Anda di halaman 1dari 6

Tugas Paper -- SQA

A REVIEW : SOFTWARE QUALITY ASSURANCE


Ryan Wiguna, Jimi Ali Baba, Toto Andri Puspito
ryan.wgn@gmail.com 1, ajimni@yahoo.co.id 2, totoandri@gmail.com 3
Nopember 2015

ABSTRAK
Persaingan dalam industri pengembangan piranti lunak semakin ketat seiring dengan membesarnya industri
teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia ataupun di dunia. Satu hal yang menjadi perhatian utama
industri adalah kualitas piranti lunak yang dibuat. Kegiatan penjaminan kualitas piranti lunak (Software Quality
Assurance), merupakan kegiatan utama yang harus diperhatikan untuk mendapatkan kualitas piranti lunak sesuai
dengan target. Berdasar dari sembilan perusahaan yang menjadi responden dapat diambil kesimpulan bahwa
penerapan kegiatan penjaminan kualitas piranti lunak mendekati standar Software Quality Shrine. Perbedaan
utama yang ada adalah pada komponen Quality Management yang terlihat tidak menjadi perhatian utama dalam
pengembangan piranti lunak Indonesia.

Kata Kunci: Software Quality Assurance, Quality Management, Software Quality Shrine

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN LITERATUR


Permintaan terhadap pembangunan perangkat Kajian Literatur dilakukan untuk mengetahui
lunak semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini pendekatan apa saja yang dapat dilakukan untuk
menandakan bahwa kebutuhan terhadap perangkat dapat mencapai tujuan penelitian, dan kajian literatur
lunak meningkat. Selain memenuhi kebutuhan merupakan pendekatan penelitian dalam memahami
tersebut, perangkat lunak yang dibangun diharapkan pendekatan yang telah dilakukan peneliti
bisa memberikan kepuasan kepada penggunanya sebelumnya dengan tujuan yang mendekati dengan
sehingga pengguna perangkat lunak merasa nyaman tujuan penelitian paper ini.
dan senang dalam melakukan pekerjaannya.
Tentunya untuk memenuhi hal ini tidaklah A. Pendekatan M.G. Jenner
mudah. Dalam pembangunan perangkat lunak Pendekatan M.G. Jenner dalam melakukan
diperlukan adanya penjaminan kualitas dalam setiap penelitian kegiatan Software Quality Management di
tahap daur hidup perangkat lunak. Ada beberapa Asia Tenggara adalah dengan memerhatikan
karakteristik yang umum tentang kebutuhan kebijaksanaan atau peraturan pemerintah yang
penilaian kualitas perangkat lunak, di antaranya diberlakukan pada satu daerah atau negara, dan juga
adalah semua proyek perangkat lunak yang baik kecenderungan tipe sertifikasi yang diperhatikan
harus memenuhi perhitungan yang tepat untuk dalam pengembangan piranti lunak (Jenner, 1994).
kebutuhan dasar, semua proyek perangkat lunak Dengan mempelajari regulasi yang ada diharapkan
menderita perfomansi yang buruk terutama di dalam dapat diketahui seberapa serius perhatian dan
area-area yang penting yaitu perawatan, kehandalan, pengaruh pemerintah dalam penerapan kegiatan
software reuse, dan pelatihan, dan penyebab dari Software Quality Assurance.
perfomansi yang buruk tersebut adalah kurangnya
definisi kebutuhan yang menunjang terbentuknya B. Pendekatan M. Bush dan J. Hemsley
Pendekatan M. Bush dan J. Hemsley dalam
fungsional pada perangkat lunak tersebut. Dilihat
meneliti pengembangan piranti lunak di jepang
dari beberapa karakteristik tersebut, diperlukan
adalah dengan mempelajari sejarah dan kultur
penilaian penjaminan kualitas perangkat lunak
Jepang dalam bekerja, penelitian dilakukan dengan
secara baik dan benar. Daniel Galin mengatakan ada
mengambil studi kasus pada salah satu perusahaan
11 faktor kualitas yang harus diperhatikan dari
besar Jepang. Memang merupakan hal yang menarik
sebuah perangkat lunak baik dari proses
dengan mempelajari kultur atau kebiasaan sebuah
pembangunannya maupun dari segi hasil jadi bangsa dan membuktikan hipotesa tersebut dengan
pembangunannya. Faktor ini dikenal sebagai faktor langsung mengobservasi kegiatan pada salah satu
kualitas Mc Call. Dalam faktor kualitas ini perusahaan Jepang (Bush & Hemsley, 1993).
disediakan poin-poin penilaian yang akan dijadikan Namun mungkin akan lebih baik jika lebih banyak
dasar untuk menilai apakah sebuah perangkat lunak perusahaan yang diobservasi sehingga dapat
dikatakan berkualitas ataupun tidak. Akan tetapi mendapatkan menggambarkan apa yang terjadi pada
dalam faktor kualitas ini terdapat kelemahan yaitu sebuah industri.
faktor-faktor kualitasnya kurang memperhatikan sisi
penerimaan pengguna terhadap perangkat lunak
yang dibangun. 3. MODEL PENGUJIAN
Tugas Paper -- SQA

