Abstract
The research was to identify and analyze whether or not the assignment of authorities in
governance of mining affairs from the City/Regency Government to Provincial Government or
National Government has been consistent with the objectives of local autonomy policies and
identify and analyze the implications of the assignment of authorities in governance of mining
affairs from the City/Regency Government. It was a normative research adobting legal approach,
historical approach and conseptual approach. With reference to the research findings, it was
concluded that (1) the assignment of authorities in governance of mining affairs from the
City/Regency Government to Provincial Government or National Goverment was not consistent
with the objectives of local autonomy policies, and (2) the assignment of authorities in governance
of mining affairs form the City/Regency Government to Provincial Government or National
Government brought implicationts to modification of institutional structures in the City/Regency,
adjustments to prevailing law and regulationts, loss of authority to issue Mining Business Permit,
modifications to development plans, decrease of City/Regency revenues, and trigger of conflicts
among City/Regency Government, Provincial Government and National Government.
Keywords: mining, local autonomy
Indonesia merupakan Negara yang Ayat (1): Negara kesatuan Republik
sangat kaya akan sumber daya alam Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi
khususnya yang berada dalam perut bumi dan daerah Provinsi itu dibagi atas
yaitu bahan galian mineral. Bahan galian Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi,
tersebut dikuasai oleh Negara. Hak Kabupaten dan atau Kota itu mempunyai
penguasaan Negara tersebut diklasifikasikan pemerintahan daerah, yang diatur dengan
dalam lingkup mengatur (regelen), lingkup Undang-Undang. Ayat (2): Pemerintahan
mengurus (besturen), dan dalam lingkup daerah Provinsi, daerah Kabupaten, dan atau
mengawasi (toezichthouden). Negara sebagai Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
penguasa melekat didalamnya kekuasaan dan pemerintahan menurut asas otonomi dan
kewenangan. Kekuasaan dan kewenangan tugas pembantuan. Ayat (5): Pemerintah
secara kongkret merupakan simbol Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kemerdekaan dan kedaulatan, yaitu kecuali urusan pemerintahan yang oleh
representasi kemerdekaan dari rakyat. Undang-Undang ditentukan sebagai urusan
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Pemerintah Pusat.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kaitannya dengan Pasal 18 Ayat (2)
(selanjutnya ditulis UUD NRI 1945), dan (5) tersebut, dalam sistem desentralisasi,
mengamanatkan bahwa konsep Negara yang daerah berhak mengatur dan mengurus segala
dipakai di indonesia adalah konsep Negara urusan atau fungsi pemerintahan yang oleh
kesatuan yang berbentuk republik. Kemudian Undang-Undang tidak ditentukan sebagai
diikuti dengan sistem desentralisasi. Hal itu yang diselenggarakan Pemerintah Pusat.
dapat dipahami dalam Pasal 18 Ayat (1, 2 Namun yang menjadi masalah, salah satu
dan 5) UUD NRI 1945 yang menyatakan: kewenangan Pemerintah Daerah
26
27 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 26-35 ISSN: 2302-2019
Kabupaten/Kota yang sangat potensial yaitu sistematik hukum, taraf sinkronisasi vertikal
bidang pertambangan yang selama ini dan horizontal, perbandingan hukum serta
menjadi kewenangannya setelah hadirnya sejarah hukum.
ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2. Bahan Penelitian
2014 sebagaimana telah diubah dengan Bahan hukum yang digunakan dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 penelitian ini adalah terdiri dari: Bahan
tentang perubahan kedua atas Undang- hukum primer, yaitu mencakup peraturan
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang perundang-undangan yang terkait langsung
Pemerintahan Daerah (selanjutnya ditulis dengan masalah yang diteliti. Bahan hukum
UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemda), sekunder, yaitu bahan-bahan yang
dialihkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi memberikan penjelasan mengenai bahan
dan Pemerintah Pusat. hukum primer berupa buku-buku, karya
Dari uraian latar belakang di atas dapat ilmiah hukum, serta pendapat pera pakar
ditarik rumusan masalah yaitu: Apakah hukum. Bahan hukum tersier, yaitu bahan
peralihan kewenangan penyelenggaraan yang memberikan petunjuk maupun
urusan pemerintahan bidang pertambangan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota skunder, misalnya kamus, ensiklopedia dan
kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan lain-lain.
Pusat telah sesuai dengan tujuan otonomi 3. Pendekatan
daerah? Dan Apakah implikasi bagi daerah Jenis pendekatan yang digunakan
Kabupaten/Kota setelah beralihnya dalam penelitian ini adalah pendekatan
kewenangan penyelenggaraan urusan bidang perundang-undangan (statute approach),
pertambangan kepada Pemerintah Daerah Pendekatan Historis (historical approach),
Provinsi dan Pemerintah Pusat?. Tujuan dan Pendekatan Konsep (conceptual
penelitian ini Untuk mengidentifikasi dan approach).
menganalisis peralihan kewenangan 4. Pengumpulan dan Analisis Bahan
penyelenggaraan urusan pemerintahan Hukum
bidang pertambangan dari Pemerintah Setelah bahan dikumpulkan dan
Daerah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah dianggap telah cukup, maka tahap
Daerah Provinsi dan Pusat apakah telah selanjutnya adalah mengolah dan
sesuai dengan tujuan otonomi daerah dan menganalisis. Setelah bahan dianalisis
Untuk mengetahui dan menganalisis tentang langkah selanjutnya akan dilakukan
implikasi beralihnya kewenangan Pemerintah interpretasi untuk menarik kesimpulan.
