Anda di halaman 1dari 14

JURNAL NATAPRAJA

Kajian Ilmu Administrasi Negara


Vol. 7, No. 2, 2019 https://journal.uny.ac.id/index.php/natapraja pp. 139-152

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PNPK TATA LAKSANA THALASSEMIA


DI KABUPATEN SUBANG

Wanti Dewanti, Ira Irawati, Mas Halimah


Departemen Administrasi Publik, Universitas Padjajaran, Indonesia
1
wanti17001@mail.unpad.ac.id

ABSTRACT
The increase of patients suffering Thalassemia especially in Subang district pushed
the estabilishment of the organization named POPTI. The objective of this study is to
analyse the role of POPTI in implementing handling policy PNPK of Thalassemia patients.
The research method used is qualitative with conducting semi structured interview,
observation, and documentation research. The result of this research shows that the role of
POPTI is significant important in handling Thalassemia patients, yet the role has not fully
gone well. There is still lack of coordination and communication between members and
related agencies. This is the reason for implementing the handling policy of Thalassemia
patients in Subang district, which hasn’t been optimal. Therefore, it is necessary to
improve the system and awareness of chairman and members to coordinate and
collaborate for handling Thalassemia patients in Subang district.
Keywords : Public Policy, Implementation Policy, Thalassemia, POPTI.

ABSTRAK
Salah satu penyakit kronik di Indonesia ialah Thalassemia. Meningkatkannya
pasien thalassemia khususnya di Kabupaten Subang, mendorong berdirinya organisasi
bernama POPTI. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis peranan POPTI dalam
implementasi kebijakan PNPK tata laksana thalassemia. Metode yang digunakan yaitu
metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara semi struktur, observasi, dan
studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan POPTI sangat penting
untuk penanganan pasien thalassemia, namun peran ini belum sepenuhnya berjalan dengan
baik. Masih kurangnya kordinasi serta komunikasi antar anggota dan dinas terkait, inilah
yang menjadi penyebab implementasi kebijakan penanganan pasien thalassemia di
Kabupaten Subang berlum optimal. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan sistem dan
kesadaran dari ketua dan anggota POPTI untuk melakukan kordinasi dan kerjasama untuk
penanganan pasien thalassemia di Kabupaten Subang.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan, Thalassemia, POPTI

Diterima 21 Juli 2019; Diterima dengan revisi 15 Agustus 2019; Dipublikasikan 1 Desember 2019
2406-9515 (p) / 2528-441X (e)
© 2019 Wanti Dewanti, Ira Irawati, Mas Halimah. Dipublikasikan oleh JAP FIS UNY
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

PENDAHULUAN Kecamatan Subang menduduki


Thalassemia merupakan salah peringkat pertama jumlah pasien
satu penyakit kronik di Indonesia. terbanyak yaitu 15 orang. Serta jumlah
Prevalensi penduduk dunia yang seluruh pasien yang terdata di
memiliki kelainan thalassemia ini Kabupaten Subang sebanyak 128 orang.
sekitar 7-8 persen. Sehingga, di Pasien thalassemia mayor
Indonesia diperkirakan terdapat 20 juta hidupnya dapat dipertahankan dengan
penduduk yang membawa kelainan gen transfusi darah yang dapat
ini. Di Kabupaten Subang yang berada menimbulkan berbagai efek yaitu
di provinsi Jawa Barat hampir setiap tertularnya penyakit lewat transfusi
Kecamatan terdapat pasien seperti penyakit hepatitis B,C, dan HIV.
Thalassemia. Selain itu pemberian transfusi darah

Gambar 1
Data Jumlah Pasien Thalassemia di Kabupaten Subang Tahun 2018
(Sumber : POPTI,2018)
Pada gambar 1 dapat di lihat yang berulang-ulang dapat
bahwa Kabupaten Subang memiliki 30 menimbulkan komplikasi hemosiderosis
Kecamatan, dari beberapa kecamatan dan hemokromatis yang menimbulkan
tersebut, hanya 3 kecamatan yang tidak penimbunan zat besi dalam jaringan
ditemukan pasien thalassemia yaitu tubuh sehingga dapat menyebabkan
Sukasari, Blanakan dan Serang panjang. kerusakan organ-organ tubuh seperti:
Hal ini berarti 90% setiap kecamatan di hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan
Kabupaten Subang terdapat pasien pankreas. Tanpa transfusi yang
thalassemia. Dan tidak hanya itu, memadai pasien thalassemia mayor