A. Model Kualitas ISO 9126 d. Attractiveness


Pengujian perangkat lunak adalah hal yang sangat e. Usability Compliance
penting karena akan menjadi jaminan kualitas
perangkat lunak dalam mempresentasikan kajian Tabel 1. Kemampuan User dalam menunggu load dari sebuah
pokok spesifikasi, desain, dan pengkodean. Untuk website
melakukan pengujian kualitas perangkat lunak
dibutuhkan evaluasi kualitas penrangkat lunak
menurut ISO 9126. Metode analisis ISO 9126
memiliki beberapa tahapan-tahapan analisis seperti
functionality, reliability, usability, efficiency,
maintainbility, dan portability.
Tabel 2. Waktu yang diterima berdasarkan kecepatan modem

Gambar 1. Model ISO 9126


4. Efficiency
1. Functionality Efficiency merupakan kemampuan perangkat lunak
Functionality merupakan kemampuan perangkat untuk memberikan kinerja yang tepat pada saat
lunak untuk menyediakan fungsi yang memenuhi digunakan oleh sejumlah user/pengguna. Efficiency
kebutuhan pengguna. Functionality dibagi menjadi 5 dibagi menjadi 3 karakteristik, yaitu :
subkarakteristik, yaitu : a. Time Behavior
a. Suitability
b. Resource Behavior
b. Accuracy
c. Efficiency Compliance
c. Interopability
d. Functionality COmplience 5. Maintainability
e. Security Maintainability adalah kemampuan perangkat lunak
untuk dimodifikasikan dengan keperluan dari
2. Realibility pengguna. “Pengujian aspek maintainability yang
Reliability adalah kemampuan perangkat lunak dilakukan dengan menguji perangkat lunak pada
untuk bertahan pada tingkat tertentu saat digunakan aspek instrumentation, consistency, dan simplicity.
dalam kondisi tertentu. Reliability dibagi menjadi 4 Pengujian untuk aspek maintainability ini
karakteristik, yaitu : menggunakan ukuram-ukuran (metrics). Kemudian
a. Maturity pengujian dilakukan peneliti dengan uji secara
b. Fault Tolerance operasional”[6]. Maintainability dibagi menjadi 5
c. Recoverability karakteristik, yaitu :
d. Realibility Compliance a. Analyzability
b. Changeability
3. Usability c. Testability
Usability adalah kemampuan perangkat lunak d. Maintainability Compliance
untuk mudah dipahami, dipelajari, digunakan dan
menarik bagi pengguna. Usability test menggunakan 6. Portability
instrumen yang dikembangkan oleh IBM untuk Portability adalah kemampuan perangkat lunak
standar pengukuran usability perangkat lunak, yaitu untuk digunakan oleh perangkat lainnya. Portability
Computer System Usability Questionnaire (CSUQ) dibagi menjadi 5 karakteristik, yaitu:
[4]. Usability dibagi menjadi 5 bagian, yaitu : a. Adaptability
a. Understandability b. Install-Ability
b. Learn-Ability c. Co-Existence
c. Operability d. Replace-Ability
Tugas Paper -- SQA

e. Portability Compliance
B. Model Kualitas Alternatif
Berikut adalah tabel kesimpulan dan parameter Ada beberapa faktor kualitas yang akan dibahas di
dalam karakteristik perangkat lunak sini, antara lain:
1. Verifiability
Tabel 3. Karakteristik kualitas perangkat lunak (ISO 9126)
Verifiability menggambarkan semudah apa
memverifikasi performa dari suatu program.
Beberapa sub faktor pada verifiability adalah
sebagai berikut:

Coding and documentation guidelines


Berfokus untuk memberikan panduan dalam
menuliskan kode dalam berbagai bahasa
pemrograman dan petunjuk untuk
mendokumentasikan suatu perangkat lunak dengan
baik.
Compliance (Complexity)
Berfokus untuk menjaga kompleksitas kode program
yang dibangun sehingga tingkat verifikasinya tetap
terjaga.
Document Accessibility
Berfokus terhadap kemudahan untuk mengakses
dokumentasi yang sudah disebutkan pada sub bab
sebelumnya
Traceability
Berfokus terhadap kemudahan developer untuk
melakukan penelusuran suatu dokumentasi yang
dimiliki oleh perangkat lunak tersebut.
Modularity
Berfokus kepada kefleksibelan suatu sistem.
Mempunyai 5 kriteria, yaitu:
 Decomposability
 Composability
 Understandability.
 Continuity.
 Protection.

2. Expandability
Expandability adalah kemampuan sebuah perangkat
lunak untuk dikembangkan. Beberapa sub faktor
dalam expandability antara lain:
Extensibility
Extenbility adalah kemampuan sistem untuk dapat
ditambahan suatu modul tanpa harus menimbulkan
efek samping yang tidak diinginkan. Beberapa
kriteria yang bisa digunakan untuk menilai tingkat
Modularity
Kemandirian suatu fungsional dari suatu komponen
program.
Generality
Seberapa bisa perangkat lunak tersebut bisa
menyelesaikan masalah pada domainnya.
Simplicity
Tingkat dimana perangkat lunak dapat
dimengerti tanpa kesulitan.

3. Safety
Tugas Paper -- SQA

Safety dapat didefinisikan sebagai kemampuan 3.1 Analisis dan Penelitian


untuk memperkecil resiko yang dapat
membahayakan ke tingkat /level yang dapat A. Studi Pemerintahan
diterima. Safety dapat didefinisikan sebagai Pemerintah Indonesia memiliki peran besar
kemampuan untuk melakukan: dalam mendorong perkembangan bidang teknologi
 Identifikasi informasi dan komunikasi Indonesia. Peran
 Analisis pemerintah yang dimaksud adalah sebagai agent of
changes, di mana pemerintah dapat mengeluarkan
 Mempelajari
kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan untuk memacu
 Mengontrol perkembangan Industri Teknologi
Informasi(bipnewsroom, 2007). Industri piranti
Terhadap software hazard atau fungsi berbahaya lunak juga menarik perhatian pemerinta Indonesia
(data & command) untuk memastikan melakukan dengan memasukkannya kedalam Rencana
operasi yang aman [NASA Software Assurance]. Pengembangan 14 subsektor Industri Kreatif yang
Safety dapat dipecah menjadi bagian: dirancang departemen
 Identifikasi, mencari dan menentukan perdagangan. Dalam peta jalan pengembangan
hazard yang mungkin terjadi. subsektor layanan komputer dan piranti lunak,
 Analisis, menganalisa hazard yang kegiatan peningkatan kualitas pengembangan piranti
ditemukan untuk mengetahui resiko yang lunak masuk pada arah penguatan teknologi
dapat terjadi dibidang komputer dan piranti lunak (Departemen
 Mempelajari, mempelajari hasil analisa Perindustrian. 2009). Selain itu, Pemerintah
untuk mencari solusi yang dapat digunakan Indonesia juga mengembangkan RICE (Regional IT
 Mengontrol, mengontrol hazard yang telah Centre of excellence) pada kota-kota di Indonesia
ditemukan untuk meminimalisasi resiko seperti Jakarta (bekerja sama dengan, Bogor,
yang mungkin terjadi Cimahi, Bandung, Surabaya, Denpasar, Manado,
Makassar, Balikpapan dan Medan. Salah satu peran
4. Manageability RICE yang berkaitan dalam kegiatan penjaminan
kualitas piranti lunak pada pengembangan
Manageability dapat didefinisikan sebagai piranti lunak adalah sebagai media sosialisasi
kemampuan untuk melakukan tindakan administrasi, teknologi dan metodologi baru serta kebijakan
melakukan pengawasan serta memperoleh informasi pemerintah untuk perangsang pertumbuhan industri
yang relevan dengan tindakan yang terkait. Beberapa (RICE Jakarta. 2004). Dengan belum adanya
kaitan manageability antara lain: metodologi atau kebijakan yang dibuat dan berkaitan
Monitoring langsung dengan kegiatan penjaminan kualitas
Berkaitan dengan aktifitas pemantauan (termasuk piranti lunak pada pengembangan piranti lunak, atau
pencatatan) bahkan metodologi lain saat ini peran RICE hanya
Tracking berfokus pada fungsi lainnya yang diantaranya
Berkaitan dengan aktifitas penelusuran adalah temu usaha industri telematika (Seminar
Control bisnis industri kreatif telematika), pelatihan
Berkaitan dengan aktifitas pengendalian / manajemen proyek telematika (Inkubator Bisnis
pengubahan Industri Kreatif Telematika) dan pameran produk
telematika nasional (RICE Expo). Dalam bidang
5. Survivability Software Quality Assurance sudah banyak lembaga
yang mengeluarkan standar ataupun metodologi
Terdapat dua pengertian untuk survivability, yaitu: untuk mengukur dan menjaga kualitas piranti lunak.
Lembaga ini bisa dipicu oleh pemerintah seperti
 Kehandalan sistem untuk memberikan
lembaga riset Federally-Funded Research and
layanan ketika terkena bencana.
Development Center (FFRDC) atau Sofware
 Kehandalan sistem diukur dari lamanya Engineering
waktu failure dan lamanya waktu recovery. Institute (SEI) yang mengembangkan Capability
Maturity Model (CMM) menjadi Capability
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk Maturity Model Integration (CMMI). Ditambahkan
pengendalian bencana, yaitu: pula oleh Departemen Perindustrian bahwa salah
 Identify the Business Continuity satu kendala dalam mendorong pengembangan
Components That You Will Focus On industri piranti lunak adalah kesulitan untuk menilai
(people, property, system, data). apakah suatu industri piranti lunak cukup reliable
 Define What You're Protecting. atau tidak (Departemen Perindustrian. 2006),
 Prioritize Business Functions. sehingga dirasakan bahwa dibutuhkan untuk
dibuatnya CMMI versi Indonesia untuk
Tugas Paper -- SQA

meningkatkan kualitas sekaligus mengembangkan untuk tidak menggunakan standar metric ataupun
industri menerapkan quality cost didalam proyek.
piranti lunak (Nurul, Kennis, Ririn & Otniel. 4. Dari aspek Software Project Life Cycle dan
2007). Kematangan Industri Piranti lunak Indonesia berdasar dari data yang dikumpulkan, perusahaan
atau KIPI merupakan salah satu pendekatan responden memiliki kecenderungan untuk memiliki
pemerintah dalam membuat standar metodologi kegiatan formal review
pengembangan piranti lunak yang sesuai dengan secara teratur, namun kegiatan Peer Review
kondisi industri dalam negeri yang saat ini masih masih memiliki kecenderungan bersifat informal.
berupa rancangan metodologi yang belum dibakukan Dalam kegiatan penggalian Expert Opinion
masih sering dilaksanakan secara adhoc. System
Testing telah dilaksanakan secara teratur dan
B. Studi Industri terdokumentasi. Pada kegiatan perencanaan
Dengan melihat bagaimana Industri maintenance biasanya teratur tergantung dari
pengembangan piranti lunak melaksanakan kegiatan kebutuhan klien sedangkan kegiatan penjaminan
penjaminan kualitas piranti lunak, peneliti dapat kualitas penggunaan bantuan third party memiliki
melihat secara langsung dan membandingkan kecendurungan untuk dilaksanakan secara adhoc.
bagaimana satu perusahaan dan lainnya 5. Dari aspek Quality Infrastructure dan berdasar
memasukkan kegiatan penjaminan kualitas piranti dari data yang dikumpulkan, perusahaan responden
lunak pada proses pengembangan piranti lunak memiliki kecenderungan untuk memiliki tools
mereka. Jumlah total responden dalam penelitian ini seperti template, checklist ataupun
berjumlah sembilan perusahaan. Perusahaan tersebut dokumentasi yang digunakan dalam
antara lain adalah JATIS Solution, Sigma Karya pengembangan piranti lunak. Kegiatan pelatihan,
Sempurna, Hanoman Cendikia Interaktif, Aero Configuration dan Risk Management juga dilakukan
Systems Indonesia, Micron Mustika Integrasi, secara teratur begitu pula.
Gudang Data Informatika, Nusa Cipta Media, Realta 6. Dari aspek Pre Project SQA dan berdasar pada
Chakradarma dan Visi Global Interaktif. Dalam data yang dikumpulkan, perusahaan responden
pengumpulan data wawancara perusahaan dipilih memiliki kecenderungan untuk melaksanakan
berdasarkan convenience sampling di mana kegiatan Contract Review dan Project developent
perusahaan dipilih berdasarkan kesediaan mereka and Quality Plan, entah itu secara adhoc ataupun
dalam diwawancarai, namun JATIS Solution dan teratur, terdokumentasi dan terukur.
Sigma Karya Sempurna dipilih khusus berdasarkan
prestasi mereka yang telah meraih CMM level 3
(JATIS Solution) dan CMMI level 3 (Sigma Karya
Sempurna). Dalam penyebaran kuesioner, peneliti
mendekati organisasi ASPLUKI yang memiliki
anggota lebih dari seratus. Responden yang didapat
dari penyebaran keusioner pada perusahaan
tergabung pada organisasi ASPILUKI adalah empat
responden baik melalui surat ataupun email.
Perusahaan tersebut antara lain adalah Micron
Mustika Integrasi, Gudang Data Informatika, Nusa
Cipta Media dan Realta Chakradarma. Berikut ini
adalah temuan penelitian, berdasarkan aspek
komponen Software Quality Shrine penerapan
penjaminan kegiatan piranti lunak Industri pada
perusahaan-perusahaan tesebut:
1. Dari aspek Standar Proses dan berdasar pada
data yang dikumpulkan, perusahaan responden
Gambar 2. Kegiatan SQA Indonesia
memiliki kecenderungan untuk menggunakan
CMM/CMMI sebagai dasar metodologi
pengembangan piranti lunak. 3.2 Referensi
2. Dari aspek Organization dan berdasar pada
data yang dikumpulkan, perusahaan responden Menurt Pendapat Sudirman (2011) Kegiatan
memiliki kecenderungan untuk memiliki tim atau penjaminan kualitas piranti lunak (Software Quality
divisi khusus yang menangani penjaminan mutu dan Assurance), merupakan kegiatan utama yang harus
divisi tersebut biasa disebut QA. diperhatikan untuk mendapatkan kualitas piranti
3. Dari aspek Quality Management, berdasarkan lunak sesuai dengan target.
data yang dikumpulkan selain JATIS dan SIGMA,
perusahaan responden memiliki kecenderungan
Tugas Paper -- SQA

Menurut Majit (2013) Analisa kualitas software


dapat digunakan menggunakan software quality
factors ISO 9126 dengan mengedepankan pada 6
aspek yang ada pada ISO 9126, yaitu functionality,
reliability, usability, efficiency, maintainbility, dan
portability.

Menurut Atin (2014) penggabungan antara


model McCall dan TAM bisa memberikan
gambaran yang lebih lengkap terhadap sebuah
perangkat lunak dari sisi penilaian pengguna

PUSTAKA

Bonham, G. M., Seifert, J. W., dan Thorson, S. J.


(2003). The transformational potential of e-
government: the role of political leadership.
Diakses pada 1 Mei 2003 dari
http://www.maxwell.syr.edu/maxpages/faculty/g
mbonham/ecpr.htm
de Mooij, M. (1998). Global Marketing and
Advertising: Understanding Cultural Paradoxes.
Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
Harrison, D. A., Mykytyn, P. P., Jr., dan
Riemenschneider, C. K. (1997). Executive
decisions about adoption of information
technology in small business: theory and
empirical tests. Information System Research,
8(2), 171-195.
Hofstede, G. (1997). Cultures and Organizations:
Software of the Mind. New York: McGraw-Hill.
Katz, J. E., dan Aspden, P. (1997). A nation of
strangers. Communications of the ACM, 40(12),
81-86.

Anda mungkin juga menyukai