Daerah Kabupaten/Kota pada bidang
pertambangan. Adapun kegunaan penilitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah untuk memberikan sumbangsih
1. Konsep Penyelenggaraan Otonomi
pemikiran dalam pengembangan ilmu
Daerah di Indonesia
pengetahuan hukum Administarsi Negara
Otonomi daerah merupakan esensi
pemerintahan desentralisasi. Otonomi adalah
METODE
tatanan yang bersangkutan dengan cara-cara
1. Tipe Penelitian membagi wewenang, tugas dan tanggung
Jenis penelitian yang digunakan dalam jawab mengatur dan mengurus urusan
menguraikan penelitian ini yaitu pemerintahan antara pusat dan daerah. Salah
menggunakan metode penelitian hukum satu penjelmaan pembagian tersebut yaitu
normatif. Yaitu suatu penelitian yang daerah-daerah akan memiliki sejumlah
mengkaji terkait dengan asas-asas hukum, urusan pemerintahan baik atas dasar
penyerahan, pengakuan ataupun yang
Djambar, dkk. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan Dalam Perspektif ……………………...28
Pasal 12 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 23 April 2015). Pertama dan yang paling
Tahun 2014 tentang Pemda. penting adalah lemahnya fungsi gubernur dan
c. Urusan Pemerintahan Umum Pemerintah Pusat dalam mengontrol
Pemerintah pusat juga diberikan pemerintah Kabupaten dan Kota. Kedua,
kewenangan dalam urusan pemerintahan maraknya daerah pemekaran yang
umum yang diatur dalam Pasal 25 ayat (1) kebablasan, dan Ketiga, ada kewenangan
yang antara lain: (a) Pembinaan wawasan yang tumpang tindih.
kebangsaan dan ketahanan nasional dalam Menurut Budi Kurniawan jika melihat
rangka memantapkan pengamalan Pancasila, tulisan Dirjen Otda di Kompas tersebut,
pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara jelas bahwa dibenak perancang UU No 23
Republik Indonesia Tahun 1945, Tahun 2104 tentang Pemda, bahwa yang
pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta mengawasi pemerintahan daerah adalah
mempertahankan dan memeliharaan kekuasaan hirarkis diatasnya yakni
keutuhan Negara Kesatuan Republik gubernur dan Pemerintah Pusat. Padahal
Indonesia; (b) Pembinaan persatuan dan dalam konsep democratic governance
kesatuan bangsa; (c) Pembinaan kerukunan menurut Budi Kurniawan, justru seharusnya
antar suku dan intrasuku, umat beragama, pemerintahan itu harus meninggalkan
ras, dan golongan lainnya guna paradigma hierarkis dan beralih ke
mewujudkan stabilitas kemanan lokal, hubungan yang harizontal. Pratikno
regional, dan nasional; (d) Penanganan menyatakan bahwa “Struktur pemerintahan
konflik sosial sesuai ketentuan peraturan telah mengalami perubahan yang cukup
perundang-undangan. (f) Koordinasi signifikan. Karakter struktur kelembagaan
pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahan yang sebelumnya hierarkis
pemerintahan yang ada di wilayah daerah bergeser menjadi lebih horisontal dengan
Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota untuk aktor yang semakin banyak”. Anehnya
menyelesaikan permasalahan yang timbul disaat paradigma pemerintahan saat ini di
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, dunia meninggalkan paradigma hierarkis dan
hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, lebih horizontal undang-undang ini masih
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta mengusung paradigma yang usang ini. Ari
keanekaragaman daerah sesuai dengan Darmastuti menyatakan bahwa semangat
ketentuan peraturan perundang-undangan; (g) otonomi daerah telah hilang dalam
Pengembangan kehidupan demokrasi pertimbangan filosofis munculnya UU No
berdasarkan Pancasila; dan (h) Pelaksanaan 23 Tahun 2014 tentang Pemda. Karena
semua urusan pemerintahan yang bukan prinsip otonomi sama sekali tidak disebut
merupakan kewenangan daerah dan tidak dalam pertimbangan Undang-Undang,
dilaksanakan oleh instansi vertikal. maka penyebutan daerah otonom menjadi
tidak memiliki dasar filosofis karena
3. Analisis Konsep Otonomi Daerah otonomi daerah bukan prinsip yang
Terhadap Kewenangan Urusan Bidang menjadi dasar pengaturan pemerintahan
Pertambangan Setelah Lahirnya UU No daerah.
