Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PNEUMONIA

DOSEN PEMBIMBING

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

1. DIAH TRIBUANESWARI TOPAYUNG (C1914201020)


2. ENJULINSYA PAYUNG (C1914201021)
3. FESTINAWATI LEMBANG BULAWAN ( C1914201022)
4. FILSIANUS ALDY SUSANTO (C1914201023)
5. FREDERIKA KAMUMU (C1914201024)
6. HERZA DWI CHAYANI (C1914201026)
7. HERLINA YANI (C1914201025)
8. HILMAN ANGARA RAHMAN DJAILANI (C1914201027)
9. INDAH WINARIA RAKA (C1914201028)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


TINGKAT II SEMESTER 1 TAHUN AJARAN 2019/2020
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami sajikan ini bentuknya masih sederhana dan jauh dari kata
sempurna karena pengetahuan yang kami miliki sangatlah terbatas . Disamping itu juga kami
berharap agar Ibu ELMIANA BL.,Ns,M.Kes sebagai dosen mata kuliah KMB1 , kiranya sudi untuk
memberikan kritik ataupun saran yang membangun demi perbaikan makalah ini untuk menjadi lebih
baik .

Demikianlah sepatah kata pengantar yang bisa kelompok kami sampaikan dan bila ada hal yang
kurang berkenan, kami meminta maaf sebesar besarnya. Atas perhatian dan tanggapan dari bapak
kami ucapkan terimah kasih. 

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................

C. TUJUAN.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

A. Defenisi pneumonia……………………………………………………………………
B. Etiologi Pneumonia……………………………………………………………………
C. Klasifikasi pneumonia…………………………………………………………………
D. Manifestasi Klinis……………………………………………………………………..
E. Faktor resiko…………………………………………………………………………..
F. Patogenesis……………………………………………………………………………
G. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………………
H. Penatalaksanaan……………………………………………………………………….
I. Patoflowdiagram………………………………………………………………………
J. Konsep Dasar Keperawatan…………………………………………………………..

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. KESIMPULAN.......................................................................................................
B. SARAN…................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka kematian tinggi
baik di negara berkembang maupun di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan
negara-negara Eropa. Di Amerika, terdapat dua juta kasus penyakit pneumonia per tahun
dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S.A. Price, 2005). Di Indonesia pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberculosis. Faktor
sosial ekonomi yang ren dah mempertinggi angka kematia.

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
kematian pada anak.

Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikroplasma. Gejala pneumonia itu sendiri adalah demam, sesak napas, nadi cepat, dahak
berwarna hijau atau seperti karet, serta gambar hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada
bagian paru. Kepadatan ini terjadi karena paru dipenuhi cairan yang merupakan reaksi tubuh
dalam upaya mematikan bakteri, akibatnya fungsi paru akan terganggu, dan penderita
mengalami kesulitan bernafas karena tidak tersisa ruang untuk oksigen (Jeremy, 2007). Pada
umumya pneumonia menginfeksi jaringan paru dan terjadi khususnya pada anak. Pneumonia
seringkali timbul bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus yang biasanya disebut
dengan bronchophneumonia. Gejalah terjadinya penyakit pneumonia adalah nafas yang cepat
dan juga sesak karena paru-paru meradang secara mendadak yang disebabkan oleh bakteri
streptococcus pneumoniae. Gejalanya tersebut dapat terjadi pada orang dewasa tanpa
kelainan imunitas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia
didapati adanya salah satu atau lebih penyakit dasar yang menggangu daya tahan tubuh.

Diagnosis pneumonia selain dilakukan dengan anamnesis juga harus dilakukan


dengan pemeriksaan bakteriologi yang terdiri dari pewarnaan gram dengan pemeriksaan
kultur. Pemeriksaan bakteriologi menggunakan sputum dilakukan dengan membedakan
bakteri Streptococcus pneumonia sebagai bakteri penyebab penyakit pneumonia dengan
bakteri Streptococcus viridans yang juga sebagai bakteri baik yang ada di dalam paru.

