1947
Masyumi yang dipimpin oleh KH. Hasjim Asj’ari mengeluarkan fatwa dalam Maklumat Menteri Agama
Nomor 4 Tahun 1947, yang menyatakan bahwa ibadah haji dihentikan selama dalam keadaan genting.
1948
Indonesia mengirimkan misi haji ke Makkah dan mendapat sambutan hangat dari Raja Arab Saudi.
Tahun itu, Bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di Arafah.
1951
Keppres Nomor 53 Tahun 1951, menghentikan keterlibatan pihak swasta dalam penyelenggaraan
ibadah haji dan mengambil alih seluruh penyelenggaraan haji oleh pemerintah.
1952
Dibentuk perusahaan pelayaran PT. Pelayaran Muslim sebagai satu-satunya Panitia Haji dan
diberlakukan sistem quotum (kuota) serta pertama kali diberlakukan transportasi haji udara.
1959
Menteri Agama mengeluarkan SK Menteri Agama Nomor 3170 tanggal 6 Februari 1950 dan Surat Edaran
Menteri Agama di Yogyakarta Nomor A.III/648 tanggal 9 Februari 1959 yang menyatakan bahwa satu-
satunya badan yang ditunjuk secara resmi untuk menyelenggarakan perjalanan haji adalah Yayasan
Penyelenggaraan Haji Indonesia (YPHI).
1960
Keluarnya peraturan pertama tentang penyelenggaraan ibadah haji melalui Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 1960 Tentang Penyelenggaraan Urusan Haji. Terbentuk untuk yang pertama
kalinya, Panitia Negara Urusan Haji (PANUHAD). Pada tahun 1962, PANUHAD berubah menjadi PPPH
(Panitia Pemberangkatan dan Pemulngan Haji). PPPH dibubarkan pada tahun 1964 dan kewenangan
penyelenggaraan haji diambil alih oleh pemerintah melalui Dirjen Urusan Haji (DUHA).
1965
Dikeluarkan Kepres Nomor 122 Tahun 1964 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji. PT. Arafat pada
tanggal 1 Desember 1964 yang bergerak di bidang pelayaran dan khusus melayani perjalanan haji (laut)
hanya mampu memberangkatkan 15.000 jamaah melalui laut.
1969
Dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1969. Pemerintah mengambil alih semua proses
penyelenggaraan perjalanan haji. Hal ini disebabkan banyaknya calon jamaah haji yang gagal
diberangkatkan oleh orang-orang atau badan-badan swasta, bahkan calon-calon yang mengadakan
kegiatan usaha penyelenggaraan perjalanan haji.
1975
PT. Arafah mengalami kesulitan keuangan dan pada tahun 1976 gagal memberangkatkan haji karena
pailit.
1979
1985
1999
Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Produk
hukum berbentuk UU tentang haji yang pertama ini memandatkan tugas pelayanan, pembinaan, dan
perlindungan bagi jamaah haji kepada Pemerintah.
Kuota haji kemudian terbagi menjadi 2, yakni Haji Reguler dan Haji Khusus. Pendaftaran haji regular
melalui Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu. Diberlakukan untuk pertama sekali setoran
awal sebesar Rp 5.000.000 yang disimpan dalam tabungan atas nama jamaah haji.
2001
Setoran awal bagi jamaah haji regular naik menjadi Rp 20.000.000 yang disimpan dalam tabungan atas
nama jamaah haji. Terbitnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang
Badan Pengelola Dana Abadi Umat sebagai salah satu mandat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999.
2004
Setoran awal bagi jamaah haji reguler sebesar Rp 20.000.000 yang disimpan dalam rekening atas nama
Menteri Agama.
2008
2010
Setoran awal bagi jamaah haji reguler naik menjadi Rp 25.000.000 yang disimpan dalam rekening atas
nama Menteri Agama.
2013
- Migrasi Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji dari Bank Konvensional ke Bank
Syariah/Unit Usaha Syariah.
2014
- Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji yang salah
satu mandatnya adalah membentuk Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) paling lambat September
2015.
- Penggunaan kuota jamaah haji dilakukan secara transparan dan akuntable sesuai dengan urutan
porsi,
- Upgrade bus shalawat yang beroperasion selama 24 jam untuk mengantar jamaah dari pemondokan ke
Masjidil Haram
- Penghematan biaya operasional penyelenggaraan haji dengan tidak mengurangi layanan kepada
jemaah haji
2015
- Implementasi total pelaksanaan pilot project e-hajj yang ditetapkan otoritas Arab Saudi
- Pengendalian daftar tunggu jamaah haji dengan memprioritaskan calon jemaah haji yang belum
pernah melaksanakan ibadah haji dan mengimbau yang sudah berhaji untuk memberikan kesempatan
kepada yang belum pernah berhaji karena haji wajib hanya sekali seumur hidup
- Keterbukaan sistem sewa pemondokan, transportasi, katering dan pendukung lainnya dengan tidak
mengurangi layanan kepada jemaah haji.
- Selain itu, dilakukan penetapan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani (WBBM).
- Pada tahun 2015 ini juga akan diterapkan rute baru keberangkatan dan pemulangan jamaah haji.
- Pada tahun 2015 juga akan diberlakukan penyediaan makan siang bagi jamaah haji selama di Makkah
dan pematangan gagasan mempermanenkan pemondokan jamaah haji di Makkah.