Anda di halaman 1dari 33

BERBAGAI RISIKO DAN

HAZARD K3 DALAM SETIAP


TAHAPAN PEMBERIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
MELISA FRISILIA,S.KEP.,M.KES
• Mengapa Kesehatan Kerja Harus Dilaksanakan?
Alasannya:
-Bekerja, bagian dari kehidupan
- Setiap orang memerlukan pekerjaan u/
m’cukupi kehidupan dan/atau utk aktualisasi diri.
- diingat; dalam melaksanakan pekerjaan berbagai
potensi bahaya ( hazard/ faktor resiko) dan resiko di
tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dpt
menimbulkan cedera/ ggn kesehatan.
KONSEP DASAR KESEHATAN KERJA

• Definisi Sehat
Batasan ‘sehat’ menjadi tujuan Kesehatan
Kerja, bukan saja sehat secara fisik, mental dan
sosial sesuai yang didefinisikan WHO (1948),
tetapi juga sehat secara spiritual sesuai definisi
yang disempurnakan WHO (1984) dan
diamanatkan oleh WHO.
• Kesehatan (UU No.36,2009)
Keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial da
ekonomis.
PATIENT SAFETY DAN CLINICAL RISK
MANAGEMENT

Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 :


“keselamatan pasien (patient safety) adalah proses
dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan kepada pasien secara aman termasuk
didalamnya pengkajian mengenai resiko, identifikasi,
manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko.”
RISK MANAGEMENT TERSEBUT
MELIPUTI :
1. Identifikasi risiko
Bertujuan untuk mengidentifikasi konsekuensi
serta kemungkinan risiko yang akan terjadi serta
untuk membagi penanganan terhadap suatu
risiko berdasarkan tingkat prioritas atau kebutuhan.
2. Analisis risiko
Bertujuan untuk menganalisis serta memisahkan
risiko kecil yang dapat diterima dengan risiko besar
yang tidak dapat diterima. Selain itu, analisis risiko
juga bertujuan untuk mengumpulkan data yang
dapat bermanfaat dalam proses evaluasi dan
perencanaan penanganan risiko.
3. Evaluasi terhadap risiko yang terjadi
Bertujuan untuk membandingkan tingkat atau
level dari suatu risiko yang ditemukan dengan kriteria
risiko yang tidak dapat dihindari. Hasil akhir dari
tahap ini adalah menyusun prioritas risiko sebagai
dasar dalam melakukan tindakan yang lebih lanjut.
4. Penanganan terhadap risiko yang terjadi
Bertujuan untuk mengidentifikasi atau
menentukan pilihan tindakan yang dapat dilakukan
untuk menangani suatu risiko, mengkaji pilihan
tindakan tersebut, merencanakan persiapan untuk
penanganan risiko, dan melakukan pilihan tindakan
tersebut.
LANJUTAN …

5. Pengamatan secara terus menerus


Bertujuan untuk menjamin atau memastikan
bahwa pengorganisasian tindakan yang telah
direncanakan bermanfaat dan dapat mengontrol
pelaksanaan dari penganganan risiko tersebut.
HAZARD

• Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang


dapat mengakibatkan cidera (injury) atau
kerusakan (damage) baik manusia, properti dan
Setiap kegiatan yang dilakukan tidak ada satupun
yang bebas dari resiko yang ditimbulkan dari
bahaya, demikian pula kegiatan yang dilakukan di
industri yang dalam proses produksinya
menggunakan proses kimia
CONTOH HAZARD DAN RESIKO BAGI
PERAWAT
• Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan
pasien dan keluarga
• Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan
pengkajian
• Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan
pertanyaan yang di ajukan perawat
• Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun
udara saat pemeriksaan fisik.
• Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan
pasien dan keluarganya
HAZARD DAN RESIKO KESEHATAN DI
TEMPAT KERJA
Komponen kerja berupa:
1. Hazard Tubuh Pekerja
2. Hazard Perilaku Kesehatan
3. Hazard Lingkungan Kerja (fx.fisik,kimia&biologik)
4. Hazard Ergonomik
5. Hazard pengorganisasian pekerjaan
6. Hazard budaya kerja
1. HAZARD TUBUH PEKERJA
( SOMATIC HAZARD)
Berasal dari dalam tubuh pekerja (kapasitas
kerja&status kesehatan pekerja)
Contoh: seorang pekerja (buta warna) mengerjakan
alat elektronik yang penuh dengan kabel warna-
warni, hazard somatiknya dapat membahayakan
dirinya maupun orang lain.
2. HAZARD PERILAKU KESEHATAN
(BEHAVIOR HAZARD)
• Contoh:
kebiasaan menggunakan HP saat memperbaiki
mesin menyebabkan tangan seorang mekanik
tersayat gerinda, aktivitas fisik yang rendah dan pola
makan yang berlemak jenuh (gorengan dan
makanan bersanan) menyebabkan resiko terserang
penyakit jantung.
3. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
(ENVIRONMENTAL HAZARD)
• Berupa faktor fisik,Kimia dan biologik yang
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila
kadarnya atau intensitas pajanannya tinggi
melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (
bising yang menimbulkan ggn auditori dan
nonauditori)
4. HAZARD ERGONOMIK

• Terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan


kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work
station.
5. HAZARD PENGORGANISASIAN
PEKERJAAN DAN BUDAYA KERJA
• Contoh:
Faktor stres kerja berupa beban kerja berlebih atau
pembagian pekerjaan yang tidak proporsional,
budaya kerja sampai jauh malam dan mengabaikan
kehidupan sosial pekerja.
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN
PADA KESELAMATAN PASIEN

• Faktor fisik yang meliputi : penerangan, suhu udara,


kelembaban, tekanan udara.
• Faktor kimia yang meliputi : gas, uap, debu, kabut
asap,dan cairan.
• Faktor biologi yang meliputi : tumbuhan dan
hewan.
• Faktor fisiologis yang meliputi : sikap dan cara kerja.
• Faktor mental - psikologis meliputi : suasana kerja,
hubungan kerja.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERILAKU
MANUSIA
• Variabel Individu
- Kemampuan dan Keterampilan
“ pencapaian individu atas usaha untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan
benar”
- Latar Belakang
“keluarga, tingkat sosial, dan pengalaman.
- Demografis
“umur, etnis, dan jenis kelamin”
VARIABEL PSIKOLOGI

• Persepsi
• Sikap
• Kepribadian
• Belajar
• Motivasi
VARIABEL ORGANISASI

• Sumber daya
• Kepemimpinan
• Imbalan
• Struktur
• Desain pekerjaan
• Supervisi
KONSEP EVIDENCE BASED PRACTICE

• Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan


yang teliti dan bertanggung jawab dengan
menggunakan bukti (berbasis bukti) yang
berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai
pasien untuk menuntun pengambilan keputusan
dalam proses perawatan (Titler, 2008).
• Evidence Based Practice (EBP) keperawatan
adalah proses untuk menentukan, menilai, dan
mengaplikasikan bukti ilmiah terbaik dari literature
keperawatan maupun medis untuk meningkatkan
kualitas pelayanan pasien.
TINGKATAN EVIDENCE

• digunakan untuk mengukur kekuatan suatu


evidence dari rentang bukti terbaik sampai dengan
bukti yang paling rendah.
LEVEL OF EVIDENCE