Pemeriksaan kultur atau yang disebut juga dengan biakan dalam penegakan diagnosis
membutuhkan waktu yang relatif cukup lama. Apabila diadakan pemeriksaan rutin dengan
jumlah pasien yang relatif banyak maka dibutuhkan suatu sistem penunjang yang mampu
mempersingkat waktu pemeriksaan. Alasan efisiensi waktu yang mendasari peneliti untuk
membangun suatu sistem deteksi bakteri Streptococcus pneumoniaepada penyakit pneumonia
berbasis jaringan syaraf tiruan yang berguna dalam mempersingkat waktu dan biaya sehingga
mudah dijangkau oleh kalangan umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi pneumonia?
2. Tuliskan etiologi pneumonia?
3. Tuliskan klasifikasi pneumonia?
4. Tuliskan manifestasi klinis pneumonia?
5. Tuliskan faktor resiko pneumonia?
6. Tuliskan patogenesis pneumonia?
7. Tuliskan pemeriksaan diagnostik pneumonia?
8. Tuliskan penatalaksanaan pneumonia?
9. Tuliskan patoflowdiagram pneumonia?
10. Tuliskan konsep dasar keperawatan mulai dari pengkajian, diagnose, intervensi dan
rasionalnya beserta penggunaan pola Gordon pada penyakit pneumonia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu mengetahui apa defenisi pneumonia
2. Mampu mengetahui etiologi pneumonia
3. Mampu mengetahui klasifikasi pneumonia
4. Mampu mengetahui manifestasi klinis pneumonia
5. Mampu mengetahui faktor resiko pneumonia
6. Mampu mengetahui patogenesis pneumonia
7. Mampu mengetahui pemeriksaan diagnostic pneumonia
8. Mampu mengetahui penatalaksanaan pneumonia
9. Mampu mengetahui patoflowdiagram pneumonia
10. Mampu mengetahui konsep dasar keperawatan mulai dari pengkajian, diagnose,
intervensi dan rasionalnya beserta penggunaan pola Gordon pada penyakit pneumonia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi pneumonia

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bahwa akut (ISNBA) (Sylvia A.price). dengan gejala
batuk disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru disertai eksudasi
dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis. Mereka yang berisiko
mengalami pneumonia sering kali menderita penyakit kronis utama, penyakit akut berat,
sistem imun yang tertekan karena penyakit atau medikasi, imobilitas, dan faktor lain yang
mengganggu mekanisme perlindungan paru normal. Lansia juga berisiko tinggi.

B. Etiologi Pneumonia

Penyebab infeksi terjadi melalu droplet dan sering disebabkan oleh streptococus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureussedangkan pada pemakaian
ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan pada masa kini terjadi perubahan keadaan
pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, populasi lingkungan, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan, jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu:

 Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokoccus hemolyticus,


streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkulosis, bacillus
friedlander.
 Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, virus sitomegalitik, virus influenza.
 Mycoplasma pneumonia
 Jamur : Histoplasma capsulatum, crytococcus neuroformans, blastomyces dermatitides,
coccidodiesnimmitis, aspergilus species, candida albicans.
 Aspirasi : Makanan , kerosesene ( bensin, minyak tanah ), cairan amnion, benda asing.
 6Pneumonia hipostatik.
 Sindrom loeffler.

