Anda di halaman 1dari 15

Standar Profesional Akuntan Publik

Rabu, 13 April 2016

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) merupakan Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang memiliki kewenangan salah satunya menyusun dan
menetapkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Kewenangan tersebut dijalankan oleh
Dewan SPAP.

SPAP merupakan acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan
Publik dalam pemberian jasanya. IAPI melalui Dewan SPAP mengadopsi standar internasional
yang ditetapkan oleh International Federation of Accountants (IFAC) menjadi SPAP berbasis
standar internasional, dimana SPAP versi sebelumnya yaitu SPAP 31 Maret 2011 berbasis US
GAAS.

Dewan SPAP telah menyelesaikan adopsi untuk beberapa standar, yaitu Kode Etik Profesi
Akuntan Publik (Kode Etik), Standar Pengendalian Mutu 1 (SPM 1), Kerangka untuk Perikatan
Asurans, Standar Audit (SA) dan Standar Perikatan Reviu (SPR) dan sedang melanjutkan
standar-standar yang lain.

Kode Etik mengatur mengenai prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh
setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan
anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional
yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar
profesi dan kode etik profesi.

SPM 1 mengatur tanggung jawab KAP atas sistem pengendalian mutu dalam melaksanakan
perikatan asurans (Audit, Reviu, dan Perikatan Asurans Lainnya) dan perikatan selain asurans.

Kerangka untuk Perikatan Asurans mengatur perikatan asurans yang dilakukan oleh praktisi.
Kerangka ini menyediakan kerangka acuan bagi praktisi dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam
perikatan asurans, seperti pihak yang melakukan perikatan dengan praktisi.

SA mengatur mengenai standar yang digunakan oleh praktisi ketika melaksanakan audit atas
laporan keuangan.

SPR mengatur mengenai standar yang digunakan oleh praktisi ketika melaksanakan reviu atas
laporan keuangan.

Standar-standar tersebut berlaku efektif:

1. Kode Etik berlaku efektif 1 Januari 2011.


2. SPM 1 berlaku efektif 1 Januari 2013.
3. Kerangka untuk Perikatan Asurans berlaku efektif untuk perikatan audit atau reviu atas
laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah: (i) tanggal 1 Januari
2013 (untuk Emiten), atau (ii) tanggal 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten;
penerapan dini dianjurkan). Perikatan audit atau reviu atas laporan keuangan untuk
periode yang dimulai sebelum: (i) tanggal 1 Januari 2013 (untuk Emiten), atau (ii)
tanggal 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten (jika tidak melakukan penerapan
dini)) tetap menggunakan Standar Auditing (untuk perikatan audit atau perikatan reviu
laporan keuangan entitas publik) atau Standar Jasa Akuntansi dan Review yang
tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik versi 31 Maret 2011 yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.
4. SA berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yangdimulai pada
atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten),atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk
entitas selain Emiten). Penerapan dinidianjurkan untuk entitas selain Emiten.
5. SPR berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan untuk periode yangdimulai pada
atau setelah tanggal: (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten),atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk
entitas selain Emiten). Penerapan dinidianjurkan untuk entitas selain Emiten

Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Rabu, 13 April 2016

Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh
setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan
anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional
yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar
profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya
disebut Praktisi. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak
memberikan jasa professional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan
Bagian A dari Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik
profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.

Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur
oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku ternyata
berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku
tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan etika profesi lainnya yang
diatur dalam Kode Etik ini.

Kode Etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A menjelaskan
prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu prinsip integritas, objektivitas, dan kompetensi, serta
sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, prinsip kerahasiaan, dan prinsip perilaku
profesional. Bagian B menjelaskan konsep ancaman (threats) dan pencegahan (safeguards), serta
memberikan pedoman mengenai aturan etika profesi dalam berbagai situasi yang mencakup: (i)
penunjukan praktisi, KAP, atau jaringan KAP, (ii) benturan kepentingan, (iii) pendapat kedua,
(iv) imbalan jasa profesional dan bentuk remunerasi lainnya, (v) pemasaran jasa profesional, (vi)
penerimaan hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya, (vii) penyimpanan aset milik klien,
(viii) objektivitas dalam semua jasa profesional, dan (ix) independensi dalam perikatan
assurance.

