DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami sajikan ini bentuknya masih sederhana dan jauh dari kata
sempurna karena pengetahuan yang kami miliki sangatlah terbatas . Disamping itu juga kami
berharap agar Ibu ELMIANA BL.,Ns,M.Kes sebagai dosen mata kuliah KMB1 , kiranya sudi untuk
memberikan kritik ataupun saran yang membangun demi perbaikan makalah ini untuk menjadi lebih
baik .
Demikianlah sepatah kata pengantar yang bisa kelompok kami sampaikan dan bila ada hal yang
kurang berkenan, kami meminta maaf sebesar besarnya. Atas perhatian dan tanggapan dari bapak
kami ucapkan terimah kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................
C. TUJUAN.........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
A. Defenisi pneumonia……………………………………………………………………
B. Etiologi Pneumonia……………………………………………………………………
C. Klasifikasi pneumonia…………………………………………………………………
D. Manifestasi Klinis……………………………………………………………………..
E. Faktor resiko…………………………………………………………………………..
F. Patogenesis……………………………………………………………………………
G. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………………
H. Penatalaksanaan……………………………………………………………………….
I. Patoflowdiagram………………………………………………………………………
J. Konsep Dasar Keperawatan…………………………………………………………..
A. KESIMPULAN.......................................................................................................
B. SARAN…................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka kematian tinggi
baik di negara berkembang maupun di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan
negara-negara Eropa. Di Amerika, terdapat dua juta kasus penyakit pneumonia per tahun
dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S.A. Price, 2005). Di Indonesia pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberculosis. Faktor
sosial ekonomi yang ren dah mempertinggi angka kematia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
kematian pada anak.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikroplasma. Gejala pneumonia itu sendiri adalah demam, sesak napas, nadi cepat, dahak
berwarna hijau atau seperti karet, serta gambar hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada
bagian paru. Kepadatan ini terjadi karena paru dipenuhi cairan yang merupakan reaksi tubuh
dalam upaya mematikan bakteri, akibatnya fungsi paru akan terganggu, dan penderita
mengalami kesulitan bernafas karena tidak tersisa ruang untuk oksigen (Jeremy, 2007). Pada
umumya pneumonia menginfeksi jaringan paru dan terjadi khususnya pada anak. Pneumonia
seringkali timbul bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus yang biasanya disebut
dengan bronchophneumonia. Gejalah terjadinya penyakit pneumonia adalah nafas yang cepat
dan juga sesak karena paru-paru meradang secara mendadak yang disebabkan oleh bakteri
streptococcus pneumoniae. Gejalanya tersebut dapat terjadi pada orang dewasa tanpa
kelainan imunitas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia
didapati adanya salah satu atau lebih penyakit dasar yang menggangu daya tahan tubuh.
Pemeriksaan kultur atau yang disebut juga dengan biakan dalam penegakan diagnosis
membutuhkan waktu yang relatif cukup lama. Apabila diadakan pemeriksaan rutin dengan
jumlah pasien yang relatif banyak maka dibutuhkan suatu sistem penunjang yang mampu
mempersingkat waktu pemeriksaan. Alasan efisiensi waktu yang mendasari peneliti untuk
membangun suatu sistem deteksi bakteri Streptococcus pneumoniaepada penyakit pneumonia
berbasis jaringan syaraf tiruan yang berguna dalam mempersingkat waktu dan biaya sehingga
mudah dijangkau oleh kalangan umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi pneumonia?
2. Tuliskan etiologi pneumonia?
3. Tuliskan klasifikasi pneumonia?
4. Tuliskan manifestasi klinis pneumonia?
5. Tuliskan faktor resiko pneumonia?
6. Tuliskan patogenesis pneumonia?
7. Tuliskan pemeriksaan diagnostik pneumonia?
8. Tuliskan penatalaksanaan pneumonia?
9. Tuliskan patoflowdiagram pneumonia?
10. Tuliskan konsep dasar keperawatan mulai dari pengkajian, diagnose, intervensi dan
rasionalnya beserta penggunaan pola Gordon pada penyakit pneumonia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu mengetahui apa defenisi pneumonia
2. Mampu mengetahui etiologi pneumonia
3. Mampu mengetahui klasifikasi pneumonia
4. Mampu mengetahui manifestasi klinis pneumonia
5. Mampu mengetahui faktor resiko pneumonia
6. Mampu mengetahui patogenesis pneumonia
7. Mampu mengetahui pemeriksaan diagnostic pneumonia
8. Mampu mengetahui penatalaksanaan pneumonia
9. Mampu mengetahui patoflowdiagram pneumonia
10. Mampu mengetahui konsep dasar keperawatan mulai dari pengkajian, diagnose,
intervensi dan rasionalnya beserta penggunaan pola Gordon pada penyakit pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bahwa akut (ISNBA) (Sylvia A.price). dengan gejala
batuk disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru disertai eksudasi
dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis. Mereka yang berisiko
mengalami pneumonia sering kali menderita penyakit kronis utama, penyakit akut berat,
sistem imun yang tertekan karena penyakit atau medikasi, imobilitas, dan faktor lain yang
mengganggu mekanisme perlindungan paru normal. Lansia juga berisiko tinggi.
