Anda di halaman 1dari 10

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG

PERTAMBANGAN DALAM PERSPEKTIF OTONOMI DAERAH


Djambar¹, M.Yasin Nahar dan Muhammad Tavip²
Ezrafarros@gmail.Com
¹Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako
²Dosen Pengajar Program Studi Magiter Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
The research was to identify and analyze whether or not the assignment of authorities in
governance of mining affairs from the City/Regency Government to Provincial Government or
National Government has been consistent with the objectives of local autonomy policies and
identify and analyze the implications of the assignment of authorities in governance of mining
affairs from the City/Regency Government. It was a normative research adobting legal approach,
historical approach and conseptual approach. With reference to the research findings, it was
concluded that (1) the assignment of authorities in governance of mining affairs from the
City/Regency Government to Provincial Government or National Goverment was not consistent
with the objectives of local autonomy policies, and (2) the assignment of authorities in governance
of mining affairs form the City/Regency Government to Provincial Government or National
Government brought implicationts to modification of institutional structures in the City/Regency,
adjustments to prevailing law and regulationts, loss of authority to issue Mining Business Permit,
modifications to development plans, decrease of City/Regency revenues, and trigger of conflicts
among City/Regency Government, Provincial Government and National Government.
Keywords: mining, local autonomy
Indonesia merupakan Negara yang Ayat (1): Negara kesatuan Republik
sangat kaya akan sumber daya alam Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi
khususnya yang berada dalam perut bumi dan daerah Provinsi itu dibagi atas
yaitu bahan galian mineral. Bahan galian Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi,
tersebut dikuasai oleh Negara. Hak Kabupaten dan atau Kota itu mempunyai
penguasaan Negara tersebut diklasifikasikan pemerintahan daerah, yang diatur dengan
dalam lingkup mengatur (regelen), lingkup Undang-Undang. Ayat (2): Pemerintahan
mengurus (besturen), dan dalam lingkup daerah Provinsi, daerah Kabupaten, dan atau
mengawasi (toezichthouden). Negara sebagai Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
penguasa melekat didalamnya kekuasaan dan pemerintahan menurut asas otonomi dan
kewenangan. Kekuasaan dan kewenangan tugas pembantuan. Ayat (5): Pemerintah
secara kongkret merupakan simbol Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kemerdekaan dan kedaulatan, yaitu kecuali urusan pemerintahan yang oleh
representasi kemerdekaan dari rakyat. Undang-Undang ditentukan sebagai urusan
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Pemerintah Pusat.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kaitannya dengan Pasal 18 Ayat (2)
(selanjutnya ditulis UUD NRI 1945), dan (5) tersebut, dalam sistem desentralisasi,
mengamanatkan bahwa konsep Negara yang daerah berhak mengatur dan mengurus segala
dipakai di indonesia adalah konsep Negara urusan atau fungsi pemerintahan yang oleh
kesatuan yang berbentuk republik. Kemudian Undang-Undang tidak ditentukan sebagai
diikuti dengan sistem desentralisasi. Hal itu yang diselenggarakan Pemerintah Pusat.
dapat dipahami dalam Pasal 18 Ayat (1, 2 Namun yang menjadi masalah, salah satu
dan 5) UUD NRI 1945 yang menyatakan: kewenangan Pemerintah Daerah

26
27 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 26-35 ISSN: 2302-2019

