Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN KEBUTUHAN HUTAN KOTA DI KOTA PONTIANAK

Novi Adriansyah1), Abdul Hamid2), Abubakar Alwi2)

ABSTRAK

Keberadaan hutan kota di wilayah perkotaan berperan penting untuk kelestarian, keserasian dan
menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.
Hal ini dikarenakan dinamika pembangunan yang begitu pusat di perkotaan perlu diimbangi
dengan keberadaan ruang terbuka hijau yang memadai untuk meredam dampak-dampak buruk
yang ditimbulkan oleh aktivitas pembangunan terhadap lingkungan sekitar.
Penelitian ini bertujuan antara lain pertama Untuk mengetahui berapa luasan ideal akan kebutuhan
Hutan Kota di Kota Pontianak, kedua Untuk Mengetahui kesesuaian areal hutan Kota dengan
RTRW Kota Pontianak, ketiga Untuk Memberikan usulan terhadap penempatan lokasi alternatif
kawasan Hutan Kota di Kota Pontianak dan keempat Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja
yang menjadi kendala terhadap pengelolaan dan pembangunan Hutan Kota
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Dari hasil
perhitungan luas area hutan kota ideal di Kota pontianak didapat hasil dengan luasan yang
diperlukan 285,792 Ha,dimana didapat bahwa Kecamatan Pontianak Barat memerlukan ± 63,366
Ha dimana lebih luas dari Kecamatan lainnya.
Kata Kunci: Hutan Kota, Kota Pontianak

