Anda di halaman 1dari 7

Konferensi Nasional Inovasi Lingkungan- FTSP UII 2019

[A001]
PENGARUH PERSEPSI DAN PARTISIPASI SANTRI TERHADAP
KONSEP ECO-PESANTREN DI PONDOK PESANTREN Al- FALAHIYYAH
DAN ASWAJA NUSANTARA KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA
Deni Sedyatama1,*, Davien Satriya H1, Nelly Marlina1, Fina Binazir Maziya1
1
Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

*Email: denisedyatama@gmail.com

ABSTRAK
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menjadi perhatian masyarakat akibat
keterlibatan aktif dalam kontribusi ke masyarakat salah satunya peran kader santri yang dapat
menjawab tantangan agama dan lingkungan. Pondok Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja
Nusantara merupakan sebagian kecil pondok pesantren di Indonesia yang berada di kompleks
pondok pesantren di dusun Mlangi, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai tingkat hubungan antara persepsi dan partisipasi santri dalam konsep Eco-
pesantren yang membahas kurikulum dan kebijakan pondok pesantren di Pondok Pesantren Al-
Falahiyyah dan Aswaja Nusantara. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
dengan mengumpulkan data melalui studi literatur, penyebaran kuisioner, dan wawancara dengan
pimpinan pondok pesantren yang diolah dengan metode perhitungan korelasi Pearson dan Teknik
Alpha Cronbach. Hasil yang didapat dari studi ini bahwa implementasi Eco - Pesantren di Pondok
Pesantren Al-Falahiyyah menunjukkan korelasi cukup dan Pondok Pesantren Aswaja Nusantara
menunjukkan korelasi kuat pada partisipasi dan persepsi terhadap kegiatan pelestarian
lingkungan. Namun, pada aspek kebijakan dan kurikulum pondok pesantren yang dikaitkan dengan
reabilitas menggunakan Teknik Alpha Cronbach harus memenuhi sebesar ≥ 90 %. tentang nilai –
nilai dasar dari pelestarian lingkungan untuk Pondok Pesantren Al-Falahiyyah sebesar 53,85 %
dan Pondok Pesantren Aswaja Nusantara hanya sebesar 46,15% yang menunjukkan bahwa Pondok
Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara belum menerapkan konsep Eco-pesantren.

Kata kunci: Alpha Cronbach, eco-pesantren, partisipasi, persepsi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemukiman yang dibangun bergantung pada pola masyarakat sendiri dimana telah
disesuaikan dengan kondisi suatu lingkungan dari kawasan tersebut akibatnya dari kegiatan yang
dilakukan menghasilkan limbah (Lestari et al., 2013). Kegiatan yang menghasilkan limbah erat
kaitannya dengan sanitasi. Sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksud untuk
pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial, ekonomi,
budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Dalam peningkatan sanitasi lingkungan diperlukan

1
Konferensi Nasional Inovasi Lingkungan- FTSP UII 2019

peran serta institusi pendidikan yang berperan dalam membentuk karakter anak bangsa, salah
satunya institusi pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam swadaya masyarakat yang
mandiri dalam perannya juga dapat memberikan kontribusi penting terhadap peningkatan sanitasi
lingkungan. Salah satu upaya dan usaha peningkatan sanitasi lingkungan di pondok pesantren
adalah dengan menerapkan konsep Eco-pesantren. Konsep Eco-pesantren diterapkan di pondok
pesantren dengan tujuan untuk dapat menunjukkan kontribusi atau partispasinya pada pelestarian
atau konservasi lingkungan (Mangunjaya, 2014). Konsep Eco pesantren mencakup 13 kriteria yang
ditujukan pada kebijakan dan kurikulum di pondok pesantren. Penerapan Eco-pesantren tidak lepas
dari peran serta santri dan pengelola pesantren yang akan dikaji berdasarkan kebijakan, persepsi dan
partisipasi di pondok pesantren (Nawawi et al., 2017). Maka penelitian ini bertujuan untuk menilai
tingkat hubungan antara persepsi dan partisipasi santri dalam konsep Eco-pesantren yang
membahas kurikulum dan kebijakan pondok pesantren di Pondok Pesantren Al-Falahiyyah dan
Aswaja Nusantara.
Pondok Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara merupakan sebagian kecil
pondok pesantren di Indonesia yang berada di kompleks pondok pesantren di dusun Mlangi, Desa
Nogotirto, Kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pondok pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja
Nusantara saat ini tengah mengalami beberapa permasalahan sanitasi dan perlu dikajinya penerapan
konsep Eco-pesantren sebagaimana pondok pesantren dikunjungi oleh pelajar yang berasal dari
Amerika untuk mengikuti keseharian kegiatan pesantren dalam rangkaian Teologi Asian Youth
dimana hal ini menunjukkan adanya kontribusi besar pondok pesantren ini di lingkungan dusun
Mlangi. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian terkait pengaruh penerapan konsep Eco-Pesantren
yang tertuju pada kebijakan, kurikulum serta persepsi dan partisipasi santri terhadap kegiatan
pelestarian lingkungan guna mengurangi bahkan mencegah permasalahan sanitasi di Pondok
Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara.

