Anda di halaman 1dari 5

Perilaku Penderita Hipertensi di Masa Pendemi Covid-19

Dunia dikejutkan dengan mewabahnya jenis pneumonia baru yang bermula dari sebuah
kota bernama Wuhan, Provinsi Hubei di Tiongkok yang kemudian menyebar dengan cepat ke
lebih dari 190 negara di awal tahun 2020. Wabah ini dinamakan coronavirus disease 2019
(COVID-19) yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus-2
(SARSCoV-2) (Rifiana&Suharyanto, 2020). Coronavirus-19 (COVID) telah dinyatakan sebagai
pandemi dunia oleh WHO. Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara hewan
dan manusia. Virus dan penyakit ini diketahui berawal di Wuhan sejak 2019. Per tanggal 21
Maret 2020, jumlah kasus penyakit ini mencapai angka 275,469 jiwa yang tersebar didunia
termasuk Indonesia. Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi
tahap Tanggap Darurat pada tanggal 17 Maret 2020 (Gugus Tugas Covid-19, 2020).

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah 2


kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan
136 kasus kematian. Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini
merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Per 30 Maret 2020 terdapat 693.224 kasus dan
33.106 kematian di seluruh dunia. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama melebihi
China, disusul Spanyol dan Italia yang memiliki tingkat mortalitas paling tinggi didunia
(Rifiana&Suharyanto, 2020). Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya bersifat kronis dan
beberapa telah mengalami kerusakan organ sehingga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh
penderitanya secara bertahap dan sangat rentan terhadap infeksi termasuk disebabkan oleh
infeksi virus COVID-19. Menindaklanjuti upaya pencegahan meluasnya penularan COVID-19,
maka dipandang perlu melakukan penguatan penanganan pencegahan penularan COVID-19 pada
orang dengan faktor risiko dan penyandang PTM yang merupakan kelompok rentan dan
comorbid COVID-19. Berdasarakan data yang sudah ada, penyakit tidak menular hipertensi dan
diabetes melitus yang jumlah penderitanya terus meningkat setiap tahun menjadi perhatian
dimasa pandemi COVID-19 ini (Kemenkes, 2020).

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi
perhatian kesehatan karena penyakit the silent killer tidak terdapat tanda- tanda atau gejala yang
dapat dilihat dari luar, yang akan menyebabkan komplikasi pada organ. Hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, dengan Proportional Mortality Rate
(PMR) mencapai 6,7 % dari Indonesia (WHO, 2013). Hipertensi merupakan gangguan kesehatan
yang ditandai adanya tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg (Khalid, 2012).

Penderita hipertensi menurut World Health Organisation menyebutkan bahwa akan terus
meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada tahun 2025 mendatang
diperkirakan sekitar 29% di dunia menderita hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Dinegara
berkembang penderita hipertensi mencapai 40% sedangkan Negara maju hanya mencapai 35%,
di Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi yaitu sebesar 40%, dan di Amerika
sebesar 35%, serta di Asia Tenggara mencapai 36%. Penyakit hipertensi ini sangat membunuh di
Asia mencapai 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita
hipertensi (Widiyani, 2013).

Penderita hipertensi menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan bahwa penderita hipertensi secara nasional mencapai 25,8% ( Riskesdas, 2013).
Jumlah penduduk yang beresiko terkenan hipertensi di Indonesia sebanyak 36,53% menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2017). Hasil dari pengukuran tekanan darah Jurnal
Keperawatan Volume 13 No 1, Hal 61 - 76, Maret 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
63 mencapai sebanyak 12,98% dinyatakan mengalami hipertensi. Hipertensi terjadi pada
kelompok usia 31 sampai 64 tahun, dan tertinggi pada usia 45 sampai 64 tahun dengan
presentase 55,3% (Riskesdas, 2017).

Hipertensi menduduki peringkat pertama dengan presentase sebesar 21,637%. Angka


kematian hipertensi dari tahun 2011 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 111
sampai 554 orang yang menderita hipertensi dikarenakan penderita hipertensi tidak mengetahui
bahwa dirinya menderita hipertensi dan tidak mendapatkan pengobatan secara baik serta tidak
teratur melakukan kunjungan ke fanyakes (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014). Prevalensi
hipertensi di Kabupaten Kendal pada tahun 2017 memiliki presentase sebanyak 2,72% orang
yang mengalami hipertensi (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2017). Hipertensi terkait dengan
perilaku dan pola hidup yang kurang baik. Salah satu pengendalian hipertensi dengan perilaku
CERDIK. Maka dari itu perlunya sikap untuk mencegah hipertensi, karena dengan adanya sikap
yang positif akan mencegah terjadinya hipertensi (Santia, 2015).

Penelitian Suparti dan Handayani (2018) menunjukkan Skrining hipertensi responden


yang berisiko menderita hipertensi sebanyak 107 (52,2%) dan yang tidak berisiko menderita
hipertensi dan sebanyak 98 (47,8). Dampak yang ditimbulkan oleh hipertensi ini cukup berat
sehingga membutuhkan penanganan yang baik serta deteksi dini yang tepat oleh tenaga
kesehatan.Kegiatan skrining hipertensi pada lansia sangat perlu dilakukan baik itu skrining
berbasis rumah, Puskesmas dan komunitas untuk menemukan kasus baru dan melakukan
manajemen hipertensi dari mulai edukasi, perawatan dan pengobatannya.

Penelitian dari Retnaningsih, Kustriani dan Sanjaya (2017), menunjukkan gambaran


perilaku merokok ada hubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia laki-laki dengan nilai p
value = 0,00 (0 (<0,05) ρ = 0,481. Merokok dapat menyebabkan hipertensi akibat zat-zat kimia
yang terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan dalam dinding arteri, sehingga
arteri lebih rentan terjadi penumpukan plak (arterosklerosis). Hal ini disebabkan oleh nikotin
yang dapat merangsang saraf simpati sehingga memacu kerja jantung lebih keras dan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta peran karbon monoksida yang dapat
menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

Penelitian Seke, Bidjuni dan Lolong (2016) menunjukkan bahwa dengan kejadian stres
berjumlah 2 (22,2%), sedangkan dengan kejadian tidak stres berjumlah 7 (77,8%). Terdapat
hubungan yang signifikan antara kejadian stres dengan penyakit hipertensi pada lansia dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test (p=0,000). Tekanan darah tinggi dapat diakibatkan oleh stres
yang diderita individu, sebab reaksi yang muncul terhadap impuls stres adalah tekanan darahnya
meningkat. Selain itu, individu yang mengalami stres akan sulit tidur, sehingga akan berdampak
pada tekanan darahnya yang cenderung tinggi.

Judul Penulis,Tahun Hasil


Penyuluhan Pengaturan Pola Hidup Sehat Melakukan penkes tentang pola hidup sehat
dalam Upaya Pencegahan Dan Pengendalian pada masa pendemi COVID-19 kepada
Hipertensi, Serta Penanggulangan Covid-19 di masyarakat,pemeriksaan tekanan darah,
Desa Ciranjang, Kecamatan Ciranjang, pemberian brosur mengenai hipertensi,
Kabupaten Cianjur meminta warga yang mempunyai tekanan
darah yang tinggi untuk mengisi lembar pola
makan harian dan ceklis seputar tindakan hasil
penyuluhan, pengontrolan lanjutan.
Menciptakan Desa Sadar Perilaku Pola Hidup Dari hasil pengamatan dan sosialisasi tentang
Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai Wujud PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) di desa
Nyata dalam Memutus Mata Rantai Lemahireng tepatnya di kecamatan
Penyebaran Covid - 19 di Desa Lemahireng, Wonosegoro, kabupaten Boyolali memberikan
Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali pembahasan dan wawasan baru tentang PHBS
penting diperhatikan untuk memutus mata
rantai penyebab covid 19 di Boyolali. Dengan
ini perlu dilakukan sosialisasi tentang PHBS
yang menekankan di 5 faktor yaitu cuci tangan
yang benar dengan sabun dan air mengalir,
memakai masker yang baik dan benar, makan
buah dan sayur, Aktivitas Fisik dan Pentingnya
MPASI.
PERILAKU CERDIK PENDERITA HIPERTENSI Salah satunya dalam menanggulangi hipertensi
DIMASA PANDEMI COVID 19 yaitu dengan perilaku CERDIK. CERDIK
yaitu cek kesehatan secara rutin, enyahkan
asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet, istirahat
cukup dan kelola stress dengan cara pengol
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU Ada hubungan antara perilaku olahraga dengan
OLAHRAGA, STRESS DAN POLA MAKAN tingkat hipertensi lansia .Ada hubungan antara
DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA tingkat stres dengan tingkat hipertensi lansia di
LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA
Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih
KELURAHAN GEBANG PUTIH KECAMATAN
Kecamatan Sukolilo Surabaya. Pola makan
SUKOLILO KOTA SURABAYA
lansia yang sering dikonsumsi harian untuk
jenis makanan pokok adalah paling banyak
nasi dan jagung; lauk pauk paling banyak
adalah tahu, tempe, telur, ayam, ikan laut, ikan
teri/ asin dan ikan tawar; sayuran paling
banyak adalah bayam, kangkung, daun
singkong dan kacang panjang; buah-buahan
paling banyak adalah pisang dan pepaya; susu
paling banyak adalah susu bubuk; jajanan
paling banyak adalah kerupuk, gorengan ubi-
ubian rebus dan biskuit kemudian yang terakhir
untuk jenis lain-lain paling banyak adalah
garam, gula dan sirup.

Anda mungkin juga menyukai