140
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

akan yang dialami oleh pasien memfokuskan peranan POPTI sebagai


thalassemia mayor yaitu luka terbuka di kelompok sasaran (target group) dalam
kulit (ulkus, borok), pembesaran limpa, implementasi kebijakan PNPK Tata
batu empedu, badan berwarna kuning, Laksana Thalassemia di Kabupaten
lemah, letih, lesu, lemas, dan jantung Subang.
berdebar-debar. Hal ini juga dapat Kebijakan publik terdiri dari dua
menyebabkan kematian pada pasien kata yang digabungkan. Penggabungan
(Fahrudin & Mulyani, 2011). kedua kata itu menghasilkan sebuah
Dampak dari penyakit thalassemia konsep dan nilai-nilai, norma, etika, dan
ini menyebabkan kecemasan pada orang ilmu pengetahuan. Untuk konsep awal
tua dan anak. Maka dari itu perlunya akan dijelaskan makna dari kebijakan.
peranan sesama para orang tua yang Kebijakan atau yang sering
anaknya mengidap penyakit dipersamakan maknanya dengan kata
thalassemia. Peranan ini diperlukan policy adalah sebuah kata yang dalam
untuk support system dalam memotivasi implikasinya bisa digunakan secara luas
dan memberi pengetahuan mengenai atau makro atau sempit atau terbatas
penanganan pasien thalassemia. Maka ruang lingkupnya (mikro). Kebijakan
terbentuklah suatu organisasi yaitu juga terkait dengan sebuah kewenangan,
Perhimpunan Orang Tua Penderita namun ia memiliki ruang lingkup atau
Thalassemia (POPTI) dibawah Yayasan keterbatasan sesuai dengan tugas dan
Thalassemia Indonesia (YTI). fungsi yang diembannya
Munculnya masalah kesehatan (Rusli,2013:30). Secara singkat,
masyarakat ini, mendapat respon dari Hasswel & Kaplan (Rusli,2013)
pemerintah dengan dikeluarkannya mengatakan bahwa “Policy: A Project
kebijakan yang tertuang dalam program of goals, value, and
Keputusan Menteri Kesehatan Republik practices”. Dapat diartikan bahwa
Indonesia Nomor kebijakan merupakan suatu program
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang pencapaian tujuan, nilai-nilai, dan
Pedoman Nasional Pelayanan praktek-praktek terarah.
Kedokteran Tata Laksana Thalasemia Sedangkan makna kedua yaitu
yang selanjutnya disebut PNPK Tata publik. Dalam bahasa Yunani istilah
Laksana Thalassemia. Artikel ini lebih publik seringkali dipadankan dengan

