang telah disusun terdiri dari sub sistem, penjabaran fungsi tiap sub
sistem, functional failure tiap sub sistem dan failure mode. FMEA lengkap untuk
CT dapat dilihat pada lampiran-1.
Secara umum kondisi CT ditentukan oleh kondisi dari setiap subsistemnya. Informasi
tentang setiap subsistem diperoleh melalui Inspeksi Level 1, Inspeksi Level 2 dan
Inspeksi Level 3. Kontribusi dari masing-masing faktor penentu ditentukan oleh hasil
FMECA. Konsep umum asesmen ini diperlihatkan di gambar berikut;
Keterangan gambar:
2.2.1. Dielectric
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dalam keadaan beroperasi dengan cara melihat
visual kecukupan dari media dielectric CT melalui :
Grounding (Pentanahan) pada rangkaian sekunder Trafo Arus harus dipastikan telah
ditanahkan pada satu titik. Untuk Grounding (Pentanahan) pada rangkaian sekunder
Trafo Arus direkomendasikan dilakukan pada MK (Marceling Kios) Trafo arus.
2.3.1. Thermovision
Pada praktek dilapangan, aktifitas ini sangat membantu untuk mengamati bagian
peralatan yang bertemperatur tinggi akibat losses atau rugi-rugi. Semakin tinggi rugi-
rugi, maka semakin tinggi pula temperatur yang akan dihasilkan. Pengamatan
thermovisi pada CT dilakukan pada:
Konduktor dan klem CT, dalam hal ini termasuk juga CT 20 kV yang terpasang di
sel 20 kV. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu antara konduktor
dan klem CT. Pada beberapa kasus, thermovisi tidak dapat dilakukan untuk
memonitor CT 20 kV karena design kubikel, maka monitoring temperatur dapat
dilakukan dengan menggunakan thermostrip. Monitoring ini dilakukan bulanan.
Isolator dan housing CT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan /
hotspot di dalam CT. Monitoring ini dilakukan bulanan.
Pada kondisi khusus, thermovisi juga harus dilakukan pada instalasi yang baru
beroperasi, pasca dilakukan perbaikan / pemeliharaan, adanya pengalihan beban
akibat aktifitas pemeliharaan atau gangguan dan pada trafo arus yang berdasarkan
hasil pengujian sudah mengalami pemburukan.
Shutdown testing / measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat
peralatan dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin
maupun pada saat investigasi ketidaknormalan.
Pengujian tahanan isolasi berfungsi untuk mengetahui kualitas tahanan isolasi pada
trafo arus baik antar belitan maupun antara belitan dang ground. Pengujian ini
dilakukan dengan cara memberikan tegangan DC kepada media isolasi yang akan
diukur tahanannya yaitu sebesar 5 kV untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder.
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik 33
PT PLN (Persero)
Dengan mengukur arus bocor yang melewati media isolasi, maka akan didapatkan
nilai tahanan isolasi dalam satuan mega ohm. Alat yang digunakan untuk pengujian
tahanan isolasi adalah Mega Ohm meter, seperti dapat dilihat pada gambar 2.2
Secara umum, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai faktor dissipasi material
isolasi. Penurunan kualitas isolasi akan menyebabkan nilai tangen delta semakin
tinggi. Selain nilai tangen delta, nilai kapasitansi juga terukur. Peningkatan nilai dari
kapasitansi mengindikasikan kerusakan pada isolasi kertas. Kasus yang umum terjadi
adalah hubung singkat antar lapisan kapasitor yang ditandai dengan meningkatnya
nilai kapasitansi.
Di bawah merupakan gambar rangakaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram
phasor arus kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Besarnya sudut
dipengaruhi oleh besarnya IC dan IR. Nilai tangen delta diperoleh dari ratio antara IR
dan IC. Pada isolasi yang sempurna, sudut akan mendekati nol. Membesarnya sudut
mengindikasikan meningkatnya arus resistif yang melewati isolasi yang berarti
kontaminasi. Semakin besar sudut semakin buruk kondisi isolasi.