Kode Etik ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 dan menggantikan Aturan Etika yang
berlaku sebelum diterbitkannya Kode Etik ini, menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam KAP atau jaringan KAP, baik yang merupakan
anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional
(baik jasa assurance maupun jasa selain assurance) kepada pengguna jasa.

Pengertian Opini Audit

Ilustrasi Opini Audit

Opini audit menurut kamus standar akuntansi (Ardiyos, 2007) adalah laporan yang diberikan seorang
akuntan publik terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan
perusahaan.

Sedangkan menurut kamus istilah akuntansi (Tobing, 2004)  opini audit merupakan suatu laporan yang
diberikan oleh auditor terdaftar yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan
norma atau aturan pemeriksanaan akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan yang diperiksa.

Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan
kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Jenis-jenis Opini Audit


Opini yang diberikan atas asersi manajemen dari klien atau instansi peusahaan yang diaudit
dikelompokkan menjadi wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian, tidak membeikan
pendapat, dan tidak wajar.

Menurut Standar Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri dari lima jenis yaitu:

a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)


Adalah pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing (SPAP),
auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat
keadaan berikut:
1. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah menjalankan
tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapaty memastikan kerja lapangan telah ditaati.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
3. Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang
berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya.
Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian
lain dari laporan keuangan.
4. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties) mengenai
perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan
secara memuaskan.

b. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified


Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh langsung
terhadap pendapat wajar. Keadaan tertentu dapat terjadi apabila:

1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain.’


2. Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang dari SAK.
3. Laporan dipengaruhi oleh ketidak[pastian peristiwa masa yang akan datang hasilnya belum
dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
4. Tersapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
5. Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan prinsip
akuntansi.
6. Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak disajikan.

c. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)


Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar dalam hal yang material, tetapi
terdapat sesuatu penyimpangan/ kurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Dari
pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi, apabila:

1. Bukti kurang cukup


2. Adanya pembatasan ruang lingkup
3. Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).

Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002:508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila:

1. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material
tetapi tidak m,empengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai,
maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
d. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan ini dapat terjadi apabila auditor
harus memberi tyambahan paragraf untuk menjelaskan ketidakwajaran atas laporan keuangan, disertai
dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut, pada laporan auditnya.

e. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of opinion)


Adalah pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi, sehingga auditor tidak
melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya
auditor harus memberi penjelasan tentang pembatasan ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan
auditor tidak memberi pendapat.

Tahap-tahap Opini Audit


Sebelum auditor memberikan pendapat (opininya), seseorang auditor harus melaksanakan tahap-tahap
audit. Adapun tahap-tahapnya menurut Arens etal (2008:132) yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan dan pencanangan pendekatan audit.


2. Pengujian pengendalian dan transaksi.
3. Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
4. Penyelesaian dan penerbitan laporan audit.

AUDIT SALDO KAS

1. KAS DI BANK DAN SIKLUS TRANSAKSI

Dalam audit atas kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi saldo laporan
bank oleh klien dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam buku besar
merefleksikan dengan benar seluruh transaksi kas yang terjadi sepanjang tahun. Verifikasi
rekonsiliasi klien ke  akun saldo bank dan buku besar lebih mudah, tetapi bagian terpenting
dalam total audit dalam perusahaan adalah adanya verifikasi bahwa pencatatan  transaksi kas
dilakukan dengan benar. Misalnya, setiap salah saji berikut ini menghasilkan kesalahan dalam
pembayaran atau menyebabkan kesalahan dalam penerimaan kas, tetapi tak satupun dapat
ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank :

 Kesalahan dalam menagih konsumen


 Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya dicatat,
dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
 Duplikasi pembayaran faktur vendor
 Pembayaran tidak benar atas biaya pribadi pejabat perusahaan
 Pembayaran atas bahan baku yang tidak pernah diterima
 Pembayaran atas karyawan  lebih besar daripada jam kerja aktualnya
 Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan tingkat bunga
sebenarnya

Seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan sebagai bagian dari pengujian atas rekonsiliasi bank.
Hal ini meliputi :
 Kesalahan dalam memasukkan cek yang tidak dicairkan didalam daftar cek beredar, meskipun
telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
 Kas yang diterima dari klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi sudah dicatat
dalam penerimaan kas pada tahun berjalan
 Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada bank dibulan
yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam perjalanan
 Pembayaran atas weswl bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi tidak
dimasukkan dalam catatan klien.