141
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

istilah dalam bahasa inggris yaitu kata fungsi otak pada tubuh manusia, karena
common bermakna hubungan antar melalui instrument ini, segala aktivitas
individu. Dalam kontek ini kata publik kehidupan bernegara, dan
seringkali dikonsepkan sebagai sebuah bermasyarakat mulai dilakukan oleh
ruang yang berisi aktivitas manusia birokrasi, plus pihak swasta dan
yang dipandang perlu untuk masyarakat.”
diatur/diintervensi oleh Dari berbagai pendapat para ahli,
pemerintah/aturan sosial/setidaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa
oleh tindakan bersama (Rusli,34:2013). kebijakan publik merupakan
Dalam perspektif ini kata publik serangkaian tindakan yang harus
kemudian disandikan dengan kata dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh
kebijakan sehingga membentuk sebuah pelaku atau sekolompok pelaku yang
pengertian ilmiah. mempunyai tujuan untuk memecahkan
Anderson (2000) menyatakan masalah.
kebijakan publik sebagai: “A relative Pencapaian tujuan kebijakan
stable, purposive course of action publik tidak dapat berjalan jika tidak
followed by an actor or set of actors in diimplementasikan. Dapat dikatakan
dealing with set a problem or matter of bahwa tanpa implementasi, kebijakan
concern”. Dapat diartikan bahwa publik adalah daftar keinginan.
kebijakan publik sebagai serangkaian Menurut Van Meter dan Van Horn
tindakan yang mempunyai tujuan (1975) menyatakan bahwa: “Policy
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan implementation encompasses those
oleh pelaku atau sekolompok pelaku actions by public or private individuals
guna memecahkan masalah tertentu. (or groups) that are directed at the
Sedangkan, menurut Mulyadi achievement of objectives set forth in
(2015): prior policy decisions.” Dapat diartikan
“Kebijakan publik merupakan bahwa implementasi kebijakan meliputi
salah satu dimensi pokok dalam ilmu tindakan-tindakan oleh individu umum
dan praktik Administrasi Publik. atau pribadi/kelompok yang diarahkan
Sebagai salah satu unsur penting dalam pada pencapaian tujuan yang ditetapkan
Administrasi Publik, Kebijakan Publik dalam keputusan kebijakan sebelumnya.
dianalogikan fungsinya sama dengan

142
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Kemudian Howlet dan Ramesh sebagaimana yang diharapkan oleh


(2003:185) menyatakan,“its is defined perumus kebijakan.
as the process whereby programs or c. Organisasi Pelaksana
policies are carried out, the translation (Implementing organization) yaitu
of plans into practice”. Hal ini dapat badan-badan pelaksana atau unit-
diartikan bahwa implementasi kebijakan unit birokrasi pemerintah yang
adalah proses pelaksanaan program- bertanggung jawab dalam
program atau kebijakan-kebijkan yang implementasi kebijakan.
merupakan penerjemahan dari rencana- d. Faktor Lingkungan (Environmental
rencana kedalam praktek. factor) yaitu unsur-unsur dalam
Kegiatan implementasi itu bukan lingkungan yang mempengaruhi
sebuah tujuan sehingga ketika kegiatan atau dipengaruhi oleh implementasi
sudah dilakukan bukan berarti kebijakan seperti aspek budaya,
pelaksanaan kegiatan sudah berhasil sosial, ekonomi, dan politik.
dengan baik. ukuran keberhasilan itu Model Smith ini merupakan
harus diuji dengan model atau model bawah atas yang sering disebut
mekanisme tersediri berikut tolok ukur dengan istilah model implementasi
atau parameternya. kebijakan Bottom Up. Model Bottom up
Menurut Smith (Rusli,2013) adalah model yang memandang proses
terdapat empat variabel yang berperan sebagai sebuah negosiasi dan
penting dalam proses implementasi pembentukan konsensus. Lebih lanjut
kebijakan publik, yaitu: Parsons (2006) model pendekatan
a. Kebijakan yang diidealkan bottom up menekankan pada fakta
(Idealized policy): yakni pola-pola bahwa implementasi di lapangan
interaksi ideal yang telah mereka memberikan keleluasan dalam
definisikan dalam kebijakan yang penerapan kebijakan. Ahli kebijakan
berusaha diinduksikan. dalam perspektif bottom up adalah
b. Kelompok sasaran (Target groups) Smith. Untuk lebih jelasnya dapat lihat
yaitu mereka (orang-orang) yang pada gambar 2.
paling langsung diperngaruhi oleh Menurut Smith (Islamy,2001),
kebijakan dan yang harus implementasi kebijakan dipandang
mengadopsi pola-pola interaksi sebagai suatu proses atau alur. Model