Kabupaten/Kota yang sangat potensial yaitu sistematik hukum, taraf sinkronisasi vertikal
bidang pertambangan yang selama ini dan horizontal, perbandingan hukum serta
menjadi kewenangannya setelah hadirnya sejarah hukum.
ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2. Bahan Penelitian
2014 sebagaimana telah diubah dengan Bahan hukum yang digunakan dalam
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 penelitian ini adalah terdiri dari: Bahan
tentang perubahan kedua atas Undang- hukum primer, yaitu mencakup peraturan
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang perundang-undangan yang terkait langsung
Pemerintahan Daerah (selanjutnya ditulis dengan masalah yang diteliti. Bahan hukum
UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemda), sekunder, yaitu bahan-bahan yang
dialihkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi memberikan penjelasan mengenai bahan
dan Pemerintah Pusat. hukum primer berupa buku-buku, karya
Dari uraian latar belakang di atas dapat ilmiah hukum, serta pendapat pera pakar
ditarik rumusan masalah yaitu: Apakah hukum. Bahan hukum tersier, yaitu bahan
peralihan kewenangan penyelenggaraan yang memberikan petunjuk maupun
urusan pemerintahan bidang pertambangan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota skunder, misalnya kamus, ensiklopedia dan
kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan lain-lain.
Pusat telah sesuai dengan tujuan otonomi 3. Pendekatan
daerah? Dan Apakah implikasi bagi daerah Jenis pendekatan yang digunakan
Kabupaten/Kota setelah beralihnya dalam penelitian ini adalah pendekatan
kewenangan penyelenggaraan urusan bidang perundang-undangan (statute approach),
pertambangan kepada Pemerintah Daerah Pendekatan Historis (historical approach),
Provinsi dan Pemerintah Pusat?. Tujuan dan Pendekatan Konsep (conceptual
penelitian ini Untuk mengidentifikasi dan approach).
menganalisis peralihan kewenangan 4. Pengumpulan dan Analisis Bahan
penyelenggaraan urusan pemerintahan Hukum
bidang pertambangan dari Pemerintah Setelah bahan dikumpulkan dan
Daerah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah dianggap telah cukup, maka tahap
Daerah Provinsi dan Pusat apakah telah selanjutnya adalah mengolah dan
sesuai dengan tujuan otonomi daerah dan menganalisis. Setelah bahan dianalisis
Untuk mengetahui dan menganalisis tentang langkah selanjutnya akan dilakukan
implikasi beralihnya kewenangan Pemerintah interpretasi untuk menarik kesimpulan.
Daerah Kabupaten/Kota pada bidang
pertambangan. Adapun kegunaan penilitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah untuk memberikan sumbangsih
1. Konsep Penyelenggaraan Otonomi
pemikiran dalam pengembangan ilmu
Daerah di Indonesia
pengetahuan hukum Administarsi Negara
Otonomi daerah merupakan esensi
pemerintahan desentralisasi. Otonomi adalah
METODE
tatanan yang bersangkutan dengan cara-cara
1. Tipe Penelitian membagi wewenang, tugas dan tanggung
Jenis penelitian yang digunakan dalam jawab mengatur dan mengurus urusan
menguraikan penelitian ini yaitu pemerintahan antara pusat dan daerah. Salah
menggunakan metode penelitian hukum satu penjelmaan pembagian tersebut yaitu
normatif. Yaitu suatu penelitian yang daerah-daerah akan memiliki sejumlah
mengkaji terkait dengan asas-asas hukum, urusan pemerintahan baik atas dasar
penyerahan, pengakuan ataupun yang
Djambar, dkk. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan Dalam Perspektif ……………………...28