1. Alumni Prodi Magister Teknik Sipil Untan


2. Dosen Prodi Magister Teknik Sipil Untan
1. PENDAHULUAN daerah aliran sungai serta alokasi 30% lahan
Pembangunan fisik di perkotaan yang perkotaan untuk ruang terbuka hijau.
diharapkan dapat mensejahterakan Pasal 9 Undang-undang Pokok
kehidupan manusia, dalam Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 juga
perkembangannya telah menimbulkan menyebutkan bahwa untuk kepentingan
permasalahan tersendiri akibat perencanaan pengaturan iklim mikro, estetika, dan
yang kurang memadai. Pembangunan resapan air, di setiap kota ditetapkan
gedung-gedung perkantoran, pusat kawasan tertentu sebagai hutan kota. Lebih
perbelanjaan, sekolah, perumahan, pabrik, lanjut Kementerian Kehutanan melalui surat
dan sebagainya kurang memperhatikan edaran Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan
aspek tata ruang kota. Selama ini, Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial
pembangunan kota cenderung untuk Nomor S.293/V-RHL/2012 tanggal 9 Juli
meminimalkan ruang terbuka hijau. Areal 2012 telah mencanangkan target
bervegetasi banyak dialihfungsikan menjadi pembangunan hutan kota seluas 1.000 ha per
kawasan perdagangan, kawasan pemukiman, tahun yang tersebar di seluruh wilayah
kawasan industri, jaringan transportasi serta Republik Indonesia.
sarana dan prasarana kota lainnya. Keberadaan hutan kota di wilayah
Lingkungan perkotaan hanya berkembang perkotaan berperan penting untuk
secara ekonomi namun menurun secara kelestarian, keserasian dan menjaga
ekologi. Padahal keseimbangan lingkungan keseimbangan ekosistem perkotaan yang
perkotaan secara ekologi sama pentingnya meliputi unsur lingkungan, sosial dan
dengan perkembangan nilai ekonomi budaya. Hal ini dikarenakan dinamika
kawasan perkotaan. Kondisi demikian pembangunan yang begitu pusat di
menyebabkan terganggunya keseimbangan perkotaan perlu diimbangi dengan
ekosistem perkotaan seperti hilangnya ruang keberadaan ruang terbuka hijau yang
terbuka hijau, rusaknya fungsi resapan air, memadai untuk meredam dampak-dampak
polusi air dan udara. buruk yang ditimbulkan oleh aktivitas
Menyadari arti penting keberadaan pembangunan terhadap lingkungan sekitar.
ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan Pembangunan di wilayah perkotaan
dalam mereduksi dampak buruk mempunyai kecepatan yang mengagumkan
pembangunan serta wujud dari komitmen dan perkembangan ini dijumpai pada semua
Pemerintah Indonesia dalam mengurangi sektor terutama sektor ekonomi. Hal ini
pemanasan global, maka Pemerintah telah menyebabkan kebutuhan akan fasilitas
menerbitkan berbagai peraturan dan pendukung menjadi sangat penting. Upaya
kebijakan khususnya terkait penyediaan area pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
hijau di kawasan perkotaan. ini pada wilayah perkotaan menjadi
Kondisi lingkungan hidup yang kebutuhan dan akibat terbatasnya sumber
semakin memburuk tersebut memerlukan daya lahan maka akan terjadi konversi lahan
upaya-upaya pengendalian yang perlu segera hijau untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
dilakukan. Salah satu alternatif yang dapat Perubahan penggunaan lahan ini akan
memberikan dampak signifikan dalam menyebabkan terjadinya degradasi kualitas
mengatasi permasalahan lingkungan hidup lingkungan. Selain itu, perkembangan ini
di perkotaan adalah melalui program akan mengakibatkan pula keberadaan ruang
pembangunan dan pengelolaan Hutan Kota. terbuka hijau kota sebagai salah satu
Sesuai amanah Undang-undang Nomor komponen ekosistem kota menjadi kurang
26 Tahun 2007 tentang penataan ruang diperhatikan walaupun keberadaan ruang
bahwa setiap penyusunan rencana tata ruang terbuka hijau kota diharapkan dapat
baik di tingkat nasional, provinsi maupun menanggulangi masalah lingkungan di
kabupaten/kota harus memperhatikan daya perkotaan. Salah satu akibat langsungnya
dukung dan daya tampung lingkungan adalah berkurangnya keragaman vegetasi
hidup. Tujuannya adalah untuk menjamin yang juga berpengaruh pada kondisi
kelestarian dan kelangsungan kehidupan lingkungan yang semakin buruk. Kondisi
manusia dan memperhatikan kepentingan lingkungan yang semakin buruk ini, dapat
generasi mendatang. Adapun kebijakan pula mempengaruhi pola tingkah laku dan
penting terkait daya dukung lingkungan kondisi kehidupan makhluk hidup
dalam penataan ruang antara lain penetapan khususnya manusia, sehingga ruang terbuka
kawasan lindung dan kawasan budidaya, hijau yang ada harus diperhatikan dan
alokasi lahan untuk hutan sebesar 30% di diperluas serta diintensifkan fungsinya.
Keserasian dan keselarasan ruang terbuka jauh di luar batas kota, sepanjang interaksi
hijau dengan laju pembangungan kota akan yang intensif antara penduduk sebuah kota
menunjang kelestarian makhluk hidup, dengan hutan tersebut berlangsung secara
khususnya manusia. terus menerus. Idealnya sebuah hutan kota
Cerminan perkembangan dapat mencapai kondisi optimum
pembangunan kota dapat terlihat pada sebagaimana layaknya hutan yang terbentuk
pemandangan fisik kota yang mempunyai karena peristiwa alam. Namun sesuai
kecenderungan meminima-lkan ruang dengan nilai-nilai urbanity maka ada
terbuka hijau dan menghilangkan visualisasi keterbatasan dalam pembentukan hutan kota
alamnya. Lahan-lahan perkotaan banyak tersebut seirama pula dengan perkembangan
yang dialih fungsikan menjadi pemukiman, kota yang terjadi serta berbagai aspek
pertokoan, tempat industri dan lain-lain. kehidupan yang menyangkut kehidupan
Keadaan yang kurang harmonis antara penduduk kota. Fakuara et. Al (1987)
manusia dengan lingkungan mengakibatkan mengatakan bahwa hutan kota adalah ruang
lingkungan perkotaan hanya maju secara terbuka yang ditumbuhi vetetasi berkayu di
ekonomi namun mundur secara ekologi. wilayah perkotaan yang memberi manfaat
Terganggunya kestabilan ekosistem kepada lingkungan sebesar-besarnya untuk
perkotaan juga akan berdampak pada penduduk kota dalam kegunaan proteksi,
penurunan air tanah, intrusi alir laut, estetika, rekreasi dan sebagainya. Menurut
banjir/genangan, penurunan permukaan Grey dan Deneke (1978) hutan kota
tanah, abrasi pantai, pencemaran air seperti merupakan kawasan vegetasi berkayu yang
air minum berbau dan mengandung logam luas serta jarak tanamnya terbuka bagi
berat, pencemaran udara seperti umum, mudah dijangkau oleh penduduk
meningkatnya kadar CO, menipisnya lapisan kota dan dapat memenuhi fungsi
ozon, pencemaran karbondioksida dan perlindungan dan regulatifnya, seperti
belerang serta pemandangan suasana yang kelestarian tanah, tata air, ameliorasi iklim,
gersang. Disamping itu terjadi polusi suara penangkal polusi udara, kebisingan dan lain-
atau bunyi berupa tingginya tingkat lain. Grey dan Deneke (1978)
kebisingan. mengemukakan bahwa hutan kota meliputi
Kondisi pertumbuhan penduduk dari lahan minimal seluas 50 – 100 ha, jarak
tahun ke tahun yang semakin tinggi dan lokasi hutan kota dapat dicapai dengan
perkembangan pembangunan fisik kota yang berjalan kaki dari pusat permukiman
sangat pesat menyebabkan perencanaan penduduk padat, jarak sama yang ditempuh
ruang terbuka hijau untuk masa yang akan dari titik akhir jaringan transportasi umum
datang baik dari segi kualitas maupun atau setara waktu yang diperlukan pejalan
kuantitas menjadi sebuah hal yang sangat kaki apabila ia bersepeda dan harus terbuka
penting sehingga keselarasan lingkungan bagi umum.
alam dan lingkungan binaan dapat terwujud. Hutan kota sering berada di luar batas
Penelitian ini bertujuan untuk kota. Jalur hijau, hutan kota, hutan lindung
mengidentifikasi kebutuhan dan dan tanaman urugan dapat dikatakan bagian
merencanakan hutan kota/ruang terbuka dari hutan kota. Area ini biasanya untuk
hijau di Kota Pontianak. umum dan bermanfaat untuk berbagai
Lebih jauh diuraikan bahwa fungsi macam kegunaan, serta mempunyai nilai
Hutan Kota adalah: luar biasa untuk lingkungan kota yaitu
1. memperbaiki dan menjaga iklim mikro sebagai pelindung mata air, rekreasi,
dan nilai estetika memberikan pemandangan, tempat hiburan
2. meresapkan air atau sebagai tempat pembuangan limbah.
3. menciptakan keseimbangan dan Hutan kota merupakan hutan yang sengaja
keserasian lingkungan fisik kota dibuat dalam rangka untuk memperbaiki
4. mendukung pelestarian keanekaragaman kondisi lingkungan perkotaan yang kurang
hayati Indonesia akan penghijauan. Karena kebanyakan kota
2. TINJAUAN PUSTAKA dipenuhi dengan gedung-gedung,
2.1. Hutan Kota pemukiman, dll Hal ini membuat suasana
Definisi atau rumusan hutan kota perkotaan menjadi panas serta pemandangan
adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan hijau kurang bisa dinikmati.
asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau Peran hutan kota sangatlah penting
sekitarnya. Haeruman (1987) demi terjaganya keseimbangan ekologi
mengemukakan bahwa hutan kota terletak manusia diberbagai aspek misalnya sebagai
pelindung panasnya pancaran sinar matahari, sempit, dan memberikan suasana yang sunyi
kebersihan udara, ketersediaan air tanah, dan nyaman. Pohon dan semak dapat
terjaganya kehidupan satwa dikota serta juga digunakan untuk menciptakan latar yang
bisa digunakan sebagai area wisata. Selain unik dalam proses pembentukan ruang.
itu keberadaan hutan kota juga mampu Pepohonan dapat memberikan kesan ruang
mengurangi adanya cuaca yangkurang tiga dimensi, menutupi pemandangan yang
bersahabat seperti, mengurangi terjadinya kurang atau kurang indah.
banjir, mampu mengurangi efek pemanasan Vegetasi sangat bermanfaat untuk
global, dll. Jadi keberadaan hutan merekayasa masalah lingkungan di
kota sangat penting sehingga membuat perkotaan. Selain merekayasa estetika,
suasana perkotaan menjadi lebih hijau, mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi
indah, adem. Dibeberapa negara di dunia polusi udara, mengurangi kebisingan,
ini menerapkan adanya hutan kota untuk mengendalikan air limbah, mengontrol lalu
memperindah suasana kota mereka.. lintas, dan cahaya yang menyilaukan, serta
mengurangi pantulan cahaya, mengurangi
2.2 Perencanaan Hutan Kota bau. Grey dan Deneke (1978), mengatakan
Vegetasi dalam ekosistem berperan bahwa berbagai sifat tumbuhan yang khas
sebagai produsen pertama yang merubah dan pengaruh-pengaruhnya dapat menolong
energi surya menjadi energi potensial untuk memecahkan masalah-masalah teknik yang
makhluk lainnya, sebagai sumber hara berhubungan dengan lingkungan yaitu
mineral dan perubah terbesar lingkungan daging daun yang mengurangi bunyi;
serta meningkatkan kualitas lingkungan. ranting-ranting yang bergerak dan bergetar
Sejak jaman nenek moyang diIndonesia untuk menyerap dan menutupi bunyi-
pekarangan rumah ditanami dengan berbagai bunyian. Pubesen atau bulu-bulu daun dapat
jenis tanaman, mulai dari yang memanjat, menjebak dan menahan partikel-partikel air;
semak, rerumputan atau penutup tanah, stomata daun-daun untuk mengganti gas-
pepohonan, bunga-bungaan dan hewan gas. Kumpulan bunga dan dedaunan yang
ternak. Semua ini maksudnya agar dapat memberikan aroma yang sedap berguna
memetik hasilnya setiap saat bila diperlukan, untuk mengurangi bau busuk. Daun dan
diberikan ke tetangga atau dinikmati ranting-ranting mampu memperlambat aliran
kesejukan dan keindahannya sehingga angin, dan curahan hujan. Akar yang
memberikan kenyamanan fisik dan sosial. menjalar akan menahan erosi tanah baik
Pekarangan mempunyai fungsi ganda yang oleh air hujan maupun oleh angin. Daun
merupakan integrasi antara fungsi alam yang tebal berguna untuk menghalangi
dengan fungsi untuk memenuhi kebutuhan cahaya. Daun-daun tipis untuk menyaring
sosial, budaya dan ekonomi manusia. Fungsi cahaya serta ranting-ranting berduri untuk
ganda berupa hidrologi, pencagaran menghalangi gerak-gerik manusia. Dalam
sumberdaya genetis (plasma nutfah), efek pengembangan lingkungan fungsi
iklim mikro, sosial, dan produksi. lingkungan diutamakan tanpa
Elemen-elemen iklim utama yang sangat mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya.
mempengaruhi kehidupan adalah cahaya Fungsi menyegarkan udara dengan
matahari, suhu udara, angin dan mengambil CO2 dalam proses fotosintesis
kelembaban. Interaksi dari keempat elemen dan menghasilkan O2 yang sangat
iklim dapat memberikan kenyamanan, diperlukan bagi makhluk hidup untuk
kepanasan, kedinginan atau biasa. pernafasan.
Pepohonan, semak-belukar, dan rerumputan Setiap ada pembangunan di kota, lahan
dapat merubah suhu kota. Daun-daun dapat pertanian, kebun buah-buahan atau lahan
mengintersepsi, refleksikan, mengabsorbsi bervegetasi menjadi berkurang. Mengingat
dan mentransmisikan sinar matahari. fungsi tumbuh-tumbuhan kehadiran vegetasi
Efektifitasnya tergantung kepada misalnya diperkotaan sebagai ruang terbuka hijau
jenis yang rindang, banyak daun, banyak (RTH) harus dipertahankan. Berdasarkan
cabang maupun ranting. Setiap jenis fungsi utama, RTH dapat dibagi menjadi
mempunyai bentuk karakteristik, warna, tiga yaitu:
tekstur dan ukuran. 1. Pertanian perkotaan, fungsi utamanya
Vegetasi dapat digunakan sebagai untuk mendapatkan hasil.
penghubung serta membentuk ruang, 2. Taman-taman kota, fungsi utamanya
sebagai pembatas, pengatap dan pelantai dan untuk estetika dan interaksi sosial.
dapat merubah ruang luas menjadi lebih
3. Hutan kota, fungsi utamanya untuk diguna alihkan untuk kepentingan lainnya.
meningkatkan kualitas lingkungan. Tidak ada jaminan persediaan lahan untuk
Hutan kota sebagai unsur RTH hutan kota yang sudah dialokasikan.
merupakan subsistem kota, sebuah Keadaan tataruang kota tidak teratur, disana
ekosistem dengan sistem terbuka. Pengertian sini terjadi pembangunan fisik serta
hutan kota berbeda dengan pengertian hutan pengerasan.
yang dianut selama ini. Hutan kota Untuk mengatasi masalah-masalah
diharapkan dapat menanggulangi masalah yang sudah dikemukakan, dapat saja
lingkungan di perkotaan, menyerap hasil dilakukan penataan tataruang kembali,
negatif yang disebabkan karena aktivitas dengan menyediakan ruang untuk hutan
kota. Aktivitas kota dipacu oleh kota, tetapi cara ini sangat sulit dilakukan
pertumbuhan penduduk kota, sedangkan dan kemungkinan besar tidak mungkin.
pertumbuhan penduduk kota selalu Ruang-ruang yang sudah ditata cepat sekali
meningkat setiap tahun. Menurut Djamal berubah karena masih banyak terdapat
Irwan Zoer’aini, Prof.Dr (1997) Hutan kota perbedaan persepsi tentang hutan kota baik
adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan dari para perancang, pengambil kebijakan
asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau maupun masyarakat, dan masih ada
sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar atau anggapan bahwa penyedian lahan untuk
bergerombol (menumpuk) dengan struktur hutan kota merupakan hal yang kurang
meniru (menyerupai) hutan alam, bermanfaat. Oleh karena itu harus dicari
membentuk habitat yang memungkinkan bagaimana caranya memaksimalkan fungsi
kehidupan bagi satwa dan menimbulkan hutan kota yang sudah ada atau lahan yang
lingkungan sehat, nyaman, dan estetis di alokasikan bagi hutan kota untuk
Hasil negatif kota antara lain menyerap atau meminimalkan hasil negatif
meningkatnya suhu udara, menurunnya aktivitas kota. Kendala dalam pembangunan
kelembaban, kebisingan, debu,polutan hutan kota dimaksud adalah:
lainnya dan hilangnya habitat berbagai 1. Lahan untuk hutan kota semakin
burung karena hilangnya berbagai vegetasi berkurang
dan RTH. Dalam hal ini diharapkan hutan 2. Lahan semakin mahal harganya di kota
kota dapat menyerap panas, meredam suara 3. Adanya perebutan kepentingan dalam
yang bising di kota, mengurangi debu, penggunaan lahan di kota
memberikan estetika, membentuk habitat 4.Persepsi tentang hutan kota belum
untuk berbagai jenis burung atau satwa berkembang, sementara masyarakat masih
lainnya. Hutan kota dapat berfungsi untuk ada yang menganggap bahwa pembangunan
perlindungan dari pancaran sinar matahari hutan kota, termasuk hal yang tidak
langsung, hujan yang deras, angin, menguntungkan.
pemandangan yang jelek, memberikan Sehubungan dengan kebutuhan
keindahan sehingga dapat dijadikan tempat lingkungan perkotaan, hutan kota harus
rekreasi, sebagai laboratorium alam untuk dibangun dengan cara pengelompokan hutan
pendidikan dan penelitian. kota berdasarkan bentuk dan struktur.
Agar semua fungsi hutan kota tersebut Haeruman (1987) mengemukakan bahwa
dapat dimaksimalkan maka perlu dicari dan hutan kota juga terletak jauh di luar batas
dikembangkan bentuk dan struktur hutan kota, sepanjang interaksi yang intensif antar
kota yang mendukungnya. Pembangunan penduduk sebuah kota dengan hutan tersebut
hutan kota menyangkut masalah berlangsung secara terus menerus.
ketersediaan lahan yang erat sekali Ekosistem hutan kota tumbuh secara
kaitannya dengan masalah tataruang kota. ekologis sesuai dengan lingkungan
Masalah ketersediaan lahan untuk hutan perkotaan, artinya terdiri dari tegakkan yang
kota, serta bagaimana mengefektifkan berlapis-lapis dimana masing-masing
pemanfaatan lahan yang tersedia merupakan fungsinya meniru hutan alami. Pemeliharaan
kunci dalam pembangunan hutan kota. relatif sedikit, dibandingkan misalnya
Lahan semakin hari semakin berharga dan lapangan olah raga, taman-taman umum
semakin sangat mahal, semakin sedikit dalam skala luas yang sama.
untuk hutan kota, sehingga sering terjadi Secara rinci komposisi tegakan dalam
perebutan kepentingan dalam penggunaan hutan kota perlu dijabarkan secara teknis
lahan dari berbagai sektor aktivitas kota. dengan pendekatan yang diperlukan sesuai
Dalam situasi ini sering lahan yang sudah dengan fungsinya antara lain: biologis,
tersedia untuk hutan kota, sewaktu-waktu estetis, rekreatif, ekologis, fisis, sosial,
sebagai cadangan untuk pengembangan Grey dan Deneke (1978) peranan hutan kota
RTH dalam pembangunan kota jangka berdasarkan lokasi peruntukan aktivitas
panjang. Idealnya sebuah hutan kota dapat kota, dapat dibagi menjadi:
mencapai kondisi optimum sebagaimana 1. Hutan kota konservasi,
layaknya hutan yang terbentuk karena 2. Hutan kota industri,
peristiwa alam. Namun sesuai dengan nilai- 3. Hutan kota wilayah pemukiman,
nilai "urbanity" maka ada keterbatasan 4. Hutan kota wisata dan
dalam pembentukan hutan kota tersebut 5. Hutan kota tangkar satwa.
seirama pula dengan perkembangan kota Menyadari arti penting keberadaan
yang terjadi serta berbagai aspek kehidupan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan
yang menyangkut kehidupan penduduk kota. dalam mereduksi dampak buruk
Tanaman yang ada harus merupakan pembangunan serta wujud dari komitmen
asosiasi, dimana akan terdapat saling Pemerintah Indonesia dalam mengurangi
berinteraksi dalam mencapai suatu pemanasan global, maka Pemerintah telah
keseimbangan. Hutan kota harus berinteraksi menerbitkan berbagai peraturan dan
langsung dengan lingkungannya (tanah dan kebijakan khususnya terkait penyediaan area
air tanah). hijau di kawasan perkotaan. Salah satunya
Pembangunan hutan kota dapat adalah melalui penerbitan UU Pokok
dilaksanakan dengan meningkatkan Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 9
penghijauan perkotaan baik kuantitas ayat (1) yang mengatur bahwa di setiap kota
maupun kualitas dengan meniru hutan alam ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan
atau ekosistem alam. Hutan kota meliputi kota. Selanjutnya pada ayat (2)
vegetasi berkayu termasuk lingkungan mengamanatkan pembuatan Peraturan
tempat tumbuhnya, terdapat mulai dari Pemerintah untuk mengatur lebih jauh
perkampungan terkecil hingga kota-kota pengaturan mengenai hutan kota. Sebagai