METODE PENELITIAN
Berikut ini tahapan pekerjan dalam menganalisa penilaian penerapan Eco-pesantren di
pondok pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara, sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Penentuan metode dalam penilaian penerapan Eco-Pesantren memiliki beberapa referensi
terdahulu. Salah satunya berkenaan dengan jenis penilitian kualitatif berupa pengumpulan data
observasi, dokumentasi, dan wawancara langsung dengan pengurus / pimpinan pondok pesantren.
Ponpes masuk dalam kategori Eco-Pesantren dilihat dari aspek kebijakan pondok berupa
pengembangan kurikulum lingkungan hidup berbasis Islam.
2. Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada pengelola pondok
pesantren berkaitan dengan kebijakan dan kurikulum bersamaan dengan penyebaran kuisioner
kepada seluruh santri mengenai persepsi mereka terhadap Eco – Pesantren, dan partisipasi yang
telah disesuaikan dengan kebijakan pondok pensantren. Pengumpulan data sekunder berkenaan
dengan dokumen pendukung data primer yang diambil dari lembaga yang terkait, berupa jumlah
santri, data sarana prasarana sanitasi, dan dokumen tertulis dari pondok pesantren terkait kebijakan
dan kurikulum yang dibuat.

2
Konferensi Nasional Inovasi Lingkungan- FTSP UII 2019

3. Analisa Data
Metode yang digunakan berupa penilaian berbentuk persentase dan pembanding deskriptif
yang menjelaskan kriteria/indikator konsep Eco-Pesantren dalam pelaksanaannya yang telah
diterapkan di pondok Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara. Penjelasan penilaian akan
dirinci sesuai dengan kebijakan yang telah diterapkan di Pondok Pesantren berdasarkan kuesioner
dan data sekunder berupa, visi misi, jadwal kegiatan dan peraturan yang diterapkan. Dari hasil nilai
persentase yang diperoleh jika nilai persentase ≥90% berdasarkan teknik penentuan reliable secara
Alpha Cronbach maka, pesantren sudah dapat dikatakan melakukan penerapan Eco-Pesantren serta
dilihat pula korelasi yang terkait antara persepsi dan partisipasi santri terhadap kegiatan pelestarian
lingkungan yang mempengaruhi terlaksananya kebijakan di pondok pesantren Al-Falahiyyah dan
Aswaja Nusantara
Berikut ini rumus untuk menentukan nilai Alpha Cronbach baik untuk hasil kebijakan dan
kurikulum serta persepsi dan partisipasi santri terhadap kegiatan pelestarian lingkungan.


( )( ) ...................................................................................................................... (1)

Dimana:
r = reliabilitas
n = jumlah pertanyaan
∑ = jumlah varians butir
= varians total (Hair et al., 1998)

Korelasi Pearson digunakan untuk menunjukkan hubungan atau korelasi antara persepsi dan
partisipasi santri terhadap kegiatan pelestarian lingkungan. Korelasi Pearson dirumuskan sebagai
berikut:
n xy- x y
∑ ∑ ) ) ∑ ∑ ) )
..........................................................................................................
(2)

rXY= Indeks konsistensi internal untuk item


n = Jumlah seluruh siswa yang dikenai kuesioner
X = Skor untuk item
Y = Skor total (Riduwan dan Sunarto, 2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kebijakan dan Kurikulum Pondok Pesantren
Pendidikan di sebuah pondok pesantren dapat menjadi pilar dalam pembentukan karakter
dari santri yang menerapkan norma di dalamnya. Proses pembentukan karakter itu, terbentuk dari
sebuah dasar dibentuknya sebuah lembaga. Oleh karena itu, kebijakan yang telah ditetapkan
merupakan bentuk transformasi dari pembentukan karakter dalam mengimplementasi pola pikir dan
mengamalkan hal yang telah dipelajari. Penilaian konsep Eco-pesantren terhadap kebijakan dan
kurikulum pondok pesantren ramah lingkungan mencakup 13 (tiga belas) kriteria penilaian yang
diajukan ke pihak pengelola Pondok Pesantren Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara
antara lain (Nawawi et al., 2017):

