Anda di halaman 1dari 5

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2019
______________________________________________________________________________

Mata Kuliah : Metode Penelitian Thesis Dosen : Dr. Sari Hernawti, S.Ag., M.Pd

Semester : I (satu) Progdi : PAI/HES

Sifat : Close Book

______________________________________________________________________________

1. Paradigma filsafat apakah yang mendasari penelitian kualitatif dan kuantitaif dan
jelaskan realitas dasar yang mendasari perbedaan dua paradigm filsafat tersebut ?

2. Penelitian kualitatif dan kuatitatif serta Research and deveploment, mempunyai


tujuan penelitian yang berbeda Jelaskan tujuan penelitian berdasarkan posisi
penelitian dari sudut pandang kajian pustaka ?

3. Apakah fungsi teori dan jelaskan hubungannya dengan penelitian ?

4. seperti diketahui bersama bahwa penelitian adalah merupakan bagian dari pemecahan
masalah. Lalu apa sebenarnya masalah penelitian itu? Menurut Notoatmodjo (2002)
masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi suatu kesenjangan (gap)
antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara
harapan dan kenyataan. Buatlah topic penelitian yang berdasarkan masalah beserta
rumusan masalah dan metode penelitianya?

Selamat Mengerjakan …………………!!!


NAMA : Badroh Rif’atin
NIM : 19200011104

JAWABAN SOAL

1.KUANTITATIF
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan
filsafat positivisme.
Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas
sosial.

Dalam penelitian kuantitatif diyakini, bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge)  yang valid


adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada
pengalaman (experience) yang tertangkap lewat pancaindera untuk kemudian diolah oleh nalar
(reason)[8]. Secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif diterima suatu paradigma, bahwa
sumber pengetahuan paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus
lagi hal-hal yang dapat ditangkap pancaindera (exposed to sensory experience).

Hal ini sekaligus mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif
adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general
relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah sejalan
dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance given in sense
perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang diperoleh melalui
pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksperimen, induksi dan
observasi.

Bagaimana pandangan penganut kuantitatif tentang fakta?


Dalam penelitian kuantitatif diyakini sejumlah asumsi sebagai dasar otologisnya dalam melihat
fakta atau gejala.
Asumsi-asumsi dimaksud adalah;
(1) obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat
maupun dimensi lainnya;
(2) suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu; dan
(3) suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan
merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi, paradigma kuantitatif berpandangan


bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu
pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan
korespondensi. Koheren besarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondens berarti
sesuai dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses
perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi
untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara
epistemologis, pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus; logico, hypothetico, verifikatif.
KUALITATIF
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia
sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya.
Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928)
dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis
dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama
perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang
tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang
hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau
kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang
terkspresi secara eksplisit.

Terdapat sejumlah aliran filsafat yang mendasari penelitian kualitatif, seperti Fenomenologi,
Interaksionisme simbolik, dan Etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut
memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yang mempertemuan
mereka, yaitu pandangan yang sama tentang hakikat manusia sebagai subyek yang
mempunyai kebebasan menentukan pilihan atas dasar sistem makna yang membudaya dalam
diri masing-masing pelaku.

Perbedaan Paradigma Kuantitatif-Kualitatif


Bertolak dari perbedaan-perbedaan disebut di atas, dapat dicatat berbagai perbedaan
paradigma yang cukup signifikan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Seperti
dikemukakan sebelumnya, penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigmatik dengan
penelitian kualitatif. Secara garis besar, perbedaan dimaksud mencakup beberapa hal:
KUANTITATIF
1.  Positivistik
2.  Deduktif-Hipotetis
3.  Partikularistik
4.  Obyektif
5.  Berorientasi kpd hasil
6.  Menggunakan pandangan ilmu pengetahuan alam

KUALITATIF
1.  Fenomenologik
2.  Induktif
3.  Holistik
4.  Subyektif
5.  Berorientasi kpd proses
6.  Menggunakan pandangan ilmu sosial/antropological

Paradigma Kuantitatif

1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data,


termasuk dalam penarikan sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir
yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan
keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam
pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan
berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap
berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum
(generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih
dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya cenderung
mengambil data konkrit (hard fact).
8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada
pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel tertentu saja.
Jadi tidak bersifat holistik.
           
Paradigma Kualitatif

1. Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalam


proses analisisnya.
2. Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala
(fenomenologis).
3. Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa
pengaturan yang ketat).
4. Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan
berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
5. Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan
metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
6. Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama.
Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi
kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak saja
mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
8. Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya
bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.
9. Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi pada
variabel tertentu).

2.Metode penelitian yang digunakan para peneliti dalam lingkup ilmu sosial, yaitu metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Di antara dua metode penelitian tersebut, metode kuantitatif
merupakan metode yang lebih banyak digunakan, dibandingkan dengan metode kualitatif.
Dengan kata lain, metode penelitian kuantitatif lebih populer dibandingkan dengan metode
penelitian kualitatif.dalam penelitian kualitatif yangmenjadi cirinya pertama adalah intensif, bahw
peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan. Yang kedua adalah mencatat atau merekam
dengan berhati hati apa yangterjadi atau data yang ada dilapangan. Kediga adalah mencatat
secara reflktif data yang ditemukan dilapangan dan yang keempat adalah membuat hasil
penelitian secara mendetai dari hasil data yang diperoleh.

R&D
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan
secara faktual dan up to date, selanjutnya dikumpulkan berbagai
informasi dan studi literatur yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan
teoretis yang memperkuat suatu produk, khususnya yang terkait dengan produk
pendidikan, misal produk yang berbentuk model, program, sistem, pendekatan, software
dan sebagainya. Di sisi lain melalui studi literatur akan dikaji ruang lingkup
suatu produk, keluasan penggunaan, kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat
digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan dan
keterbatasannya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui
langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan produk tersebut

3. Teori dalam penelitian kualitatif mempunyai beberapa fungsi yaitu


1. sebagai alat (means) dan sebagai tujuan (ends). Fungsi pertama, teori sebagai alat
pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian melalui usaha
penelitian dalam melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap suatu fenomena
khusus, sehingga memungkinkan si peneliti mengetahui sesuatu secara maksimal. 
2. Fungsi kedua, teori sebagai tujuan teori yang menghasilkan petunjuk dan kisi-kisi kerja
yang harus diperhatikan oleh para peneliti. Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan
sebelumnya apriori. Penelitian tidak bertujuan menguji atau membuktikan kebenaran
suatu teori. Teori itu bahkan dikembangkan berdasarkan data yang dikumpulkan
(mengembangk

4.CONTOH RUMUSAN MASALAH

“ Minat semangat membaca yang rendah dikalangan peserta didik”

Rumusan Masalah

1. Apa itu peserta didik?


2. Apa pengertian minat membaca?
3. Apa itu semangat membaca ?
4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan munculnya minat membaca yang rendah?
5. Apa akibat yang ditimbulkan dari semangat membaca yang rendah dikalangan peserta
didik?
6. Apa dampaknya di bidang akademik?
7. Bagaimana solusi untuk menstabilkan minat semangat membaca di kalangan peserta
didik?

ooo

Anda mungkin juga menyukai