besar. Bukan hanya pepohonan akan tetapi tindak lanjut dari hal tersebut maka terbitlah
juga dihubungkan dengan tanah yang turut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002
membentuk lingkungan tempat tentang hutan Kota. Peraturan Pemerintah
keberadaannya seperti sabuk hijau, pinggir ini juga mengamanatkan adanya Peraturan
sungai, tempat-tempat rekreasi dan pinggir Menteri untuk menetapkan pedoman,
jalan. Hutan kota sering berada di luar batas kriteria dan dan standar pembangunan hutan
kota. Jalur hijau, hutan kota, hutan lindung, kota (Pasal 17) sehingga kemudian lahirlah
dan tanaman urugan tanah, dapat dikatakan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
sebagai bagian dari hutan kota. Area ini P.71/Menhut-II/2009 tentang Pedoman
biasanya untuk umum dan bermanfaat untuk Penyelenggaraan Hutan Kota yang memuat
berbagai macam kegunaan, serta mempunyai tujuan dari penyelenggaraan hutan kota
nilai luar biasa untuk lingkungan kota, yaitu adalah untuk kelestarian, keserasian dan
sebagai pelindung mata air, tempat rekreasi, keseimbangan ekosistem perkotaan yang
memberikan pemandangan, tempat hiburan, meliputi unsur lingkungan, sosial dan
atau sebagai tempat pembuangan limbah. budaya. Sedangkan maksud dari
Hutan kota terdapat pada seluruh jenis penyelenggaraan hutan kota adalah untuk;
tempat atau kawasan seperti perdagangan, 1. Menekan/mengurangi peningkatan suhu
tanah industri, tanah milik atau di kawasan udara
lainnya. Lokasi hutan kota dapat dirancang 2. Menekan/mengurangi pencemaran udara
sesuai dengan fungsi hutan kota. Besarnya (kadar karbonmonoksida, ozon,
bobot tiap fungsi lansekap, fungsi karbondioksida, oksida nitrogen, belerang
pelestarian lingkungan dan fungsi estetika dan debu).
berbeda-beda tergantung lokasi peruntukan. 3. Mencegah terjadinya banjir atau
Jika di lokasi industri fungsi pelestarian genangan, kekeringan, intrusi air laut,
lingkungan lebih dominan kemudian fungsi meningkatnya kandungan logam berat dalam
lansekap dan fungsi estetika. Dilokasi air.
pemukiman fungsi estetika lebih dominan Lebih jauh diuraikan bahwa fungsi dari
kemudian fungsi lansekap dan fungsi hutan kota adalah:
pelestarian lingkungan. Hutan kota 1. memperbaiki dan menjaga iklim mikro
penangkar satwa lebih mengutamakan dan nilai estetika
fungsi pelestarian lingkungan. Begitu pula 2. meresapkan air
untuk hutan kota wisata lebih 3. menciptakan keseimbangan dan
mengutamakan fungsi estetika. Menurut keserasian lingkungan fisik kota
4. mendukung pelestarian keanekaragaman menganalisa dan akhirnya memetakan
hayati Indonesia hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG
Perencanaan hutan kota, memerlukan merupakan data spasial yaitu sebuah data
suatu pedoman hirarki perencanaan mulai yang berorientasi geografis dan merupakan
perencanaan nasional yang berupa pedoman lokasi yang memiliki sistem koordinat
garis besar (guide line) hingga perencanaan tertentu, sebagai dasar referensinya.
untuk kota dengan berbagai ukuran. Kriteria Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab
perencanaan hutan kota pada berbagai beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi,
ukuran dapat kita lihat pada tabel berikut : trend, pola dan pemodelan. Kemampuan
inilah yang membedakan SIG dari sistem
informasi lainnya. Telah dijelaskan diawal
bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem
yang terdiri dari berbagai komponen, tidak
hanya perangkat keras komputer beserta
dengan perangkat lunaknya saja akan tetapi
harus tersedia data geografis yang benar dan
sumberdaya manusia untuk melaksanakan
perannya dalam memformulasikan dan
menganalisa persoalan yang menentukan
Beberapa kriteria yang dipergunakan untuk keberhasilan SIG.
perencanaan hutan kota antara lain adalah : 2.4 Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang
1. Hutan kota harus dibangun di dalam Wilayah
suatu kota luasnya 10% dari luas kota Berdasarkan Undang-Undang Nomor
2. Hutan kota harus suatu hamparan lahan 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
yang kompak dengan luasan minimal 0,25 merupakan penyempurnaan dari Undang-
hektar Undang Nomor 24 tahun 1992 menyatakan
3. Hutan kota dapat dibangun di lahan Ruang adalah wadah yang meliputi ruang
negara atau lahan milik yang ditunjuk darat, ruang laut dan ruang udara termasuk
sebagai hutan kota dengan penetapan oleh ruang di dalam bumi sebagai kesatuan
pejabat yang berwenang wilayah, tempat manusia dan mahluk lain
2.3 Sistem Informasi Geografis hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
Menurut Aronoff (1991) Sistem kelangsungan hidupnya.
Informasi Geografis (Geographic Sedangkan Tata Ruang adalah wujud
Information System/GIS) yang selanjutnya struktur ruang dan pola ruang. Struktur
akan disebut SIG merupakan sistem ruang adalah susunan pusat-pusat
informasi berbasis komputer yang permukiman dan sistem jaringan prasarana
digunakan untuk mengolah dan menyimpan dan sarana yang berfungsi sebagai
data atau informasi geografis.Secara umum pendukung kegiatan sosial ekonomi
pengertian SIG adalah Suatu komponen masyarakat yang secara hirarkis memiliki
yang terdiri dari perangkat keras, perangkat hubungan fungsional. Pola ruang adalah
lunak, data geografis dan sumberdaya distribusi peruntukan ruang dalam suatu
manusia yang bekerja bersama secara efektif wilayah yang meliputi peruntukan ruang
untuk memasukan, menyimpan, untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
memperbaiki, memperbaharui, mengelola, untuk fungsi budidaya.
memanipulasi, mengintegrasikan, Perencana tata ruang dilakukan untuk
menganalisa dan menampilkan data dalam dapat menghasilkan rencana umum tata
suatu informasi berbasis geografis. SIG akan ruang dan rencana rinci tata ruang.
selalu diasosiasikan dengan system yang Berdasarkan pasal 14 UU No. 26 tahun 2007
berbasis komputer, walaupun pada dasarnya tentang penataan ruang, rencana umum tata
SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG ruang secara berhierarki terdiri atas : (a)
yang berbasis komputer akan sangat rencana tata ruang wilayah nasional, (b)
membantu ketika data geografis merupakan rencana tata ruang wilayah provinsi, (c)
data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) rencana tata ruang kabupaten, dan (d)
dan terdiri dari banyak tema yang saling rencana tata ruang wilayah kota. Sedangkan
berkaitan. rencana rinci tata ruang terdiri atas : (a)
SIG mempunyai kemampuan untuk rencana tata ruang pulau/kepulauan dan
menghubungkan berbagai data pada suatu rencana tata ruang kawasan strategis
titik tertentu di bumi,menggabungkannya, nasional, (b) rencana tata ruang kawasan
strategis provinsi, dan (c) rencana detail tata menengah (5-10 tahun) dengan skala
ruang kabupaten/kota dan (d) rencana tata ketelitian 1 : 20,000 hingga 100,000.
ruang kawasan strategis kabupaten/kota. d. Rencana rinci yang bersifat mikro-
Dalam rangka pencapaian tujuan operasional jangka pendek dengan skala
pembangunan nasional yang bersifat ketelitian dibawah 1 : 5.000.
kewilayahan maka upaya pengembangan Secara khusus beberapa ketentuan yang
wilayah ditempuh melalui proses penataan terkait dengan RTRWK diatur dalam
ruang (spatial planning process), yang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No :
terdiri atas 3 (tiga) hal : 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman
(a) Proses perencanaan tata ruang wilayah, Penyusunan Rencana tata Ruang Wilayah
yang menghasilkan rencana tata ruang Kabupaten. Rencana Tata Ruang Wilayah
wilayah (RTRW). Disamping sebagai (RTRW) kabupaten adalah rencana tata
“guidance of future actions” RTRW pada ruang yang bersifat umum dari wilayah
dasarnya merupakan bentuk intervensi yang kabupaten, yang berisi tujuan, kebijakan,
dilakukan agar interaksi manusia/makhluk strategi penataan ruang wilayah kabupaten,
hidup dengan lingkungannya dapat berjalan rencana struktur ruang wilayah kabupaten,
serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya rencana pola ruang wilayah kabupaten,
kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta penetapan kawasan strategis kabupaten, dan
kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
pembangunan (development sustainability). wilayah Kabupaten.
(b) Proses pemanfaatan ruang, yang Pembangunan wilayah khusus Kabupaten
merupakan wujud operasionalisasi rencana akan terkait langsung dengan manajemen
tata ruang atau pelaksanaan pembangunan tata ruang, pembangunan yang tidak
itu sendiri. mengacu pada tata ruang akan membuat
(c) Proses pengendalian pemanfaatan ruang terjadinya berbagai benturan kepentingan
yang terdiri atas mekanisme perizinan dan yang pada akhirnya akan sulit dipecahkan,
penertiban terhadap pelaksanaan terlebih lagi jika terkait dengan persoalan
pembangunan agar tetap sesuai dengan sektoral. Pembangunan Infrastruktur bagi
RTRW dan tujuan penataan tata ruang kemekaran wilayah baik ditingkat Provinsi
wilayahnya. maupun Kabupaten/kota, pertumbahan
Selanjutnya dinyatakan bahwa sistem jumlah penduduk, peningkatan
perencanaan tata ruang wilayah perekonomian (investasi), dan sebagainya
diselenggarakan secara berhirarkis menurut memerlukan tambahan ruang untuk
kewenangan administratif, yakni dalam pembangunan
bentuk RTRW Nasional, RTRW Provinsi
dan RTRW Kabupaten/Kota serta rencana- 3. METODOLOGI
rencana yang sifatnya lebih rinci. RTRWN 3.1 Lokasi Penelitian
disusun dengan memperhatikan wilayah Kajian diarahkan kepada pengelolaan ruang
Nasional sebagai satu kesatuan wilayah yang terbuka hijau dalam hal ini Hutan Kota di
lebih lanjut dijabarkan kedalam strategi serta Kota Pontianak.
struktur dan pola pemanfaatan ruang pada 3.2 Jenis Penelitian
wilayah Provinsi (RTRWP), termasuk Jenis penelitian yang dilakukan adalah