3
Konferensi Nasional Inovasi Lingkungan- FTSP UII 2019

1. Visi dan Misi telah menerapkan ramah lingkungan


2. Telah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang lingkungan
hidup
3. Telah menjaga kebersihan di lingkungan pesantren secara mandiri oleh santri
4. Menerapkan model pembelajaran yang terintegrasi
5. Menerapkan metode belajar terkait lingkungan berbasis Islam
6. Melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan isu lingkungan
7. Mengadakan kegiatan tadabbur alam
8. Telah berperan aktif dalam kegiatan aksi lingkungan
9. Membangun kemitraan dengan lembaga terkait lingkungan hidup
10.Telah menjadikan sarana dan prasaran pondok pesantren sebagai Pendidikan
lingkungan hidup
11.Aktif di dalam maupun di luar dalam melakukan pengelolaan lingkungan
12.Terdapat pengelolaan sampah yang terus berlangsung
13.Konservasi tumbuhan dalam menciptakan hutan mini ataupun hutan mini

Hasil pengolahan data yang didapat, berkenaan dengan aspek kebijakan dan kurikulum,
Pondok Pesantren Al – Falahiyyah memperoleh jawaban sebanyak 7 (tujuh) dari 13 (tiga belas)
kriteria yang memenuhi atau dengan presentase 53,85 %, sedangkan Pondok Pesantren Aswaja
Nusantara diperoleh hasil jawaban 6 (enam) yang memenuhi dari 13 (tiga belas) butir penilaian
yang diajukan dengan persentase 46,15% yang keduanya masuk pada range 0,400-0,599 (agak
rendah). Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan Teknik Alpha Cronbach yaitu sebesar
≥90% yang harus dipenuhi untuk membuktikan telah menerapkan Eco-pesantren, maka Pondok
Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara belum memenuhi indikator implementasi Eco-
pesantren dari penilaian kebijakan dan kurikulum pondok pesantren ramah lingkungan.
2. Persepsi Santri terhadap Kebijakan Pondok Pesantren
Persepsi tidak lain merupakan proyeksi dari komunikasi suatu orang terhadap dirinya
sendiri yang menggerakkan mereka dalam berpikir dan bertindak terhadap apa yang dikehendaki
kepada orang lain (Septiana, 2010). Menurut Sugiyanto (1996) persepsi merupakan proses kognitif
dan afektif yang dialami setiap orang dalam memahami tentang lingkungannya melalui indera yang
dapat mempengaruhi perilakunya. Bentuk persepsi santri dalam hal ini menyangkut pandangan
santri dalam pengelolaan lingkungan hidup dari kriteria kebijakan yang telah dijabarkan. Hasil
persepsi santri terhadap kebijakan di pondok pesantren terlihat pada Gambar 1.
Secara keseluruhan jawaban responden mengenai persepsi terhadap kebijakan dan
kurikulum tentang pelestarian lingkungan di Pondok Pesantren Al – Falahiyyah mengindikasikan
secara kognitif bahwa sebanyak 57,14% responden termasuk dalam kategori tinggi, 32,14%
responden dalam kategori sedang, dan sebanyak 10,71% responden termasuk dalam kategori
rendah, sedangkan di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara menunjukkan responden sebanyak
55,17% responden termasuk kategori sedang, 13,79% termasuk ke dalam kategori rendah dan
sebanyak 31,03% termasuk ke dalam kategori tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa secara kognitif dan secara afektif, sebagian responden
mengetahui dan merasa akan pentingnya pengadaan upaya pengeloaan lingkungan hidup di pondok
pesantren. Dapat dikatakan bahwa ada atau tidak adanya kebijakan di pondok pesantren menjadi
acuan santri mau melakukan atau tidaknya suatu kegiatan dalam bidang lingkungan sesuai dengan
pernyataan Van dan Hawkins (1999), mengatakan bahwa persepsi adalah proses menerima
informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis.

4
Konferensi Nasional Inovasi Lingkungan- FTSP UII 2019

3. Partisipasi Santri Terhadap Pelestarian Lingkungan


Partisipasi berkenaan dengan sebuah proses aktif dimana penerima keuntungan
mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek ketimbang hanya menerima hasil dari keuntungan
proyek tersebut. Dengan kata lain partisipasi tidak hanya sebagai keikutsertaan saja melainkan
adanya pembangunan kesadaran kritis melalui proses aktif seseorang atau komunitas sehingga
mengerti arti dari keterlibatannya dalam proyek tersebut (Nasdian, 2006). Hasil partisipasi santri
terhadap pelestarian lingkungan di pondok pesantren terlihat pada Gambar 2.

