Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Permasalahan

Analisis Kasus :

Menkeu Terbitkan Aturan Pajak Kegiatan Membangun Sendiri


Rabu, 10 Maret 2010 21.00 WIB
Oleh: Iin Caratri

(Managementfile - Tax) - Menteri Keuangan Sri Mulyani menerbitkan aturan mengenai batasan dan tata
cara pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan membangun sendiri melalui Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 39/PMK.03/2010 yang berlaku mulai 22 Februari 2010.

Aturan ini diperlukan untuk mengatur kembali batasan kegiatan membangun sendiri, guna melindungi
masyarakat berpenghasilan rendah dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan
membangun sendiri.

Penetapan PMK ini sesuai dengan amanat ketentuan pasal 16C Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Menurut peraturan ini, kegiatan membangun sendiri adalah kegiatan membangun bangunan yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain. Kegiatan ini kemudian menimbulkan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) terutang bagi orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan tersebut, dengan saat
terutangnya PPN terjadi pada saat bangunan mulai dibangun.

PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif 10% (sepuluh persen) dengan dasar pengenaan
pajak, yaitu sebesar 40% (empat puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang
dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan, dan wajib disetor ke kas negara melalui Kantor Pos
atau Bank Persepsi, paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

Menanggapi masalah ini, Dirjen Pajak M. Tjiptardjo menyatakan akan membahas kembali aturan ini
dengan DPR. "Saya akan bawa dan bahas lagi ke DPR," ujarnya ketika ditemui usai pertemuan Forum
Staf Ahli (FORSA) Kementerian Keuangan di Kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng,
Rabu (10/3/2010).

Dalam kasus dijelaskan bahwa Mentri Keuangan kita saat itu menetapkan
peraturan tentang batasan dan tatacara penegenaan PPN atas kegiatan
membangun sendiri. Pengaturan Mentri keuangan ini menggantikan ketentuan
sebelumnya yaitu keputusan Mentri Keuangan Nomor 554/KMK.04/2000.
Di dalam pengaturan Mentri keuangan ini dijelaskan berbagai hal,
seperti :1

1
http://dudiwahyudi.com/pajak/pajak-pertambahan-nilai/ppn-atas-kegiatan-membangun-sendiri-per-1-
april-2010.html, diunduh pada tanggal 7 Desember 2010
1. Ruang Lingkup

PPN KMS dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang memenuhi ruang
lingkup berikut ini :

1. Terutang oleh orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan


membangun sendiri
2. Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
3. Dilakukan oleh orang pribadi atau badan
4. Hasilnya digunakan sendiri atau fihak lain
5. berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada satu kesatuan tanah

Dari ruang lingkup di atas kita bisa menyimpulkan bahwa ada bebarapa kegiatan
membangun bangunan yang tidak dikenakan PPN KMS, yaitu :

1. kegiatan membangunan bangunan yang dilakukan oleh orang atau badan


yang memang merupakan kegiatan usahanya. Atas kegiatan membangun
ini memang tidak dikenakan PPN KMS tetapi dikenakan PPN dengan
mekanisme umum yaitu pemungutan PPN kepada pembeli bangunan oleh
penjualnya,
2. kegiatan membangun sendiri yang luasnya kurang dari 300 m2, dan
3. kegiatan membangun sendiri yang bangunannya digunakan bukan untuk
tempat tinggal atau kegiatan usaha seperti tempat ibadah

2. Tarif Dasar Pengenaan Pajak

PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri, diitung dengan cara


mengalikan tarif 10 persen dengan mengalikan DPP. Besar DPP adalah 40 %
dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah. Sehingga tarif
efektifnya adalah 4 % dari jumlah biaya yang dibayarkan dan / atau
dikeluarkan.
3. Waktu dan Tempat Terutang Pajak

Saat terjadinya terutang PPN atas kegiatan membangun sendiri terjadi pada
saat mulai dibangunnya bangunan, dan tempatnya adalah dimana tempat
bangunan itu didirikan.

4. Tatacara Pembayaran dan pelaporan

Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan dengan sebesar 10 %


dikalikan dengan 40 % dikalikan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya. PPN berutang tersebut
wajib disetor ke kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi paling
lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah berkahirnya masa pajak. Dalam hal
pribadi tidak dapat menunjukkan bukti Surat Setoran Pajak asli Pajak
Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri. pihak lain yang
menggunakan bangunan tersebut bertanggung jawab atas pembayaran PPN
yang terutang.

5. Peraturan Pelaksanaan

Tata cara pengisian Surat Setoran Pajak, pelaporan, dan pengawasan


pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Anda mungkin juga menyukai