Anda di halaman 1dari 5

ARUM MANIS

( NOVEL PROJECT )

START ON 11 JULI 2020

SINOPSIS STORY

Arumi di tuntut oleh editor untuk menambahkan setitik adegan romansa di


novelnya yang bertema horror. Arumi keberatan, sebab Arumi sangkat anti
dengan aroma romansa atau kebucinanan. Ia bisa mual, muntah dan jijik jika
melihatnya, apa lagi merasakannya. Bisa – bisa Arumi mati ditempat.

Namun demi ke profesionalitas, Arumi menyetujui nya. Ditengah


kegaduhan madalah novel, Arumi malah bertemu dengan Angkasa Bumi Aksara.
Remaja 17 tahun yang berandalan, playboy dan perayu ulung di sekolah.

Arumi menjauh dan menghindari Angkasa agar tak disentuh ataupun


tersentuh. Tapi Angkasa semakin gencar mendekati dan menggoda Arumi yang
ternyata mengidap Haphephobia. Hingga pada suatu sore mereka membuat
kesepakatan bersama.

Kesepakatan bagi Angkasa.

Jebakan bagi Arumi.

Sebuah Kesepakatan yang memporak – poranda hidup mereka.


PROLOG

Suara tersedak yang diikuti batuk terdengar di penjuru café bernuansa


aesthetic. Arumi menepuk dadanya guna meredakan perih dan gatal di
tenggorokan dan dadanya, gadis berkerudung modis itu melotot dan menunjuk
editor novelnya yang menatapnya dengan serius.

“Kakak serius Rum, kamu harus bisa masukin sedikit romance di novel
horror kamu ini”

Maya, wanita anggun yang berumur dua puluh lima tahun itu memajukan
kursinya hingga lebih dekat dengan Arumi. Masih dengan mata melototnya Arumi
terdiam terkejut mendengarnya.

“Kamu ini lebay banget, Kakak Cuma minta s-e-d-i-k-i-t keromantisan di


novel kamu. Bukannya minta kamu buat satu novel romantis” Decak Maya jengkel
melihat rekasi penulis yang delapan naskah novelnya di garap Maya.

“Kakak tau kan aku geli yang begituan ! apalagi buat nulisnya dan
deskripsikan semua hal aneh itu” Arumi memeluk tubuhnya yang merasakan geli
dan merinding. Bola mata Maya berputar kesal mendengar perkataan Arumi.

“Lagian Kak, gimana aku bisa nulis yang begituan kalo ngerasain nya aja
belom pernah”

“ Hah ?” Maya terdiam dengan mulut yang menganga.

“Yang romantis – romantic gitu, kayak kencan atau apalah. Kakak mikir apa
sih ” gerutu Mentari dibalas kekehan canggung Maya.

“emangnya kamu gak pernah pacaran ?” Tanya Maya

Mentari menggeleng menjawab pertanyaan Maya.

“Emang di sekolah kamu gak ada pacar ?”

Mentari kembali menggeleng, tangannya mencomot brownis coklat di meja.


“Gak pernah tuh, lagian juga apa untungnya sih pacaran. Buang – buang waktu
buat chatingan gak jelas, ngabisin kuota dan uang. Lagian sayang kan uangnya
dibuang percuma – Cuma untuk beli kuota terus” Cerca Arumi tak suka.
Maya menepuk lengan Arumi yang kembali mencomot Brownisnya. “Ujung –
ujungnya uang terusss yang dibahas. Uang kamu juga pasti udah banyak. Lagian
kamu masih muda Arumi, masih perlu menikmati pelangi di masa remaja. ”.

Arumi menghela nafasnya dan meletakkan kembali potongan brownies yang


baru saja di makan. “Kakak kan sudah tau tentang hapephobia Arum. Arum gak
bisa disentuh dengan sengaja ataupun gak sama laki – laki. Semua laki – laki
terkeculi Yanda” Maya tertegun mendengar nya. Ia kembali ingat pada saat
mereka pertama kali bertemu, Arumi bahkan gemetar dan panic saat mereka
berjabat tangan.

