Anda di halaman 1dari 8

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKURANGAN VITAMIN, ANEMIA,

CACINGAN

Tugas Kelompok Etika Keperawatan

Yang dibina oleh Ibu Kasiati S.Kp.Ns. M.Kep.

Disusun oleh :

- Maulidya Rahma Putri (P17220193045)


- Imrohhatus Sholeha (P17220194047)
- Indah Rahmawati (P17220194055)
- Devi Firdaus P. S (P17220194060)
- Desty Icha Cahyani A (P17220194064)
- Ezra Chandrasatya K. S. P (P17220194069)
- Irma Ayu F. P (P17220194084)

D-III KEPERAWATAN LAWANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


 Kasus Justice (Keadilan)
1. Salah seorang perawat yang ditugaskan untuk menangani pasien yang kurang
mampu dan berada pada ruangan kelas III. Perawat ini awalnya merawat pasien
tersebut dengan baik. Namun, suatu hari keluarga dari perawat ini dirawat di RS yang
sama juga tapi di ruang VIP. Setiap hari perawat ini selalu berkunjung ke ruangan
keluarganya tersebut sampai-sampai melupakan seorang pasien yang ada di kelas III
yang sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya untuk perawat itu. Ketika ditanya
kenapa perawat itu sering berkunjung ke ruangan pasien yang merupakan
keluarganya, perawat itu menjawab karena yang dirawat itu tantenya. Jadi, dia harus
setiap saat mengecek keadaan tantenya itu dan melupakan tanggung jawabnya yang
terdahulu yaitu pasien di ruangan kelas III.
2. Suatu hari Tn. Arif berobat ke RS karena anaknya demam tinggi dan muntah-
muntah dengan hanya mengandalkan kartu miskin yang diterima dari Kelurahan
setempat. Pada saat yang bersamaan, ada juga seorang anggota dewan yang berobat
ke RS tersebut dengan keluhan sakit di bagian kepala. Perawat ini kemudian hanya
melayani anggota dewan tersebut terlebih dahulu tanpa melihat pasien yang datang
lebih awal yang parah. Ketika Tn. Arif bertanya apakah anaknya bisa ditolong,
perawat itu menjawab, “Maaf pak, bapak duduk di ruang tunggu saja dulu. Saya akan
menangani pasien ini dulu. Bapak biar nanti belakangan.”

Penyelesaian

1. Untuk kasus yang pertama, pelanggaran yang telah dilakukan oleh perawat
tersebut adalah membeda-bedakan mana keluarganya dan mana yang bukan. Seperti
yang kita tahu sendiri bahwa pada prinsip etika keperawatan justice (keadilan) adalah
dimana perawat tidak membeda-bedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang
lainnya meskipun itu temannya atau keluarganya sekalipun. Dalam prinsip etika
keperawatan justice (keadilan) diperlukan perlakuan tindakan yang adil dan sama bagi
setiap pasien yang ada pada ruang lingkup RS itu sendiri. Artinya setiap individu itu
memiliki kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidupnya. Untuk perawatnya
sendiri yang melanggar prinsip etika keperawatan jenis ini bisa dikenai hukuman atau
sanksi sehubungan telah disahkannya Undang-Undang Keperawatan.
2. Kita sebagai perawat janganlah membeda-bedakan pasien dari segi apapun baik
itu teman, keluarga, maupun anggota dewan dan lainnya. Kita harus mengutamakan

