Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KE-6

Nama :
NIM :
Kelompok :

Materi : Analisis COD (Chemical Oxygen Demand)

Mahasiswa MSP 56 menganalisis 2 tabung reaksi yang masing-masing berisikan 2,5 ml sampel
air Situ Burung untuk mengetahui nilai COD. Sampel air tersebut masing-masing diberikan 1,5 ml
digest solution high dan low serta ditambah dengan 3,5 ml H2SO4 dan Ag2 SO4, lalu di
homogenkan. Sampel air ini kemudian dipanaskan selama 2 jam dan didinginkan, setelah itu di
spektro dengan menggunakan panjang gelombang 420 nm (low) dan 600 nm (high). Tentukan
konsentrasi COD Low dan COD High, jika didapatkan nilai absorbansi dari COD Low sebesar
0,103 abs dan COD High sebesar 0,020 abs? gambarkan grafik (foto lalu tempelkan pada word).
Pembahasan mencakup :
1. Pengertian parameter yang di analisis?
2. Faktor yang mempengaruhi hasil analisis atau hasil pengukuran?
3. Hubungan parameter yang dianalisis dengan parameter lain
4. Apakah hasil yang dianalisis tergolong tinggi atau rendah? Mengapa ?
5. Bandingkan hasil analisis dengan baku mutu
6. Sertakan daftar pustaka terdiri dari 3 jurnal internasional/nasional dan 1 buku.

Materi : Analisis Pospat Total dan Pospat Terlarut

Seorang mahasiswa mengambil sampel air yang kemudian dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis kandungan P terlarutnya. Setelah melakukan berbagai prosedur analisis P terlarut,
mahasiswa tersebut melakukan spektro dan didapatkan nilai absorbansi dari sampel tersebut
sebesar 0,01abs. Tentukan konsentrasi P terlarut sampel tersebut! Gambarkan grafik (foto lalu
tempelkan pada word).
Cecep melakukan analisis sampel air di suatu laboratorium untuk mengetahui kandungan P total
pada sampel tersebut. Setelah melakukan spektro dengan panjang gelombang 880 nm, Cecep
mendapatkan nilai absorbansi sebesar 0,168 abs. Tentukan konsentrasi P total pada sampel air
yang telah dianalisis oleh Cecep! Gambarkan grafik (foto lalu tempelkan pada word).
Pembahasan mencakup : (pembahasan P total dan P terlarut di gabungkan).
1. Pengertian parameter yang di analisis?
2. Faktor yang mempengaruhi hasil analisis atau hasil pengukuran?
3. Hubungan parameter yang dianalisis dengan parameter lain
4. Apakah hasil yang dianalisis tergolong tinggi atau rendah? Mengapa ?
5. Bandingkan hasil analisis dengan baku mutu
6. Sertakan daftar pustaka terdiri dari 3 jurnal internasional/nasional dan 1 buku.
Analisis COD (Chemical Oxygen Demand)

Perhitungan :

Diketahui : Nilai Absorbasi COD Low = 0,103 abs


Nilai Absorbasi COD High = 0,020 abs
A COD Low = 0,28782257
B COD Low = -0,002329159
A COD High = 0,016
B COD High = 0,00031
Ditanyakan : COD Low dan COD High = ?
Jawab :
• COD Low
Y = A+Bx
0,103 = 0,28782257 + (-0,002329159)x
(0,002329159)x = 0,28782257 – 0,103
x = 79,35
• COD High
Y = A+Bx
0,020 = 0,016 + 0,00031x
0,004 = 0,00031x
x = 12,903

Hasil Analisis : hasil perhitungan dan grafiknya


• COD Low

Hasil perhitungan yaitu absorbansi sebesar 0,103 abs dengan konsentrasi sebesar 79,35
mg/L.
• COD High

Hasil perhitungan COD high yaitu absorbansi sebesar 0,020 abs dan konsentrasi
sebesar 12,903 mg/L.