B. Etiologi Pneumonia
Penyebab infeksi terjadi melalu droplet dan sering disebabkan oleh streptococus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureussedangkan pada pemakaian
ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan pada masa kini terjadi perubahan keadaan
pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, populasi lingkungan, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan, jika
telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu:
C. Klasifikasia
a. Klasifikasi berdasarkan anatomi dan etiologi
Terdapat beberapa pembagian pneumonia, tetapi yang seringdigunakan adalah
pembagian secara anatomis dan etiologis. Secaraanatomi pembagian pneumonia adalah
pneumonia lobaris, pneumonialobularis ( bronkopneumonia ), dan pneumonia interstitialis
(bronkiolotis ). Pembagian etiologis meliputi bakteri (Diplococcuspneumoniae,
Pneumococcus, Streptococcus hemolitycus, Streptococcusaureus, Haemophylus infleunzae,
Bacillus Friedlander, danMycobacterium tuberculosis), virus ( RSV, adenovirus, virus
influenza,dan virus sitomegalik ),Mycoplasma pneumoniae, jamur (Histoplasmacapsulatum,
Cryptococcus neoformans, Blastomyces dermatitides,Coccidioides immitis, Aspergilus
species, danCandida albicans),aspirasi ( makanan, cairan amnion, benda asing ), pneumonia
hipostatik,sindrom Loeffler. Etiolgi pneumonia sulit dibedakan secara klinis biasa,sehingga
untuk menentukan terapi sangat diperlukan pengetahuantentang penyakitnya ( pembagian
etiologis ) daripada pembagiananatomis.
b. Klasifikasi berdasarkan MTBSM
Menurut buku bagan MTBS terdapat tiga klasifikasi pneumonia,dengan kriteria
yaitupneumonia berat atau penyakit sangat berat,gejalanya meliputi ada tanda bahaya umum (
muntah, kejang, letargis )atau tarikan dinding dada kedalam atau stridor. Pneumonia,
gejalanyameliputi nafas cepat, serta batuk bukan pneumonia yaitu tidak ada tanda–tanda
pneumonia atau penyakit sangat berat.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi pneumonia yang terjadi pada anak adalah antara ringanhingga sedang,
sehingga tidak perlu perawatandi rumah sakit, hanya rawatjalan saja. Pneumonia yang
memerlukan perawatan di rumah sakit adalahpneumonia yang berat, mengancam kehidupan
dan terdapat komplikasi.Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi gambaran klinis
pneumoniapada anak adalah immunologik, imaturitas anatomik, mikroorganismepenyebab
yang luas, gejala klinis yang tidak khas terutama pada bayi,terbatasnya penggunaan prosedur
diagnostik invasif, dan faktorpatogenesis. Gambaran klinis pneumonia pada anak tergantung
pada berat–ringannya infeksi. Gejala infeksi umum meliputi demam, sakit kepala,malaise,
turunnya nafsu makan, mual, muntah atau diare. Gejala gangguanrespiratori, yaitu batuk,
sesak nafas, retraksi dada, takipnea, nafas cupinghidung, merintih, dan sianosis. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukanpekak perkusi, suara nafas yang melemah, ronkhi,
sedangkan pada perkusidan auskultasi neonatus umumnya tidak terjadi kelainan karena gejala
dantanda yang beragam dan tidak jelas
E. Faktor resiko
Normal (system
organisme
pertahanan terganggu)
trombus
Kuman patoges
mencapai bronkioli Eksudat masuk ke alveoli
terminalis merusak sel
bersilia, sel goblet Toksin, coagulase
alveoli
Konsolidasi paru
Leukosit + fibrin Nekrosis hemoragik
mengalami konsolidasi
Kapasitas vital,
compliance menurun, leukositosis Abses pneumonia atocele
Produksi sptum
hemoragik (kerusakan jaringan paru)
meningkat
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri
dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
6) Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea Takipnue,
dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
Gesekan friksi pleural.
Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
7) Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid,
kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada
kasus rubeola, atau varisela.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan:
bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin
diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
g) Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
2. Pola pengakajian Gordon
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya orang tua
menganggap anaknya benar-benar sakit jika anak sudah mengalami sesak nafas.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf
pusat), mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak
peningkatan toksik mikroorganisme).
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan melalui proses evaporasi karena demam.
d. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas, sering
menguap serta kadang menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan.
e. Pola akitivitas-latihan
Tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak kelelmahan fisik.
Anak lebih suka digendong dan bedrest.
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya
sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.
g. Pola persepsi diri
konsep diri Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang
bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan.
h. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam dan selalu
bersama orang tuanya.
i. Pola seksual-reproduksi
Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah puberta mungkin
tergangguan menstruasi.
j. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak menangis, kalau
sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung.
k. Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seirng dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran pernafasan akibat
peningkatan mukus yang berlebih.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang menurun.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler oleh
adanya edema alveoli.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum.
e. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.
f. Ansietas pada (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi
anak.
g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan terhadap evaporasi yang berlebih.
h. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat sekunder terhadap anoreksia, peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
4. implementasi dan rasional
n Diagnose Tujuan intervensi rasional
o
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Auskultas area paru, catat area Penurunan aliran udara terjadi pada area
1 efektif berhubungan dengan keperawatan bersihan jalan nafas penurunan / tidak ada aliran udara konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas
obstruksi saluran pernafasan efektif. dan bunyi nafas lain. bronkhial (normal pada bronkhus) dapat juga
akibat peningkatan mukus Kriteria Hasil : terjadi pada area konsolidasi. Krekels terdengar
yang berlebih. Tidak ada dyspnea pada inspirasi.
Perkusi paru sonor
Kaji frekuensi / kedalaman Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan
Tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan dan gerakan dada. dada tak simetris sering terjadi karena
nafas
ketidaknyamanan gerakan dinding dada/ atau
Tidak ada batuk produktif cairan paru.
Atur posisi setengah fowler pada Posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih
anak besar dan ekstensikan kepala dalam dan lebih kuat.
pada bayi.
Berikan obat sesuai indikasi : Alat untuk menurunkan spasme bronkus
mukoitik, ekspektoran, dengan mobilisasi sekret. Analgetik diberikan
bronkodilator, analgetik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan hati-
hati.
Berikan cairan tambahan IV atau Cairan diperlukan untuk menggantikan
oksigen kehilangan (termasuk tak tampak) dan
memobilisasikan secret.
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Aturlah posisi dengan Posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi
berhubungan dengan keperawatan pola nafas kembali memungkinkan ekspansi paru paru.
pengembangan paru yang efektif. maksimum dengan semi fowler
menurun. Kriteria hasil: atau kepala agak tinggi kurang
a.RR = 30 - 40 x/menit lebih 30o.
b.Tidak ada dyspnea
c.Pengembangan paru maksimal Kaji pernapasan, irama, kedalaman Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan
atau gunakan oksimetri nadi untuk dada tak simetris sering terjadi karena
memantau saturasi oksigen ketidaknyaman gerakan dinding dada.
Berikan bantal atau sokongan agar Sokongan bantal akan membantu membuka
jalan nafas memungkinkan tetap jalan napas.
terbuka
c.N = 90 - 100 x/menit d.PO2 meningkatkan kenyamanan anak semi fowler, membuat anak bernafas dengan
Libatkan orang tua dalam Orang terdekat dari anak adalah orang tua
memberikan perawatan sehingga sehingga melibatkan orang tua akan membantu
anak merasakan ketenangan. mempermudah proses keperawatan.
7 Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakukan tindakan Kaji perubahan tanda vital Peningkatan suhu / memanjangnya demam,
volume cairan berhubungan keperawatan tidak terjadi meningkatkan laju metabolik dan kehilangan
dengan kehilangan cairan kekurangan volume cairan. cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah
berlebihan terhadap Kriteria Hasil : dan peningkatan tachicardia menunjukkan
evaporasi yang berlebih. a.Membran mukosa lembab kekurangan cairan sistemik.
b.Turgor kulit baik
c.Pengisian kapiler cepat d.Tanda
vital stabil Kaji turgor kulit, kelembaban Indikator langsung keadekuatan volume cairan,
e.Balance cairan stabil membran mukosa (bibir, lidah) meskipun membran mukosa mulut mungkin
kering karena nafas mulut dan oksigen
tambahan.
Berikan makan posri kecil dan Tindakan ini meningkatkan masukan meskipun
sering termasuk makanan kering nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
dan atau makanan yang menarik.
Evaluasi status nutrisi umum, ukur Adanya kondisi kronis atau keterbatasan
BB keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi dan /
lambatnya respons therapi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa.
Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai
persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan
kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang
kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari
pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan
yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali orang
tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan
resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan
untuk menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan
menerapkan pola hidup sehat.
Daftar Pustaka
M u t t a q i n , A r i f .Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta:Salemba Medika.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2019. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta
Ardansyah Muhamad. 2019. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: DIVA Press.
Dinkes Jawa Tengah, 2018, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2018, Semarang, Dinas
kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Arifin Zainul, Ratnawati Mamik. 2019. Asuhan Keperawatan Padea Pasien Pneumonia Dengan
Ketidakefektifan Pola Nafas di Paviliun Cempaka RSUD Jombang. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Volume 1 nomer 2.