• Level 1 :Evidence berasal dari systematic review


atau meta-analysis dari RCT yang sesuai.
• Level 2 :Evidence berasal dari suatu penelitian RCT
dengan randomisasi.
• Level 3 :Evidence berasal dari suatu penelitian RCT
tanpa randomisasi.
• Level 4 :Evidence berasal dari suatu penelitian dengan
desain case control dan kohort.
• Level 5 :Evidence berasal dari systematic reviews dari
penelitian descriptive dan qualitative.
• Level 6 :Evidence berasal dari suatu penelitian
descriptive atau qualitative.
• Level 7 :Evidence berasal dari suatu opini dan atau
laporan dari para ahli.
Randomized Kontrolled Trial
LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI
EBP
7 (tujuh) langkah yang harus dilewati ketika akan
mengimplementasikan suatu Evidence Based Practice
1. Menumbuhkan semangat terhadap penelitian
2. Merumuskan pertanyaan klinis dalam format PICOT
P : Patient Population (kelompok / populasi pasien)
I : Intervention or Issue of Interest (intervensi atau
issue yang menarik)
C : Comparison intervention of group
(perbandingan intervensi didalam populasi)
O : Outcome (tujuan)
T : Time frame (waktu)
3. Mencari dan mengumpulkan literatur evidence yang
berhubungan
4. Melakukan telaah atau penilaian kritis terhadap
evidence
5. Mengintegrasikan evidence terbaik dengan
pengalaman klinis dan rujukan serta nilai-nilai pasien
didalam pengambilan keputusan atau perubahan.
6. Mengevaluasi tujuan di dalam keputusan praktis
berdasarkan evidence.
7. Menyebarluaskan tujuan EBP atau perubahan
EVIDENCE BASED PRACTICE DAN
CLINICAL RESEARCH DALAM
KEPERAWATAN
• Faktor yang Mempengaruhi Implementasi EBP
- karakteristik dari cara adopsi (nilai penelitian
keperawatan, kemampuan, dan kesadaran
perawat)
- karakteristik organisasi (setting, hambatan, dan
keterbatasan),
- karakteristik dari inovasi (kualitas penelitian), dan
karakteristik dari pola komunikasi (cara
penyampaian dan akses ke penelitian) “
ISU ETIK DALAM NURSING CLINICAL
RESEARCH
4 (empat) isu etik utama dalam melakukan suatu
penelitian keperawatan yaitu :
1. Informed Concent
seseorang yang menjadi subjek penelitian
mengetahui dan mendapatkan informasi secara
adekuat terkait penelitian yang akan dilakukan,
memiliki kemampuan untuk memilih, dan secara
sukarela (voluntarily) menjadi subjek penelitian tanpa
paksaan
LANJUTAN…. ISU ETIK DALAM
NURSING CLINICAL RESEARCH
2. Beneficience-do no harm
• Subjek penelitian dapat memiliki resiko bahaya dari
berbagai aspek (fisik, psikologis, sosial, dan
ekonomi), hal ini menutut peneliti untuk dapat
meminimalisir segala bentuk kemungkinan bahaya
dan ketidaknyamanan saat penelitian berlangsung.
3. Respect for anonymity and confidentiality
• Aspek kerahasiaan, baik dari segi identitas maupun
data hasil penelitian harus menjadi perhatian
penting dari tim peneliti.
LANJUTAN…. ISU ETIK DALAM
NURSING CLINICAL RESEARCH
4. Respect for privacy.
tindakan yang bersifat invasive dan berpotensi
mengancam martabat, atau bahkan
menghasilkan perasaan cemas, rasa bersalah,
atau malu. Hal ini juga yang harus diperhatikan
PENERAPAN EBN DALAM PROSES
KEPERAWATAN

1. Tahap pengkajian
Pada tahap ini, perawat mengumpulkan informasi untuk
mengkaji kebutuhan pasien dari berbagai sumber.
Informasi dapat diperoleh melalui wawancara dengan
pasien, anggota keluarga, perawat yang lain, atau
tenaga kesehatan yang lain dan juga dapat melalui
rekam medis, dan observasi.
2. Tahap penegakkan diagnosis keperawatan
Hasil penelitian yang dapat digunakan antara lain adalah
hal yang terkait membuat diagnosis keperawatan secara
lebih akurat dan frekuensi terjadinya masing-masing
batasan karaktersitik yang terkait dengan suatu diagnosis
keperawatan.
LANJUTAN…PENERAPAN EBN DALAM
PROSES KEPERAWATAN

3. Tahap perencanaan
Pada tahap ini, hasil penelitian yang dapat
digunakan antara lain hasil penelitian yang
mengindikasikan intervensi keperawatan tertentu
yang efektif untuk diaplikasikan pada suatu budaya
tertentu, tipe dan masalah tertentu, dan pada
pasien tertentu
4. Tahap intervensi/implementasi
Idealnya, perawat yang bertanggung jawab akan
melakukan intervensi keperawatan yang sebanyak
mungkin didasarkan pada hasil-hasil penelitian.
LANJUTAN…PENERAPAN EBN DALAM
PROSES KEPERAWATAN
5. Tahap evaluasi
Pada tahap ini, evaluasi dilakukan untuk menilai
apakah intervensi yang dilakukan berdasarkan
perencanaan sudah berhasil dan apakah efektif dari
segi biaya. Hasil penelitian yang dapat digunakan
pada tahap ini adalah hal yang terkait keberhasilan
ataupun kegagalan dalam suatu pemberian asuhan
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai