Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENDIDIKAN AGMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI


AL-WAKIL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


CINDY NIDA’UL HUSNA

HIDAYATUL AHYAR

INDAH

SAPUROH

SITU NURMALA PUTRI

SMA NEGERI 4 KOTA SERANG


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti dengan judul
“Pengertian al -wakil”.

kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Pendidikan
Agama Dan Budi Pekerti kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

serang, 5 Agustus 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

1) Cover

2) Kata pengantar

3) Daftar Isi

4) Pendahuluan

5) Pembahasan
a) Pengertian asmaul husna
b) Pengertian Al-Wakil
PENDAHULUAN

Dalam agama Islam, Asmaa’ul husna (bahasa Arab: ‫أسماء هللا الحسنى‬, asmāʾ allāh al-ḥusnā) adalah


nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang
indah, jadi asma’ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-
nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul
perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak
boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta’ala. Selain perbedaaan
dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang
menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting
adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman
seperti Nabi Muhammad.

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain.
Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis “Allah adalah …”, karena tidak ada satu hal
pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan
keterangan Al-Qur’an tentang Allah ta’ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan
dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami
keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau
dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-Ikhlas.
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ASMA`UL HUSNA

Menurut bahasa, Asma`ul husna artinya nama-nama yang baik. Sedangkan menurut istilah
berarti nama-nama Allah yang baik dan yang agung sesuai dengan sifat-sifat Allah sebagai bukti
keagungan dan kemuliaan-Nya, jumlahnya ada 99 (sembilan puluh
sembilan) nama.Allah berfirman dalam QS. Al-A`raf : 180

Artinya : “Allah mempunyai Asma`ul husna maka memohonlah kepada-Nya dengan


menyebut Asma`ul husna itu.” (QS. Al-A`raf:180) Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Asma`ul
husna jumlahnya 99, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis berikut :

Artinya : “Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus
kurang satu, barang siapa menghafalnya (menyebut di luar kepala) niscaya ia akan dimasukkan
ke dalan surga.” (HR. Imam Bukhari)

2. PENGERTIAN AL-WAKIL (MENJADIKAN PRIBADI YANG BERTAWAKKAL) | ASMAUL


HUSNA
Kata Al-wakil mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil yaitu Allah SWT
yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia
maupun urusan akhirat.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 62 :

َ ِّ ‫هَّللا ُ َخالِقُ ُكل‬


َ ِّ ‫ش ْيءٍ ۖ َوه َُو َعلَ ٰى ُكل‬
ٌ ‫ش ْيءٍ َوكِيل‬

Artinya : “Allah SWT pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.”

Hamba Al-Wakil adalah yang bertawakkal kepada Allah SWT. Menyerahkan segala urusan
kepada Allah SWT melahirkan sikap Tawakal. Tawakal bukan berarti mengabaikan sebab-sebab dari
suatu kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli terhadap sebab itu dan akibatnya adalah sikap malas.
Ketawakkalan dapat diibaratkan dengan menyadari sebab-akibat. Orang harus berusaha untuk
mendapatkan apa yang diinginkanya. Rosululloh SAW bersabda “Ikatlah untamu dan bertawakkalah
kepada Allah SWT.”

Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah doa yang aktih dan harapan akan
adanya pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 102 :

َ ِّ ‫اع ُبدُوهُ َوه َُو َعلَى ُكل‬


 ٌ ‫ش ْيءٍ َوكِيل‬ َ ِّ ‫ َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َر ُّب ُك ْم ال إِلَ َه إِال ه َُو َخالِقُ ُكل‬ 
ْ ‫ش ْيءٍ َف‬

Artinya : “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah SWT Tuhan kamu; tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia adalah
Pemelihara segala sesuatu.”

Contoh perilaku yang dapat diteladani dari Sifat Al-Wakiil adalah kita harus berusaha keras
dalam mengerjakan sesuatu. Setelah itu kita tawakal (menyerahkan hasilnya kepada Allah). Niscaya
Allah akan memberikan hasil yang baik.

Manfaat jika kita meneladani Asmaul Husna Al-Wakil ialah :

1. Kita menjadi takut untuk melakukan perbuatan buruk.

2. Kita menjadi orang yang selalu ingin berbuat baik.

3. Dan kita selalu ingin beribadah kepada allah swt

Dengan demikian, orang yang mempercayakan segala urusannya kepada Allah Swt., akan memiliki
kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh
hamba yang mengetahui bahwa Allah Swt. yang Mahakuasa, Maha Pengasih adalah satu-satunya yang
dapat dipercaya oleh para hamba-Nya. Seseorang yang melakukan urusannya dengan sebaik-baiknya
dan kemudian akan menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt. untuk menentukan karunia-Nya.

Menyerahkan  segala  urusan hanya kepada Allah Swt. melahirkan sikap tawakkal. Tawakkalbukan


berarti mengabaikan sebab-sebab dari      suatu    kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli terhadap sebab
itu dan akibatnya adalah sikap malas. Ketawakkalan dapat diibaratkan  dengan  menyadari sebab-akibat.
Orang harus berusaha untuk mendapatkan  apa             yang diinginkannya. Rasulullah bersabda, “Ikatlah
untamu saw. dan bertawakkallah  kepada Allah Swt.

Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah sebuah doa yang aktif dan harapan akan
adanya pertolongan-Nya. Allah Swt. berfirman yang artinya, “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian
itu ialah Allah Swt. Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala
sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.“ (Q.S. al-An’am ayat 6:102)

Hamba al-Wakil  adalah yang bertawakkal kepada Allah Swt. Ketika hamba tersebut telah melihat
“tangan” Allah Swt. dalam sebab-sebab dan alasan segala sesuatu, dia menyerahkan seluruh hidupnya di
tangan al-Wakil.
DAFTAR PUSTAKA

https://uprint.id/blog/contoh-kata-pengantar/

https://fendi5119.wordpress.com/kandungan-asmaul-husnah-al-wakil/

https://didit-pekiringan.blogspot.com/2014/10/pengertian-al-wakil-menjadikan-
pribadi.html

Anda mungkin juga menyukai