2
yang menjadi prioritas. Apalagi untuk pasien yang keluhannya sangat
memprihatinkan daripada pasien yang hanya mengeluh sakit kepala.
 Kasus autonomy
1. Di sebuah bangsal Rumah sakit P di kota J tempat penulis kerja di awal tahun
1993 terjadi pelanggaran etika keperawatan. Kondisi saat itu di rumah sakit tersebut
memang jumlah perawat dan pasien memang tidak sebanding, itu pun jumlah perawat
di tiap ruangan 2 sampai 3 dan masih lulusan SPK atau SPKC. Lainnya tenaga
keperawatan diambil dari lulusan SD dan SMP. Sedangkan jumlah pasien tiap
ruangan antara 30 sampai 60 pasien. Setiap shift jaga sore atau malam 1 atau 2 orang
perawat juga kejadian kasus ini berawal saat teman saya yang berinisial Y memberi
dan membimbing minum obat oral pada saat jaga sore, memang ada salah satu pasien
yang sering menipu pada saat minum obat dengan cara pura – pura minum obat
kemudian kalau tidak ketahuan perawat membuang atau memuntahkan kembali obat
tersebut kemudian memasukkan obat tersebut di saku bajunya , pasien tersebut
bernama D. pada saat memberi obat pada pasien D perawat Y tersebut berpesan agar
obatnya diminum tidak dibuang. Pasien tersebut juga mengatakan “ Ya Pak”. Sambil
memberi obat pada pasien lainnya perawat Y tersebut tetap memperhatiakan pasien D
tersebut, sampai pada suatu ketika pasien D membelakangi perawat Y kemudian
mengusap mulutnya. Melihat kejadian tersebut parawat Y memanggil dan menarik
baju pasien kemudian mengecek saku baju pasien ternyata benar ada beberapa butir
obat di saku tersebut. Melihat kejadian tersebut perawat Y kontan membentak dan
memarahi pasien, tak cuma itu perawat tersebut penampar mulut pasien beberapa kali
sampai akhirnya pasien D tersebut mengatakan “ampun Pak”! kemudian disuruhlah
pasien tersebut meminum kembali obetnya dan menyarankan untuk tidak mengulangi
perbuatannya.
2. Seorang klien (Tn.N) beusia 65 tahun, telah dirawat selama 3 bulan dirumah
sakit karena gagal ginjal kronik , kondisinya dalam keadaan kurang baik dan memang
mengharuskannya dirawat dirumah sakit. Akan tetapi klien mempunyai keinginan
untuk dilakukan perawatan dirumah. Keluarga tidak menginginkan hal itu karena
keluarga khawatir terhadap kesehatan Tn.N. tetapi tenaga medis, pihak rumah sakit,
serta keluarga khususnya perawat melarangnya untuk pulang demi kebaikan dan
kesebuhan klien tanpa mau mendengar alasan apapun dari klien. kasus ini sangan

3
melanggar prinsip otonomi karena perawat tidak melakukan apa yang di minta klien
apalagi tidak mau mendengar apa kata klien

Penyelesaian
1. Untuk kasus pertama, pelanggaran yang telah dilakukan oleh perawat adalah
memaksa kehendaknya sendiri tanpa memperdulikan perasaan klien dan sudah
jelas bahwa dia melanggar prinsip etika keperawatan, seperti yang kita tau sendiri
bahwa pada prinsip etika keperawatan otonomy yang berarti perawat harus
menghargai hak klien untuk mengambil kepetusan sendiri. Prinsip otonomi sendiri
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional, serta hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Perawat juga harus mampu
menerima dan menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya. Oleh karena itu pasien seharusnya tidak berbuat seperti itu
apalagi dengan kekerasan tanpa menghargai hak dan perasaan klien, jika perawat
lebih sabar dan memberikan informasi atas khasiat dari obat tersebut
kemungkinan klien akan mengerti. Perawat juga bisa di tuntut karena melanggar
hak klien serta melakukan kekerasan pada klien.
2. Untuk kasus kedua, ini juga sama dengan kasus pertama yaitu melakukan
pelanggaran yang telah dilakukan oleh perawat adalah memaksa kehendaknya
sendiri tanpa memperdulikan perasaan klien dan sudah jelas bahwa dia melanggar
prinsip etika keperawatan, seperti yang kita tau sendiri bahwa pada prinsip etika
keperawatan otonomy yang artinya sendiri ialah sebuah prinsip moral yang
dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai
pasien, bahwa klien adalah seseorang yang mampu menentukan sesuatu bagi
dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam membuat keputusan asuhan
keperawatnyang di berikan pada klien. Oleh karena itu perawat sebaiknya
mendengarkan dulu alasan klien mungkin alasan yang di berikan klien itu yang
terbaik karena itu hak klien untuk yang menentukan mau dirumah sakit atau tidak.

Intinya dari dua kasus tersebut perawat harus menhargai dan mampu menerima keputusan
klien karena itu adlah hak dari mereka dan kita harus selalu menjaga perasaan klien karena
dengan kita menghargai perasaan klien, klien akan juga seperti itu pada kita dan akan
mempermudah kerja sama antara perawat dan klien.

4
 Kasus beneficiensi
1. Seorang pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut
program terapi pasien tersebut harus diberikan tranfusi darah, tetapi pasien
mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi bertentangan dengan
keyakinanya, dengandemikian perawat mengambil tindakan yang terbaik dalam
rangka penerapan prinsip moral ini yaitu tidak memberikan tranfusi setelahpasien
memberikan pernyataan tertulis tentang penolakanya. Perawat tidak memberikan
tranfusi, padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat
berusaha berbuatyang terbaik dan menghargai pasien.
2. Terdapat kasus bahwa perawat yang mengakungaku bahwa perawat tersebut
merupakan dokter bedah. Ada pasien yang mengeluh pusing dan di punggungnya
terdapat benjolan. Lalu perawat itu menganjurkan untuk melakukan operasi yang
akan ditangani oleh perawat tersebut. Dan perawat tersebut tidak menganjurkan
untuk melakukan oprasi di rumah sakit lain. Setelah dilakukan operasi ternyata
pasien tidak sembuh bahkan pandangan mata Kian memburuk dan pendengaran
terganggu dan terjadi kelumpuhan setelah itu korban dilarikan ke rumah sakit lain
dan ternyata saraf korban putus akibat dari operasi yang dilakukan oleh perawat.

Tanggapan

1. Pendapat saya terhadap kasus di atas yaitu, tindakan perawat tersebut sudah benar
sesuai tindakan etika keperawatan mengenai prinsip Beneficence (berbuat baik)
karena telah memberikan pertolongan yang baik terhadap keluhan pasien. Tetapi
saat melakukan persetujuan, keluarga menolak tindakan yang akan dilakukan
perawat. Namun jika pihak pasien tidak menyetujui, maka perawat sudah dapat
tidak bisa melakukan tindakan. Kita sebagai perawat harus membeikan pengertian
bahwa jika tidak dilakukan tindakan tersebut akan memberikan efek yang buruk
bagi pasien
2. Pendapat saya terhadap kasus di atas adalah, tindakan yag dilakukan perawat
tersebut tidak baik dan melanggar kode etik perawat yaitu beneficience karena
tindakan yang dilakukan tidak sesuai profesinya yang akhirnya dapat
membahayakan pasien bahkan menimbulkan dampak lebih serius. Sebagai

5
perawat jika kita tidak dapat menangani kasus pasien sebaiknya merujuknya
kedokter yang ahli, bukan menangani sendiri tindakan tersebut.

 Kasus Non maleficiency


1. Perawat Bahyudi bertugas di ruang penyakit dalan pria. Di sana terdapat pasien
yang mengalami sakit Batu Ginjal. Klien baru saja dilakukan tindakan intervensi dan
tindakan medis. Dokter mengatakan sudah ada komplikasi lanjut terkait gangguan
tersebut yang beresiko terhadap kematian. Pada saat itu klien bertanya kepada perawat
Bahyudi tentang bagaimana keadaan dan kondisinya. Perawat Bahyudi menjawab,
"Kesembuhan adalah milik Tuhan, bapak tenang. Jika bapak yakin maka bapak akan
segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa lagi. Kami selaku tim medis akan
berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan bapak, dan kami yakin bapak akan
segera sembuh"
2. Seorang wanita berusia 50 tahun menderita kanker payudara terminal dengan
metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita
tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi
dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya
rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah
posisinya. Walaupun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberi kan obat
analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis
pemberian obat analgesik.

Tanggapan

1. Menurut saya, pernyataan perawat Bahyudi membuat hati klien tersebut senang
dan perlahan kondisinya semakin membaik. Perawat Bahyudi menjawab dengan tepat
sehingga tidak memberikan beban psikologis kepada klien tersebut.
2. Menurut saya, perawat harus mendiskusikan dahulu sebelum memberikan obat
tersebut. Dikarenakan jika memberikan obat tersebut akan mempercepat kematian
pasien, walaupun pasien dan keluarga pasien terus menerus meminta agar perawat
menambahkan dosis pemberian obat analgesik harusnya menolak dengan baik-baik
dan menjelaskan ke keluarga pasien apa akibat dari penambahan dosis tersebut. Jika
perawat bisa menjelaskan dengan baik, maka keluarga pun akan merespon dengan
baik.
 Kasus Veracity