C. Klasifikasia
a. Klasifikasi berdasarkan anatomi dan etiologi
Terdapat beberapa pembagian pneumonia, tetapi yang seringdigunakan adalah
pembagian secara anatomis dan etiologis. Secaraanatomi pembagian pneumonia adalah
pneumonia lobaris, pneumonialobularis ( bronkopneumonia ), dan pneumonia interstitialis
(bronkiolotis ). Pembagian etiologis meliputi bakteri (Diplococcuspneumoniae,
Pneumococcus, Streptococcus hemolitycus, Streptococcusaureus, Haemophylus infleunzae,
Bacillus Friedlander, danMycobacterium tuberculosis), virus ( RSV, adenovirus, virus
influenza,dan virus sitomegalik ),Mycoplasma pneumoniae, jamur (Histoplasmacapsulatum,
Cryptococcus neoformans, Blastomyces dermatitides,Coccidioides immitis, Aspergilus
species, danCandida albicans),aspirasi ( makanan, cairan amnion, benda asing ), pneumonia
hipostatik,sindrom Loeffler. Etiolgi pneumonia sulit dibedakan secara klinis biasa,sehingga
untuk menentukan terapi sangat diperlukan pengetahuantentang penyakitnya ( pembagian
etiologis ) daripada pembagiananatomis.
b. Klasifikasi berdasarkan MTBSM
Menurut buku bagan MTBS terdapat tiga klasifikasi pneumonia,dengan kriteria
yaitupneumonia berat atau penyakit sangat berat,gejalanya meliputi ada tanda bahaya umum (
muntah, kejang, letargis )atau tarikan dinding dada kedalam atau stridor. Pneumonia,
gejalanyameliputi nafas cepat, serta batuk bukan pneumonia yaitu tidak ada tanda–tanda
pneumonia atau penyakit sangat berat.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi pneumonia yang terjadi pada anak adalah antara ringanhingga sedang,
sehingga tidak perlu perawatandi rumah sakit, hanya rawatjalan saja. Pneumonia yang
memerlukan perawatan di rumah sakit adalahpneumonia yang berat, mengancam kehidupan
dan terdapat komplikasi.Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi gambaran klinis
pneumoniapada anak adalah immunologik, imaturitas anatomik, mikroorganismepenyebab
yang luas, gejala klinis yang tidak khas terutama pada bayi,terbatasnya penggunaan prosedur
diagnostik invasif, dan faktorpatogenesis. Gambaran klinis pneumonia pada anak tergantung
pada berat–ringannya infeksi. Gejala infeksi umum meliputi demam, sakit kepala,malaise,
turunnya nafsu makan, mual, muntah atau diare. Gejala gangguanrespiratori, yaitu batuk,
sesak nafas, retraksi dada, takipnea, nafas cupinghidung, merintih, dan sianosis. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukanpekak perkusi, suara nafas yang melemah, ronkhi,
sedangkan pada perkusidan auskultasi neonatus umumnya tidak terjadi kelainan karena gejala
dantanda yang beragam dan tidak jelas
E. Faktor resiko

Faktor resiko terjadinya pneumoniaadalah malnutrisi ( z–score <-2 SD ), berat badan


lahir rendah, ( < 2500 gram ), ASI non eksklusif (selama 4 bulan pertama kehidupan ),
kurangnya imunisasi campak ( dalamwaktu 12 bulan pertama kehidupan ), polusi udara di
dalam rumah,kepadatan rumah, orang tua merokok, kelembaban, udara dingin, polusiudara di
luar rumah, dan kekurangan vitamin A. Menurut Jeremy, (2008) ada beberapa faktor resiko
penyebab pneumonia, yaitu :

 1 Usia lebih dari 65 tahun


 Infeksi saluran pernafasan atas
 Alkoholic Rokok : asap rokok mengganggu aktifitas mukosiliaris dan makrofag alveolar.
 Kekurangan nutrisi
 Polusi udara
 Kepadatan tempat tinggal
 Penyakit kronik menahun.
 Manifestasi Klinis Pneumonia
F. Patogenesis
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring, kebocoran
melaui mulut saluran endotrakel, inhalis dan sumber pathogen yang mengalami kolonisasi di
pipa endotrakel. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotic, penyakit
penyerta yang berat, dan tindakan invasive pada saluran nafas. Factor resiko kritis adalah
ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU. Factor predisposisi lain seperti pada
pasien dengan imunodefesien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman
pathogen akibatnya koloniasai di paru dan menyebabkan infeksi. Proses infeksi dimana
pathogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme
pertahanan inang berupa daya tahan mekanik (epitel, cilia, dan mukosa). Pertahanan humoral
(antibody dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian
infeksi menyebabkan peradangan membrane paru (bagian dan sawar-udara alveoli) sehingga
cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi
perfusi menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketauhi bahwa paru-
paru akan dipenuhi sel radang dan cairan, diamana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk
membunuh pathogen, akan tetapu dengan adanya dahal dan fungsi paru menurun akan
mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis resipratori dan kematian.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Elizabeth, (2009)
a. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi structural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate,
empyema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan penyakit paru
yang ada.
c. JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bacterial.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil dengan biopi
jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptic, atau biopsy pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organsime ada, bakteri yang umum
diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemotolik streptococcus, Haemophilus,
CMV.
e. Pemeriksaan serologi
Membanru dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. LED
Meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetauhi paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis
keadaan. Volume mungkin menurun, tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
complain menurun, mungkin terjadi pembesaran.
h. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
j. Aspirasi perkuatan/biopsy jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik sel
rakasaa.
H. Penatalaksanaan
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksaan untuk pneumonia bergantung pada
penyebab, sesuai yang ditemukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
a. Oksigen 1-2/ menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCL 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat badan,
kenaikan suhu dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agois
untuk memperbaiki transport mukosiler.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit
f. Antibiotic sesuai keseimbangan asam dan basa elektrolit.
g. Antibiotic sesuai hasil biarkan community base :
1) Untuk kasus pneumonia community base :
a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :
a) Setotaksin 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
3) Penicillin G : untuk infeksi pneumonia staphylococcus
4) Amantadine, rimantadine : untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, deprival tetrasiklin : untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
I. Patoflowdiagram