dibiarkan sebagai urusan rumah tangga UU No. 23 Tahun 2014 tentang


daerah. Otonomi juga dapat diartikan sebagai Pemerintahan Daerah sebagai revisi dari
penyerahan urusan pemerintahan kepada Undang-Undang sebelumnya yakni UU No.
pemerintahan daerah yang bersifat 32 Tahun 2004.
operasional dalam rangka sistem birokrasi Klasifikasi urusan pemerintahan
pemerintah. Tujuan yang hendak ingin secara khusus diatur dalam Pasal 9 UU No
dicapai dalam penyerahan tersebut antara lain 23 Tahun 2014 tentang Pemda, yang
pelayanan kepada masyarakat, dan meliputi urusan pemerintahan absolut,
meningkatkan daya saing daerah dalam urusan pemerintahan konkuren dan urusan
proses pertumbuhan. Otonomi daerah sebagai pemerintahan umum. Ketentuan tersebut
realisasi dari sistem desentralisasi bukan secara rinci diatur sebagai berikut;
hanya merupakan pemencaran wewenang a. Urusan Pemerintahan Absolut
atau penyerahan urusan pemerintahan, Urusan pemerintahan absolut
namun juga berarti pembagian kekuasaan dimaksudkan sebagai urusan pemerintahan
untuk mengatur penyelenggaraan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pusat
pemerintahan Negara dalam hubungan pusat dan oleh karena itu tidak berhubungan
dan daerah. dengan asas desentralisasi atau otonomi.
Pada prinsipnya, kebijakan otonomi Urusan pemerintahan absolut yang
daerah dengan mendesentralisasikan sepenuhnya menjadi kewenangan
kewenanngan-kewenangan yang selama ini Pemerintah Pusat dalam Pasal 10 ayat (1)
tersentralisasi di tangan Pemerintah Pusat. yaitu: Politik luar negeri, keamanan, yustisi,
Dalam proses desentralisasi itu, kekuasaan moneter dan fiskal nasional, dan agama.
Pemerintah Pusat dialihkan dari tingkat pusat Dalam ketentuan selanjutnya, diatur bahwa
ke Pemerintahan Daerah sebagaimana Pemerintah Pusat dalam melaksanakan
mestinya sehingga terwujud pergeseran kewenangan absolut ini dapat
kekuasaan dari pusat ke daerah Kabupaten melaksanakan sendiri atau melimpahkannya
dan Kota diseluruh Indonesia. Jika dalam kepada Pemerintah Daerah berdasarkan
kondisi semula arus kekuasaan bergerak dari asas dekonsentrasi.
daerah ketingkat pusat, maka diidealkan b. Urusan Pemerintahan Konkuren
bahwa sejak diterapkan kebijakan otonomi Sebagaimana disebutkan Pasal 9 ayat
daerah itu, arus dinamika kekuasaan akan (3) UU No. 23 Tahun 2014, urusan
bergerak sebaliknya yaitu dari pusat ke pemerintahan konkuren dimaksudkan
daerah. sebagai urusan pemerintahan yang dibagi
Pada konteks ke indonesiaan saat ini antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
dalam hal pemberlakuan otonomi daerah Daerah yaitu Provinsi dan Kabupaten/Kota.
mengacu pada UU No 23 Tahun 2014 Selanjutnya di ayat (4), menyatakan bahwa
tentang Pemda. Segala sesuatu yang urusan konkuren yang diserahkan kepada
berkaitan dengan hubungan antara daerah menjadi dasar bagi pelaksanaan
Pemerintah Pusat dan daerah beserta otonomi daerah. Urusan konkuren tersebut
kewenangan masing-masing pengaturannya kemudian dibagi menjadi urusan wajib dan
ditentukan dalam Undang-Undang tersebut. urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib
tersebut kemudian dibagi lagi menjadi
2. Pembagian Urusan Pemerintahan urusan wajib yang berkaitan dengan
Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi pelayanan dasar dan urusan yang tidak
Daerah berkaitan dengan pelayanan dasar. Secara
Pembagian kewenangan antara rinci hal ini dapat dilihat dalam ketentuan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
saat ini mengacu pada ketentuan di dalam
29 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 26-35 ISSN: 2302-2019