143
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

ini memandang proses implementasi perawat ruang thalassemia di RSUD


kebijakan dari proses kebijakan dari Kab.Subang.
perspektif perubahan sosial dan politik, 2. Observasi, dilakukan melalui
dimana kebijakan yang dibuat oleh pengamatan secara langsung dengan
pemerintah bertujuan untuk maksud untuk mendukung data
mengadakan perbaikan atau perubahan dalam penelitian ini.
dalam masyarakat sebagai kelompok 3. Studi dokumentasi, yaitu dengan
sasaran. Berdasarkan penjelasan mempelajari data-data, informasi-
tersebut penelitian ini menggunakan informasi yang berhubungan dengan
teori implementasi kebijakan dari Smith peranan POPTI dalam implementasi
ini. kebijakan penanganan pasien
thalassemia di Kab.Subang yang
Implementing Target Group
Organization diakses melalui media internet dan
media lainnya.
Idealized Policy

HASIL DAN PEMBAHASAN


Environmental Factor
Organisasi masyarakat bernama
POPTI ( Persatuan Orang Tua Pasien
Gambar 2. Model Implementasi
Thalassemia). Sejarah singkat POPTI,
Smith (1973). Sumber: Smith (1973)
awal mulanya beberapa orang tua
pasien bertemu di rumah sakit saat
METODE
mengantarkan anak-anaknya untuk
Metode penelitian yang
transfusi darah yaitu pada tahun 1983,
digunakan pada penelitian ini ialah
dan dokter ahlinya pada saat itu Prof.
metode penelitian deskriptif kualitatif.
Dr. dr. Iskandar Wahidiyat, SpA(K)
Adapun teknik pengaumpulan data
selalu mengatakan kepada orang tua
dalam penelitian ini yaitu:
pasien, kenapa tidak didirikan Parent
1. Wawancara, yaitu dengan
Association seperti di luar negeri.
mendatangi langsung dan melakukan
Akhirnya atas prakarsa Prof. Dr. dr.
tanya jawab secara semistruktur
Iskandar Wahidiyat, SpA(K) dengan
dengan pihak terkait dalam
beberapa orang tua pasien Thalassemia
peneletian ini yaitu ketua POPTI
pada tanggal 27 Mei 1984 dibentuk
Subang, anggota POPTI, dan
suatu wadah yang namanya

144
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Perhimpunan Orang Tua Pasien 2. Melakukan kegiatan donor darah.


Thalasaemia Indonesia (POPTI). 3. Audensi dengan para menteri.
Dengan maksud dan tujuannya 4. Mencari dana dengan
adalah meringankan beban orang tua mengadakan Malam Dana
pasien, media komunikasi sesama orang bekerjasama dengan mahasiswa.
tua pasien Thalasaemia, dan Tidak mudah bagi orang tua anak
mengurangi meningkatnya pasien penyandang thalasemia yang masih
Thalassemia. Untuk mencapai maksud awam dengan penyakit ini, mereka akan
dan tujuan diatas, maka akan dilakukan cenderung mengunci anaknya di rumah.
langah-langkah usaha yang terpadu, karena menyadari adanya kelainan fisik
yang antara lain mencakup: pada anak dan khawatir keluarga
1. Bersama-sama dengan Yayasan mendapatkan cemoohan dan ejekan dari
mengupayakan pengadaan darah, masyarakat tempat mereka tinggal. Bagi
peralatan medis dan obat-obatan anak sendiri, disaat menyadari bahwa
yang diperlukan atas dasar secara fisik ia berbeda dengan anak
keterjangkauan secara tepat waktu pada umumnya, ia akan merasa rendah
dan berkesinambungan. diri dan mulai menarik diri. Bahkan di
2. Mendirikan Pusat Kegiatan beberapa kasus, banyak anak
Thalassemia (Thalassemia Center) penyandang thalassemia yang
dibeberapa daerah seperti di dikucilkan oleh teman-temannya karena
Jakarta. secara fisik ia berbeda dari mereka dan
Memasuki usianya yang ke tiga, akibat lebih jauh dari dikucilkan
Perhimpunan ini pada tanggal 27 Mei tersebut adalah anak berhenti
1987 telah mendirikan Yayasan bersekolah sebelum waktunya.
Thalassemia Indonesia. Yang mana Hal ini akan menimbulkan
Yayasan ini didirikan atas prakarsa para stressor bagi keluarga yang memiliki
pengurus dan para pendiri dari anak dengan thalasemia, keluarga
Perhimpunan untuk memudahkan memiliki fungsi sebagai pemeliharaan
pencarian dana bagi para pasien. kesehatan, memberikan perawatan
Kegiatan yang dilaksanakan : kesehatan yang bersifat preventif dan
1. Mengadakan pertemuan anggota secara bersama sama merawat anggota
dalam setahun 3 kali. keluarga yang sakit. Kemampuan

145
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

keluarga dalam memberikan asuhan Dalam artikel ini peneliti


kesehatan akan mempengaruhi tingkat memfokuskan lokasi pada POPTI
kesehatan keluarga dan individu, tingkat Subang. POPTI Subang dipimpin oleh
pengetahuan keluarga terkait konsep ketua yang merupakan perwakilan dari
sehat sakit akan mempengaruhi prilaku para orang tua pasien thalassemia.
keluarga dalam menyelesaikan masalah Ketua ini memiliki kekuasaan untuk
kesehatan keluarga. (Harmoko, 2012). mengelola dan mengajak para orang tua
Inilah yang mendukung adanya POPTI untuk sama-sama berjuang dalam
sebagai organisasi untuk memotivasi pengobatan anak thalassemia.
keluarga pasien. Menurut Smith (Rusli,2013)
Peranan ini juga didukung dengan terdapat empat dimensi implementasi
adanya AD-ART POPTI dimana kebijakan yaitu kebijakan ideal,
disebutkan bahwa maksud dan tujuan organisasi pelaksana, kelompok sasaran,
didirikannya organisasi POPTI ialah dan faktor lingkungan. Pada penelitian
untuk meringankan beban orang tua ini, peneliti fokus melihat pada dimensi
para orang tua penderita penyakit kelompok sasaran (target group).
thalassemia, sebagai media komunikasi Kelompok yang menjadi sasaran
diantara sesama orang tua penderita, implementasi kebijakan yang
dan mengurangi peningkatan penderita diharapkan dapat mengadopsi rumusan-
penyakit thalassemia. Selain itu juga, rumusan dari kebijakan PNPK tata
POPTI dapat menjalin hubungan yang laksana thalassemia. Kelompok sasaran
serasi dengan para dokter dan rumah pada kebijakan PNPK ini ialah pasien
sakit pusat maupun daerah. thalassemia yang termasuk kedalam
POPTI terdapat dibeberapa organisasi Popti. Popti merupakan
wilayah di Jawa Barat, terdapat 17 titik perkumpulan para orang tua pasien
cabang POPTI. Yaitu Bandung, Bogor, thalassemia.
Garut, Tasikmalaya, Cirebon, Capaian hasil implementasi
Sukabumi, Bekasi, Sumedang, kebijakan PNPK tata laksana
Karawang, Ciamis, Cianjur, Kuningan, thalassemia yang dilaksanakan oleh
Majalengka, Depok, Tanggerang, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan
Banjar, dan Subang. (sumber: POPTI PMI tergantung juga dari kelompok
Subang). sasaran atau pasien thalassemia dan

146
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Popti. Kelompok sasaran merupakan seluruh pasien thalassemia mayor di


suatu gambaran dari harapan masa Indonesia yang akan mendapatkan
depan yang ingin dicapai, dimana jaminan kesehatan, memberikan kartu
pasien thalassemia dapat hidup lebih anggota YTI untuk tanda bahwa pasien
baik lagi dengan menjalani pengobatan sudah termasuk anggota YTI, dan
yang terbaik. Khususnya dalam membantu mengawasi dan memonitor
pelayanan kesehatan, seperti transfusi kelancaran pelayanan pengobatan
darah dan ketersediaan obat. Thalassemia di Rumah Sakit, serta
Keberadaan kelompok sasaran meemberikan dukungan kepada
berpengaruh terhadap implementasi keluarga dan pasien thalassemia.
kebijakan pelayanan kesehatan, yang Gambaran umum yang
tidak terlepas dari faktor tingkat menunjukkan besarnya pasien
pemahaman, sosialisasi kebijakan, thalassemia di Kabupaten Subang
keinginan bekerjasama, kesadaran penting sebagai perhatian khusus bahwa
berkomitmen, sikap dan perilaku. penyebarannya sudah kian tinggi.
Peran POPTI dalam penanganan Dari gambar 3, peta tersebut
pasien thalassemia antara lain : terlihat bahwa hampir setiap kecamatan
melakukan pendataan data base bagi di Kabupaten Subang terdapat pasien
Thalassemia. Penyebaran ini yang
seharusnya menjadi perhatian penting
bagi pemerintah dan POPTI setempat.
Disinilah salah satunya peran aktor
dalam penanganan pasien thalassemia
yaitu POPTI.
Pemerintah mengeluarkan
kebijakan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana Thalasemia.
Gambar 3. Peta Penyebaran Pasien Pedoman Nasional Pelayanan
Thalassemia setiap Kecamatan Di Kedokteran Tata Laksana Thalassemia
Kabupaten Subang (Sumber : POPTI
Subang, 2018)

147
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

yang selanjutnya disebut PNPK Tata Berdasarkan hasil wawancara (25


Laksana Thalassemia merupakan Mei 2019) dengan Ketua POPTI
pedoman penyusunan standar Subang, mengatakan bahwa telah
operasional penanganan pasien mengetahui kewajibannya dalam
thalassemia. Pada lampiran keputusan membantu pelayanan pasien
tersebut terdapat point-point bagi thalassemia. Sehingga dalam
POPTI untuk memberi dukungan implementasi kebijakan penanganan
(support group) thalasseia agar anak dan pasien thalassemia secara umum sudah
keluarga dapat bertukar pengalaman dan memahami apa yang menjadi
saling menguatkan dengan anak dan kewajiban. Seperti contoh kegiatan rutin
keluarga lainnya. yang dilakukan POPTI Subang yaitu
Tujuan pemerintah mengeluarkan dilaksanakan 3-6 bulan sekali. Dalam
kebijakan tidak akan tercapai apabila pertemuan ini Ketua POPTI memotivasi
tidak di implementasikan dengan baik, para orang tua serta pasien thalassemia
begitupula halnya Keputusan Menteri untuk tetap hidup sehat dan rutin
Kesehatan Republik Indonesia Nomor transfusi serta minum obat kelasi besi.
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang Selain itu juga, sesama anggota POPTI
Pedoman Nasional Pelayanan Subang dalam hal ini orang tua dan
Kedokteran Tata Laksana Thalassemia. pasien thalassemia saling bersilaturahmi
POPTI sebagai organisasi serta membahas keluhan atau hambatan
kelompok sasaran dalam implementasi dalam pelayanan pengobatan pasien
kebijakan Keputusan Menteri thalassemia di Rumah Sakit.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Penulis juga melakukan
HK.01.07/MENKES/1/2018 Tentang wawancara dengan perawat ruang
Pedoman Nasional Pelayanan thalassemia RSUD Kab.Subang (23 Mei
Kedokteran Tata Laksana Thalasemia. 2019). Perawat tersebut mengatakan
Namun, berdasarkan pemikiran penulis, bahwa adanya POPTI sangat membantu
POPTI bukan hanya sebagai kelompok dalam pendataan, menanggapi keluhan,
sasaran yang menerima implementasi dan penambahan fasilitas kesehatan.
kebijakan tersebut. POPTI juga sebagai Namun, akhir-akhir ini peranan tersebut
organisasi pelaksana dalam penanganan kurang dirasakan oleh pihak perawat
pasien thalassemia. RSUD Kab.Subang. Perubahan peran

148
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

yang dilakukan POPTI tersebut tua pasein untuk mengetahui hak dan
berdampak pada pelayanan yang kewajibannya.
seharusnya diterima oleh anggota Bila merujuk pada harapan
POPTI lainnya. semula, bahwa implemetasi kebijakan
Secara administratif pasien dan PNPK tata laksana thalassemia yang
orang tua pasien thalassemia memahami diberikan kepada pasien thalassemia
bagaimana aturan yang menjamin untuk penanganan pasien dan
kesehatannya. Seperti mereka semua mengurangi bertambahnya jumlah
sudah terdaftar di asuransi kesehatan pasien. Dalam memberikan informasi
BPJS sehingga untuk seluruh bahwa tingkat pemahaman yang baru
pengobatannya dilaksanakan secara sebatas “tau” saja tidak cukup. Perlu
gratis. Dan juga seluruh pasien adanya pemahaman mendalam
thalassemia yang berjumlah 128 orang mengenai hak dan kewajiban dari
sudah terdaftar di Popti, sehingga kebijakan PNPK tata laksana
mempermudah dalam proses thalassemia.
pengobatan di RSUD Kab.Subang Berdasarkan kebijakan PNPK tata
ketika mendaftar. laksanan thalassemia, didalamnya
Pemahaman pasien dan orang tua terdapat aktor-aktor yang terlibat untuk
thalassemia bergantung pada informasi mengimplementasikan kebijakan
dan sosialisasi yang didapat. Sosialisasi tersebut. Diperlukan kerjasama dan
ini memang tidak dapat berpangku pada kemitraan antara Rumah Sakit, PMI,
popti saja, perlu adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan, dan Popti. Namun
para aktor lain yang terlibat dalam yang terjadi dilapangan kerjasama ini
implementasi kebijakan PNPK tata belum terjalin dengan baik. Terkesan
laksana thalassemia tersebut. Tindakan masing-masing menjalankan
yang diberikan ketua popti ebagai programnya saja.
penanggung jawab organisasi ialah Kesadaran masing-masing antara
memberikan sosialisasi point-point ketua dan anggota POPTI perlu
penting dan yang mudah diterima oleh dibangun kembali, sehingga peranan
pasien dan orang tua. Hal ini POPTI dalam membantu penanganan
memberikan dampak poritif pada orang pasien dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan POPTI. Bergeraknya suatu

149
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

organisasi dipengaruhi oleh sikap dari mengetahui anaknya menderita


pemimpinnya. Hal ini juga thalassemia perlu informasi mengenai
mempengaruhi implementasi kebijakan penanganan anaknya.
publik menurut Smith (1973). Karena Satu sisi POPTI tidak dapat
berhasil atau tidaknya suatu bekerja sendirian dalam penanganan
implementasi kebijakan di pengaruhi pasien ini, perlu adanya kerjasama dari
oleh kelompok sasaran. Kelompok pihak lain. Seperti dinas kesehatan dan
sasaran digerakkan oleh seorang pihak rumah sakit sebagai tempat
pemimpin yang perlu memiliki sikap pelayanan kesehatan. Kurangnya
kepemimpinan. komunikasi dan kordinasi dari POPTI
Berdasarkan hasil pengamatan ini yang menjadi hambatan dalam
peneliti, memang kurang kordinasinya implementasi kebijakan PNPK Tata
antara anggota dan ketua POPTI Laksana Thalasemia.
subang. Ketua POPTI yang jarang
terlihat di RSUD Subang dikarenakan SIMPULAN
anaknya tidak lagi berobat di RSUD POPTI merupakan organisasi
Subang. Faktor ini juga diperkuat perhimpunan orang tua penderita
menurut perawat ruang thalassemia di thalassemia Indonesia, anggotanya
RSUD Kab. Subang (23 Mei 2019), terdiri dari orang tua pasien thalassemia.
bahwa ketua POPTI sudah jarang Maksud dan tujuan dari organisasi ini
mendatangi ruang thalassemia, ialah: meringankan beban orang tua
seringnya anggota pasien yang penederita penyakit thalassemia, media
mendatangi rumah ketua POPTI. komunikasi antara sesama orang tua
Begitupula menurut salah satu orang tua penderita penyakit thalassemia, dan
pasien yang sedang berobat ke RSUD mengurangi meningkatnya penderita
Subang mengatakan bahwa sekarang- penyakit thalassemia, serta sebagai
sekarang sudah jarang melihat ketua aktor untuk membantu pemerintah
POPTI ke rumah sakit. Kurangnya untuk penanganan pasien thalassemia.
perhatian POPTI subang ini dapat Kebijakan publik yang
mempengaruhi pasien thalassemia dikeluarkan untuk penanganan pasien
dalam segi dukungan mental. Apalagi thalassemia diatur dalam Keputusan
bagi pasien dan orang tua yang baru Menteri Kesehatan Republik Indonesia

150
Wanti Dewanti, Ira Irawati, dan Mas Halimah – Implementasi Kebijakan PNPK . . .

Nomor HK.01.07/MENKES/1/2018 dan aktor terlibat lainnya dalam


Tentang Pedoman Nasional Pelayanan penanganan pasien, seperti pertemuan
Kedokteran Tata Laksana Thalassemia dengan pihak rumah sakit sebagi
(PNPK Tata Laksana Thalassemia). pelayanan kesehatan.
POPTI sebagai kelompok sasaran Keterbatasan pada penelitian ini
(target group) dalam implementasi ialah waktu. Saran pada peneliti
kebijakan. Namun, implementasi dari selanjutnya untuk meneliti dimensi-
kebijakan tersebut belum sepenuhnya dimensi lain seperti kebijakan ideal,
berjalan dengan baik, khususnya organisasi pelaksana, dan faktor
peranan dari POPTI. Masih terdapat lingkungan dalam implementasi
kendala komunikasi dan penggerak kebijakan PNPK Tata Laksana
kepimimpinan dari pihak POPTI untuk Thalassemia di Kabupaten Subang.
membantu penanganan pasien
thalassemia. DAFTAR PUSTAKA
Dari simpulan tersebut, sekiranya Anderson, James E. 2006. Public policy
terdapat beberapa hal yang perlu making: An Instroduction.
Boston: Houghton Mifflin
ditempuh POPTI untuk memperbaiki Company.
instasi. diperbaiki oleh POPTI. Pertama,
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan
para anggota POPTI perlu memiliki Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
kesadaran bukan hanya sebagai
penerima pelayanan, namun juga saling Howlett, Michael & M. Ramesh. 1995.
Studying public policy: Policy
mendukung untuk penanganan pasien Cycles and Policy Subystems.
thalassemia, dalam hal ini orang tua Oxford: Oxford University Press.

pasien perlu meningkatkan pengawasan Islamy, M. Irfan. 2001. Prinsip-prinsip


Perumusan Kebijakan Negara.
untuk memberikan obat serta transfusi Jakarta: Bumi Aksara.
darah sesuai aturan PNPK Tata Laksana
Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebijakan
Thalasemia. Sehingga diharapkan dan Pekayanan Publik (Konsep
implementasi kebijakan keputusan dan Aplikasi Proses Kebijakan
Publik dan Pelayanan Publik).
menteri tersebut dapat berjalan dengan Bandung: Alfabeta.
optimal. Parsons, Wayne.2006. Public Policy:
Kedua, sebaiknya POPTI perlu Pengantar Teori dan Praktik
Analisis Kebijakan. Jakarta:
melakukan kolaborasi antara anggota Kencana Prenada Media Group.

151
NATAPRAJA Vol. 7, No. 2, 2019

Smith, Thomas B. 1973. The Policy


Implementation Process. School
of political science and public
administration, Victoria university
of Welington, New Zealand.
Policy Sciences 4, pp 197-209.
Rusli, Budiman. 2013. Kebijakan
Publik Membangun Pelayanan
Publik yang Responsif. Bandung:
Hakim Publisher.
Van Meter, D.S. dan C.E. Van Horn.
1975. The Policy Implementation
Process: A Conceptual
Framework. Administrastion &
Society. Ohio State University:
SAGEpub.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1/2018
Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana Thalasemia.

152

Anda mungkin juga menyukai