23 Tahun 2014 Tentang Pemda Lahirnya UU No 23 Tahun 2104
UU No 23 Tahun 2014 tentang tentang Pemda ini ditakutkan potensi
Pemda lahir dari adanya keresahan akan daerah malah dimatikan, Pemerintah Daerah
dampak negatif yang ditimbulkan UU No Kabupaten dan Kota bisa kehilangan modal
32 Tahun 2004. Ada beberapa masalah penting bagi pembangunan daerah mereka.
yang disorot sebagai kelamahan UU lama Jika ada kekurangan seharusnya
yang ditulis Dirjen Otda Kemendagri, pemerintah tidak mencabut kewenangan
Djohermansyah Djohan di Kompas (25
Djambar, dkk. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan Dalam Perspektif ……………………...30
Kabupaten/Kota adalah sebuah langkah yang pada hakikatnya tidak akan mampu
keliru. Undang-Undang ini tidak menyelenggarakan urusan tersebut.
menyelesaikan masalah yang selama ini Sebaliknya, apabila suatu urusan secara
mungkin ada di daerah, tetapi justru substansial merupakan urusan daerah,
menciptakan masalah baru. Pemerintah Pusat meskipun dilakukan oleh
wakil-wakilnya yang berada di daerah
Hakekat Ajaran Rumah Tangga dalam (Pemerintah Pusat di daerah), tidak akan
Otonomi Daerah Hubungannya dengan mampu menyelenggarakannya. Hak otonomi
Urusan Pemerintahan Bidang dalam rumah tangga riil merupakan
Pertambangan gabungan antara hak otonomi dalam rumah
Teori sistem ajaran rumah tangga tangga formal dan hak otonomi dalam rumah
adalah hal pembagian penyelenggaraan tangga material.
pemerintahan Negara terhadap urusan-urusan Apapun yang diserahkan kepada
baik dalam pemerintahan pusat ataupun pemerintah lokal untuk diatur dan diurus
daerah. Urusan pemerintahan adalah segala sebagai urusan rumah tangganya sendiri
sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan harus ada ukuran formilnya, sehingga dengan
publik. Konsep ajaran rumah tangga otonomi mudah diketahui apakah sesuatu urusan itu
daerah secara umum dikenal tiga sistem menjadi urusan rumah tangga pemerintah
rumah tangga yakni sistem umah tangga lokal atau tidak. Dari pertumbuhan dan
formal, sistem rumah tangga material, dan perkembangan ketatanegaraan, teori tentang
sistem rumah tangga nyata (riil). pemberian otonomi kepada daerah-daerah
Hak otonomi dalam rumah tangga melalui perundang-undangan yang terdiri
formal adalah apa yang menjadi urusan dari sistem rumah tangga formal, sistem
otonomi tidak dibatasi secara positif. Satu- rumah tangga materiil, dan sistem rumah
satunya pembatasan adalah daerah otonom tangga nyata atau riil. Ketiga sistem otonomi
yang bersangkutan tidak boleh mengatur apa ini akan menimbulkan kosekuensi yang
yang telah diatur oleh perundangan yang berbeda mengenai hakekat otonomi daerah.
lebih tinggi tingkatannya. Dengan demikian, Hubungan sistem rumah tangga dalam
daerah otonom lebih bebas mengatur urusan konsep otonomi daerah dengan urusan
rumah tangganya, sepanjang tidak memasuki pemerintahan bidang pertambangan sejak
“area” urusan Pemerintah Pusat. Otonomi berlakunya Undang-Undang Pemerintahan
seperti ini merupakan hasil dari pemberian Daerah hingga sekarang, maka dapat
otonomi berdasarkan teori sisa, di mana digolongkan pada sistem rumah tangga
Pemerintah Pusat lebih dulu menetapkan formil, materil dan juga riil. Ketiga sistem
urusan yang dipandang lebih layak diurus rumah tangga tersebut ada keterkaitannya
pusat., sedangkan sisanya diserahkan kepada dengan pengurusan urusan oleh pemerintah
Pemerintah Daerah. Hak otonomi dalam daerah selama ini.
rumah tangga material dibatasi secara positif,
yaitu dengan menyebutkan secara limitatif Kiprah Ajaran Rumah Tangga dalam UU
dan terinci atau secara tegas apa saja yang No 23 Tahun 2014
berhak diatur dan diurusnya. Dalam otonomi Konsep yang dapat dilihat dalam
material ini ditegaskan bahwa untuk format pembagian urusan pemerintahan
mengetahui apakah urusan menjadi urusan antara pusat dan daerah menurut UU No
rumah tangga sendiri, harus dilihat pada 23 Tahun 2014 adalah mengenai ajaran atau
substansinya. Artinya, bila suatu urusan sistem rumah tangga yang dianut.
secara substansial dinilai dapat menjadi Berdasarkan pada klasifikasi urusan
urusan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah pemerintahan yang diatur secara rinci
yang mengurus rumah tangganya sendiri mengenai apa-apa yang termasuk dalam
Djambar, dkk. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan Dalam Perspektif ……………………...32