Pasal 12 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 23 April 2015). Pertama dan yang paling
Tahun 2014 tentang Pemda. penting adalah lemahnya fungsi gubernur dan
c. Urusan Pemerintahan Umum Pemerintah Pusat dalam mengontrol
Pemerintah pusat juga diberikan pemerintah Kabupaten dan Kota. Kedua,
kewenangan dalam urusan pemerintahan maraknya daerah pemekaran yang
umum yang diatur dalam Pasal 25 ayat (1) kebablasan, dan Ketiga, ada kewenangan
yang antara lain: (a) Pembinaan wawasan yang tumpang tindih.
kebangsaan dan ketahanan nasional dalam Menurut Budi Kurniawan jika melihat
rangka memantapkan pengamalan Pancasila, tulisan Dirjen Otda di Kompas tersebut,
pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara jelas bahwa dibenak perancang UU No 23
Republik Indonesia Tahun 1945, Tahun 2104 tentang Pemda, bahwa yang
pelestarian Bhinneka Tunggal Ika serta mengawasi pemerintahan daerah adalah
mempertahankan dan memeliharaan kekuasaan hirarkis diatasnya yakni
keutuhan Negara Kesatuan Republik gubernur dan Pemerintah Pusat. Padahal
Indonesia; (b) Pembinaan persatuan dan dalam konsep democratic governance
kesatuan bangsa; (c) Pembinaan kerukunan menurut Budi Kurniawan, justru seharusnya
antar suku dan intrasuku, umat beragama, pemerintahan itu harus meninggalkan
ras, dan golongan lainnya guna paradigma hierarkis dan beralih ke
mewujudkan stabilitas kemanan lokal, hubungan yang harizontal. Pratikno
regional, dan nasional; (d) Penanganan menyatakan bahwa “Struktur pemerintahan
konflik sosial sesuai ketentuan peraturan telah mengalami perubahan yang cukup
perundang-undangan. (f) Koordinasi signifikan. Karakter struktur kelembagaan
pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahan yang sebelumnya hierarkis
pemerintahan yang ada di wilayah daerah bergeser menjadi lebih horisontal dengan
Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota untuk aktor yang semakin banyak”. Anehnya
menyelesaikan permasalahan yang timbul disaat paradigma pemerintahan saat ini di
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, dunia meninggalkan paradigma hierarkis dan
hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, lebih horizontal undang-undang ini masih
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta mengusung paradigma yang usang ini. Ari
keanekaragaman daerah sesuai dengan Darmastuti menyatakan bahwa semangat
ketentuan peraturan perundang-undangan; (g) otonomi daerah telah hilang dalam
Pengembangan kehidupan demokrasi pertimbangan filosofis munculnya UU No
berdasarkan Pancasila; dan (h) Pelaksanaan 23 Tahun 2014 tentang Pemda. Karena
semua urusan pemerintahan yang bukan prinsip otonomi sama sekali tidak disebut
merupakan kewenangan daerah dan tidak dalam pertimbangan Undang-Undang,
dilaksanakan oleh instansi vertikal. maka penyebutan daerah otonom menjadi
tidak memiliki dasar filosofis karena
3. Analisis Konsep Otonomi Daerah otonomi daerah bukan prinsip yang
Terhadap Kewenangan Urusan Bidang menjadi dasar pengaturan pemerintahan
Pertambangan Setelah Lahirnya UU No daerah.
23 Tahun 2014 Tentang Pemda Lahirnya UU No 23 Tahun 2104
UU No 23 Tahun 2014 tentang tentang Pemda ini ditakutkan potensi
Pemda lahir dari adanya keresahan akan daerah malah dimatikan, Pemerintah Daerah
dampak negatif yang ditimbulkan UU No Kabupaten dan Kota bisa kehilangan modal
32 Tahun 2004. Ada beberapa masalah penting bagi pembangunan daerah mereka.
yang disorot sebagai kelamahan UU lama Jika ada kekurangan seharusnya
yang ditulis Dirjen Otda Kemendagri, pemerintah tidak mencabut kewenangan
Djohermansyah Djohan di Kompas (25
Djambar, dkk. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan Dalam Perspektif ……………………...30

tetapi meningkatkan pengawasan. Bagaimana Sumber kekuasaan bukan semata-mata dari


Kabupaten/Kota akan dapat memberikan Pemerintah Pusat. Kedua, pelanggaran atas
pelayanan jika sumberdaya alam khususnya etika pemerintahan terjadi dalam keseluruhan
pertambangan dikuasai Pusat dan Provinsi. proses pembuatan Rancangan Undang-
M Ryaas Rasyid dalam sidang Undang dan penetapan Undang-Undang No
Mahkamah Konstitusi atas pengajuan judicial 23 Tahun 2014 tentang Pemda. Pemerintah
review atas UU No 23 Tahun 2014 tentang Pusat tidak pernah memberi penjelasan
Pemda, pada Kamis, 14 April 2016 secara komprehensif tentang alasan
memberikan penjelasan menilai bahwa penarikan kewenangan dari Kabupaten/Kota.
substansi materi yang termuat dalam UU No Perlu dicatat bahwa kelahiran naskah RUU
23 Tahun 2014 tentang Pemda yang ini tidak melalui proses kajian, tidak pernah
berkenaan dengan penarikan kewenangan dikonsultasikan dengan pemerintah
dari Kabupaten/Kota ke Propinsi dan Pusat, Kabupaten/Kota yang justru akan terkena
termasuk didalamnya urusan bidang dampak atas pelaksanaannya, dan tidak
pertambangan mengandung setidaknya 4 pernah disosialisasikan ke masyarakat luas
(empat) kekeliruan yang fatal, yaitu (1) sebelum dibahas di DPR. Ketiga, penarikan
berangkat dari asumsi yang salah tentang kewenangan tanpa alasan-alasan obyektif
kekuasaan Pemerintah Pusat, (2) melanggar dari Kabupaten/Kota adalah suatu kebijakan
etika pemerintahan, (3) menciderai semangat yang menciderai prinsip otonomi daerah
otonomi daerah, dan (4) menciptakan ketidak buah reformasi 1998. Prinsip itu adalah
pastian dalam pelayanan publik di tingkat saling mempercayai dalam hubungan pusat-
Kabupaten/Kota. daerah. Penarikan kewenangan dari
Pertama, asumsi pihak Pemerintah Pusat Kabupaten/Kota tanpa alasan yang jelas dari
yang menganggap bahwa kekuasaan pusat adalah simbol ketidak-percayaan pusat
pemerintahan semuanya bersumber dari terhadap daerah. Spirit yang tertuang dalam
Pemerintah Pusat yang diklaim sebagai UU No.22 Tahun 1999 adalah meletakkan
representasi tunggal dari Negara dan karena titik berat otonomi pada Kabupaten/Kota ini
itu menjadi hal yang wajar saja kalau tidak lagi dipelihara oleh pembuat UU No 23
Pemerintah Pusat mendelegasikan Tahun 2014. Dengan Undang-Undang ini
kewenangan ke daerah, atau menariknya kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota
kembali, sesuai “kepentingan Negara” yang semakin menyempit, sehingga otomatis daya
didefinisikan secara sepihak adalah sesuatu prakarsa dan kreativitas mereka akan
yang keliru dan menggambarkan arogansi menurun. Keempat, pemberlakuan UU No 23
kekuasaan yang berlebihan. Keliru, karena Tahun 2014 itu secara serta-merta telah
Negara mencakup keseluruhan komponen menciptakan ketidakpastian di beberapa
kekuasaan yang bekerja baik di pusat bidang layanan publik yang kewenangannya
maupun di daerah sebagai suatu sistem ditarik dari Kabupaten/Kota. Tiba-tiba saja
organisasi yang kebijakan-kebijakannya seluruh proses perijinan di sektor
bertujuan mewujudkan kesejahteraan rakyat. pertambangan, kehutanan, dan kelautan yang
Pemerintah Daerah adalah bagian dari selama ini dikelola pemerintah Kabupaten/
pemerintah Negara yang harus bekerja secara Kota harus dihentikan. Spirit otonomi yang
harmonis dengan Pemerintah Pusat untuk diletakkan di Kabupaten Kota untuk
mencapai tujuan Negara. Bahwa ada mendekatkan pelayanan kepada masyarakat
pembagian kekuasaan atau kewenangan yang membutuhkan, sudah dengan sendirinya
antara pusat dan daerah, itu tidak berarti hilang. Ryaas Rasyid berkesimpulan bahwa
bahwa Pemerintah Pusat bisa secara UU No 23 Tahun 2014 sepanjang
monopolistik mengatur distribusi kekuasaan. menyangkut penarikan kewenangan dari
31 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 26-35 ISSN: 2302-2019

Kabupaten/Kota adalah sebuah langkah yang pada hakikatnya tidak akan mampu
keliru. Undang-Undang ini tidak menyelenggarakan urusan tersebut.
menyelesaikan masalah yang selama ini Sebaliknya, apabila suatu urusan secara
mungkin ada di daerah, tetapi justru substansial merupakan urusan daerah,
menciptakan masalah baru. Pemerintah Pusat meskipun dilakukan oleh
wakil-wakilnya yang berada di daerah
Hakekat Ajaran Rumah Tangga dalam (Pemerintah Pusat di daerah), tidak akan
Otonomi Daerah Hubungannya dengan mampu menyelenggarakannya. Hak otonomi
Urusan Pemerintahan Bidang dalam rumah tangga riil merupakan
Pertambangan gabungan antara hak otonomi dalam rumah
Teori sistem ajaran rumah tangga tangga formal dan hak otonomi dalam rumah
adalah hal pembagian penyelenggaraan tangga material.
pemerintahan Negara terhadap urusan-urusan Apapun yang diserahkan kepada
baik dalam pemerintahan pusat ataupun pemerintah lokal untuk diatur dan diurus
daerah. Urusan pemerintahan adalah segala sebagai urusan rumah tangganya sendiri
sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan harus ada ukuran formilnya, sehingga dengan
publik. Konsep ajaran rumah tangga otonomi mudah diketahui apakah sesuatu urusan itu
daerah secara umum dikenal tiga sistem menjadi urusan rumah tangga pemerintah
rumah tangga yakni sistem umah tangga lokal atau tidak. Dari pertumbuhan dan
formal, sistem rumah tangga material, dan perkembangan ketatanegaraan, teori tentang
sistem rumah tangga nyata (riil). pemberian otonomi kepada daerah-daerah
Hak otonomi dalam rumah tangga melalui perundang-undangan yang terdiri
formal adalah apa yang menjadi urusan dari sistem rumah tangga formal, sistem
otonomi tidak dibatasi secara positif. Satu- rumah tangga materiil, dan sistem rumah
satunya pembatasan adalah daerah otonom tangga nyata atau riil. Ketiga sistem otonomi
yang bersangkutan tidak boleh mengatur apa ini akan menimbulkan kosekuensi yang
yang telah diatur oleh perundangan yang berbeda mengenai hakekat otonomi daerah.
lebih tinggi tingkatannya. Dengan demikian, Hubungan sistem rumah tangga dalam
daerah otonom lebih bebas mengatur urusan konsep otonomi daerah dengan urusan
rumah tangganya, sepanjang tidak memasuki pemerintahan bidang pertambangan sejak
“area” urusan Pemerintah Pusat. Otonomi berlakunya Undang-Undang Pemerintahan
seperti ini merupakan hasil dari pemberian Daerah hingga sekarang, maka dapat
otonomi berdasarkan teori sisa, di mana digolongkan pada sistem rumah tangga
Pemerintah Pusat lebih dulu menetapkan formil, materil dan juga riil. Ketiga sistem
urusan yang dipandang lebih layak diurus rumah tangga tersebut ada keterkaitannya
pusat., sedangkan sisanya diserahkan kepada dengan pengurusan urusan oleh pemerintah
Pemerintah Daerah. Hak otonomi dalam daerah selama ini.
rumah tangga material dibatasi secara positif,
yaitu dengan menyebutkan secara limitatif Kiprah Ajaran Rumah Tangga dalam UU
dan terinci atau secara tegas apa saja yang No 23 Tahun 2014
berhak diatur dan diurusnya. Dalam otonomi Konsep yang dapat dilihat dalam
material ini ditegaskan bahwa untuk format pembagian urusan pemerintahan
mengetahui apakah urusan menjadi urusan antara pusat dan daerah menurut UU No
rumah tangga sendiri, harus dilihat pada 23 Tahun 2014 adalah mengenai ajaran atau
substansinya. Artinya, bila suatu urusan sistem rumah tangga yang dianut.
secara substansial dinilai dapat menjadi Berdasarkan pada klasifikasi urusan
urusan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah pemerintahan yang diatur secara rinci
yang mengurus rumah tangganya sendiri mengenai apa-apa yang termasuk dalam
Djambar, dkk. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan Dalam Perspektif ……………………...32

urusan pemerintahan absolut, urusan berbagai lingkungan satuan pemerintahan.