6
1. Ny. A seorang wanita lansia dengan usia 68 tahun, dirawat di RS dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga terlibat dalam
kecelakaan tersebut masuk rumah sakit yang sama dan meninggal dunia. Ny. A selalu
bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah
berpesan kepada perawat untuk tidak memberitahukan kematian suaminya kepada Ny.
A. Perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan mengatakan
keprihatinannya kepada perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa istruksi
dokter harus di ikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran
2. Suatu hari di sebuah RS, Dokter Andi menerima seorang pasien laki-laki setengah baya,
tampak berjalan tertatih-tatih dan terus batuk di hadapannya. Pasien itu ditemani oleh
anak perempuannya yang kurus. Dokter tersebut enggan melakukan anamnesis dan
langsung memeriksa si pasien. Ketika si anak bertanya tentang penyakit ayahnya,
Dokter Andi mengatakan bahwa hasil ukur tekanan darahnya baik, dan hanya
menyarankan minum obat dengan teratur serta memberikan resep saja. Si anak
bertanya lagi tentang cara minum obat, tapi dokter Andi menyarankan bertanya pada
tugas apotek tempat mengambil obat. Seorang perawat yang mengetahui kejadian
tersebut tidak berani mengingatkan dokter dan memberi tahu kebenarannya kepada
pasien tersebut, dikarenakan ia merasa tidak memiliki kuasa apapun.

Penyelesaian

1. Kita sebagai perawat seharusnya tidak boleh membohongi klien. Dengan


prinsip veracity yaitu mengacu untuk mengatakan hal yang sebenarnya atau berkata
jujur. Perawat tidak boleh menyembunyikan suatu kebenaran dari klien, bahkan ketika
hal tersebut dapat menyebabkan klien menjadi stres. Prinsip ini penting karena klien
membutuhkan informasi yang lengkap dan relevan untuk membuat pilihan yang
sepenuhnya rasional. Selain itu, klien juga mempunyai hak untuk mengetahui
informasi-informasi yang terkait dengan kondisinya. Tindakan-tindakan yang
bertentangan dengan prinsip veracity adalah berbohong, pertukaran informasi yang
salah dengan disengaja, ataupun terjadinya misinterpretasi oleh klien ketika menerima
informasi yang salah dengan disengaja.
2. Seharusnya perawat tersebut mengingatkan apa yang dilakukan dokter terhadap
pasien tersebut salah, karena kita sebagai tim kesehatan harus memberi tahu kejadian
kepada klien mengenai yang sebenarnya tanpa menutupi atau mengurangi informasi
yang ada. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif, dan objektif untuk

7
memfasilitasi pemahaman materi yang ada dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya saat menjalani
keperawatan.
 Kasus Confidentiality

Di rumah sakit A, sorang perawat sesuai instruksi Dokter untuk mendampingi dokter
untuk melakukan tindakan visum pasien tewas akibat di bunuh. Pada dasarnya setiap profesi
memiliki tanggung jawab dan etika yang selalu di junjung dala melayani masyarakat dan tdk
terkecuali perawat. Untuk menjamin kerahasiaan antara pasien dan perawat.

Tanggapan

Pendapat saya terhadap kasus di atas yaitu, tindakan perawat itu sudah benar, jika ada
surat perintah atau instruksi dokter ataupun lainnya. Perawat berwenang melakukan visum
sesuai yang di instruksikan. Tetapi perawat setelah melakukan tindakan identifikasi visum
pasien, data-data atau informasi harus tersimpan dan menjaga secara akurat.

 Kasus Fidelity

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Perawat harus bersifat care, tidak
boleh melakukan hal yang menyinggung pasien ataupuun membuat pasien kecewa. Ada
kasus pasien mengeluh dadanya nyeri dan pernafasannya sesak. Tetapi, perawat
menganjurkan agar pasien menunggu perawat yang akan memeriksanya, karena jam si
perawat sudah habis dan waktunya untuk pulang.

Tanggapan

Menurut saya, tindakan perawat itu salah karena lebih mementingkan jam pulangnya
ketimbang kondisi pasiennya yang mengeluhkan dadanya nyeri dan pernafasannya sesak.
Sebagai profesi dan menempati komitmen dan memberikan pelayanan baik, seharusnya
perawat melakukan tindakan untuk memeriksa keadaan pasien yang mengeluhkan dadanya
nyeri dan pernafasannya sesak.

Anda mungkin juga menyukai