Anda di halaman 1dari 9

JURNAL STATISTIKA T.

A 2018-2019

FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DALAM PENINGKATAN KEHIDUPAN LINGKUNGAN FISIK


PERKAMPUNGAN KOTA DI KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL
Aurora Yulia C 1(1), Azmi Ridho 2(2), Sabine F. Sayidina 3(3)

(1)
Lab PPSR/ Kelompok 14,Kecamatan Cibeunying Kidul / Perencanaan Wilayah dan Kota/ Fakultas Teknik /Universitas Islam Bandung.
(2)
Lab PPSR/ Kelompok 14,Kecamatan Cibeunying Kidul / Perencanaan Wilayah dan Kota/ Fakultas Teknik /Universitas Islam Bandung.
(3)
Lab PPSR/ Kelompok 14,Kecamatan Cibeunying Kidul / Perencanaan Wilayah dan Kota/ Fakultas Teknik /Universitas Islam Bandung.

Abstrak
Kecamatan Cibeunying merupakan salah satu kawasan yang memiliki karakteristik perkampungan kota.
Kondisi sanitasi yang kurang baik, Pola struktur ruang bangunan yang semerawut dan Struktur fisik bangunan yang rapat
membuat kawasan ini menjadi kawasan permukiman yang kumuh. Kualitas bangunan dan prasarana yang buruk membuat
penurunan terhadap kehidupan lingkungan fisik perkampungan kota di Cibeunying Kidul. Untuk meningkatan kualitas
kehidupan khususnya kualitas kehidupan lingkungan fisik perkampungan kota, maka perlu diketahui faktor yang
mendukung dalam peningkatan kehidupan lingkungan fisik perkampungan kota di Kecamatan Cibenunying Kidul.

Kata-kunci : Perkampungan Kota, Lingkungan fisik, Permukiman Kumuh, Peningkatan Kehidupan, Kualitas

Pengantar sumber terjadi kebakaran karena tata ruang perumahan


yang tidak benar.
Faktor eksternal adalah adalah faktor yang berasal Oleh karena itu, kawasan perkampungan kota yang
dari luar. Adapun faktor eksternal yang menjadi pemicu disebut pemukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota
munculnya permasalahan sosial adalah faktor alam, faktor yang harus diatasi. Setelah menelaah lebih jauh, terdapat
kependudukan, faktor lokasi, faktor ekonomi, faktor beberapa isu dan permasalahan pemukiman di Cibeunying
lingkungan, dan juga faktor sosial. Kampung adalah ciri Kidul, yaitu:
kehidupan bermukim yang dapat dianggap sebagai tatanan  Kondisi sanitasi yang kurang baik, disebabkan
permukiman tradisional sebelum masuknya perencanaan karena sifat/prilaku masyarakat sekitar yang
permukiman modern khususnya di Indonesia. Tipologi menggunakan saluran drainase menjadi saluran
permukiman ini merupakan akar dari pertumbuhan kota- buangan air kotor sekaligus air limpasan hujan,
kota di Indonesia karena kampung pada dasarnya sehingga apabila terjadi musim hujan lingkungan
merupakan embrio pertumbuhan, sehingga penataan suatu sekitar menjadi tidak sehat.
kawasan kota perlu memperhatikan eksistensi kampung ini  Pola struktur ruang bangunan yang terkesan
sebagai titik tolak penataan. Kampung dapat menjadi semerawut, hal ini dikarenakan perubahan
sumber peradaban, kreativitas maupun budaya kota karena pengguanaan lahan yang tidak sesuai dengan
kondisi dan keterbatasan yang ada. Perkampungan adalah Rencana Tata Ruang, Masalah ini berada di
kelompok rumah yang merupakan kampung. Kawasan seluruh Kecamatan di Cibeunying Kidul.
perkampungan adalah satu wilayah dengan luas dan atau Struktur fisik bangunan yang rapat, dominasi kawasan
batas yang dikelilingi oleh perkampungan yang lain, kumuh di Kecamatan ini berada di daerah pusat
biasanya kawasan ini merupakan kawasan lindung yang permukiman padat, dimana hampir seluruh bangunan tidak
mendapat perhatian serius dari pemerintah terkait dengan ada jarak sama sekali antara rumah satu dengan rumah
adat budaya indonesia yang harus dilestarikan dan dijaga lainnya sehingga akses jalan untuk dilalui hanya bisa dilalui
keberadaannya. Kota merupakan suatu permukiman yang oleh satu motor atau orang, Terutama Kelurahan Cikutra
memiliki bangunan dengan tingkat kepadatan yang tinggi dan Kelurahan Cicadas merupakan titik kawasan kumuh
dan penduduknya bermata pencaharian non pertanian. pada Kecamatan ini, selain bangunan nya yang sangat
Dengan demikian dapat digambarkan bahwa Kota memiliki rapat dan hampir tidak ada ruang sedikit pun untuk ruang
tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi (Budiharjo, terbuka. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1992; 49).
Perkampungan kota adalah suatu bentuk 1.Menyederhanakan variabel-variabel menjadi beberapa
permukiman di wilayah perkotaan khas Indonesia dengan faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kehidupan
penduduk masih membawa sifat dan perilaku kehidupan lingkungan fisik di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota
pedesaan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang Bandung
erat, tentunya diikuti dengan kondisi fisik bangunan dan
lingkungan yang cenderung tidak beraturan (organis), serta 2.Mengetahui Faktor-Faktor Eksternal dalam Peningkatan
memiliki kerapatan bangunan dan kepadatan yang tinggi Kehidupan Perkampungan Kota di Kecamatan Cibeunying
(Sastroasmito, 2009). Kampung kota memiliki ciri khas Kidul”. Sasaran yang perlu dicapai dalam penelitian ini
sebagai perumahan informal (yang berarti perumahan yang
adalah teridentifikasinya faktor-faktor eksternal yang
muncul tanpa adanya perencanaan dari instansi formal),
menjadi prioritas utama dalam peningkatan kehidupan
sehingga sering kali kita sebagai orang awam memandang
kampung kota sebagai perumahan yang tidak layak huni. lingkungan fisik perkampungan kota di Kecamatan
Tidak bisa dipungkiri bahwa kampung kota tersusun dari Cibeunying Kidul.
perumahan yang sangat padat, dan juga kampung kota jadi
JURNAL STATISTIKA T.A 2016-2017 | 1
Faktor-Faktor Eksternal dalam Peningkatan Kehidupan Lingkungan Fisik Perkampungan Kota di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung
Sasaran dari tujuan penyusunan makalah tentang Metode Analisis Data
Faktor-faktor eksternal dalam peningkatan kehidupan Dalam penyusunan makalah ini, penulis
perkampungan kota ini antara lain sebagai berikut : menggunakan metode Analisis Faktor. Metoda ini didasari
oleh teori pengukuran dan teori hirarki. Dimana setelah
1.Menentukan variabel-variabel yang tepat dalam melakukan pencarian data primer dengan kuisioner didapat
menentukan faktor-faktor yang data kuantitatif yang asalnya merupakan data kualitatif.
Metoda Analisis faktor merupakan salah satu metode
mempengaruhi peningkatan kehidupan lingkungan fisik statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan
perkampungan kota di Kecamatan Cibeunying Kidul. antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen
antara satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu
2.Menyeleksi variabel-variabel yang tepat dan berpengaruh. atau lebih kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah
variabel awal. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi
3.Menganalisis dan menginterpretasikan hasil dari data dan menginterpretasikannya sebagai suatu variabel
baru yang berupa variabel bentukan. Analisis faktor juga
penelitian secara rinci dan sesuai dengan data yang
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam
didapatkan, sehingga dapat mengidentifikasi hubungan
menjelaskan suatu masalah. Di dalam analisis varian,
variabel dengan respoden melalui analisis faktor. regresi berganda dan diskriminan, satu variabel disebut
sebagai variabel tak bebas (dependent variable) atau
4.Memberikan rekomendasi dalam perencanaan dari faktor- kriterion dan variabel lainnya sebagai variabel bebas atau
faktor yang terbentuk, yang berperan dalam penentuan prediktor. Di dalam analisis faktor disebut teknik
kebijakan bagi pihak-pihak berwenang. interdependensi (interdependence technique) di mana
seluruh set hubungan yang independen diteliti (Supranto,
Metode 2010).
Metode Pendekatan kualitatif merupakan proses Di dalam analisis faktor, variabel tidak
pendekatan dengan cara wawancara atau obesrvasi melihat dikelompokkan menjadi variabel bebas dan tidak bebas,
langsung kondisi eksisting wilayah penelitian yang dikaji, sebaliknnya penggantinya seluruh set hubungan
sedangkan metode pendekatan kuantitatif data yang interdependen antar variabel diteliti. Analisis faktor dapat
digunakan yaitu dengan menggunakan kuisioner atau data pula dipandang sebagai perluasan dari analisis komponen
yang telah diolah berdasarkan perhitungan, kemudian utama. Keduanya merupakan teknik analisis yang
dianlaisis seusai kondisi wilayah eksisting (fakta menjelaskan struktur hubungan diantara banyak variabel
dilapangan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini dalam sistem konkret.
adalah metode penelitian survei, yaitu metode penelitian Tujuan dari analisis faktor adalah untuk
yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui menggambarkan hubungan – hubungan kovarian antara
pengambilan sampel dari responden dengan menggunakan beberapa variabel yang mendasari tetapi tidak teramati,
daftar pertanyaan (kuesioner). kuantitas random yang disebut faktor (Johnson and
Wichern, 2007).
Metode Pengumpulan Data
Penentuan objek dan Variabel penelitian
Dalam proses pengumpulan data, penelitian ini
menggunakan dua metode dengan menggunakan Data Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan
Primer dan Data Sekunder: Cibeunying Kidul karena Kecamatan Cibeunying Kidul
Data Primer: memiliki karakteristik permukiman perkotaan yang padat
1. Kuesioner yang telah dibuat yang ditujukan kepada dengan jumlah penduduk 100.882 jiwa.
masyarakat.
2. Wawancara di Kecamatan Cibeunying Kidul. Lokasi Kecamatan Cibeunying Kidul berada di
Wawancara yaitu komunikasi secara langsung, pinggiran pusat kota dengan kegiatan ekonomi di dominasi
berupa proses tanya-jawab terhadap penduduk yang dengan perdagangan dan jasa sehingga membuat daerah
ada di wilayah kajian dengan penyebaran kuisioner tersebut menjadi semakin terlihat kumuh dikarenakan
dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang banyaknya bangunan-bangunan yang berhimpitan. Selain
kondisi riil di Cibeunying Kidul. itu terjadi kesemerawutan dan ketidak teraturan kawasan
3. Dokumentasi untuk melihat kondisi eksisting wilayah kian hari kian buruk. Bangunan yang tidak rapi, rendahnya
studi. sanitasi, serta estetika yang menganggu terlebih lagi
masalah kebersihan yang dapat menjadi sumber
penyakitbagi lingkungan lain.
Data Sekunder:
1. Instansi Pemerintah diantaranya Profil Kelurahan, dan Karakteristik kawasan permukiman di Kecamatan
Profil Kecamatan. Cibeunying Kidul ini dapat dikategorikan sebagai kawasan
Internet yaitu mencari informasi tentang dasar-dasar atau kampung kota sehingga pengambilan sampel dilakukan di
kriteria Penetapan Kriteria tingkat pengelolaan air bersih Kecamatan Cibeunying Kidul.

Input untuk analisis faktor penelitian ini adalah :

V1 Aksesibilitas AK
V2 Kepadatan KB
Bangunan

2 | JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019


Aurora Yulia C, Azmi Ridho, dan Sabine Fatimah S

V3 Keterbatasan KL SARANA
3.97 1.168 130 0
Lahan PENDIDIKA
V4 Harga Lahan HL N
V5 Mata Pencaharian MP JARAK KE
3.97 1.226 130 0
V6 Sarana SP INSTANSI
Pendidikan
V7 Jarak ke Instansi JKI TRANSPORT
4.28 1.086 130 0
ASI
V8 Transportasi TR

INTERPRETASI :

Berdasarkan hasil analisis di atas objek data yang


telah dianalisis berjumlah 130 objek/responden dengan
tidak adanya missing/kehilangan data dalam proses input
data tersebut. Untuk mempertegas bahwa data tersebut
sudah bersih dari kesalahan, bisa kita lihat melalui
perhitungan manual nilai mean, sebagai contoh dari data
Keterbatasan Lahan dengan rumus :

Gambar 1. Kondisi Permukiman Kecamatan


Cibeunying Kidul

Analisis dan Interpretasi Interpretasi Correlation Matrix

Interpretasi Tabel Descriptive Statistics Tabel Correlation Matrix menunjukkan informasi


hubungan korelasi antar variabel. Dengan ketentuan
Tabel Descriptive statistics merupakan tabel yang hubungan korelasi dan signifikan sebagai berikut :
menunjukkan sekelompok data yang dianalisis a) Hubungan Korelasi :
menggunakan analisis faktor. Tabel ini menunjukkan >0,5(Hubungan antar variabel = kuat)
jumlah data yang digunakan dan menunjukkan apabila ada <0,5(Hubungan antar variabel= lemah)
data yang hilang atau tidak masuk ketika kita menginput (+) = arah korelasi yang searah
data. (-) = arah korelasi yang berlawanan.
b) Signifikan : < 0,05 (Signifikan)
Tabel 1 > 0.05 (Tidak Signifikan).
Descriptive Statistics
Mean Std. Analysis Missin Tabel 2
Correlation Matrix
Deviati N gN AKSE KEPA KETE
on SIBIL DAT RBAT
ITAS AN ASAN
BAN LAHA
AKSESIBILI 3.69 1.435 130 0 GUN N
TAS AN
AKSE 1.000 -.076 -.091
KEPADATAN
4.45 .846 130 0
BANGUNAN SIBILI
TAS
KETERBATA
4.49 .790 130 0 KEPA
SAN LAHAN -.076 1.00 -.070
DATA
N 0
HARGA
3.90 1.275 130 0 BANG
LAHAN UNAN
KETE
MATA -.091 -.070 1.000
3.42 1.509 130 0 RBAT
PENCAHARI ASAN
AN LAHA
N
HARG
.004 -.015 .126
A

JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019 | 3


Faktor-Faktor Eksternal dalam Peningkatan Kehidupan Lingkungan Fisik Perkampungan Kota di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung
LAHA KETE .126 -.036 -.034
N RBAT
MATA ASAN
-.062 .003 -.036 LAHA
PENC
Cor AHAR N
elati IAN HARG 1.00 .026 .097
SARA A 0
on .036 .077 -.034 LAHA
NA
PEND N
IDIKA MATA .026 1.000 -.023
N PENC
JARA AHARI
K KE -.168 .006 .120 AN
INSTA SARA .097 -.023 1.00
NSI NA 0
TRAN PENDI
-.149 .006 .536 DIKAN
SPOR
TASI JARA - .061 -.087
AKSE K KE .106
.196 .152 INSTA
SIBILI
TAS NSI
KEPA TRAN .121 .057 -.073
DATA .196 .214 SPOR
N TASI
BANG AKSE .481 .241 .342
UNAN SIBILI
KETE TAS
.152 .214 KEPA .432 .487 .192
RBAT
ASAN DATA
LAHA N
N BANG
HARG UNAN
.481 .432 .076 KETE .076 .341 .351
Sig. A
LAHA RBAT
(1-
N ASAN
tailed LAHA
MATA
) PENC .241 .487 .341 N
AHAR HARG .385 .136
IAN A
SARA Sig. LAHA
.342 .192 .351 (1- N
NA
PEND taile MATA .385 .395
IDIKA d) PENC
N AHARI
JARA AN
.028 .473 .087 SARA .136 .395
K KE
INSTA NA
NSI PENDI
TRAN DIKAN
.045 .475 .000 JARA .115 .244 .162
SPOR
TASI K KE
INSTA
NSI
Tabel 3 .085 .260 .205
Correlation Matrix TRAN
HA MATA SAR SPOR
RG PENC ANA TASI
A AHAR PEN
LAH IAN DIDI
AN KAN Tabel 4
AKSE .004 -.062 .036 Correlation Matrix
SIBILI HA MATA SAR
TAS RG PENC ANA
Corr A AHAR PEN
KEPA - .003 .077
elati LAH IAN DIDI
DATA .015
on AN KAN
N
BANG
UNAN

4 | JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019


Aurora Yulia C, Azmi Ridho, dan Sabine Fatimah S
AKSE .004 -.062 .036 JARA TRANS
SIBILI K KE PORTA
TAS INSTA SI
KEPA - .003 .077 NSI
DATA .015 AKSESIB -.168 -.149
N ILITAS
BANG KEPADA .006 .006
UNAN TAN
KETE .126 -.036 -.034 BANGUN
RBAT AN
ASAN KETERB .120 .536
LAHA ATASAN
N LAHAN
HARG 1.00 .026 .097 HARGA -.106 .121
A 0 LAHAN
Corr Correl
LAHA MATA .061 .057
elati ation
N PENCAH
on
MATA .026 1.000 -.023 ARIAN
PENC SARANA -.087 -.073
AHARI PENDIDI
AN KAN
SARA .097 -.023 1.00 JARAK 1.000 .251
NA 0 KE
PENDI INSTANS
DIKAN I
JARA - .061 -.087 TRANSP .251 1.000
K KE .106 ORTASI
INSTA AKSESIB .028 .045
NSI ILITAS
TRAN .121 .057 -.073 KEPADA .473 .475
SPOR TAN
TASI BANGUN
AKSE .481 .241 .342 AN
SIBILI KETERB .087 .000
TAS ATASAN
KEPA .432 .487 .192 LAHAN
DATA HARGA .115 .085
N Sig. LAHAN
BANG (1- MATA .244 .260
UNAN tailed) PENCAH
KETE .076 .341 .351 ARIAN
RBAT SARANA .162 .205
ASAN PENDIDI
LAHA KAN
N JARAK .002
HARG .385 .136 KE
A INSTANS
Sig. LAHA I
(1- N TRANSP .002
taile MATA .385 .395 ORTASI
d) PENC
AHARI
AN Berdasarkan hasil analisis diatas berikut ini merupakan
SARA .136 .395 kesimpulan hubungan korelasi dan signifikannya :
NA a. Hubungan korelasi terkuat searah antara variabel
PENDI Transportasi dengan variabel Keterbatasan Lahan
DIKAN (0,536)
JARA .115 .244 .162 b. Hubungan korelasi terkuat berlawanan arah tidak
K KE
ada
INSTA
c. Hubungan korelasi terlemah searah antara
NSI
variabel Transportasi dengan Jarak ke Instansi
TRAN .085 .260 .205
SPOR (0,002)
TASI d. Hubungan korelasi terlemah berlawanan arah
antara variabel Kepadatan Bangunan dengan
variabel Harga Lahan (-0,015)
e. Paling signifikan antara variable Transportasi
dengan variabel Jarak ke Instansi (0,002)

JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019 | 5


Faktor-Faktor Eksternal dalam Peningkatan Kehidupan Lingkungan Fisik Perkampungan Kota di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung
f. Paling tidak signifikan antara variabel Mata
KEPADATAN 1.000 .665
Pencaharian dengan variabel Kepadatan
Bangunan (0,487) BANGUNAN

Tabel 5 KETERBATASAN 1.000 .721


KMO And Barrlet’s Test LAHAN
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of .551
HARGA LAHAN 1.000 .629
Sampling Adequacy.
68.0
Approx. Chi-Square MATA PENCAHARIAN 1.000 .894
41
Bartlett's df 28 SARANA 1.000 .509
Test of .000 PENDIDIKAN
Sig.
Sphericity
JARAK KE INSTANSI 1.000 .504
Tabel KMO and Barlett’s Test, menunjukkan informasi
apakah analisis faktor ini layak atau tidak layak untuk TRANSPORTASI 1.000 .726
dianalisis lebih lanjut. Dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pengujian matriks korelasi barlett’s test of sphericity
“Untuk menguji hipotesis bahwa matriks korelasi adalah Extraction Method: Principal Component Analysis.
harus matriks identitas”
 H0 = Diterima, maka penggunaan analisis faktor Berdasarkan hasil analisis di atas, ada keberadaan
perlu dipertimbangkan. data variabel yang harus direduksi sebab nilai data variabel
 H1 = Diterima, maka data tersebut layak setelah diekstraksi menunjukkan nilai > 0.5 dan ada pula
menggunakan analisis faktor, dimana nilai uji <0.5 dan juga metode ekstraksi yang digunakan pada data
barlett’s test > nilai signifikan < 0,05 (ketetapan tersebut adalah dengan menggunakan metode Principle
nilai signifikan). Component Analysis yang artinya data tersebut diekstraksi
b. Pengujian ukuran kecukupan sampling (KMO / Kaiser seluruhnya tanpa membedakan variansi common dan
Meyer Olkin) variansi unique.
“Untuk membandingkan besarnya koefisien korelasi
amatan dengan koefisien parsial” Tabel Variance Explained, menunjukkan informasi
 Diterima, apabila nilai KMO > 0,5 (nilai ketetapan tentang jumlah faktor yang terbentuk, dilihat dari nilai total
korelasi). initial eigenvalues pervariabel yang bernilai > 1.
Berdasarkan hasil analisis di atas, data tersebut layak di
analisis menggunakan analisis faktor, karena : Tabel 7
a. Dari hasil uji barlett’s test dikatakan layak karena nilai Total variance explained
uji barlett’s test (68.041) > nilai signifikan (0,000) < Total Variance Explained
ketetapan nilai signifikan (0,05).
b. Juga dari hasil uji kecukupan sampling dikatakan layak
karena nilai KMO (0,551) > 0,5 (nilai tersebut di katakan Com Initial Eigenvalues Extraction Sums of
masuk ke dalam kriteria baik). pone Squared Loadings
nt
Tot % of Cumu Tota % of Cumu
Interpretasi Tabel Comunalties
al Varia lative l Varia lative
Tabel Communalities, menunjukkan informasi
nce % nce %
tentang ada atau tidaknya data yang perlu direduksi, sebab
nilai hasil ekstraksi < 0,05.
1.7 21.86 21.86 1.74 21.86 21.86
1
49 7 7 9 7 7
Tabel 6
Communalties
1.2 15.26 37.12 1.22 15.26 37.12
Communalities 2
21 0 7 1 0 7
Initial Extractio
1.1 13.85 50.98 1.10 13.85 50.98
n 3
08 4 1 8 4 1
AKSESIBILITAS 1.000 .438

6 | JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019


Aurora Yulia C, Azmi Ridho, dan Sabine Fatimah S

1.0 12.59 63.57 1.00 12.59 63.57 1 2 3 4


4
07 4 5 7 4 5
TRANSPORTA .839 .139 -.007 -.046
.87 10.90 74.48 SI
5
2 5 0
KETERBATAS .761 .320 -.143 -.136
.85 10.70 85.18 AN LAHAN
6
6 6 6
HARGA .173 .682 .196 .308
.75 9.375 94.56 LAHAN
7
0 1
JARAK KE .494 -.502 .040 -.078
.43 5.439 100.0 INSTANSI
8
5 00
KEPADATAN -.044 -.128 .734 -.328
Extraction Method: Principal Component Analysis. BANGUNAN

Berdasarkan hasil analisis di atas, faktor yang


SARANA -.177 .439 .522 -.111
terbentuk empat faktor dengan nilai total initial eigenvalues
(1.749 , 1.221 , 1.108 , 1.007). PENDIDIKAN

AKSESIBILITA -.382 .349 -.412 .009


Interpretasi Scree Plot S

Diagram Scree Plot, pada hakikatnya sama dengan


MATA .111 -.224 .257 .875
tabel total variance explained, yaitu untuk menunjukkan
jumlah faktor yang terbentuk namun dilihat berdasarkan PENCAHARIA
dendogram, dengan ketentuan yang masih sama, yaitu
N
dengan melihat nilai eigenvalues yang bernilai > 1.

Gambar 2. Scree Plot Berdasarkan hasil analisis di atas, menghasilkan


hubungan antar komponen sebagai berikut :
a. Faktor 1 memiliki hubungan dengan variabel :
Transportasi (.839), Keterbatasan Lahan (.761)
b. Faktor 2 memiliki hubungan dengan variabel :
Harga Lahan (.682), Jarak ke Instansi (-.502).
c. Faktor 3 memiliki hubungan dengan variable:
Kepadatan Bangunan (.734), Sarana Pendidikan
(.522).

Interpretasi Rotated Component Matriks

Proses inti dari analisis faktor adalah melakukan ekstraksi


terhadap sejumlah variabel sehingga akan terbentuk satu
faktor atau lebih. Dimana rotasi faktor akan memperjelas
Berdasarkan pengamatan diagram di atas, nilai posisi sebuah variabel, akankah dimasukkan pada faktor
eigenvalues > 1 ada sebanyak 4, yang berarti faktor yang yang satu atau pada faktor yang lain. Rotated Component
terbentuk berjumlah 4 faktor. Matrix memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas
dan nyata dengan cara memilih variabel yang nilainya
Interpretasi Component Matriks mendekati 1. Dalam menentukan kelompok faktor, nilai
variabel yang negatif ( - ) tidak dilihat. Syarat terbentuknya
Tabel 8 component matrix yaitu apabila memiliki nilai &gt;0,5.
Component Matriks
Component Matrixa

Component

JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019 | 7


Faktor-Faktor Eksternal dalam Peningkatan Kehidupan Lingkungan Fisik Perkampungan Kota di Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung
Tabel 9 Berdasarkan hasil akhir di atas, maka setiap faktor
Rotated Component Matrixa dapat diberi nama sesuai dengan kriteria variabel yang ada
Component di dalamnya :
a. Faktor 1 = Tata Guna Lahan dan
1 2 3 4 Transportasi
b. Faktor 2 = Lahan dan Bangunan
TRANSPORTAS .844 -.059 .072 .068 c. Faktor 3 = Aksesibilitas
I d. Faktor 4 = Mata Pencaharian

KETERBATASA .837 .056 -.076 -.106 Kesimpulan


N LAHAN
1. Faktor-faktor eksternal dalam peningkatan kehidupan
HARGA LAHAN .306 .696 -.091 .204 perkampungan kota di Kecamatan Cibeunying Kidul
sebanyak 8 faktor variabel yaitu Aksesibilitas,
SARANA -.084 .598 .367 -.101 Kepadatan Bangunan, Keterbatasan Lahan, Harga
PENDIDIKAN Lahan, Mata Pencaharian, Sarana Pendidikan, Jarak
ke Instansi, dan Transportasi. Diantara 8 faktor
JARAK KE .340 -.550 .255 .141 variabel yang ada, setelah dilakukan Analisis Faktor
INSTANSI berdasarkan hasil kuesioner terbentuk menjadi 4
Faktor dalam peningkatan kehidupan perkampungan
KEPADATAN -.107 .102 .797 -.090 kota yaitu Faktor 1 berhubungan dengan variabel
BANGUNAN Transportasi dengan nilai 0,837, dan Keterbatasan
Lahan dengan nilai 0,844. Faktor 2 memiliki hubungan
AKSESIBILITA -.239 .246 -.510 -.246 dengan variabel HARGA LAHAN (0,696), SARANA
S PENDIDIKAN (0.598) JARAK KE INSTANSI (-0,550).
2. Faktor dominan dalam Peningkatan Kehidupan
MATA -.052 .014 .005 .944 Perkampungan kota di Kecamatan Cibeunying Kidul
PENCAHARIAN berdasarkan hasil akhir, maka terbentuk
a. Faktor 1 = Tata Guna Lahan dan
Berdasarkan hasil analisis di atas, menghasilkan Transportasi
output akhir sebagai berikut: b. Faktor 2 = Lahan dan Bangunan
c. Faktor 3 = Aksesibilitas
Tabel 10 d. Faktor 4 = Mata Pencaharian
Penamaan Hasil Akhir Maka dari 4 Faktor tersebutlah yang mempengaruhi
Faktor Variabel Penamaan dalam peningkatan kehidupan perkampungan kota di
Kecamatan Cibeunying Kidul.
KETERBATASAN
LAHAN (0,844) Tata Guna
1 Lahan dan Daftar Pustaka
TRANSPORTASI
Transportasi
(0,837) Adhisakti, L.T., 1997. “A Study on the Conservation
Planning of Yogyakarta Historic- tourist City Based
HARGA LAHAN on Urban Space Heritage Conceptio”’, Kyoto
University.
(0,696)
SARANA Badan Standardisasi Nasional, 2004. Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
2 PENDIDIKAN Lahan dan Danisworo, M. dan Martokusumo, W., 2003. “Materi
(0.598) Bangunan Perkuliahan Isu Kontemporer Perancangan Kota ”,
Bandung: Magister Arsitektur ITB.
JARAK KE
INSTANSI (- Evers, H.D. and Korff, R., 2000. “Southeast Asian Urbanism:
The Meaning and Power of Social Space”, New
0,550) York: St. Martin’s Press.
KEPADATAN
Frey, H., 1999. “Designing the City: Toward A More
BANGUNAN Sustainable Urban Form”, London: E & FN Spon.
3 (0,797) Aksesibilitas
Hermawan, A., 2001. ”Permasalahan Kampung Kota, dari
AKSESIBILITAS Kumpulan Makalah Isu Kontemporer Perancangan
(0,615) Kota”, Bandung: Magister Arsitektur Institut
Teknologi Bandung
MATA Mata Khudori, D., 2002. ”Menuju Kampung Pemerdekaan”,
4
PENCAHARIAN Pencaharian Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat.
Operator UPI. 2015. BAB III ANALISIS FAKTOR. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
8 | JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019
Aurora Yulia C, Azmi Ridho, dan Sabine Fatimah S
Tim Laboratorium PPSR Unisba. 2018. Modul Praktikum
Metode Analisis Perencanaan. Bandung:
Universitas Islam Bandung.
Widayat. 2013. Bahan Pelatihan Statistika. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.

JURNAL STATISTIKA T.A 2018-2019 | 9

Anda mungkin juga menyukai