Pembahasan :
COD atau yang biasa disebut dengan Chemical Oxygen Demand pada suatu perairan
merupakan banyaknya kandungan oksigen yang dibutuhkan dan digunakan untuk mengurai bahan
bahan organik yang berada atau terkandung di dalam suatu perairan (Atima W. 2015). Fungsi atau
kegunaan dari perhitungan Chemical Oxygen Demand atau COD adalah sebagai parameter
penduga daripada jumlah total bahan bahan organik yang terdapat atau terlarut dalam air atau suatu
ekosistem perairan dalam hal ini adalah bahan organik yang mudah terurai maupun bahan organik
yang sulit terurai (Effendi 2003). COD merupakan paramater dalam mengidentifikasi pencemaran
didalam suatu perairan. COD memiliki hubungan erat dengan parameter kualitas air lainnya seperti
kadar kandungan oksigen terlarut atau DO (Rahman et al 2014). Nilai COD berbanding terbalik
dengan DO dimana semakin banyak COD dalam suatu perairan maka kadar kandungan
oksigennya akan semakin rendah begitu juga sebaliknya (Sami 2012).
Faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran dalam analisis COD adalah berupa
banyaknya limbah dan juga banyaknya tanaman air yang terdapat di perairan (Fachrurozi et al.
2010). Keberadaan limbah yang tinggi didalam suatu perairan seperti limbah detergen dapat
memberikan pengaruh yang besar dalam analisis perhitungan COD pada suatu perairan
(Padmaningrum et al. 2014). Tingginya kandungan COD dalam suatu perairan dapat
mengakibatkan kematian pada biota yang mendiami lingkungan tersebut sehingga dapat
menggangu atau merusak keragam biodiversitas yang ada (Ramayanti dan Amna 2019).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 maka hasil
perhitungan dari COD low yang sebesar 77,083 mg/L masuk ke dalam kelas III baku mutu perairan
sehingga tidak dapat digunakan sebagai air layak minum. Sementara itu, hasil perhitungan COD
High menunjukan hasil sebesar 12,903 mg/L sehingga dapat dimasukkan kedalam baku mutu COD
kelas 1.
Daftar Pustaka
Atima W. 2015. BOD dan COD sebagai parameter pencemaran air dan baku mutu air limbah.
Jurnal Biology Science and Education. 4(1):83-93.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Fachrurozi M, Utami LB, Suryani D. 2010. Pengaruh variasi biomassa Pistia statiotes L, terhadap
penurunan kadar BOD, COD, dan TSS limbah cair tahu di Dusun Klero Sleman Yogyakarta.
Kes Mas. 4(1): 1-16.
Rahman MW, Purwanto M, Suprihatin. 2014. Status kualitas air dan upaya konservasi sumberdaya
lahan di DAS Citarum Hulu, Kabupaten Bandung. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. 4(1): 24-34.
Ramayanti D, Amna U. 2019. Analisi parameter COD dan pH (Potential Hydrogen) limbah cair
di PT.Pupuk Iskandar Muda (PT.PIM) Lhokseumawe. Jurnal Kimia Sains dan Terapan.
1(1): 15-21.
Padmaningrum R, Aminatun T, Yuliati. 2014. Pengaruh biomassa melati (Echinodorus
paleofolius) dan teratai (Nyphaea firecest) terhadap kadar fosfat, BOD, COD, TSS dan
derajat keasaman limbah cair. Jurnal Penelitian Saintek. 19(2): 64-74.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Analisis P Total dan P terlarut

Perhitungan :
Diketahui : Orthoposat
A = 0,0000519
B = 1,604
Y = 0,01
Total-P
A = -0,0305
B = 1,0678
Y = 0,168
Perhitungan Orthoposat
Y = A+BX
0,01 = 0,0000519 + 1,604X
0,01 – 0,0000519 = 1,604X
9,948 * 10-3 = 1,604x
X = 6,202 * 10-3 mg/L

Perhitungan total-P
Y = A+BX
0,168 = -0,0305 + 1,0678X
0,168 + 0,0305 = 1,0678X
0,199 = 1,0678X
X = 0,186 mg/L

Hasil Analisis : hasil perhitungan dan grafiknya


• Orthopospat

• Total Pospat

Pembahasan :
Fosfat merupakan bentuk dari senyawa Fosfor yang terlarut dalam air, fosfat sendiri dapat
dibagi menjadi dua bentuk yaitu fosfat organik dan fosfat anorganik yang terdiri dari dua jenis
yaitu ortofosfat dan juga polifosfat (Rumhayati 2010). Unsur dari senyawa fosfat yang terkandung
dalam suatu perairan bersumber dari adanya deposit fosfor dan limbah dari industri.Selain itu
senyawa fosfat dalam perairan juga dapat berasal dari limbah masyarakat, aktivitas pertanian yang
dilakukan oleh masyarakat serta dapat berasal dari aktivitas penambangan batuan batuan fosfat
dan penggundulan hutan (Rumhayati 2019). Faktor yang dapat mempengaruhi banyak sedikitnya
fosfat didalam perairan adalah banyaknya jumlah organisme hidup seperti plankton maupun
fitoplankton yang menghuni suatu daerah perairan (Suprapto dan Muskananfola 2014).
Fosfat dalam suatu perairan memiliki hubungan erat dengan parameter kandungan oksigen
terlarut dalam suatu perairan atau DO dan juga besaran pH yang terdapat dalam suatu perairan
(Effendi 2003). Fosfat yang merupakan sumber nutrien bagi kehidupan biota yang meninggali
daerah perairan tidak menimbulkan atau tidak memiliki efek berbahaya bagi manusia. Secara
alamiah fosfat dalam suatu perairan tersedia secara alami untuk memenuhi kebutuhan nutrian bagi
organisme yang hidup di habitat perairan (Arizuna et al. 2014).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2001 diatur
bahwa baku mutu air untuk kandungan fosfat diatur menjadi 4 kelas yaitu kelas I sebesar 0,2 mg/L,
baku mutu kelas II sebesar 0,2 mg/L dan baku mutu kelas III sebesar 1 mg/L serta baku mutu kelas
IV sebesar 5 mg/L. Berdasarkan perhitungan total pospat yang terkandung, maka perairan yang
diteliti berada pada buku mutu air kelas I karena besarannya berada dibawah 0,2 mg/L. Baku mutu
air kelas I memiliki artian bahwa air dapat digunakan sebagai air untuk konsumsi manusia.

Daftar Pustaka
Arizuna M, Suprapto D, Muskanonfola MR. 2014. Kandungan nitrat dan fosfat dalam air pori
sedimen di sungai dan muara Sungai Wedung, Demak. Management of Aquatic Resource
Journal. 3(10): 7-6.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Rumhayati B. 2010. Studi senyawa fosfat dalam sedimen dan air menggunakan teknik Diffusive
Gradient in Thin Films (DGT). Jurnal ILMU DASAR. 11(2):160-166.
Rumhayati B. 2019. Sedimen Perairan, Kajian Kimiawi, Analisis, dan Peran. Malang (ID): UB
Press.

Anda mungkin juga menyukai