“Maaf ya kalau kakak maksa, tapi yasudah terserah di kamu aja”

Mendengar ucapan penuh putus asa Maya membuat Arumi merasa tak
enak, wanita di hadapannya ini lah yang seringkali membantunya di tengah trauma
yang selalu membayanginya.

“Tapi kalau kamu setuju, Alhamdulillah. Kamu membuat gebrakab baru.


Jangan mau kalah sama Syahrini tuh, beliau udah gebrak gebrak jreng jreng
jreng” Kata Maya dengan semangat menggebu – gebu.

“Ok deal. Arum bakal berusaha semampu Arum aja ya Kak”

“DEAL !”
SATU

“ Arumi Setyaning Putri, Asyifa Lathifa, Bella Cantika. Ayo nak baris di
depan untuk ambil nilai, kalian lewati jalan yang sudah Bapak arahkan ya. Jangan
lupa, di setiap tempat ada tantangan yang harus kalian lewati dengan betul. Reza
akan mengikuti kalian, jadi jangan coba – coba curang ya ! semuanya juga begitu
nanti”

“Siap Pak !”

Arumi berdiri dengan ogah – ogahan. Inilah nasib memiliki nama berawalan
A, selalu saja dipanggil duluan. Arumi berbaris dengan kedua temannya yang
telah siap di sisi sebelah kanannya. Ia menarik nafasnya dengan semangat untuk
memompa semangat jiwa olahraga di jam pelajaran olahraga.

“Reza, sebagai ketua kelas kamu harus jujur ya” Peringat guru olahraga di
kelas dua belas IPS A.

“Pasti Pak !”

“Baik, bapak hitung kecepatan kalian pakai stopwatch ya. SATU DUA
TIGA !”

Arumi berlari bersama kedua teman nya, mereka menuju tempat pertama
di lapangan football. Ditantangan pertama, mereka harus mencetak gol dengan
tendangan pada kaki bagian dalam. Arumi segera memposisikan diri dan
menendang bola sesuai perintah, bola masuk ke dalam gawang dengan sempurna.

“Lari Arumi ! lanjut ke babak ke dua !” Teriak Reza yang membuat Arumi
segera berlari dan meninggalkan kedua temannnya yang masih sibuk menendang.
Begitu sampai di lapangan voli, Arumi mengambil bola yang berwarna kuning dan
biru laut itu. dengan menggempalkan tangannya, Arumi menarik dan mengayun
lengan kanan nya dengan sekuat tenaga.

“ Ya Allah kenapa miring “ Desah kesal Arumi mengambil bola kedua dan
mencobanya kembali, Syifa dan Bella telah menyusulnya dan telah siap dengan
bola masing – masing.

Buk …
Arumi bersorak senang dan lari menuju lapangan basket yang kedua,
lapangan basket yang pertama di gunakan oleh anak kelas lainnya yang sedang
mengikuti pelajaran olahraga. Mata Arumi berpendar mencari bola basket yang
ternyata terlletak rapi di bawah tiang. Kedua tangan Arumi memposisikan posisi
awal untuk shoot dari jarak yang telah ditentukan oleh Pak Broto.

Buk …

“Aduh …”

“Arumi ! ”

Arumi memegang bahunya yang terasa sakit, ia melihat bola basket lain
yang terdampar di lapangan. “Arumi lo gak papa ?” ucapan penuh khawatir datang
dari Syifa dan Bella yang sudah menyusulnya ke lapangan basket. Arumi
mengangguk.

“Duh sorry ya, gue gak sengaja. Mau ngoper bola eh malah nyasar ke sini”

Suara berat khas anak laki – laki di hadapannya membuat Arumi


berjengkit, uluran tangan di depan matanya membuat Arumi bergerak mundur
dan bangun sendiri dari duduknya. “Iya gak papa” setelah mengatakan dirinya
baik – baik saja dan melihat sekilas wajah rupawan yang melempar bola Arumi
berlari dan meninggalkan temannya di sana.

“Sombong amat, tau gitu gak usah minta maaf tadi” gerutu Angkasa
sembari memungut bola basket. “ Masa cowok seganteng Angkasa Cuma dilirik “

Anda mungkin juga menyukai