[CATEG Tinggi
Rendah
ORY (12-16)
(5-9),
NAME] [PERCEN
[PERCEN
[PERC… TAGE]
[CATEG TAGE]
ORY [CATEG
ORY Sedang
NAME] (8-11),
[PERC… NAME]
[PERC… [PERCEN
TAGE]

(a) Al – Falahiyyah (b) Aswaja Nusantara

Gambar 1 Frekuensi Persepsi Santri Terhadap Kebijakan Pesantren

Tinggi Rendah
Tinggi
(18-21) (10-13)
(18-23)
[PERCE [PERCE
[PERCEN
NTAGE] NTAGE]
TAGE] Rendah
(7-12)
Sedang [PERCEN
Sedang (13-17) TAGE]
(14-17) [PERCEN
[PERCE TAGE]
NTAGE]

(a) Al Falahiyyah (b) Aswaja Nusantara


Gambar 2 Frekuensi Partisipasi Santri Terhadap Pelestarian Lingkungan

Secara keseluruhan responden partisipasi terhadap pelestarian lingkungan di Pondok


Pesantren Al Falahiyyah termasuk ke dalam kategori sedang sebesar 50% dan Aswaja Nusantara
termasuk ke dalam kategori rendah yang mendominasi sebesar 52%. Munculnya sikap partisipasi
santri yang rendah menunjukkan kurangnya kesadaran dan pengetahuan terkait pentingnya dalam
melestarikan lingkungan didukung pula dengan tidak adanya kebijakan ataupun sarana dan
prasarana yang mendukung dalam kegiatan yang bergerak pada pelestarian lingkungan.
Keterlibatan aktif santri dalam kegiatan santri selain akibat tidak adanya kebijakan di pondok
pesantren juga disebabkan karena tidak disertai dengan rasa kebutuhan, sehingga tidak muncul
kesadaran kritis. Sesuai dengan pernyataan Nasdian (2006) bahwa partisipasi merupakan proses

5
Konferensi Nasional Inovasi Lingkungan- FTSP UII 2019

aktif, inisiatif, diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri,
dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif.
4. Hubungan Persepsi dengan Partisipasi Santri Terhadap Pelestarian Lingkungan
Pengujian signifikan untuk menilai hubungan persepsi dengan partisipasi valid atau tidak,
diperoleh dengan perbandingan nilai r hitung. Apabila r hitung lebih besar dari 5% (0,05), maka
pernyataan tersebut valid (Arikunto, 2010). Dari hasil uji korelasi dengan rumus Pearson didapatkan
hasil 0,30 untuk pesantren Al-Falahiyyah dan 0,514 untuk pesantren Aswaja Nusantara dimana
hasil berada ≥0,05. Berdasarkan interval pengkategorisasi korelasi pearson dengan rentang nilai
koefisien 0,25-0,50 menunjukkan kategori cukup sedangkan 0,50-0,75, menunjukan bahwa r hitung
yang diperoleh, masuk ke dalam kategori kekuatan hubungan korelasi kuat. Hasil korelasi positif
yang membuktikan bahwa hubungan persepsi dan partisipasi saling berkaitan dimana dapat
mempengaruhi konsep Eco-pesantren terlaksana. Dalam pernyataan Harper (2008), keyakinan
tentang pemikiran dan tindakan yang menghubungkan antara agama dan lingkungan disebut dengan
ecotheology atau kadang disebut ecospritualism dimana Eco-pesantren berarti sebuah institusi
pendidikan Islam yang mempunyai kepedulian pada aktivitas yang tanggap terhadap lingkungan
dan memerlukan keterlibatan dari pihak di dalam institusi tersebut untuk tanggap pula akan
kepedulian lingkungan.
5. Keterkaitan ketiga Aspek Eco-Pesantren
Berdasarkan hasil perhitungan statistika, menyatakan bahwa tingkat persepsi santri di
Pondok Pesantren Al Falahiyyah dalam menangani permasalahan lingkungan paling banyak berada
pada kategori tinggi sebesar 57,14%, namun setelah ditelusuri lagi menggunakan Teknik Alpha
Cronbach, nilai reabilitas aspek persepsi hanya sebatas 53,80% (0,400-0,599) yang termasuk dalam
rentang agak rendah. Begitu juga dengan aspek partisipasi yang paling banyak berada di kategori
sedang sebesar 50%, memiliki nilai reabilitas sebatas 41,70% (0,400-0,599) yang juga termasuk
dalam rentang agak rendah. Sedangkan di Pondok Pesantren Aswaja Nusantara tingkat persepsi
santri berada pada kategori sedang sebesar 55,17% dan hanya sebesar 31,07% berada pada kategori
tinggi yang seharusnya kategori tinggi harus memenuhi nilai reliabilitas menggunakan Teknik
Alpha Cronbach, nilai reabilitas aspek persepsi sebesar 0,53 (0,400-0,599) yang termasuk dalam
rentang agak rendah. Begitu juga dengan aspek partisipasi yang paling banyak berada di kategori
rendah sebesar 51,72% dan hanya sebesar 13,79% berada pada kategori tinggi, memiliki nilai
reabilitas sebesar 0,79 (0,600-0,799) yang termasuk dalam tinggi.
Nilai realibilitas agak rendah pada persepsi dan partisipasi menunjukan bahwa terjadi
ketidaksesuaian antara jawaban santri berkenaan dengan kebijakan dan kurikulum yang diterapkan
pondok pesantren. Hal itu terbukti dari aspek kebijakan dan kurikulum pondok pesantren baik di
Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara, dimana penanaman nilai – nilai dasar dari pelestarian
lingkungan hanya mencapai 53,85 % dan 46,15% yang seharusnya memenuhi sebesar ≥ 90 %.
Faktor yang mempengaruhi jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan terkait persepsi
dan partisipasi santri terhadap kebijakan dalam konsep Eco-pesantren salah satunya dikarenakan
oleh derajat atau tingkat pendidikan. Dalam teori Lawrence Green dikatakan bahwa pendidikan
mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi jawaban dan perilaku seseorang karena melalui
pendidikan manusia akan mengetahui dan sadar akan pengaruh lingkungan dan dampak yang
ditimbulkan dari sikap dan perilaku yang diperbuatnya (Notoatmodjo, 2003).