Pengujian tangen delta dapat dilakukan dengan beberapa variasi yaitu pengukuran
tangen delta pada level tegangan yang berbeda atau dilakukan pada frekuensi yang
berbeda. Pengukuran tangen delta dengan variasi teganga lebih mudah dilakukan,
terlebih tidak diperlukan peralatan lain. Untuk keseragaman, sebaiknya variasi
tegangan yang dipilih adalah 2kV, 4kV, 6kV, 8kV dan 10kV. Kedua variasi ini dilakukan
sebagai tindak lanjut awal jika ditemukan nilai tangen delta yang mendekati 1%.
Ir R
Ic
Gambar 2.4 Rangkaian ekivalen isolasi dan diagram phasor pengujian tangen delta
Mode GST-G
Pengujian dengan mode GST-Ground pada CT tanpa test tap bertujuan untuk
mengetahui nilai tan delta overall (secara umum). Pengujian ini dapat dilakukan tanpa
melepas rangkaian sekunder. Tegangan uji yang digunakan adalah 10 kV.
Mode GST-G
Mode UST
Pengujian Tan delta pada CT yang memiliki test tap dilakukan tiga kali pengujian yaitu
GST-G, UST dan GST-Guard.
GST-G, bertujuan untuk mengukur nilai tan delta dan kapasitansi secara umum
(overall) dengan menggunakan tegangan uji 10 kV
UST, bertujuan untuk mengukur nilai tan delta kapasitansi C1 dengan
menggunakan tegangan uji 10 kV
GST-guard, bertujuan untuk mengukur nilai tan delta kapasitansi C2 dengan
menggunakan menggunakan tegangan uji maksimal 500 V.
Selain media minyak atau isolasi kertas, SF6 juga digunakan sebagai media isolasi
pada CT. Untuk mengetahui kondisi isolasi, perlu dilakukan pengujian kualitas isolasi
SF6 yang terdiri dari pengujian tingkat kemurnian gas (purity), kelembaban gas (dew
point atau moisture content) dan decomposition product. Pengujian kualiras gas pada
CT belum umum untuk dilakukan di PLN. Untuk mengetahui langkah yang paling
optimum untuk dilakukan pada CT berisolasi untuk sementara ini belum dapat
dijelaskan. Mengingat bahwa volum gas yang terdapat pada CT tidak banyak. Namun
untuk mengetahui kondisi awal, perlu dilakukan pengujian kualitas gas.
Pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut /
terkandung di minyak. Menurut standar IEC 60422 perlu dilakukan koreksi hasil
pengujian kadar air terhadap suhu 20 oC yaitu dengan mengalikan hasil pengujian
dengan faktor koreksi f.
Dimana
f 2,24e 0,04ts
Keterangan:
f = faktor koreksi
ts = Suhu minyak pada waktu diambil (sampling)
C. Pengujian Acidity
Minyak yang rusak akibat teroksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang
akan menurunkan kualitas isolasi kertas pada trafo arus. Asam ini juga dapat
menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat dari
bahan metal.
Pengujian ini bertujuan mengukur arus bocor melalui minyak isolasi, yang secara
tidak langsung mengukur seberapa besar pengotoran atau pemburukan yang
terjadi.
Pengujian sediment ini bertujuan mengukur seberapa banyak (%) zat pengotor
terhadap minyak isolasi trafo arus.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui flash point atau titik nyala api dari
minyak isolasi.
Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) adalah merupakan suatu tool diagnosa untuk
mendeteksi dan mengevaluasi gangguan pada peralatan tenaga listrik dengan cara
mengukur beberapa kandungan gas di dalam minyak isolasi meliputi gas:
Nitrogen(N2), Oxygen (O2), Hydrogen (H2), Carbon monoxide (CO), Carbon
dioxide(CO2), Methane (CH4), Ethane (C2H6), Ethylene(C2H4) dan Acetylene
(C2H2). Mengacu pada standard IEC 60599 “Mineral oil-impragnated electrical
equipment in service-Guide to interpretation of Dissolved and free gas analysis” ,
kelainan dalam peralatan trafo instrument dapat dideteksi dengan menggunakan DGA.
Dalam pelaksanaannya, pengujian ini dilakukan pada kondisi khusus, misalnya untuk
tujuan investigasi, yaitu jika ditemukan kelainan atau anomali pada CT. Pengujian
DGA hanya dapat dilakukan untuk Trafo arus dengan tipe OIP (Oil-impregnated paper)
non hermetically sealed.
2.4.7. Ratio
Pengukuran ratio bertujuan untuk membandingkan nilai ratio hasil pengukuran dengan
nilai pada nameplate.
Pada sisi sekunder diinjeksikan tegangan yang sesuai, dibawah tegangan saturasi
(knee voltage) dan pada sisi primer diukur tegangan menggunakan voltmeter skala
rendah dengan impedansi tinggi (20 000 Ω/V atau lebih). Ratio belitan mendekati
sama dengan ratio tegangan yaitu membandingkan tegangan di sisi primer dengan
tegangan disisi sekunder.
Pengujian ini menggunakan alat uji injeksi arus (high current test injection), dilakukan
dengan mengatur catu daya pada alat uji sesuai dengan nilai yang diinginkan serta
mencatat arus pada sisi sekunder kedua CT. rasio dari CT adalah sama dengan rasio
dari CT referensi yang dikalikan rasio antara arus sisi sekunder CT referensi dengan
arus sisi sekunder CT yang diuji, seperti persamaan :
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui karakteristik eksitasi dari trafo arus.
Karakteristik eksitasi adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara arus
eksitasi dan tegangan rms yang diterapkan pada sisi sekunder CT dalam kondisi sisi
primer open circuit. Dalam kurva karakteristik eksitasi dapat diketahui tegangan knee
dari suatu CT maka dapat dipastikan bahwa CT tidak mengalami kejenuhan saat arus
primer sama dengan arus hubung singkat tertinggi.
Pengujian Partial Discharge (PD) bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi internal
dari adanya PD yang dapat merusak isolasi CT. CT tipe cair dan kering 5 kV ke atas
dapat dilakukan pengujian PD.
Metode Pengujian Partial discharge pada trafo arus dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
Apabila CT diuji sesuai dengan standar IEEE C57.13 2016, batasan PD tidak
boleh melebihi 50 pc untuk CT tipe kering (dry-type insulation systems) dan 10 pc
untuk CT tipe isolasi minyak atau gas (oil-filled or gas-filled transformers).
Tabel 2.1: Kesalahan Rasio dan Pergeseran Fasa Trafo Arus Proteksi
Adapun gambar rangkaian pengujian PD pada Trafo arus adalah sebagai berikut:
Pengujian PD trafo arus dengan metode online dilakukan pada kondisi peralatan
beroperasi / bertegangan dan dilakukan tanpa dengan injeksi tegangan pada trafo
arus, pengujian ini dapat dilakukan untuk tujuan monitoring kondisi.
Pengujian PD pada trafo Arus dengan metode online dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya menggunakan sensor:
Accoustic
UHF / Ultrasonic
HFCT (High Frequency Current Transformer)
2.4.10. Pengujian Pengukuran Kadar Air pada Kertas Isolasi (Dielectric Frequency Response)
Analisis Respon Dielektrik (Dielectric Frequency Response) adalah salah satu metode
yang digunakan untuk menganalisis kondisi kadar air pada isolasi. Sistem isolasi dapat
dimodelkan dalam bentuk model dielektrik, direpresentasikan dalam bentuk polarisasi
dan rugi-rugi konduktif pada isolasi.
Peningkatan kadar air dari isolasi menyebabkan perubahan model dielektrik, sehingga
mengubah respon dielektrik. Dengan mengukur respon dielektrik pada rentang
frekuensi yang lebar dapat diketahui kadar airnya.
Prinsip pengujian dengan metode ini hampir sama dengan pengujian Capacitance
dan Dissipation/Power Factor. Perbedaannya adalah pada pengujian ini
digunakan frekuensi yang bermacam-macam, biasanya antara 0.001 Hz hingga
1000 Hz seperti ditunjukkan grafik di bawah ini.
First Year Inspection adalah pekerjaan atau kegiatan pemeliharaan yang pertama kali
dilakukan pada peralatan setelah beroperasi (energize) dalam keadaan padam untuk
memastikan atau mengetahui kondisi peralatan pada saat periode awal operasi.
Pekerjaan ini dilakukan paling lambat 12 (dua belas) bulan setelah beroperasi dengan
lingkup pengujian sesuai tabel periode inspeksi pemeliharaan CT di lampiran
Berdasarkan teori assessment grafik bathtub curve, peralatan relatif lebih mudah
mengalami kegagalan pada periode awal beroperasi (infant failure). Faktor Kegagalan
pada masa infant failure ini dapat disebabkan oleh cacat bahan, kesalahan desain,
kesalahan dalam perakitan, ataupun proses konstruksi.
Untuk meminimalisir risiko kegagalan pada masa infant failure maka perlu dilakukan
First Years Inspection (FYI).
hermatically sealed)
- Jika hasil pengujian minyak isolasi
dalam kondisi poor, maka lakukan
langkah seperti pada sub bab 3.3.3
(karakteristik minyak)
- Periksa kondisi seal, jika kondisi seal
sudah fatik maka lakukan penggantian
seal dan penggantian minyak sesuai
manual instrcuction/hubungi
manufacturer.
Data tambahan yang diperlukan untuk evaluasi hasil thermovisi adalah: beban saat
pengukuran dan beban tertinggi yang pernah dicapai (dalam Ampere). Selanjutnya
dihitung selisih (∆T akhir) antara suhu konduktor dan klem dengan mengunakan rumus
berikut :
dimana:
∆T akhir Rekomendasi
No
Untuk tindak lanjut terhadap temuan Hotspot ∆T akhir 10o-25o, dibedakan berdasarkan
level tegangan sistem sesuai Tabel 4.1.
(perbedaan
(Perbedaan Suhu
suhu antar
Antara Isolator atau
fasa)
Housing CT dengan
Ambient Temperatur)
Standar : VDE
Untuk membantu pelaksanaan evaluasi hasil pengujian, sebaiknya nilai tangen delta
dan kapasitansi hasil pengujian di pabrik dicantumkan pada name plate. Namun jika
tidak tersedia maka batasan hasil pengukuran nilai tangen delta pada CT dapat
menggunakan referensi seperti pada tabel berikut.
ke manual book.
*) Hasil pengujian tan delta diatas sudah dikoreksi pada temperature 20oC
1. Breakdown Voltage:
Kategori D (>170kV)
s.d.a
>50 kV/2.5 mm Good
<40kV/2.5 mm Poor
Kategori D (>170kV)
s.d.a
<5ppm Good
5-15ppm Fair
>15ppm Poor
3. Acidity
Kategori D (>170kV)
s.d.a
<0.1 Good
0.1-0.2 Fair
>0.2 Poor
Kategori D (>170kV)
s.d.a
<0.1 Good
0.1-0.3 Fair
>0.3 Poor
Kategori D (>170kV)
*) Khusus untuk CT jenis non hermatically sealed, setalah beroperasi 10 tahun atau
jika diperlukan untuk keperluan investigasi
3.3.4. DGA
Standar yang digunakan IEC 60599 tahun 2015 “Mineral oil-filled electrical equipment
in service-Guide on the interpretation of Dissolved and free gas analysis”.