Normal (system
organisme
pertahanan terganggu)

Sel napas bagian bawah


organsime stapilokokus
pneumokokus

trombus
Kuman patoges
mencapai bronkioli Eksudat masuk ke alveoli
terminalis merusak sel
bersilia, sel goblet Toksin, coagulase

alveoli

Cairan edema + Permukaan lapisan


leukosit ke alveoli Sel darah merah, leukosit, pleura tertutup tebal
pneumokokus mengisi eksudat thrombus
alveoli vena pumonalis

Konsolidasi paru
Leukosit + fibrin Nekrosis hemoragik
mengalami konsolidasi

Kapasitas vital,
compliance menurun, leukositosis Abses pneumonia atocele
Produksi sptum
hemoragik (kerusakan jaringan paru)
meningkat

Suhu tubuh meningkat


Intoleransi aktivitas Ketidakefektivan pola
Ketidakefetivan jalan
defisiensi napas
napas
pengetauhan
Resiko kekurangan cairan
hipertensi

J. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a) Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi:
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
b) Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak 
napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak
yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
d) Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi
terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB,
Asthma, ISPA dan lain-lain.
f) Data Dasar pengkajian pasien
1) Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia


Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
3) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
4) Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
5) Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri
dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
6) Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea Takipnue,
dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
 Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
    Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
   Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
   Gesekan friksi pleural.
   Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
   Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
7) Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid,
kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada
kasus rubeola, atau varisela.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan:
bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin
diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
g) Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
2. Pola pengakajian Gordon
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya orang tua
menganggap anaknya benar-benar sakit jika anak sudah mengalami sesak nafas.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf
pusat), mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak
peningkatan toksik mikroorganisme).
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan melalui proses evaporasi karena demam.
d. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas, sering
menguap serta kadang menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan.
e. Pola akitivitas-latihan
Tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak kelelmahan fisik.
Anak lebih suka digendong dan bedrest.
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya
sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.
g. Pola persepsi diri
konsep diri Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan.
h. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam dan selalu
bersama orang tuanya.
i. Pola seksual-reproduksi
Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah puberta mungkin
tergangguan menstruasi.
j. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak menangis, kalau
sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung.
k. Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seirng dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan akibat
peningkatan mukus yang berlebih.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang menurun.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler oleh
adanya edema alveoli.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum.
e. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.
f. Ansietas pada (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi
anak.
g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan terhadap evaporasi yang berlebih.
h. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anoreksia, peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
4. implementasi dan rasional
n Diagnose Tujuan intervensi rasional
o
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Auskultas area paru, catat area Penurunan aliran udara terjadi pada area
1 efektif berhubungan dengan keperawatan bersihan jalan nafas penurunan / tidak ada aliran udara konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas
obstruksi saluran pernafasan efektif. dan bunyi nafas lain. bronkhial (normal pada bronkhus) dapat juga
akibat peningkatan mukus Kriteria Hasil : terjadi pada area konsolidasi. Krekels terdengar
yang berlebih.  Tidak ada dyspnea pada inspirasi.
 Perkusi paru sonor
Kaji frekuensi / kedalaman Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan
 Tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan dan gerakan dada. dada tak simetris sering terjadi karena
nafas
ketidaknyamanan gerakan dinding dada/ atau
 Tidak ada batuk produktif cairan paru.

Atur posisi setengah fowler pada Posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih
anak besar dan ekstensikan kepala dalam dan lebih kuat.
pada bayi.
Berikan obat sesuai indikasi : Alat untuk menurunkan spasme bronkus
mukoitik, ekspektoran, dengan mobilisasi sekret. Analgetik diberikan
bronkodilator, analgetik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan hati-
hati.
Berikan cairan tambahan IV atau Cairan diperlukan untuk menggantikan
oksigen kehilangan (termasuk tak tampak) dan
memobilisasikan secret.
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Aturlah posisi dengan Posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi
berhubungan dengan keperawatan pola nafas kembali memungkinkan ekspansi paru paru.
pengembangan paru yang efektif. maksimum dengan semi fowler
menurun. Kriteria hasil: atau kepala agak tinggi kurang
a.RR = 30 - 40 x/menit lebih 30o.
b.Tidak ada dyspnea
c.Pengembangan paru maksimal Kaji pernapasan, irama, kedalaman Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan
atau gunakan oksimetri nadi untuk dada tak simetris sering terjadi karena
memantau saturasi oksigen ketidaknyaman gerakan dinding dada.