6
Konferensi Nasional Inovasi Lingkungan- FTSP UII 2019

SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Pondok Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara dalam penilaian pengaruh
persepsi dan partisipasi santri terhadap konsep Eco-pesantren menunjukkan adanya hubungan yang
memiliki korelasi cukup kuat berdasarkan korelasi Pearson yaitu sebesar 0,30 dan 0,514. Tetapi
realibilitas yang diperoleh berdasarkan Teknik Alpha Cronbach nilai yang diperoleh cukup rendah
baik untuk persepsi maupun partisipasi serta kebijakan yang hanya sebesar 53,85% dan 46,15%
yang seharusnya memenuhi sebesar 90% dalam penanaman nilai-nilai dasar dari pelestarian
lingkungan.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut Pondok Pesantren Al-Falahiyyah dan Aswaja Nusantara
perlu melakukan perombakan terkait kebijakan serta kurikulum pembelajaran tentang pelestarian
lingkungan hidup melalui sosialisasi dan kemitraan kerja di bidang lingkungan guna mencapai
terealisasinya penerapan Eco-pesantren serta meningkatkan kepedulian dan kesadaran santri akan
pentingnya pelestarian lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Ban AWV, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Hair JFJ, Anderson RE, Tatham RL, Black WC. 1998. Multivariate Data Analysis, 5th edition. New
Jersey: Upper Saddle River.
Harper CL. 2008. Religion and Environmentalism. Journal Of Religion And Society, 3(1): 5-26.
Lestari, Puji, Indri H, Kismanto J. 2013. Gambaran tentang Sanitasi Rumah di Dusun Kebonsari
Kelurahan Kacangan. Surakarta: STIKe.
Mangunjaya FM. 2014. Ekopesantren (Bagaimana Merancang Pesantren Ramah Lingkungan?).
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nasdian FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Modul Kuliah. Bagian
Sosiologi Pedesaan dan Pengembangan Masyarakat. Bogor: Departemen Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Nawawi, Gunawtati D, Sunarto. 2017. Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Melalui Program
Eco-Pesantren Di Pondok Pesantren Nurul Haramain Nw Narmada Kabupaten Lombok
Barat. Surakarta: UNS.
Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan, Sunarto. 2011. Pengantar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Septiana, 2010. Partisipasi Santri dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup di Pesantren
Pertanian Darul Fallah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bogor:
IPB
Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan
Masyarakat Pedesaan Bogor. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai