( NOVEL PROJECT )
SINOPSIS STORY
“Kakak serius Rum, kamu harus bisa masukin sedikit romance di novel
horror kamu ini”
Maya, wanita anggun yang berumur dua puluh lima tahun itu memajukan
kursinya hingga lebih dekat dengan Arumi. Masih dengan mata melototnya Arumi
terdiam terkejut mendengarnya.
“Kakak tau kan aku geli yang begituan ! apalagi buat nulisnya dan
deskripsikan semua hal aneh itu” Arumi memeluk tubuhnya yang merasakan geli
dan merinding. Bola mata Maya berputar kesal mendengar perkataan Arumi.
“Lagian Kak, gimana aku bisa nulis yang begituan kalo ngerasain nya aja
belom pernah”
“Yang romantis – romantic gitu, kayak kencan atau apalah. Kakak mikir apa
sih ” gerutu Mentari dibalas kekehan canggung Maya.
Mendengar ucapan penuh putus asa Maya membuat Arumi merasa tak
enak, wanita di hadapannya ini lah yang seringkali membantunya di tengah trauma
yang selalu membayanginya.
“DEAL !”
SATU
“ Arumi Setyaning Putri, Asyifa Lathifa, Bella Cantika. Ayo nak baris di
depan untuk ambil nilai, kalian lewati jalan yang sudah Bapak arahkan ya. Jangan
lupa, di setiap tempat ada tantangan yang harus kalian lewati dengan betul. Reza
akan mengikuti kalian, jadi jangan coba – coba curang ya ! semuanya juga begitu
nanti”
“Siap Pak !”
Arumi berdiri dengan ogah – ogahan. Inilah nasib memiliki nama berawalan
A, selalu saja dipanggil duluan. Arumi berbaris dengan kedua temannya yang
telah siap di sisi sebelah kanannya. Ia menarik nafasnya dengan semangat untuk
memompa semangat jiwa olahraga di jam pelajaran olahraga.
“Reza, sebagai ketua kelas kamu harus jujur ya” Peringat guru olahraga di
kelas dua belas IPS A.
“Pasti Pak !”
“Baik, bapak hitung kecepatan kalian pakai stopwatch ya. SATU DUA
TIGA !”
Arumi berlari bersama kedua teman nya, mereka menuju tempat pertama
di lapangan football. Ditantangan pertama, mereka harus mencetak gol dengan
tendangan pada kaki bagian dalam. Arumi segera memposisikan diri dan
menendang bola sesuai perintah, bola masuk ke dalam gawang dengan sempurna.
“Lari Arumi ! lanjut ke babak ke dua !” Teriak Reza yang membuat Arumi
segera berlari dan meninggalkan kedua temannnya yang masih sibuk menendang.
Begitu sampai di lapangan voli, Arumi mengambil bola yang berwarna kuning dan
biru laut itu. dengan menggempalkan tangannya, Arumi menarik dan mengayun
lengan kanan nya dengan sekuat tenaga.
“ Ya Allah kenapa miring “ Desah kesal Arumi mengambil bola kedua dan
mencobanya kembali, Syifa dan Bella telah menyusulnya dan telah siap dengan
bola masing – masing.
Buk …
Arumi bersorak senang dan lari menuju lapangan basket yang kedua,
lapangan basket yang pertama di gunakan oleh anak kelas lainnya yang sedang
mengikuti pelajaran olahraga. Mata Arumi berpendar mencari bola basket yang
ternyata terlletak rapi di bawah tiang. Kedua tangan Arumi memposisikan posisi
awal untuk shoot dari jarak yang telah ditentukan oleh Pak Broto.
Buk …
“Aduh …”
“Arumi ! ”
Arumi memegang bahunya yang terasa sakit, ia melihat bola basket lain
yang terdampar di lapangan. “Arumi lo gak papa ?” ucapan penuh khawatir datang
dari Syifa dan Bella yang sudah menyusulnya ke lapangan basket. Arumi
mengangguk.
“Duh sorry ya, gue gak sengaja. Mau ngoper bola eh malah nyasar ke sini”
“Sombong amat, tau gitu gak usah minta maaf tadi” gerutu Angkasa
sembari memungut bola basket. “ Masa cowok seganteng Angkasa Cuma dilirik “