Berikan bantal atau sokongan agar Sokongan bantal akan membantu membuka
jalan nafas memungkinkan tetap jalan napas.
terbuka

Ajarkan teknik relaksasi pada anak Relaksasi akan membantu menurunkan


yang sudah memahami, sudah bisa kecemasan sehingga kebutuhan O2 tidak
atau mengerti. meningkat.

Kolaborasi oksigen sesuai Pemberian O2 akan membantu memenuhi


kebutuhan kebutuhan O2tubuh.
3 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Kaji frekuensi, kedalaman, dan Manifestasi distres pernafasan tergantung pada
berhubungan dengan keperawatan, pertukaran gas kemudahan bernafas indikasi derajat keterlibatan paru dan status
perubahan membran maksimal. kesehatan umum.
alveolar kapiler akibat Kriteria Hasil :
edema alveoli. a.Klien tidak dispnea b.Klien tidak
ada kebiruan Atur posisi yang dapat Memberikan posisi yang nyaman seperti posisi

c.N = 90 - 100 x/menit d.PO2 meningkatkan kenyamanan anak semi fowler, membuat anak bernafas dengan

normal pada GDA e.PCO2 normal mudah.

f.Warna kulit normal g.Anak tidak


Observasi warna kulit, membran Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau
gelisah
mukosa dan kuku, catat adanya respon tubuh terhadap demam/ menggigil.
fianosis perifer (kuku) atau Namun sianosis daun telinga, membran mukosa
sianosis sentral. dan kulit sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.

Pertahankan istirahat tidur dorong Mencegah terlalu lelah dan menurunkan


menggunakan teknik relaksasi dan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk
aktivitas senggang. memudahkan perbaikan infeksi.
Kolaborasi pemberian therapi O2 Tujuan therapi oksigen adalah mempertahankan
dengan benar PaO2diatas 60 mmHg.

Awasi GDA Mengevaluasi proses penyakit dan


memudahkan terapi paru.
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Evaluasi respon pasien terhadap Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien
berhubungan dengan keperawatan klien toleran terhadap aktivitas, catat lapoan dispnea. dan memudahkan pilihan intervensi.
ketidakseimbangan antara aktivitas Peningkatan kelemahan / kelelahan
suplai dan kebutuhan O2, Kriteria Hasil : dan perubahan tanda vital selama
kelemahan umum. a.Klien tidak tampak kelemahan dan setelah aktivitas
b.Dyspnea berkurang c.Tidak ada
dyspnea saat aktivitas
d.Tidak ada sianosis setelah aktivitas
Bantu anak dalam melakukan Menurunkan kebutuhan O2
e.Dapat beraktivitas optimal
aktivitas yang sesuai dan berikan
aktivitas yang menyenangkan
sesuai dengan kemampuan dan
minat anak.

Berikan lingkungan yang tenang Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,


dan batasi pengunjung selama fase meningkatkan istirahat.
akut sesuai indikasi
Jelaskan pentingnya istirahat Tirah baring dipertahankan selama fase akut
dalam rencana pengobatan dan untuk menurunkan kebutuhan metabolik,
perlunya keseimbangan aktivitas menghemat energi untuk penyembuhan.
dan istirahat.

Bantu aktivitas perawatan diri yang Meminimalkan kelelahan dan membantu


diperlukan. keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5 Hipertemi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pertahankan lingkungan yang lingkungan dingin akan menurunkan suhu
dengan proses peradangan keperawatan panas berkurang dingin tubuh melalui kehilangn panas pancaran
Kriteria Hasil :
a.Suhu tubuh dalam batas normal Berikan kompres hangat basah kompres hangat basah akan mendinginkan
(>37,8 oC) permukaan tubuh secara konduksi.
b.Akral dingin
c.Anak tidak gelisah
Pantau suhu tubuh anak setiap 2-4 peningkatan suhu tiba-tiba dapat
jam, waspadai bila ada kenaikan mengakibatkan kejang
suhutubuh secara tiba-tiba

