METODE PENELITIAN
Studi Literatur
Survey Lokasi
Pengumpulan Data
Kesimpulandan Saran
Selesai
10
11
Persamaan Gumbel:
S
X T =X + Y −Yn )
Sn ( T Persamaan (3.1)
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
t
R
I= mm/ jam
t Persamaan (3.2)
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
Rt = Curah hujan maksimum (mm)
mempunyai distribusi yang simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam
dan durasi hujan dari 1 jam sampai 24 jam. (Susilowati, 2010)
11300t X T
R=
√ .
t+3,12 100 Persamaan (3.3)
11300t R1
R=
√ .
t+3,12 100
1218 . t+59
R1 =X T
( X T (1−t )+1272t )
Persamaan (3.4)
Keterangan:
T = Durasi Hujan (menit)
R, Rt = Curah Hujan Menurut Hasper Weduwen
Xt = Curah Hujan Harian Maksimum yang Terpilih, (mm/24 jam)
16
a
I=
t+b
Persamaan (3.5)
keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam),
t = lamanya hujan (jam),
a dan b = konstanta.
a=¿ ¿
b=¿ ¿ Persamaan (3.6)
Air hujan yang jatuh didaerah catchment area pasti nantinya akan masuk
kedalam saluran primer, sekunder atau tersier.
Saluran Primer
Saluran yang menerima masukan aliran air dari saluran – saluran
sekunder. Saluran primer biasanya berukuran besar karena letaknya paling
hilir atau paling akhir. Selain itu saluran primer langsung menuju ke badan
air. (Ir. Suripin, 2004)
18
Saluran Sekunder
Saluran yang biasanya menerima air masukan dari saluran-saluran tersier,
dan meneruskan air tersebut ke saluran primer. (Ir. Suripin, 2004)
Saluran Tersier
Saluran drainase yang langsung menerima air buangan dari rumah-rumah,
umumnya saluran tersier ini terletak di kiri-kanan jalan perumahan. (Ir.
Suripin, 2004)
19
Slope atau yang biasa disebut elevasi adalah kemiringan dalam muka tanah
yang mana berfungsi untuk membantu pengaliran dari titik tertinggi ke titik
terendah pada suatu daerah. Biasanya elevasi ini digunakan dalam merencanakan
pembuatan saluran drainase atau saluran air limbah. Dengan adanya slope atau
kemiringan ini maka pembuatan drainase dapat menjadi mudah karena metode
yang digunakan biasanya menggunakan metode gravitasi.
Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat
ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan
pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk
volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik (m3/dt). (Acep, 2011)
Faktor Penentu Debit Air :
• Intensitas hujan
• Penggundulan Hutan
21
V=QxT
Persamaan (3.7)
Keterangan:
V = Volume (m3)
Q = Debit (m3/s)
T = Waktu (s)
Q − Fx K x T
H= (1 - e π x R )
2
Persamaan (3.8)
F xk
22
Keterangan:
2
2 π x (L+ R)
F= 3 Persamaan (3.9)
ln¿ ¿ ¿
untuk sistem pengaliran air secara gravitasi. Digunakannya sistem gravitasi untuk
penghematan biaya operasi dan penggunaan pompa.
Pada perencanaan pengelolaan drainase diperlukan Petunjuk Teknis dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum untuk acuan pengolahan. Dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum nomor 12 Tahun 2014 bahwasanya disebutkan dalam
pasal 1 ayat 2 “Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan adalah upaya
merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengoperasikan, memelihara,
memantau, dan mengevaluasi sistem fisik dan non fisik drainase perkotaan”.
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan dua cara, yaitu Data
Primer dan Data Sekunder.
Saluran berpenampang trapesium.
Berkaitan dengan sumur resapan ini juga terdapat SNI No: 03- 2453-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan. Standar ini menetapkan cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan termasuk persyaratan umum dan teknis mengenai batas
muka air tanah, nilai permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan, perhitungan
dan penentuan sumur resapan air hujan. Air hujan ditampung dan diresapkan pada
sumur resapan dari bidang tadah (zona tangkapan air hujan).Persyaratan umum
yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:
Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar,
Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar,
Fungsi lain dari kolam retensi adalah sebagai pengendali banjir dan
penyalur air pengolahan limbah, kolam retensi dibangun untuk menampung dan
mengolah air limbah sebelum dibuang dan pendukung waduk/bendungan, kolam
retensi dibangun untuk mempermudah pemeliharaan dan penjernihan air waduk
karena jauh lebih mudah dan murah menjernihkan air di kolam retensi yang kecil
sebelum dialirkan ke waduk dibanding dengan menguras/menjernihkan air waduk
itu sendiri.
Kolam retensi memiliki berbagai tipe, seperti:
Kelengkapan sistem dari kolam retensi tipe ini adalah saluran yang lebar
dan dalam serta cek dam atau bendung setempat. Tipe ini digunakan apabila lahan
tidak tersedia sehingga harus mengoptimalkan saluran drainase yang ada.
Kelemahan dari tipe ini adalah kapasitasnya terbatas, menunggu aliran air yang
ada dan pelaksanaannya lebih sulit.Ukuran ideal suatu kolam retensi adalah
dengan perbandingan panjang/lebar lebih besar dari 2:1. Sedang dua kutub aliran
masuk (inlet) dan keluar (outlet) terletak kira-kira di ujung kolam berbentuk bulat
telor itulah terdapat kedua ”mulut” masuk dan keluarnya (aliran) air. Keuntungan
yang diperoleh adalah bahwa dengan bentuk kolam yang memanjang semacam
31
itu, ternyata sedimen relatif lebih cepat mengendap dan interaksi antar kehidupan
(proses aktivitas biologis) di dalamnya juga menjadi lebih aktif karena
terbentuknya air yang ’terus bergerak, namun tetap dalam kondisi tenang, pada
saatnya tanaman dapat pula menstabilkan dinding kolam dan mendapat makanan
(nutrient) yang larut dalam air. (Gilang, 2012)