1 Purity
2 Dew Point
3. Moisture Content
3 Decomposition Product
A. Pengujian PD Offline
B. Pengujian PD Online
CT Tipe Oil & Gas (oil-filled or gas-filled insulation system) dan CT Tipe Kering (dry-
type insulation systems)
3. HFCT
Batasan kadar air dalam kertas adalah sebagai berikut (IEEE Std 62 -2005):
Tabel 3.13. Batasan kadar air dalam kertas sesuai IEEE Std 62-2005
Bersih - Dibersihkan
Limit Switch
Indikator dan
3 Beroperasi normal Lakukan pengujian fungsi
Alarm low presure
SF6
Isolator dan
Bersih dan
4 Housing CT serta Dilakukan pembersihan
kencang
kaca penduga
Batasan
Jenis Pemeliharaan Jenis Inspeksi/Pengujian Periode Alat Uji
Operasi
Jenis Batasan
Jenis Pemeliharaan Periode Alat Uji
Inspeksi/Pengujian Operasi
≥ 40 kV/2,5 mm
H2 < 100
C2H2 < 35
C2H4 < 50
C2H6 < 65
CO < 350
N2 < 1 - 10 %
DAFTAR ISTILAH
DAFTAR PUSTAKA
1. IEC 60422 : 2005 “Mineral insulating oils in electrical equipment supervision and
maintenance guidance
4. IEC 60044-1 Edisi 1.2 – 2003, “Instrument Transformer part 1: Current Transformer”.
5. IEEE Std 62-2005 “Guide for Diagnostic Field Testing of Electric Power Apparatus”
7. Paper IEEE, “A Tool for Realibity and Safety: Predict and Prevent Equipment failures with
Thermography” , Copyright mareial IEEE Paper No. PCIC-97-06
8. SPLN T3.003-1: 2011, “Pedoman Pemilihan Transformator Arus (CT) untuk Sistem
Transmisi”, Standar PT PLN (Persero)
LAMPIRAN
Kondisional
2 Mingguan
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
1 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Harian
FYI
2 CT
2.1 Inspeksi
2.1.1 Inspeksi Level-1 (In Service Inspection)
2.1.1.1 Level minyak Pemeriksaan level minyak
2.1.1.2 Tekanan gas Pemeriksaaan tekanan gas
2.1.1.3 Kebocoran minyak Pemeriksaan kebocoran minyak
2.1.1.4 Isolator Pemeriksaan kondisi fisik isolator porcelin/rubber Disesuaikan dengan kondisi lingkungan
2.1.1.5 Core housing Pemeriksaan kondisi core housing
2.1.1.6 Struktur penyangga Pemeriksaan kondisi structure penyangga
Pemeriksaan kondisi grounding serta memastikan pentanahan
2.1.1.7 Pentanahan
di satu titik
2.1.2 Inspeksi Level-2 (In Service Measurement)
2.1.2.1 Klem dan konduktor Thermovisi antara klem dan konduktor 170 kV
2.1.2.2 Klem dan konduktor Thermovisi antara klem dan konduktor > 170 kV
2.1.2.3 Housing Thermovisi pada housing CT 170 kV
2.1.2.4 Housing Thermovisi pada housing CT > 170 kV
2.1.2.5 Isolator Thermovisi pada isolator CT 170 kV
2.1.2.6 Isolator Thermovisi pada isolator CT > 170 kV
Kondisional
2 Mingguan
Mingguan
