Anda di halaman 1dari 8

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

II.1 GEOGRAFI
Kabupaten Nunukan yang terletak antara 115°33' sampai dengan 118°3' Bujur Timur dan
3°15'00" sampai dengan 4°24'55" Lintang Utara merupakan wilayah paling utara dari Propinsi
Kalimantan Timur. Posisinya yang berada di daerah perbatasan Indonesia – Malaysia menjadikan
Kabupaten Nunukan sebagai daerah yang strategis dalam peta lalu lintas antar negara. Wilayah
Kabupaten Nunukan di sebelah Utara berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur-
Sabah, sebelah Timur dengan Laut Sulawesi, sebelah Selatan dengan Kabupaten Bulungan dan
Kabupaten Malinau, sebelah Barat berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur-
Serawak. Kabupaten yang berdiri pada tahun 1999 ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten
Bulungan dengan luas wilayah 14.263,68 km 2. Kabupaten ini memiliki 10 sungai dan 17 pulau.
Sungai terpanjang adalah Sungai Sembakung dengan panjang 278 km sedangkan Sungai Tabur
merupakan sungai terpendek dengan panjang 30 km. Topografi Kabupaten Nunukan cukup
bervariasi, kawasan perbukitan terjal terdapat di sebelah utara bagian barat, perbukitan sedang
di bagian tengah dan dataran bergelombang landai di bagian timur memanjang hingga ke pantai
sebelah timur. Perbukitan terjal di sebelah utara merupakan jalur pegunungan dengan
ketinggian 1.500 m-3.000 m di atas permukaan laut. Kemiringan untuk daerah dataran tinggi
berkisar antara 8 - 15%, sedangkan untuk daerah perbukitan memiliki kemiringan yang sangat
terjal, yaitu di atas 15%. Dengan demikian kemiringan rata-rata berkisar antara 0 - 50%.

II.2. IKLIM
Proses penggantian panas dan uap air antara bumi dan atmosfir dalam jangka waktu yang lama
menghasilkan suatu keadaan yang dinamakan iklim. Iklim merupakan suatu kumpulan dari
kondisi atmosfir yang meliputi panas, kelembaban dan gerakan udara. Kabupaten Nunukan
berada di wilayah khatulistiwa yang memiliki iklim tropis, sehingga mengalami 2 musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan serta dipengaruhi oleh angin muson, yaitu Muson Barat
pada bulan Nopember-April dan angin Muson Timur pada bulan Mei-Oktober. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Nunukan pada tahun 2016, Nunukan
mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,150C. Suhu udara terendah 21,10C
terjadi pada bulan September
Dan tertinggi 34,60C pada bulan April. Suhu udara Nunukan yang cenderung panas dipengaruhi
oleh topografi Pulau Nunukan yang dikelilingi laut. Walaupun mengalami suhu udara yang cukup
panas, namun karena diimbangi oleh wilayah hutan yang cukup luas, Pulau Nunukan
mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun 2016 kelembaban
udara berkisar antara 78,0% sampai dengan 87,0%.

II-1
Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 214,2 mm, dengan curah hujan tertinggi 439 mm
pada bulan Juli dan terendah 25,6 mm pada bulan Maret.
Rata-rata kecepatan angin cenderung stabil, tidak mengalami perubahan dari tahun lalu, yaitu
05 knots. Persentase penyinaran matahari rata-rata 64%, terendah 45% pada bulan Januari
sedangkan tertinggi mencapai 81% terjadi pada bulan Pebruari.

Gambar 2.1.
Prosentase Luas Wilayah Kabupaten Nunukan Per-Kecamatan

Gambar 2.2.
Prosentase Penyebaran Ketinggian Daerah Kabupaten Nunukan

II-2
Tabel 2.1.
Tabel Nama dan Luas Pulau (Ha) di Kabupaten Nunukan

Tabel 2.2.
Nama dan Panjang Sungai (Km) di Kabupaten Nunukan

II.3. JUMLAH, PERTUMBUHAN, PERSEBARAN, KEPADATAN DAN KOMPOSISI PENDUDUK


Pembangunan di suatu wilayah tidak terlepas dari peran serta penduduknya sebagai subjek
pembangunan, demikian pula dengan pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Nunukan.
Jumlah penduduk yang besar di satu sisi merupakan suatu potensi yang dapat mendorong
keberhasilan suatu pembangunan jika kuantitas tersebut juga diimbangi dengan kualitas yang
tinggi pula.

Namun disisi lain jumlah penduduk yang tinggi dapat pula menimbulkan suatu masalah jika
penyebarannya kurang merata. Otonomi daerah dan pemekaran wilayah diharapkan dapat
meningkatkan potensi dan peran penduduk sebagai subjek pembangunan serta mengurangi
masalah kepadatan dan mobilitas penduduk. Penduduk Kabupaten Nunukan pada tahun 2016

II-3
berjumlah 125.585 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 8,8 jiwa/km2. Bila dibandingkan
dengan tahun 2015, jumlah penduduk mengalami pertumbuhan sebesar 5,8%.
Pertumbuhan penduduk yang terjadi juga merupakan dampak keberhasilan pembangunan yang
terjadi di Kabupaten Nunukan sehingga menarik minat pendatang baru untuk tinggal di
kabupaten ini. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah semakin
lengkapnya berbagai fasilitas publik yang dibutuhkan masyarakat, kemudian dibukanya lapangan
kerja di sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit dan industri pengolahan kayu serta sektor
jasa.
Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran penduduk
secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran penduduk Kabupaten Nunukan menurut luas
wilayah terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang
mencolok antar kecamatan.
Dari delapan kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Sebatik memiliki kepadatan
penduduk tertinggi, yaitu 194,2 jiwa/km2 diikuti oleh Kecamatan Sebatik Barat dengan
kepadatan 77,6 jiwa/km2. Sedangkan untuk kecamatan lainnya, kepadatan penduduk yang ada
hanya berkisar antara 1,29-33,79 jiwa/km2.
Seiring dengan semakin padatnya jumlah penduduk yang ada, jumlah keluarga yang tinggal di
Kabupaten Nunukan mengalami peningkatan sebesar 8,1% dibandingkan tahun 2015. Sebagian
besar keluarga ini tinggal di Kecamatan Nunukan, sekitar 44,8%, kemudian 15,8% diantaranya
tinggal di Kecamatan Sebatik sedangkan sisanya tersebar di enam kecamatan yaitu Kecamatan
Sebatik Barat, Lumbis, Sembakung, Sebuku, Krayan dan Krayan Selatan.

Gambar 2.3.
Distribusi Penduduk Kabupaten Nunukan Menurut Kecamatan 2016

II-4
II.4. TRANSPORTASI
Era globalisasi menuntut mobilitas yang serba cepat dan mudah. Mobilitas dan aktivitas
masyarakat tidak terlepas dari kebutuhan sarana transportasi. Penyediaan sarana dan prasarana
transportasi daerah mencakup transportasi darat, laut dan udara yang memadai akan
memperlancar aktivitas perekonomian daerah.
Prasarana yang tersedia di Kabupaten Nunukan sampai tahun 2016 terdiri dari 2 buah
pelabuhan laut di Kecamatan Nunukan, 8 buah bandara yang terdiri 2 buah bandara domestik,
yaitu Bandara Nunukan dan Bandara Long Bawan serta lainnya berupa bandara perintis.

II.4.1. Angkutan Darat


Secara umum jumlah sarana transportasi yang tercatat di Dinas Perhubungan Kabupaten
Nunukan pada tahun 2016 mengalami peningkatan 62% dari tahun sebelumnya dengan
rincian jumlah kendaraan bus atau bus mini 790 unit, sedan 129 unit, pick up 217 unit,
truk 379 unit dan sepeda motor 11.051 unit.

II.4.2. Angkutan Udara


Selama tahun 2016 tercatat 781 penerbangan di Bandara Nunukan dengan 18.497 orang
penumpang berangkat dan 18.303 orang penumpang datang; dimana terjadi penurunan
masing-masing 48,25% dan 44,48% dari tahun sebelumnya.
Arus beban barang, bagasi, pos dan paket selama tujuh tahun terakhir cukup fluktuatif.
Beban barang yang dimuat mengalami lonjakan yang signifikan dari tahun 2016 tercatat
barang yang dimuat 30.940 kg atau turun sebesar 85,96%. Begitu juga beban barang
yang dibongkar ternyata mengalami penurunan sebesar 24,99%. Bagasi yang dimuat dan
dibongkar juga mengalami penurunan masingmasing sebesar 45,56% dan 42,68%.

II.4.3. Angkutan Laut


Selama tahun 2016 kapal dalam negeri yang tambat di Pelabuhan Nunukan sebanyak
193 unit, sedangkan kapal luar negeri yang tambat di Pelabuhan Nunukan sebanyak
2.125 unit atau naik 12,37%.

Gambar 2.4.

II-5
Persentase Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan 2016 (km)

Tabel 2.6.
Nama, Panjang, Kondisi Dan Status Lapangan Terbang 2016
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nunukan

II.5. ISU-ISU STRATEGIS DI WILAYAH PERENCANAAN


Adapun isu-isu strategis yang berkembang di wilayah Kabupaten Nunukan diantaranya yaitu :
A. Akan dibangunnya jembatan penghubung antara pulau Nunukan dan pulau Tinabasan
±4Km kemudian dilanjutkan dari pulau Tinabasan ke pulau Kalimantan ±600m. Dengan
adanya pembangunan jembatan penghubung antar pulau ini akan berdampak positif bagi
pembangunan berkelanjutan di seluruh wilayah Nunukan dimana pulau Nunukan sebagai
sentral pemerintahan kabupaten. Semakin lancarnya akses kebutuhan barang dari
perbagai daerah yang akan masuk ke wilayah Nunukan.

B. Telah berdiri perusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu PT. NJL (Nunukan Jaya Lestari)
yang mana di lokasi ini juga dibangun Kilang Sawit yang akan memproses kelapa sawit
menjadi minyak Kelapa Mentah atau CPO (Crude Palm Oil).

C. Pertanian. Pertanian merupakan sektor primer yang mendominasi aktivitas perekonomian


di Kabupaten Nunukan. Revolusi di bidang pertanian perlu ditingkatkan untuk
memberikan hasil yang lebih baik dari segi kuantitas dan kualitas. Pertanian yang meliputi
pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan selalu
diupayakan untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Pada tahun 2016 luas
panen padi (sawah+ladang) di Kabupaten Nunukan mengalami peningkatan, dimana
tanaman padi naik sebesar 4,28%.

II-6
Otomatis produksi tanaman padi juga mengalami kenaikan, yaitu menjadi 48.127 ton atau
dengan kata lain terjadi peningkatan produktivitas padi sebesar 9,65%. Kecamatan Krayan
adalah daerah yang mempunyai luas panen dan jumlah produksi padi ladang yang lebih
besar dibandingkan kecamatan yang lain, yaitu 38,11% dari total luas panen serta 40,83%
dari total produksi. Pada tahun 2016 hampir seluruh tanaman sayur-sayuran mengalami
peningkatan luas tanam yang pesat dibandingkan tahun sebelumnya dan diiringi dengan
peningkatan hasil produksi dari masing-masing tanaman tersebut. Bawang daun
merupakan komoditi tanaman sayur-sayuran yang mengalami penurunan hasil
produksinya.

D. Perkebunan. Luas arel komoditi kelapa sawit pada tahun 2016 mengalami peningkatan
sebesar 25,4% dibandingkan dengan tahun 2015. Sebagian besar dari luas areal kelapa
sawit terdapat di Kecamatan Sebatik, Sebatik Barat, Sebuku, Lumbis, Sembakung dan
Nunukan. Dilihat dari rata-rata produksi yang dihasilkan oleh setiap komoditi perkebunan,
produksi terbesar dihasilkan oleh tanaman kakao sebesar 18.903,10 ton, meningkat 6,8%
dibandingkan tahun 2015.

E. Kehutanan. Pembangunan kehutanan mencakup semua upaya untuk memanfaatkan dan


memantapkan fungsi sumber daya alam hutan dan sumber daya hayati lain serta
ekosistemnya, baik sebagai pelindung system penyangga kehidupan dan pelestari
keanekaragaman hayati maupun sebagai sumber daya pembangunan. Dengan demikian
pembangunan kehutanan mencakup aspek pelestarian fungsi lingkungan hidup,
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial, baik dalam kawasan hutan maupun
masyarakat di sekitar hutan. Hutan sebagai sumber daya alam perlu terus ditingkatkan
dan disempurnakan pengelolaanya agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan rakyat, dengan tetap menjaga lingkungan hidup. Selain itu kegiatan
kehutanan perlu memperhatikan tata guna hutan, usaha perlindungan dan pengamanan
flora dan fauna, areal tanah kritis, hutan tanam industri serta penyerapan tenaga kerja
bagi masyarakat. Luas kawasan hutan di Kabupaten Nunukan berjumlah 1.426.368 ha
yang terdiri dari taman nasional, hutan lindung, kawasan hutan dan kawasan budidaya
non kehutanan. Sebagian besar wilayah hutan adalah kawasan budidaya non kehutanan
seluas 470.914 Ha atau 33,01% dari kawasan hutan seluruhnya. Produksi kayu bulat tahun
2016 mengalami penurunan sebesar 71,73% dibanding tahun sebelumnya yaitu dari
123.911,37 m3 menjadi 35.034,58 m3.

F. Peternakan. Jumlah populasi hewan ternak terbesar di Kabupaten Nunukan tahun 2016
didominasi oleh ternak babi yaitu sebesar 38,55%, ternak kerbau sebesar 26,74%, ternak
sapi potong sebesar 26,55% dan ternak kambing 8,17%. Pada tahun 2016 populasi unggas
didominasi oleh ayam buras, yaitu sebanyak 85,97% dari total populasi unggas. Populasi
ayam buras tercatat sebanyak 198.887 ekor yang secara umum tersebar merata. Populasi
itik lebih banyak diternakkan di Kecamatan Nunukan yaitu sebanyak 5.110 ekor.

II-7
G. Perikanan. Produksi perikanan pada tahun 2016 tercatat 4.947,57 ton, yang terdiri atas
4.585,36 ton produksi perikanan penangkapan dan 362,21 ton perikanan budidaya.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi perikanan tahun 2015 naik 9,31%.
Pada tahun 2016 jumlah rumah tangga perikanan penangkapan tercatat 2.273 rumah
tangga atau naik sebesar 30,26 persen dibandingkan tahun 2015.

II-8

Anda mungkin juga menyukai