Kolaborasi pemberian antipiretik pemberian antipiretik dapat mengurangi demam


secara efektif.
6 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Jelaskan prosedur atau tindakan Penjelasan setiap prosedur memberikan
kurangnya pengetahuan keperawatan ansietas berkurang. yang akan dilakukan serta ciptakan pemahaman pada orang tua dan hubungan yang
tentang kondisi anak. Kriteria Hasil : hubungan dengan anak dan orang baik akan menumbuhkan kepercayaan.
a.Orang tua menyatakan cemas tua
berkurang.
Berikan kenyamanan pada Anak akan merasa dilindungi.
b.Tidak ada ekspresi ketakutan
lingkungan anak seperti digendong
atau mengayun membelai dan
memberikan musik.

Libatkan orang tua dalam Orang terdekat dari anak adalah orang tua
memberikan perawatan sehingga sehingga melibatkan orang tua akan membantu
anak merasakan ketenangan. mempermudah proses keperawatan.
7 Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakukan tindakan Kaji perubahan tanda vital Peningkatan suhu / memanjangnya demam,
volume cairan berhubungan keperawatan tidak terjadi meningkatkan laju metabolik dan kehilangan
dengan kehilangan cairan kekurangan volume cairan. cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah
berlebihan terhadap Kriteria Hasil : dan peningkatan tachicardia menunjukkan
evaporasi yang berlebih. a.Membran mukosa lembab kekurangan cairan sistemik.
b.Turgor kulit baik
c.Pengisian kapiler cepat d.Tanda
vital stabil Kaji turgor kulit, kelembaban Indikator langsung keadekuatan volume cairan,
e.Balance cairan stabil membran mukosa (bibir, lidah) meskipun membran mukosa mulut mungkin
kering karena nafas mulut dan oksigen
tambahan.

Pantau masukan dan haluaran, Memberikan informasi tentang keadekuatan


cacat warna, karakter urine. Hitung volume cairan dan kebutuhan penggantian.
keseimbangan cairan. Waspadai
kehilangan yang tak tampak. Ukur
BB sesuai indikasi.

Kolaborasi pemberian obat sesuai Berguna menurunkan kehilangan cairan.


indikasi (antiseptik, antiemetic)
Kolaborasi pemberian cairan IV Pada adanya penurunan masukan / banyak
sesuai keperluan kehilangan, penggunaan parenteral dapat
memperbaiki / mencegah kekurangan.
8 Resiko tinggi nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan Identifikasi faktor yang Pilihan intervensi tergantung pada penyebab
dari kebutuhan tubuh keperawatan tidak terjadi nutrisi menimbulkan mual/muntah, masalah.
berhubungan dengan intake kurang dari kebutuhan. misalnya sputum banyak,
yang tidak adekuat. Kriteria Hasil : pengobatan aerosol, dispnea berat,
Sekunder terhadap a.Tidak ada mual ataupun muntah nyeri.
anoreksia, peningkatan b.BB stabil
kebutuhan metabolik c.Nafsu makan meningkat d.IMT Berikan wadah tertutup untuk Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari
sekunder terhadap demam Stabil sputum dan buang sesering lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
dan proses infeksi. mungkin.

Jadwalkan pengobatan pernapasan Menurunkan efek mual yang berhubungan


sedikitnya 1 jam sebelum makan dengan pengobatan ini.

Berikan makan posri kecil dan Tindakan ini meningkatkan masukan meskipun
sering termasuk makanan kering nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
dan atau makanan yang menarik.

Evaluasi status nutrisi umum, ukur Adanya kondisi kronis atau keterbatasan
BB keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi dan /
lambatnya respons therapi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa.
Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai
persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan
kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang
kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari
pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan
yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali orang
tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan
resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan
untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan
menerapkan pola hidup sehat.
Daftar Pustaka
M u t t a q i n , A r i f .Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta:Salemba Medika.

Doenges, Marilynn, E. dkk. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta

Jeremy, dkk. 2018. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2019. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta
Ardansyah Muhamad. 2019. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA Press.

Dinkes Jawa Tengah, 2018, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2018, Semarang, Dinas
kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Arifin Zainul, Ratnawati Mamik. 2019. Asuhan Keperawatan Padea Pasien Pneumonia Dengan
Ketidakefektifan Pola Nafas di Paviliun Cempaka RSUD Jombang. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Volume 1 nomer 2.

Anda mungkin juga menyukai