3 Bulanan
Bulanan
KODE SUB SISTEM ITEM INSPEKSI Keterangan
1 Tahun
2 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Harian
FYI
2 CT
2.1 Inspeksi
2.1.3 Inspeksi Level-3 (Shutdown Testing/Measurement)
2.1.3.1 Tahanan isolasi Pengujian Tahanan isolasi
2.1.3.2 Tangen delta dan kapasitansi Pengujian Tangen delta dan kapasitansi
Nilai tan delta tidak mendekati 1% atau sesuai
Pengukuran rutin
standar rekomendasi dari pabrikan
Persentase kenaikan nilai tangen delta (% grading) > 50% dari
hasil uji sebelumnya
LAMPIRAN
FORMULIR CHECK LIST INSPEKSI LEVEL 1 – CT - MINGGUAN
UNIT PELAKSANA :
LOKASI GI :
BAY :
TANGGAL :
PUKUL :
PELAKSANA :
KOMPONEN YANG
NO KONDISI PERALATAN
DIPERIKSA
1 FASA R
1,1 DIELEKTRIK
Tidak Ada
1.1.1 Level Minyak Norm al Maks im um Minim um Rus ak
terpas ang catatan
2 FASA S
2.1 DIELEKTRIK
Tidak Ada
2.1.1 Level Minyak Norm al Maks im um Minim um Rus ak
terpas ang catatan
3 FASA T
3.1 DIELEKTRIK
Tidak Ada
3.1.1 Level Minyak Norm al Maks im um Minim um Rus ak
terpas ang catatan
CATATAN :
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
LAMPIRAN
FORMULIR CHECK LIST INSPEKSI LEVEL 1 – CT - BULANAN
UNIT PELAKSANA :
LOKASI GI :
BAY :
TANGGAL :
PUKUL :
PELAKSANA :
1 FASA R
1,1 GROUNDING
2 FASA S
2.1 GROUNDING
3 FASA T
3.1 GROUNDING
CATATAN :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
LAMPIRAN
FORMULIR CHECK LIST INSPEKSI LEVEL 1 CT - TAHUNAN
UNIT PELAKSANA
LOKASI GI
BAY
TANGGAL
PUKUL
PELAKSANA
1 FASA R
1,1 STRUKTUR MEKANIK
2 FASA S
2,1 STRUKTUR MEKANIK
3 FASA T
3,1 STRUKTUR MEKANIK
CATATAN :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
LAMPIRAN
FORMULIR THERMOVISI CT
UNIT PELAKSANA :
LOKASI GI :
BAY :
TANGGAL :
PUKUL :
PELAKSANA :
KOMPONEN YANG
No KONDISI PERALATAN
DIPERIKSA
1 Current Carrying Circuit
1,1 Fasa R
1.1.1 Suhu Kawat penghantar/Klem bus hing / (⁰C)
1,2 Fasa S
1.2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem bus hing / (⁰C)
Keterangan
Konduktor & Klem Beda antar fasa
<10 ⁰C : Kondis i Baik 1 oC – 3 oC Inves tigas i lanjut
10-25 ⁰C : Ukur 1 bulan lagi 4 oC – 15 oC Rencanakan perbaikan
25-40 ⁰C : Rencana Perbaikan o
>16 C Perbaikan s egera
40-70 ⁰C : Perbaikan Segera
>70 ⁰C : Kondis i Darurat
CATATAN :
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
Approval Pelaksana
(………………………………) (………………………………)
PT.
PTPT.
PLN PLN
PLN
P3B
P3B
(PERSERO)
(PERSERO)
(PERSERO)
SUMATERA
SUMATERA
LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR
FORMULIR PEMELIHARAAN TRAFO ARUS
"Logo StandarFORM.4-1
Mutu" CT
UPT…..
UPT….. PENGUJIAN / PENGUKURAN
PENGUJIAN/PENGUKURAN TAHANAN
TAHANAN ISOLASI CT
ISOLASI
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
DOKUMEN : : TANGGALTANGGAL :
: (pengesahan dokumen) REVISI : REVISI : HALAMAN
HALAMAN : :….. /……
HASIL SEBELUMNYA (M) KONDISI AWAL (M) TINDAKAN HASIL AKHIR (M ) KESIMPULAN
TITIK UKUR Standard
R S T R S T R S T
a. Primer - Tanah
b. Sekunder 1 - Tanah
c. Sekunder 2 - Tanah R ≥ 500 MΩ
d. Sekunder 3 - Tanah
e. Sekunder 4 - Tanah
f. Primer - Sekunder 1
g. Primer - Sekunder 2
R ≥ 25.000 MΩ
h. Primer - Sekunder 3
i. Primer - Sekunder 4
j. Sekunder 1 - Sekunder 2
k. Sekunder 1 - Sekunder 3
l. Sekunder 1 - Sekunder 4
R ≥ 500 MΩ
m.Sekunder 2 - Sekunder 3
n. Sekunder 2 - Sekunder 4
o. Sekunder 3 - Sekunder 4
Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat uji tahanan isolasi 5 KV untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder
Pengujian item 'b' s.d 'o', dilakukan pada kondisi khusus
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
............................. ............................. .............................
PT. PLN (PERSERO)
PT.PLN
PTPT.
PLN
P3B
P3B
PLN (PERSERO)
(PERSERO)
(PERSERO)
SUMATERA
SUMATERA
LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR
FORMULIR PEMELIHARAAN TAHUNAN TRAFO ARUS
"Logo Standar FORM.4-4
Mutu" CT
UPT…..
UPT….. PENGUJIAN / PENGUKURAN
PENGUJIAN/PENGUKURAN TAHANAN
TAHANAN PENTANAHAN
PENTANAHAN CT
NOMOR DOKUMEN : TANGGALTANGGAL : dokumen)
: (pengesahan REVISI : REVISI : HALAMAN
HALAMAN : :….. /……
TITIK UKUR Standard HASIL SEBELUMNYA KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR KESIMPULAN
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
............................. ............................. .............................
PT PLN (PERSERO) LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHANTAR "Logo Standar Mutu"
FORMULIR PEMELIHARAAN TRAFO ARUS FORM.4-2 CT
PENGUJIAN/PENGUKURAN RATIO
PENGUJIAN / PENGUKURAN RATIO CT
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
DOKUMEN : : REVISI
TANGGAL : (pengesahan dok) :
REVISI : HALAMAN : HALAMAN : …. / …..
BAY : CLASS :
TEGANGAN : PELAKSANA :
ALAT UJI : CORE :
TANGGAL :
ARUS UJI R S T
I Sekunder (A)
I Sekunder Teori (A)
Ratio (Ip/Is)
5P ±1 ± 60 5
10P ±3 - 10
Catatan
PTPT.
PLN PLN (PERSERO)
(PERSERO) LEMBAR HASIL PEMELIHARAAN BAY PENGHATAR "Logo StandarFORM.4-3
Mutu" CT
P3B SUMATERA FORMULIR PEMELIHARAAN TRAFO ARUS
UPT….. PENGUJIAN/PENGUKURAN
PENGUJIAN/PENGUKURANKNEE POINT
KNEE POINT CT
NOMOR DOKUMEN : REVISI : HALAMAN : …. / …..
NO.DOKUMEN : TANGGAL : (pengesahan dok) REVISI : HALAMAN :
Kurva Kejenuhan CT
1.2
1
Tegangan (Volt)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Arus (Amps)
Inti 1 Inti 2
Hasil pengukuran
Volt I (mA)
Catatan :
HASIL
NO URAIAN KEGIATAN ACUAN KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR KESIMPULAN PELAKSANA
SEBELUMNYA
A B C D E F G J H
HASIL
NO URAIAN KEGIATAN ACUAN KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR KESIMPULAN PELAKSANA
SEBELUMNYA
A B C D E F G J H
Tan Delta (%) Tan Delta (%) Tan Delta (%)
1 Pengujian Tan Delta CT Phasa R
> 1% Unacceptable