didalamnya penetapan sejumlah kawasan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut
tertentu dan kawasan andalan yang Sugiyono (2010) “Penelitian deskriptif
diprioritaskan penanganannya. Aspek teknis dilakukan dengan mengumpulkan data-data
perencanaan tata ruang wilayah dibedakan untuk mendapatkan gambaran hasil
berdasarkan hirarki rencana. penelitian”. Dimana penulis berusaha untuk
a. RTRWN merupakan perencanaan makro menuturkan pemecahan masalah yang
strategis jangka panjang dengan horizon berhubungan dengan kondisi Lingkungan
waktu hingga 25-50 tahun ke depan dengan pada Kota Pontianak. Maka diperlukan
menggunakan skala ketelitian 1 : 1,000,000. beberapa pendekatan studi sebagai berikut :
b. RTRW Provinsi merupakan perencanaan a. Pendekatan Observasi
makro strategis jangka menengah dengan Pendekatan observasi digunakan untuk
horizon waktu 15 tahun pada skala ketelitian memberikan gambaran terhadap kondisi
1 : 250,000. masyarakat yang meliputi kondisi
c. RTRW Kabupaten dan Kota merupakan lingkungan dan spasial untuk
perencanaan mikro oprasional jangka membuktikan/cross chek situasi nyata.
b. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif digunakan untuk Pontianak, Bappeda Kota Pontianak, Dinas
melakukan proses pendekatan terhadap hal- Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak
halyang didasarkan pada suatu aturan atau dan BPS Kota Pontianak.
pedoman ideal tertentu. Aturan tersebut 3.4. Pengumpulan Data
dapat merupakan suatu standar yang Pengumpulan data dilakukan untuk
ditetapkan oleh instansi tertentu maupun mendapatkan semua informasi penelitian,
landasan hukum atau lainnya. data tersebut berupa:
c. Pendekatan Asumtif a. Data Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Pendekatan asumtif ini digunakan untuk Kota Pontianak.
melakukan proses penelusuran terhadap hal- b. Data Sebaran Kependudukan Badan
hal (data/informasi) yang tidak ada atau Pusat Statistik Kota Pontianak.
bersifat abstrak sehingga suatu asumsidari c. Data Raster dan Vektor Perpetaan
pendapat ahli untuk mendukungnya. Digital.
Pendekatan ini juga bersifat perkiraan- d. Keadaan sekarang di lapangan dengan
perkiraan yang dapat digunakan sebagai menggunakan pengamatan langsung ke
data/informasi dalam proses analisis. lokasi penelitian (groundcheking).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data 3.5. Pengolahan dan Analisis Data
yaitu data primer dan sekunder. Dalam Metode perhitungan kebutuhan hutan kota
penelitian teknik pengumpulan yang dapat dibagi menjadi :
digunakan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
1. Teknik pengumpulan data primer. penduduk dimana digunakan persamaan
Data primer yang dibutuhkan dalam dengan Varibel yang dijadikan indikator
penelitian ini berkaitan dengan pengelolaan diantaranya jumlah penduduk, kebutuhan
dan pembangunan Hutan Kota di Kota oksigen penduduk per orang per tahun, dan
Pontianak. Dalam hal ini teknik emisi gas buang yang dikeluarkan penduduk
pengumpulan data dilakukan dengan cara : selama satu tahun Perhitungan kebutuhan
a. Observasi, yakni pengamatan dan hutan kota adalah sebagai berikut (Irwan,
pencatatan secara sistematis terhadap gejala- dimodifikasi oleh Dede Rohmat ; 2008):
gejala yang terkait dengan penelitian serta HC = P x C x A
kondisi masyarakat yang meliputi kondisi Di mana:
lingkungan dan spasial untuk Hc = luas hutan kota berdasarkan emisi
membuktikan/cross chek situasi nyata karbon penduduk (ha)
dengan data sekunder yang diperoleh. P = Jumlah Penduduk
b. Wawancara, merupakan cara C = Emisi Karbon ( 0,03258 x 10-3
memperoleh data atau informasi secara ton/orang/tahun)
langsung dengan tatap muka melalui A = kebutuhan areal hutan kota untuk
komunikasi verbal. Teknik ini dipakai mengeliminasi 1 ton karbon per tahun (8,263
secara simultan dan sebagai cara utama ha/ton C/tahun)
memperoleh data secara mendalam yang b. Berdasarkan kebutuhan oksigen
tidak diperoleh dengan data dokumentasi, penduduk dimana digunakan persamaan
menanyakan hal-hal yang belum ada atau dengan Varibel yang dijadikan indikator
belum jelas yang mungkin terdapat dalam diantaranya jumlah penduduk, standar
data dokumentasi. kebutuhan pohon orang untuk memenuhi
c. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan oksigen, dan kebutuhan lahan. Perhitungan
data yang menggunakan daftar pertanyaan kebutuhan hutan kota adalah sebagai berikut
yang sifatnya tertutup dan terbuka. Dalam (Irwan, dimodifikasi oleh Dede Rohmat ;
penelitian ini dipakai kuesioner bersifat 2008) :
tertutup dengan pengertian bahwa jawaban HO = P x t x a
kuesioner telah tersedia dan responden Di mana:
tinggal memilih beberapa alternatif yang Ho = kebutuhan areal hutan kota
telah disediakan, dan kuesioner terbuka berdasarkan oksigen (ha)
dalam arti jawaban belum tersedia. P = Jumlah Penduduk
2. Teknik pengumpulan data sekunder. t = Standar kebutuhan pohon orang untuk
Pengumpulan data sekunder dilakukan memenuhi oksigen (1 pohon/orang)
dengan cara mencari data dari instansi a = kebutuhan lahan (0,0005 ha/pohon)
terkait dengan kegiatan antara lain Dinas c. Penentuan hutan Kota Ideal adalah rata-
Kehutanan Provinsi Kalbar, Dinas PU Kota rata kebutuhan hutan kota berdasarkan
Kebutuhan Oksigen penduduk dan dijadikan lokasi alternatif Hutan Kota di
kebutuhan ruang tanam pohon. Kebutuhan Kota Pontianak.
hutan kota ideal menggunakan persamaan 4. ANALISA DATA
sebagai berikut (Irwan, dimodifikasi oleh 4.1 Keadaan Geografi Kota Pontianak
Dede Rohmat ; 2008):
H = HC + HO Kota Pontianak merupakan ibukota
2 Provinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah
Dimana : Kota Pontianak mencapai 107,82 km2 yang
H = kebutuhan lahan hutan kota terdiri dari 6 kecamatan dan 29 kelurahan.
Hc = luas hutan kota berdasarkan karbon Kota Pontianak dilalui oleh garis
penduduk khatulistiwa, yaitu terletak pada 0o 02’ 24”
Ho = kebutuhan pohon berdasarkan Lintang Utara sampai dengan 0o 05’ 37”
penduduk Lintang Selatan, dan 109o 16’ 25” Bujur
2 = Tetapan Timur sampai dengan 109o 23’ 01” Bujur
Timur. Ketinggian Kota Pontianak berkisar
d. Metode yang digunakan untuk antara 0,10 sampai 1,50 meter di atas
mengetahui kesesuaian areal dan usulan permukaan laut (mdpl).
areal alternatif dengan menggunakan metode Kecamatan di Kota Pontianak yang
OVERLAY (tumpang tindih) dan Analizing mempunyai wilayah terluas adalah
Spasial dengan menggunakan teknologi Kecamatan Pontianak Utara (34,52 persen),
Sistem Informasi Geografi perangkat lunak diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat
AcrGIS versi 10 dan menggunakan analisis (15,25 persen), Kecamatan Pontianak Kota
data dari Peta Citra Satelite resolusi tinggi (14,39 persen), Kecamatan Pontianak
(Citra Landsat 7+ TM tahun 2012). Tenggara (13,75 persen), Kecamatan
Pengolahan data dilakukan untuk Pontianak Selatan (13,49 persen) dan
menentukan pola penggunaan lahan (data Kecamatan Pontianak Timur (8,14 persen).
land use), penutupan lahan (vegetasi), fungsi
lindung (data tata ruang), rencana tata ruang Di dalam wilayah Kota Pontianak banyak
wilayah Kota Pontianak (RTRWK), jumlah terdapat sungai dan parit yang
penduduk tersebar (data statistik), citra keseluruhannya berjumlah 61 sungai/parit.
resolusi tinggi (citra spot), data survey Sungai/parit tersebut dimanfaatkan oleh
(wawancara dan kuisioner) ke lapangan sebagian masyarakat untuk keperluan sehari-
(ground check) di daerah yang menjadi hari dan sebagai penunjang sarana
tempat penelitian. Peta kesesuaian lahan transportasi.
untuk Hutan Kota yang dihasilkan kemudian Kondisi tanah di Kota Pontianak terdiri
dilakukan perbandingan dengan kondisi dari jenis tanah Organosol, Gley, Humus
nyata dilapangan berdasarkan hasil dan Aluvial yang masing- masing
penafsiran Citra Satelit Ikonos dan Rencana mempunyai karekteristik yang berbeda.
Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak
sebagai evaluasi 4.2 Keadaan Iklim Kota Pontianak
e. Untuk mengetahui faktor – faktor apa Hasil pencatatan dari Stasiun Meteorologi
saja yang menjadi kendala terhadap Maritim Pontianak menunjukkan bahwa
pengelolaan dan pembangunan Hutan Kota pada tahun 2016 temperatur udara di Kota
o
dilakukan wawancara kelapangan dan Pontianak berkisar antara 23,40 C
o
pengisian kuisioner secara langsung dan hingga 35,8 C, sedangkan rata-rata tekanan
menggunakan kuisioner online yang disebar udaranya sebesar 1.011,2 milibar
dimedia sosial dengan alamat : Rata-rata kecepatan angin di Kota
http://bit.ly/kuisioner-tesis-perencanaan- Pontianak berkisar antara 2,1 knot hingga
hutan-kotapontianak dimana diharapkan 2,7 knot dengan kecepatan angin terbesar
dapat mendapat masukan dan saran terkait terjadi pada Bulan September yaitu sebesar
apa yang menjadi tujuan penetian ini dalam 30 knot.
hal melihat pandangan masyarakat umum
terkait faktor – faktor apa saja yang menjadi Selama tahun 2016 hari hujan terbanyak
kendala terhadap pengelolaan dan terjadi pada Bulan Januari yaitu sebanyak 28
pembangunan Hutan Kota dan dapat hari dengan curah hujan sebesar 433,3 mm.
mendapatkan masukan lokasi mana saja
yang diharapkan oleh masyarakat bisa
TABEL 4.1. Luas Areal Kota Pontianak TABEL 4. 3. Suhu Udara, kelembaban
dan Tekanan Udara di Kota Pontianak
Luas
Kecamatan %
(km2) Rata-rata Rata-rata
Pontianak 1 Suhu Udara (oC) Kelembaban Tekanan
13,49 Bulan
Selatan 4,54 Rata- Udara
Min Mak (%)
rata (mbr)
Pontianak 1
13,75
Tenggara 4,83 Januari 24.0 32.6 27.5 83.7 1 012.5
Pontianak 8
8,14 Februari 24.4 32.4 27.3 85.3 1 012.1
Timur ,78
1 Maret 24.7 33.7 28.2 81.6 1 012.5
Pontianak Barat 15,28
6,47
1 April 24.8 33.8 28.4 81.3 1 010.9
Pontianak Kota 14,82
5,98
3 Mei 24.7 33.9 28.0 83.8 1 010.5
Pontianak Utara 34,52
7,22
Juni 24.3 33.9 28.2 79.8 1 011.5
Kota 1
100
Pontianak 07,82 Juli 24.7 34.4 28.5 78.6 1 010.9

