Anda di halaman 1dari 14

Ulkus Kornea

Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus
kornea diakibatkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.

Patofisiologi

Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian.
Badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan
dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh
dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

Berdasarkan etiologinya ulkus kornea disebabkan oleh :

 Bakteri : Bakteri penyebab antara lain : golongan Streptokokokus (streptokokkus pneumonia Streptokokok alfa hemolitik, beta
hemolitik), Pseudomonas aeroginosa, Klebsiella Pneumonia, Stafilokukkus epidermidis, Proteus, dan moraxella.
 Virus : herpes simplek, zooster, variola
 Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
 Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui (ulkus
cincin)
Ulkus kornea dibedakan menjadi dua berdasarkan letaknya yaitu ulkus kornea sentral dan marginal.

1. Ulkus kornea sentral meliputi:


a. Ulkus kornea oleh bakteri
1. Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan
berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.
2. Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuning-an disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
3. Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran
berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini
seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak. Secara histopatologi, khas pada ulkus ini
ditemukan sel neutrofil yang dominan.
4. Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
memberikan gambar-an karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning-kuningan. Penyeba-ran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat
banyak kuman.
5. Ulkus Neisseria gonorrhoeae
Ulkus kornea yang terjadi karena Neisseria gonorrhoeae dan merupakan salah satu dari penyakit menular seksual. Gonore
bisa menyebabkan perforasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti pada struktur mata yang lebih dalam.
b. Ulkus kornea oleh virus
Ulkus kornea oleh virus memiliki bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.
c. Ulkus kornea oleh jamur
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery
edge dan terlihat penyebaran seperti bulu di bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral
sehingga terdapat satelit-satelit disekitar-nya. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik dan dapat terjadi
neovasku-larisasi akibat rangsangan radang.
2. Ulkus marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau segiempat, dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea
yang sehat dengan limbus. Pembagian ulkus marginal dibedakan menjadi 3 :

 Ulkus cincin : merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya
mengenai satu mata.

 Ulkus katarak simplek : letak ulkus perifer yang tidak dalam ini berwarna abu-abu dengan sumbu terpanjang tukak sejajar
dengan limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepinya terlihat bagian yang bening.

 Ulkus Mooren : merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa
adaya kecenderungan untuk perforasi.

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:


 Gejala subjektif
 Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva;
 Sekret mukopurulen;
 Merasa ada benda asing di mata;
 Pandangan kabur;
 Mata berair;
 Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus;
 Silau;
 Nyeri
 Gejala objektif :
 Injeksi silier;
 Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat;
 Hipopion.

Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologis dengan menggunakan lampu celah serta
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan oftakmologis didapatkan gejala berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat,
hilangnya jaringan kornea disertai adanya jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

Tata Laksana
1) Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan
dapat menimbulkan erosi kornea kembali. Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin 10
mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg, Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg,
Ofloksasin 3 mg, Polimisin B 10.000 unit.
2) Anti jamur
 Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin, Imidazol;
 Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes mata
 Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
3) Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik
spektrum luas untuk infeksi sekunder, analgetik bila terdapat indikasi serta antiviral topika berupa salep asiklovir 3% tiap 4 jam.
4) Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain.
5) Skopolamin sebagai midriatika.
Keratitis
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. Peradangan tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman,
stroma, membran Descemet, ataupun endotel. Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu lapisan kornea.

Klasifikasi Keratitis.
Diagnosis

1. Anamnesis :
a. Nyeri dan fotosensitivitas (mungkin tidak tampak pada penyakit herpetik karena mengalami hipestesia kornea)
b. Penurunan tajam penglihatan
c. Sekret
2. Pemeriksaan fisik :
a. Penurunan tajam penglihatan Snellen dan injeksi sirkumkornea
b. Mata meradang, merah
c. Silau
d. Timbul warna saat ditetesi fluoresensi
e. Infiltrat kornea yang dapat dilihat dengan atau tanpa hipopion di kamera okuli anterior
f. Blefarospasme
3. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan mikrobiologi kerokan kornea dan kultur sensitivitas untuk mencari etiologi penyakit

Tata Laksana
 Medikamentosa :
1. Keratitis bakteri : Gentamisin 15 mg/ml, Tobramisin 15 mg/ml Untuk hari-hari pertama diberikan setiap setengah jam, kemudian
diturunkan menjadi setiap jam sampai 2 jam bila membaik.
2. Keratitis jamur : Ekonazol 1%
3. Sikloplegik untuk menghindari terbentuknya sinekia posterior dan mengurangi nyeri akibat spasme siliar
Farmakologi Obat Mata

Mekanisme Kerja Obat Antiglaukoma


Obat antielaukoma bekerja pada- sistem cairan akuos untuk menurunkan tekanan intraokuIar melalui tiga mekanisme utama, yaitu:
 Menurunkan produksi akuos di badan siliar
 Meningkatkan aliran keluar cairan akuos melalui anyaman trabekula
 Meningkatkan aliran keluar cairan akuos melalui jalur uveosklera

1. Golongan Obat Kolinergik


 Pilokarpin
Farmakokinetik: Mula kerjanya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan berlangsung selama 4-8 jam.
Mekanisme Kerja Obat: Meningkatkan aliran keluar akuos karena adanya kontraksi badan siliar. Hal ini mengakibatkan penarikan
tapis sklera dan penguatan clamp trabekula. Pada glaukoma sudut tertutup, efek miotik dari obat melepaskan blok pupil dan juga
menarik iris menjauh dari sudut bilik mata depan. Obat ini meningkatkan aliran keluar melalui trabekula.
Indikasi: Glaukoma sudut terbuka kronis (glaukoma simpel kronis), glaukoma sudut tertutup akut, glaukoma sudut tertutup sinekia
kronis, glaukoma sekunder akibat blok pupil dan setelah operasi.
Tersedia dalam bentuk larutan topikal, ocuserts dan gel.
 Karbakol
Karbakol lebih poten dibandingkan pilokarpin dan memiliki waktu kerja yang lebih panjang.
Mekanisme kerja: Karbakol bekerja menurunkan tekanan intraokular dengan meningkatkan aliran keluar akuos. Mekanisme kerja
ini merupakan stimulasi langsung dari reseptor post-synaptic pada neuromuscular junction otot siliar dan pada reseptor presinaptik
untuk melepaskan asetilkolin.
Indikasi: Pada penderita glaukoma yang pada penggunaan pilokarpin tidak ditoleransi dengan baik atau kurang efektif.
Tersedia dalam sediaan topikal dengan konsentrasi 0,75%, 1,5%, 2,25%, dan 3%.

2. Golongan Adrenergik Agonis (Simpatomimetik)


 Epinefrin
Merupakan simpatomimetik yang bekerja langung.
Mekanisme kerja: menurunkan produksi cairan akuos pada fase awal karena efek a-adrenergik. Epinefrin juga meningkatkan aliran
keluar trabekular yang disebabkan stimulasi reseptor adrenergik pada anyaman trabekula.
Efek samping: Pemberian topikal menyebabkan dekongesti konjungtiva dan midriasis sementara. Hipertensi sistemik, hiperemia
konjungtiva, deposit adenokrom dan reaksi alergi pada kelopak mata.
3. Antagonis Beta Adrenergik
 Timolol
Timolol merupakan salah satu penyekat beta yang paling umum digunakan. Timolol menginhibisi aktivitas β1 dan β2.
Mekanisme kerja: Merupakan penyekat beta non selektif yang memiliki efek menurunkan tekanan terutama menurunkan produksi
akuos dengan memblok reseptor beta-2 dalam prosesus siliaris. Timolol dapat beketja secara langsung pada epitel siliaris untuk
memblok transport aktif atau ultrafiltrasi.
Indikasi: Pada glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder. Indikasi lain adalah glaukoma inflamasi, glaukoma sudut tertutup
primer dan sekunder kronik, hipertensi okular dan glaukoma pada anak.
4. Prostaglandin analog
 Latanoprost
Mekanisme kerja: Latanoprost bekerja dengan meningkatkan aliran keluar uveoskleral. Efektif sebagai pengobatan tunggal atau
sebagai tambahan dengan obat glaukoma lain. (Timolol maleat, pilokarpin, dipivefrin dan asetazolamid). Pada jalur aliran
uveoskleral, cairan akuos ditapis melalui muskulus siliaris, ruang suprakoroidal dan sklera. Mekanisme tambahannya termasuk
merelaksasi otot siliaris.
Indikasi: Diindikasikan untuk menurunkan peningkatan TIO pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okular yang
tidak toleran dengan antiglaukoma lain.
5. Penghambat karbonik anhidrase
 Asetazolamid
Obat ini memblok enzim karbonik anhidrase secara reversibel pada badan siliar sehingga rnensupresi produksi cairan akuos. Cairan
akuos kaya akan natrium dan ion bikarbonat yang hiperosmotik dibandingkan plasma. Air ditarik ke bilik mata belakang sebagai
akibat proses osmosis dan terjadi dilusi pada konsentrasi tinggi bikarbonat.
Indikasi: Digunakan sebagai monoterapi atau sebagai pengobatan tambahan pada glaukoma simpel kronik, glaukoma sekunder, dan
preoperasi
6. Golongan hiperosmotik
Golongan hiperosmotik sistemik seperti gliserin, isosorbid dan manitol digunakan untuk mengontrol secara cepat TIO pada glaukoma
akut.
Mekanisme kerja: Bekerja dengan meningkatkan tekanan osmotik plasma dibanding struktur intraokular sehingga terjadi gradien
osmotik. Sebagai akibatnya, cairan berpindah dari mata ke plasma pembuluh darah mata yang hiperosmotik sehingga menurunkan
volume vitreus yang akan berpengaruh pada penurunan TIO.
Indikasi: Digunakan untuk menurunkan TIO dalam jangka pendek. Penggunaannya dibatasi pada keadaan darurat jangka pendek seperti
glaukoma sudut tertutup akut atau kontrol peningkatan TIO pre-operatif. Sering digunakan sebagai profilaksis sebelum operasi
intraokular untuk mengontrol TIO.

Anda mungkin juga menyukai