2. JENIS-JENIS AKUN KAS UMUM

Sebelum membahas mengenai pengujian klien atas rekonsiliasi bank klien, akan dibahas terlebih
dahulu tentang jenis akun kas yang digunakan oleh banyak perusahaan karena pendekatan yang
digunakan akan berbeda pada setiap akunnya. Berikut adalah jenis-jenis dari akun kas :

Akun Kas Umum

Akun kas umum adalah titik fokus bagi banyak perusahaan karena semestinya seluruh
penerimaan kas dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini. Misalnya, pengeluaran dalam
siklus akusisi dan pembayaran biasanya dibayar melalui akun kas umum, dan penerimaan kas
dalam siklus penjualan dan penagihan juga disetorkan ke dalam akun tersebut.

Akun Impres

Pada umumnya banyak perusahaan yang mengunakan akun impres. Misalnya, membuat akun
penggajian impres terpisah untuk meningkatkan pengendalian internal pembayaran gaji. Saldo
tetap, misalkan Rp. 5.000.000,- dibuat dalam akun bank penggajian. Segera sebelum setiap
periode pembayaran, suatu cek atas transfer elektronik ditarik pada akun kas umum untuk
menyetorkan total jumlah penggajian bersih ke akun penggajian. Setelah cek untuk gaji
dilakukan pada akun penggajian impres, akun bank seharusnya memiliki saldo Rp. 5.000.000,-.
Satu-satunya setoran ke dalam akun adalah untuk penggajian mingguan dan semi bulanan dan
satu-satunya pengeluaran adalah pembayaran cek kepada karyawan.

Terdapat jenis akun impres lain yang terdiri atas satu akun bank untuk penerimaan dan
pengeluaran. Perusahaan bisa saja memilikin akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh
penerimaan disetorkan ke dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara
periodik. Akun pengeluaran dibentuk berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda dengan
akun pengajian impres.

Akun Bank Cabang

Akun bank cabang berguna untuk membangun relasi dengan bank dalam komunitas lokal dan
memungkinkan sentralisasi operasional pada tingkat cabang. Dalam beberapa perusahaan,
penyetoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dibuat dalam akun yang berbeda, dan kelebihan
kas secara periodik dikirimkan ke akun bank umum pada kantor pusat. Akun cabang dalam ini
seperti akun umum, tetapi pada tingkat cabang.
Dana Kas Kecil Impres

Dana kas kecil impres bukan merupakan akun bank, tetapi hampir sama dengan kas pada bank.
Kun kas kecil biasanya merupakan akun kas yang simpel untuk keperluan biaya yang mendadak.
Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika
menggunakan uang tunai dibandingkan dengan cek atau untuk memudahkan karyawan dalam
mencairkan cek gaji atau pribadi.

Setara Kas

Perusahaan ini biasanya menginvestasikan kelebihan akumulasi kas dalam bagian tertentu dalam
suatu siklus, dimana kas tersebut akan diperlukan dalam waktu dekat dan bisa disebut setara kas
yang sangat likuid. Setara kas meliputi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan dana pasar
uang. Setara kas bisa sangat material dan dimasukan dalam laporan keuangan sebagai keuangan
dari akun kas jika merupakan investasi jangka pendek yang siap dikonversikan menjadi kas
dalam jumlah yang pasti, dan tidak dapat dirisiko signifikan atas perubahan nilai dari perubahan
tingkat bunga. Sekuritas yang dapat diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka
waktu yang lebih panjang bukan merupakan setara kas.

3. AUDIT ATAS KAS UMUM

Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus mengakumulasikan bukti
yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, sebagaimana dinyatakan dalam neraca,
dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar sesuai lima dari keenam tujuan audit-terkait saldo
untuk seluruh pengujian perincian saldo (keberadaan, kelengkapan, akurasi , pisah batas, dan
kecocokan perincian). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi kas
tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama dengan saldo akun
neraca lainya.

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas (Tahap I)

Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan dalam memengaruhi
saldo kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas yang tidak memadai
atau penanganan dana yang dilakukan pihak luar.

Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi lainya. Beberapa
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan mengalami kerugian besar akibat aktivitas
perdagangan oleh perorangan yang disembunyikan dengan salah menyajikan saldo investasi dan
kas. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, sama halnya
dengan pengendalian manajemen yang dapat memperburuk risiko tersebut.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan (Tahap I)
Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang memengaruhi saldo
ini sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul potensi salah saji
material dalam kas.

Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainya, terdapat risiko bawaan cukup
tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi. Tujuan ini biasanya akan berfokus
pada audit saldo kas. Risiko bawaan relatif kecil untuk tujuan lainya.

Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)

Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:

1. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas dan
pengeluaran kas.
2. Rekonsiliasi bank independen

Pada bab ini, kita membahas pengendalian yang memengaruhi pencatatan transaksi kas, yang
penting dalam penelitian dan pengendalian untuk kas. Misalnya dalam siklus akuisisi,
pengendalian utama meliputi pengendalian pembagian tugas yang memadai antara
penandatangan cek dan fungsi utang dagang,penandatanganan cek hanya dilakukan oleh personel
yang berwenang, menggunakan cek yang bernomor urut yang dicetak pada kertas khusus, adanya
telaah yang saksama atas dokumen pendukung sebelum cek ditandatangani oleh personel yang
berwenang, dan verifikasi internal yang memadai. Jika penegendalian yang memengaruhi kas
terkait transaksi beroperasi efektif, maka risiko pengendalian berkurang sebagaimana pengujian
audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.

Pengendalian yang penting atas saldo akhir kas adalah rekonsiliasi bank secara bulanan dari
akun bank umum berbasis waktu oleh personel yang independen dari pihak yang menangani atau
mencatat transaksi kas. Jika suatu perusahaan melakukan rekonsiliasi bank dengan memakan
waktu lama, maka nilai pengendalian akan turun dan memengaruhi penilaian auditor atau risiko
pengendalian kas. Rekonsiliasi membantu mencatat akuntansi agar mencerminkan saldo kas
yang lama antar saldo kas aktual di bank setelah mempertimbangkan transaksi-transaksi yang
memerlukan rekonsiliasi. Lebih penting lagi, verifikasi atas transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dapat dilakukan dalam rekonsiliasi yang independen. Jika laporan bank diterima
dalam keadaan tertutup oleh pihak yang merekonsiliasi dan pengendalian fisik dilakukan atas
laporan bank tersebut sampai rekonsiliasi diselesaikan, maka cek dibatalkan, duplikat slip
setoran, dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank dapat diperiksa tanpa perlu khawatir
akan diganti, dihapus atau ditambahkan. Rekonsiliasi bank dilakukan dengan hati-hati oleh pihak
klien dengan melakukan tindakan berikut ini:

1.
o Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas atas tanggal,
dibayarkan kepada siapa, dan berapa jumlahnya.
o Memeriksa tanda tangan, personel otorisasi, dan pembatalan atas cek dibatalkan.
o Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pembeli, dan jumlah pada pencatatan
setoran kas.
o Memeriksa urutan nomer pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.
o Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara saldo buku dengan
saldo bank dan memeriksa kewajaranya dalam bisnis klien.
o Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas.
o Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan kas.
o Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.

Banyak paket peranti lunak akuntansi yang menyediakan rekonsiliasi bank sebagai bagian dari
prosedur bulanan. Meskipun peranti lunak mengurangi tindakan klerikal dalam melakukan
rekonsiliasi bank, pihak yang menyiapkan harus tetap melakukan banyak prosedur pada daftar di
atas. Pengendalian atas rekonsiliasi bank dilakukan pada saat personel yang kompoten menelaah
rekonsiliasi bank sesegera mungkin setelah selesai.

Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas


Transaksi (Tahap II)

Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan,
maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab sebelumnya, telah
membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan pegujian substansif yang
memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas penerimaan kas. Transaksi kas
diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.

Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)

Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan menggunakan
prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting dibandingkan area
audit lainya.

Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan,
cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan pada tahun-tahun
sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan-bulan
sebelumnya. Prosedur analtis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.

Mendesaian Pengujian Perincian Saldo Kas (Tahap III)

Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan rekonsiliasi bank
dari klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit kas dibank, auditor
melakukan verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien sudah benar. Tujuan audit-
terkait saldo dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang paling penting adalah
keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus diperhatikan. Auditor juga
melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan penyajian dan pengungkapan,
seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan penyajian utang untuk menentukan apakah
ada restriksi atas kas yang harus diugkapkan. Dalam area audit lainya, prosedur audit aktual
bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di
bagian lainya.