Agustus 25.1 35.8 29.5 72.8 1 010.5

September 24.5 34.5 28.5 77.5 1 010.9


TABEL 4.2. Letak Geografis Kota
Pontianak Oktober 24.4 33.4 27.8 81.4 1 010.8

November 24.4 32.5 27.1 85.7 1 010.8


Letak Gegrafis Penjelasan
Desember 24.2 31.7 27.3 84.3 1 010.1
Lintang Utara/North
0°02'24"
Latitude Rata - Rata 24.5 33.5 28.0 81.3 1 011.2
Lintang Selatan/South
0°05'37"
Latitude
TABEL 4.4. Kecepatan Angin dan Arah
Bujur Timur/East
109°16'25" Angin di Kota Pontianak
Longitude
Bujur Timur/East
109°23'04"
Longitude Rata-rata Rata-rata
Arah Angin
Luas 107.82 Km² Bulan Kecepatan Kecepatan Angin
Terbanyak
Angin (knot) Terbesar (knot)
Batas
Utara Kecamatan Januari 2.3 12 Timur
Siantan Februari 2.6 19 Timur
Kabupaten
Pontianak Maret 2.7 13 Timur
Selatan Kecamatan
April 2.6 19 Timur
Sungai Raya
dan Kecamatan Mei 2.3 14 Timur
Sungai Kakap
Kabupaten Juni 2.3 10 Timur
Kubu Raya
Juli 2.3 10 Timur
Barat Kecamatan
Sungai Kakap Agustus 2.6 22 Timur
Kabupaten
Kubu Raya. September 2.6 30 Timur
Timur Kecamatan Oktober 2.3 29 Timur
Sungai Raya
dan Kecamatan November 2.1 22 Timur
Sungai
Ambawang Desember 2.1 26 Barat
Kabupaten Rata - Rata 2.41 18.83 Timur
Kubu Raya
TABEL 4.5. Jumlah Hari Hujan dan Dari data Tabel diatas diketahui bahwa
Curah Hujan di Kota Pontianak hutan kota masih sangat terbatas. Dengan
jumlah 251,55 Ha, maka hutan kota hanya
kurang dari 3% dari total luas Kota
Bulan
Jumlah Hari Curah Hujan Pontianak. Hal ini dapat mengakibatkan
Hujan (mm) kenyamanan dan kualitas udara di Kota
Pontianak mengalami penurunan
Januari 28 433.3
Berdasarkan hasil penetian didapatlah luasan
Februari 27 343.1
ideal untuk kawasan Hutan Kota di Kota
Maret 25 231.6 Pontianak seluas 285,792 Ha atau ± 2,64%
April 23 359.9 dari luas total Wilayah Kota Pontianak
Mei 28 403.1 dengan rincian :
Juni 18 290.8
TABEL 4.10. Luas Hutan Kota Ideal di
Juli 22 264.2
Kota Pontianak
Agustus 9 35.3

September 19 211.2
Luas
Luas Aktual %
Oktober 26 217.5 Hutan
Kota Terhadap
Kecamatan Kelurahan Kota
pontianak Luas
November 25 301.2 Ideal
(Ha) Kota
(Ha)
Desember 22 298.0

Benua
4.3. ANALISA DATA Pontianak Melayu
Selatan Laut 4,592 56,000 8,20
Benua
Kota Pontianak dengan laju pertumbuhan Melayu
penduduk, kendaraan bermotor, dan industri Darat 13,711 272,000 5,04
Parit
yang tinggi, akan berdampak kepada kulitas Tokaya 8,312 540,000 1,54
lingkungan yang mendukung
kehidupan penduduknya. Salah satu yang Akcaya 8,857 324,000 2,73
paling penting dan vital dalam kebutuhan Kotabaru 7,581 253,000 3,00
manusia adalah kualitas udara (O2) dan
Jumlah 43,054 1.445,000 2,98
ketersediaan air bersih. Hutan Kota memiliki Pontianak
peran yang strategis dalam mengurai karbon Timur Parit Mayor 1,964 106,000 1,85
dan produksi oksigen. Berdasarkan Banjar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Serasan 5,167 114,000 4,53
Nomor 63 tahun 2002 Tentang Hutan Saigon 7,739 280,000 2,76
Kota pasal 8 ayat 3 dijelaskan : Persentase Tanjung
luas hutan kota paling sedikit 10% Hulu 9,032 109,000 8,29
(sepuluh per seratus) dari total luas Kota. Tanjung
Hilir 5,544 30,000 18,48
Dalam
Untuk pembagian RTH di Kota pontianak Bugis 9,366 198,000 4,73
dapat dilihat pada tabel berikut : Tambelan
Sampit 3,723 41,000 9,08
Jumlah 42,534 878,000 7,46
Bangka
Pontianak Belitung
Tenggara Laut 7,332 233,000 3,15
Bangka
Belitung
Darat 6,332 290,000 2,18
Bansir Laut 5,765 295,000 1,95
Luas
Luas Aktual Yani
% dengan luasan hanya ± 3 Ha dimana
Hutan
Kota Terhadap
merupakan kerjasama antar Universitas
Kecamatan Kelurahan Kota
pontianak Luas
Ideal
(Ha) Kota
Tanjung Pura dengan BPDASHL Kapuas
(Ha)
Bansir
Darat 3,747 673,000 dan Pemerintah Kota Pontianak.
0,56

Jumlah 23,177 1.491,000 Untuk


1,55 wilayah lainnya yang telah
Pontianak direncanakan dalam RTRW Kota Pontianak
Barat Pal Lima 5,695 580,000 0,98 dengan saat ini belum terealisasi, dan
sampai
Sei Jawi
Dalam 15,219 234,000
dengan
6,50
dihapusnye Perda No.11 Tahun 2011
Sei Jawi tentang Hutan Kota oleh Pemerintah Pusat
Luar 18,320 301,000 pada
6,09 Tahun 2016 membuat Pemerintah Kota
Sungai Pontianak tidak mempunyai dasar untuk
Beliung 24,131 567,000 4,26
penunjukan areal kawasan Hutan Kota
Jumlah 63,366 1.682,000 dimana
3,77 yang sebelumnya sudah tercantum
Pontianak Sei dalam Perda tersebut. Dalam realisasinya
Kota Bangkong 24,509 620,000 3,95
sebelum Perda tersebut dicabut areal
Darat Sekip 4,488 131,000 penunjukan
3,43 kawasan Hutan Kota hampir
semua tidak sesuai dengan rencana dimana
Tengah 3,941 95,000 4,15
ada yang berubah menjadi areal penggunaan
Mariana 4,102 50,000 lain
8,20bukan menjadi areal Hutan Kota. Untuk
Sei Jawi 19,523 702,000
Kawasan
2,78
Hutan Kota Digulis sudah sesuai
dengan peruntukannya dimana areal tersebut
Jumlah 56,563 1.598,000 3,54
memang direncanakan untuk kawasan
Pontianak Ruang Terbuka Hijau Publik
Utara Batulayang 9,608 645,000 1,49
Siantan Berdasarkan hasil dari wawancara dan
Hilir 13,638 787,000 1,73
Siantan kuisioner langsung kelapangan dan secara
Tengah 15,137 1.370,000 1,10
Siantan online didapatlah bahwa pada intinya
Hulu 18,715 920,000 2,03
masyarakat sangat berharap adanya
Jumlah 57,098 3.722,000 1,53
tambahan Kawasan Hutan Kota yang dirasa
TOTAL 285,792 10.816,000 2,64
saat ini masih sangat minim dikarenakan
Sumber/Source: Hasil Penelitian
tidak adanya alternatif kawasan Hutan Kota
Dari hasil penghitungan diatas didapat Luas
selain Digulis, dimana masyarakat sangat
Ideal Hutan Kota perkecamatan yang terbesr
berharap adanya suatu kawasan Hutan Kota
adalah Kecamatan Pontianak Barat seluas ±
disetiap kecamatan di Kota Pontianak. Dari
63,366 Ha, Kecamatan Pontianak Utara
hasil tersebut didapat masukan atau
seluas ± 57,098 Ha, Kecamatan Pontianak
keinginan dari masyarakat terkait wilayah
Kota seluas ± 56,563 Ha, Kecamatan
alternatif yang dapat diusahakan untuk
Pontianak Selatan seluas ± 43,054 Ha,
dibangun kawasan Hutan Kota.
Kecamatan Pontianak Timur seluas ± 42,534
Ha dan Kecamatan Pontianak Tenggara Untuk Pontianak Kota lokasi alternatif

seluas ± 23,117 Ha. Hutan Kota seluas ± 6,19 Ha berada di Jalan


Ampera ± 5,11 Ha dan Jalan ujung Pandang
Juga diketahui kondisi real dilapangan hanya
± 1,78 Ha.
terdapat 1 (satu) kawasan hutan kota di Kota
Pontianak yaitu Hutan Kota Digulis yang Untuk Pontianak Tenggara lokasi alternatif

berada dalam komplek Universitas Tanjung Hutan Kota seluas ± 8,95 Ha berada di Jalan

Pura Pontianak yang berada di Jalan Ahmad Perdana.


Untuk Pontianak Timur lokasi alternatif Dari data tabel 4.11 tersebut didapat hasil
Hutan Kota seluas ± 7,50 Ha berada di Jalan Usulan alternatif luasan Hutan kota di Kota
Saigon/Tanjung Raya 2 ± 3,59 Ha dan Pontianak ± 43,53 Ha atau 15,23 % dari
Kawasan Kraton Kadriyah ± 3,91 Ha. hasil hitungan Luas Hutan Kota Ideal di

Untuk Pontianak Selatan lokasi alternatif Kota Pontianak 285,792 Ha atau 0,4 % dari

Hutan Kota seluas ± 7,35 Ha berada di Jalan luasan total Kota Pontianak ± 10.816 Ha.

Veteran ± 2,53 Ha dan Jalan Purnama ± Dan masih banyak lagi wilayah lain yang
3,56 Ha dan Jalan Perdana ± 1,26 Ha diharapkan masyarakat bisa dijadikan

Untuk Pontianak Barat lokasi alternatif kawasan Hutan Kota. Untuk kawasan yang

Hutan Kota seluas ± 9,35 Ha berada di Jalan dapat dijadikan alternatif kawasan Hutan

Karet ± 9,18 Ha dan Jalan Husein Hamzah ± Kota dapat dilihat dari hasil Peta yang

0,17 Ha. dihasilkan terkait alternatif kawasan yang


diharapkan dapat menjadi kawasan Hutan
Untuk Pontianak Utara lokasi alternatif
Kota (terlampir).
Hutan Kota seluas ± 3,65 Ha berada di Jalan
Budi Utomo ± 0,6 Ha dan Kawasan Tugu Terkait faktor – faktor yang menjadi kendala

Khatulistiwa ± 3,05 Ha. dalam pembangunan dan pemeliharaan


diantaranya :
TABEL 4.11. Luas Alternatif Hutan Kota
Nama - Hukum terkait Aturan dan Kebijakan Kota
Kecamatan Lokasi Luas (Ha)
Pontianak Pontianak
Barat Jalan Karet 9,18
Jalan Husein Hamzah / Dimana belum adanya Perda yang secara
Pal 0,71
khusus tentang Hutan Kota
Total 9,89
Pontianak
Kota Jalan Ujung Pandang 1,08 - Ekonomi terkait Sumber dana Pembangunan
Jalan Ampera 5,11 dan pemeliharaan serta pengadaan lahan
Total 6,19 Anggaran yang tersedia untuk pengelolaan
Pontianak
Selatan jalan Perdana 1,26 dan pembngunan Hutan Kota sangat minim
Jalan Veteran 2,53
- Sosial Budaya terkait kenyamanan,
Jalan Purnama 3,56
kemanfaatan dan kesehatan
Total 7,35
Pontianak
Tenggara Jalan Perdana 8,95 Masyarakat belum dilibatkan secara
Total 8,95 langsung dalam pembangunan dan
Pontianak
Timur Kraton Kadriyah 3,91 pengelolaan Hutan Kota
Saigon/ Jalan
Tanjungraya 2 3,59 - Politik terkait dukumgan pihak Legislatif
Total 7,5 Tidak adanya dukungan dari Dewan
Pontianak
Utara Jalan Budi Utomo 0,6 Perwakilan Rakyat Daerah dalam hal
Kawasan Tugu pengajuan dan legitimasi terkait anggaran
Khatulistiwa 3,05 dan Perda untuk pembangunan dan
Total 3,65 pengelolaan Hutan Kota
Jumlah Total 43,53
Sumber/Source: Hasil Penelitian
5. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Pemerintah Kota Pontianak harus segera
5.1. Kesimpulan merevitalisasi dan menambah jumlah dan
Dari data diatas maka dapat di tarik Luas Hutan Kota Pontianak dikarenakan dari
kesimpulan diantaranya: hasil penelitian yang didapat bahwa Hutan
1. Kebutuhan Hutan Kota Pontianak di Kota di Kota Pontianak memiliki luasan
pengaruhi oleh jumlah penduduk dan yang sangat sedikit jauh dari ekspetasi yang
kebutuhan ruang tanam pohon. Dari hasil diharapkan, dimana keberadaan Hutan Kota
perhitungan, diketahui kebutuhan luas ini sangat diharapkan oleh masyarakat Kota
hutan kota ideal berdasarkan perhitungan Pontianak dimana masyarakat Kota
kebutuhan oksigen seluas 131,539 Ha. Pontianak untuk mencari lokasi hiburan,
Sedangkan kebutuhan hutan kota tempat bersantai maupun tempat belajar bagi
berdasarkan kebutuhan luas areal tanam anak-anak lebih memilih pergi keluar Kota
pohon seluas 308,508 Ha, sehingga Pontianak dikarenakan minimnya lokasi
didapat hasil Kebutuhan Hutan Kota Ideal Hutan kota yang bisa dijadikan tempat
berdasarkan rata-rata kebutuhan oksigen berantai dan belajar.
dan luas area tanam adalah 285,792 Ha. 2. Adanya kerjasama antara pihak
2. Areal Hutan Kota yang telah ada hanya ± pemerintah dan masyarakat dalam
3 Ha berada dikawasan Ruang Terbuka memelihara Hutan Kota di Kota Pontianak
Hijau publik Digulis Universitas Tanjung agar masyarakat pun memiliki perhatian
Pura Pontianak sangat jauh dari apa yang terhadap keberadaan Hutan Kota dan
direncanakan hanya 1,05 % dari total areal masyarakat pun dapat berperan aktif dalam
yang direncanakan. menjaga dan memelihara
3. Berdasarkan dari hasil Usulan alternatif
luasan Hutan kota di Kota Pontianak ± DAFTAR PUSTAKA
43,53 Ha atau 15,23 % dari hasil hitungan Aronoff, S. 1991. Geographic Information
Luas Hutan Kota Ideal di Kota Pontianak System : a Management Perspektive. Ottawa
285,792 Ha atau 0,4 % dari luasan total : WDL Publications
Kota Pontianak ± 10.816 Ha. BAPPEDA Kota Pontianak. Rencana Tata
4. Berdasarkan hasil dari wawancara dan Ruang Wi/ayah Kota Bekasi Tahun 2013:
kuisioner langsung kelapangan dan secara Pemerintah Kota Pontianak.
online didapatlah bahwa pada intinya Dahlan, E. 1992. Hutan Kota untuk
masyarakat sangat berharap adanya Pegelolaan Ruang Penataan Kota. Bogor.
tambahan Kawasan Hutan Kota yang IPB.
dirasa saat ini masih sangat minim Djamal Irwan Zoer’aini, Prof.Dr. 1997:
dikarenakan tidak adanya alternatif Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan
kawasan Hutan Kota selain Digulis, Kota, CIDES,Jakarta.
dimana masyarakat sangat berharap adanya Fakuara, Y., et. al. 1987. Konsepsi
suatu kawasan Hutan Kota disetiap Pengembangan Hutan Kota. Bogor:
kecamatan di Kota Pontianak. Fakultas Kehutanan IPB Forti, M. C., et. al,.
5. Terkait faktor – faktor yang menjadi 2005.
kendala dalam pembangunan dan GIZ Service Centre. 2009. Modul
pemeliharaan Hutan Kota di Kota Pengenalan GIS, GPS dan Remote Sensing.
Pontianak diantaranya : Pontianak : Dinas Kehutanan Provinsi
- Hukum terkait Aturan dan Kebijakan Kalbar.
Kota Pontianak Grey, G. W. And F. J. Deneke. 1978. Urban
- Ekonomi terkait Sumber dana Forestry. New York: John Willey and Sons
Pembangunan dan pemeliharaan serta Haeruman Js,H. 1987. Pola Pengelolaan
pengadaan lahan Hutan Kota, Prosiding seminar hutan kota
di DKI. Jakarta
- Sosial Budaya terkait kenyamanan, Irwan, Z.D. 1994. Peranan Bentuk dan
kemanfaatan dan kesehatan Struktur Hutan Kota terhadap Kualitas
- Politik terkait dukumgan pihak Lingkungan Kota. Disertasi, Pasca Sarjana.
Legislatif Bogor: IPB
5.2. REKOMENDASI Kanisius Fakuara, Y. 1987. Hutan Kota
Ditinjau dari Aspek Nasional. Kanwil
Dari simpulan di atas maka dapat
Dephut DKI Jakarta. Seminar Kehutanan
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
DKI Jakarta 15 Desember 1987. Jakarta.
Koto, E. 1991. Studi Iklim Mikro di Hutan
Kota Manggala Wanabakti Jakarta.
[Skripsi]. Departemen Kehutanan IPB :
Bogor
Menteri Kehutanan,2009. Undang-Undang
Pokok Kehutanan Nomor 41 Tahun 2009,
tentang Kehutanan
Pemerintah Kota Pontianak. 2002. Rencana
Tata ruang Wilayah kota Pontianak 2002 –
2012. Tidak Dipublikasikan
Pontianak dalam Angka (2016).
https://pontianakkota.bps.go.id/index.php/pu
blikasi/129
Press Utomo, B. 2006. Hutan Sebagai
Masyarakat Tumbuhan Hubungannya
dengan Lingkungan. Medan: Departemen
Kehutanan USU Wardhana, Sekretariat
Negara RI, 2009.
Peraturan Menteri Kehutanan No.
71/Menhut-II/2009, tentang Pedoman
Penyelenggaraan Hutan Kota
Sekretariat Negara RI, 2002. Peraturan
Pemerintah RI No. 63 tahun 2002, tentang
Hutan Kota
Sekretariat Negara RI, 2007. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 26
tahun 2007, tentang Penataan Ruang
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta :
Bandung

Anda mungkin juga menyukai