Ketiga prosedur ini harus ditambahkan dalam pembahasan permintaan konfirmasi bank sangat
penting dan kompleks: laporan bank atas pisah batas dan pengujian rekonsiliasi bank.

Permintaan atas Konfirmasi Bank

Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi dari setiap
bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat sejumlah
besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan konfrimasi, maka auditor
perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien berkomunikasi dengan bank untuk
meminta mereka melengkapi dan mengembalikan konfirmasi kepada auditor, agar memudahkan
auditor maupun pihak bank yang diminta mengisi konfirmasi, di Amerika Serikat, AICPA
menyetujui penggunaan formulir bank standar.

Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank
mengonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalm formulir yang sama. Infromasi pada
wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal
pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya jaminan.

Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari untuk mencari pencatatan atas saldo bank atau
pinjaman selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien KAP. Laporan di bagian bawah
formulir meminta bank menginformasikan kepada KAP semua pinjaman yang tidak dimasukkan
dalam konfirmasi dari bank yang memiliki informasi tersebut. Dampak dari tanggung jawab
yang terbatas ini dalah untuk mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelngkapan atas saldo
dan utang bank yang tidak tercatat dengan cara lain. Sama halnya, bank tidak perlu
menginformasikan kepada auditor mengenai persyaratan kredit, persyaratan saldo kompensasi,
atau kewajiban kontinjen ketika kewajiban dijaminkan. Jika auditor menginginkan konfirmasi tas
jenis informasi ini, maka mereka harus mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi
keuangan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang
dikonfirmasi oleh bank garus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Sama
halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga garus ditelusuri ke skedul audit lainnya.
Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.

Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas

Laporan bank atas pisah batas adalah laporan bank pada periode tertentu dan pembatalan cek
terkait, duplikan slip setoran, dan dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank, dikirimkan
oleh bank ke kantor KAP. Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan
verifikasi bagian yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti
yang tidak dapat diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank
mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari setelah tanggal
neraca.
Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas tidak diterima
langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah karyawan klien tidak
memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan laporan. Pengujian ini
jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor melakukan verifikasi berikut ini dalam
bulan setelah tanggal neraca:

 Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo kredit.
 Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan dilakukan.
 Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank pada periode
yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.

Pengujian Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan pengendalian
internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak
klien sudah menyiapkan rekonsiliasi denga gati-hati dan melakukan verifikasi apakah saldo bank
yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya.

Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas pisah
batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi
meliputi beberapa prosedur:

 Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.


 Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke saldo per
bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama.
 Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke laporan bank
atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga jurnal pengeluaran kas
dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek yang dikliring bank setelah tanggal
neraca dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas harus dimasukkan dalam daftar cek
beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas, maka seharusanya dianggap cek
beredar karena tidak dikliring di bank sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh dimasukkan
dalam rekonsiliasi bank.
 Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek beredar  yang
belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam pemeriksaan ini
harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring dalam jurnal pengeluaran kas.
Alasan mengapa cek belum diuangkan, harus dibahas dengan klien, dan jika auditor khawatir
telah terjadi kecurangan, maka vendor yang termasuk dalam saldo utang dagang harus
dikonfirmasi untuk menentukan apakah vendor tersebut sudah mengakui penerimaan kas
dalam pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu diperiksa sebelum tanggal
terakhir audit jika memang ada.
 Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah
batas untuk memastikan bahwa kas tersebut disetorkan segera di awal tahun berikutnya.
 Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi
biaya jasa bank, kesalahan dan pembetulan bank, dan transaksi tak tercatat yang didebet atau
dikredit langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis rekonsiliasi ini perlu di investigasi untuk
memastikan sudah diperlukan dengan benar oleh klien.
4. PROSEDUR BERORIENTASI – KECURANGAN

Kecurangan atas saldo kas umum ini terjadi karena tidak memadainya pemisahan tugas antara
pemegang kas dan pencatatn transaksi kas dalam pencatatan akuntansi dan kurangnya
rekonsiliasi bank bulanan yang independen. Prosedur yang harus dilakukan auditor untuk
menemukan kecurangan atas penerimaan kas meliputi, mempertimbangkan sifat dari kurangnya
pengendalian internal, jenis kecurangan yang dapat terjadi dari kekurangan tersebut, potensi
materialitas kecurangan, konfirmasi piutang dagang, pengujian yang dilakukan untuk
menemukan pencurian uang, penelaahan aktivitas akun kas atas transaksi yang tidak lazim,
pemeriksaan persetujuan dan dokumen pendukung untuk piutang tidak tertagih dan retur dan
cadangan penjualan, serta prosedur audit yang palin efektif untuk menemukan kecurangan.
Prosedur untuk menemukan kecurangan berikut langsung terkait dengan saldo kas akhir tahun;

Perluasan Pengujian atas Rekonsiliasi Bank

Jika rekonsiliasi bank dapat dengan sengaja salah saji, maka perlu dilakukan perluasan pengujian
atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang dilakukan auditor :

1. Memulai rekonsiliasi bank untuk bulan/tahun tertanggal, dan membandingkan seluruh bagian
rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lainnya dalam laporan bank tertanggal.

2. Membandingkan sisa cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank tertanggal
dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan/tahun tertanggal.

3. Menelusuri seluruh bagian yang tidak jelas dalam rekonsiliasi bank dan jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah dimasukkan.

4. Melakukan verifikasi seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari jurnal untuk
rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.

Pembuktian Kas

Auditor menggunakan pembuktian kas untuk menentkan apakah,

 Seluruh penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan.


 Seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi
 Seluruh pengeluaran kas dibayarkan oleh bank
 Seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat.

Pembuktian kas meliputi empat rekonsiliasi berikut ini :

1. Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periodepembuktian
kas.

2. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang tercatat dalam
jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.
3. Rekonsiliasi cek yang dibatalkan  di kliring bank dengan yang dicatatdalam jurnal pengeluaran
kas untuk periode tertentu.

4. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode pembuktian kas.

Saat melakukan pembuktian kas, auditor menggabungkanpengujian susbtantif atas transaksi dan
pengujian perincian saldo. Pembuktian kas merupakan metode yang sangat baik dalam
membandingkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan akun bank dan rekonsiliasi
bank.

Pengujian Transfer Antarbank

Ada beberapa hal yang perlu diaudit atas jadwal transfer antarbank, yaitu sebagai berikut :

 Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus
mempertimbangkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul ke pencatatan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan akurasinya.
 Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank pengirim. Asumsikan
terdapat Rp 10.000.000 dipindahkan dari bank A ke bank B, tetapi hanya pengeluarannya yang
dicatat, maka ini adalah bukti pencurian uang yang ditutupi.
 Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus dilakukan di
tahun fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat pada tahun fiskal berjalan dan pengeluaran
kas dicatat setelah tanggal neraca, maka hal tersebut bisa saja dilakukan untuk menutupi
berkurangnya kas.
 Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkandengan benar
dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar. Dalam akun kas umum harus dimasukkan
sebagai cek beredar pada transfer rekonsiliasi bank. Kurang saji cek beredar pada rekonsiliasi
bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
 Skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar dari rekonsiliasi
bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan. Untuk akun tabungan dan penggajian harus
mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer rekonsiliasi bank. Lebih saji atas
setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.

Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk menemukan
kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa memerhatikan
pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat mengakibatkan salah
perhitungan antara kas dan utang dagang.

5. AUDIT ATAS AKUN BANK PENGGAJIAN IMPRES

Pengujian atas rekonsiliasi bank untuk penggajian tidak akan memakan waktu jika terdapat akun
impres untuk penggajian dan rekonsiliasi independen atas akun bank, seperti yang dijelaskan
pada akun umum. Biasanya, bagian yang direkonsiliasi adalah cek beredar. Cek beredar tersebut
akan langsung jelas ketika cek diterbitkan. Dalam pengujian saldo akun bank untuk penggajian,
auditor harus mendapatkan rekonsiliasi bank, konfirmasi bank, dan laporan bank atas pisah
batas. Prosedur rekonsiliasi sama dengan kas umum, kecuali pengujian pada cek beredar yang
biasanya terbatas untuk pengujian kewajarannya. Biasanya, diperlukan perluasan prosedur bila
pengendalian tidak memadai atau jika akun bank tidak direkonsiliasi dengan saldo kas impres
pada buku besar.

6. AUDIT ATAS KAS KECIL IMPRES

Kas kecil adalah akun yang unik. Meskipun jumlahnya tidak material, banyak auditor melakukan
verifikasi kas kecil karena terdapat potensi kecurangan dan klien mengharapkan auditor
memeriksa akun tersebut meski jumlahnya tidak material.

Pengendalian Internal atas Kas Kecil

Pengendalian internal yang paling penting dalam kas kecil adalah penggunaan dan impres yang
merupakan tanggung jawab perorangan. Dana untuk kas kecil tidak dapat digabungkan dengan
penerimaan lainnya, dan dana harus disimpan terpisah dari aktivitas lainnya. Pembatasan juga
harus dilakukan atas pengeluaran dari kas kecil, sama halnya dengan jumlah total dana. Jenis
pengeluaran yang dilakukan dari transaksi kas kecil harus jelas didefinisikan sesuai kebijakan
perusahaan.

Saat pengeluaran kas dilakukan dari kas kecil, pengendalian internal yang memadai
mensyaratkan adanya tanda tangan personel yang berwenang pada formulir kas kecil yang
bernomor urut. Total dari kas aktual dan cek dananya, ditambah total formulir kas kecil yang
disebut dalam buku besar. Perhitungan mendadak secara periodik dan rekonsiliasi dana kas kecil
harus dilakukan oleh auditor internal atau personel lain  yang berwenang.

Saat saldo kas kecil tinggal sedikit, cek dari akun kas umum harus dibuat untuk mengisi kas
kecil. Cek harus ditulis dengan jumlah yang sama dengan voucher bernomor urut yang dijadikan
bukti pengeluaran aktual sebelumnya. Voucher ini harus diverifikasi oleh petugas utang dagang
dan dibatalkan agar tidak digunakan kembali.

Pengujian Audit atas Kas Kecil

Penekanan dilakukan pada verifikasi kas kecil atas pengujian transaksi kas kecil dibandingkan
saldi akhir tahun. Bahkan jika dana kas kecil jumlahnya kecil, terdapat potensi kecurangan
transaksi jika dana sering dikeluarkan atau digunakan.

Dalam pengujian kas kecil, auditor pertama kali harus menentukan prosedur klien dalam
menangani dana. Hal ini dilakukan dengan mendiskusikan pengendalian internal bersama
pemegang kas kecil dan memeriksa dokumen atas beberapa transaksi. Saat hasil penilaian risiko
pengendalian adalah rendah dan hanya sedikit pengeluaran dilakukan selama tahun berjalan,
biasanya auditor tidak melakukan pengujian lebih lanjut karena tidak material. Ketika auditor
menguji kas kecil, dua prosedur utamanya adalah menghitung saldo kas kecil dan melanjutkan
dengan pengujian terperinci atas satu atau dua transaksi pengeluaran. Prosedur utama harus
meliputi:

  Menjumlahkan voucher pendukung kas kecil yang menunjukkan jumlah pengeluaran


 Memperhatikan urutan voucher kas kecil
 Memeriksa otorisasi dan pembatalan voucher kas kecil
 Memeriksa kewajaran dokumen pendukung, biasanya terdiri atas gulungan register kas, faktur,
dan bukti penerimaan.

Pengujian kas kecil dapat dilakukan sewaktu-waktu selama tahun berjalan, tetapi agar
memudahkan, biasanya dilakukan pada tanggal interim. Jika saldo dana kas kecil diperkirakan
material, hal ini jarang terjadi, maka saldo tersebut harus diperhitungkan pada akhir tahun.
Pengeluaran yang belum diganti harus diperiksa sebagai bagian dari penentuan apakah biaya
yang belum tercatat jumlahnya material.

1. KEBERADAAN

Transaksi yang tercatat benar terjadi

2. KELENGKAPAN

Transaksi yang terjadi telah di atat

3. AKURASI

Transaksi yang tercatat telah di klasifikasikan dengan benar

4. TIMING

Transaksi di catat pada tanggal yang benar

5, POSTING

Transaksi tercatat dengan tepat telah dicantumkan pada Ledger dan di iktisarkan dengan benar

Anda mungkin juga menyukai