pemerintahan konkuren dan urusan Konsep sistem rumah tangga nyata
pemerintahan umum, maka hal ini tentu misalnya tercemin dalam ketentuan
tidak sesuai dengan ajaran dalam sistem mengenai urusan pilihan. Di mana urusan
rumah tangga formal yang pembagian pilihan ini memberikan kewenangan kepada
wewenang, tugas, dan tanggung jawab setiap Pemerintah Daerah untuk mengelola
antara pusat dan daerah untuk mengatur dan mengembangkan secara mandiri
dan mengurus urusan pemerintahan tertentu keunggulan yang dimiliki oleh daerahnya
tidak ditetapkan secara rinci. Selain itu, masing-masing. Hal ini sejalan dengan ajaran
prinsip concurrence function yang membagi rumah tangga nyata di mana isi rumah
secara tegas urusan Pemerintah Pusat, Daerah tangga daerah di dasarkan kepada keadaan
Provinsi, dan Daerah Kabupaten juga dan faktor-faktor yang nyata. Dalam
tidak sejalan dengan ajaran formal. Sistem sistem ini, penyerahan urusan atau tugas
rumah tangga formal berpangkal tolak dan kewenangan kepada daerah di
dari prinsip bahwa tidak ada perbedaan sifat dasarkan pada faktor yang nyata atau riil,
antara urusan yang diselenggarakan pusat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
dan yang diselenggarakan daerah. Apa saja yang sebenarnya.
yang dapat diselenggarakan oleh pusat
pada dasarnya dapat pula diselenggarakan 4. Politik Hukum Pengaturan Urusan
oleh daerah. Dalam sistem rumah tangga Pemerintahan Bidang Pertambangan
formal juga tidak secara apriori ditetapkan dalam UU No 23 Tahun 2014,
apa yang termasuk rumah tangga daerah itu. Implikasinya Terhadap Daerah
Tugas dari daerah-daerah tidak dirinci secara Kabupaten/Kota
nominatif di dalam Undang-Undang Politik Hukum Pengaturan Urusan
pembentukannya. Pemerintahan Bidang Pertambangan dalam
Pembagian urusan pemerintahan UU No 23 Tahun 2014
sebagaimana yang diatur di dalam UU No Sebelum menguraikan lebih jauh
23 Tahun 2014 lebih cenderung kepada tentang politik hukum pengaturan urusan
ajaran sistem rumah tangga material dan bidang pertambangan dalam UU No 23
sistem rumah tangga riil. Di satu sisi terdapat Tahun 2014 tentang Pemda, agar lebih
pembagian urusan pemerintahan yang rinci dipahami apa itu politik hukum, maka
antara urusan pemerintahan absolut, penulis perlu menguraikan terlebih dahulu
konkuren, dan umum, dengan pembedaaan apa yang dimaksud dengan politik hukum.
yang tegas antara tiap tingkatan Satjipto Rahardjo mendefinisikan bahwa
pemerintah yang merupakan ciri dari Politik Hukum sebagai aktifitas memilih dan
sistem rumah tangga material. Sistem cara yang hendak dipakai untuk mencapai
rumah tangga material juga berpangkal suatu tujuan sosial dan hukum tertentu
tolak pada pemikiran bahwa memang ada dalam masyarakat. Padmo Wahjono
perbedaan mendasar antara urusan mendefinisikan Politik Hukum sebagai
pemerintahan pusat dan daerah. Daerah kebijakan dasar yang menentukan arah,
dianggap memang memiliki ruang lingkup bentuk maupun isi dari hukum yang akan
urusan pemerintahan tersendiri yang secara dibentuk.
material berbeda dengan urusan Berkaitan dengan produk hukum
pemerintahan yang diatur dan diurus oleh pengaturan Pemerintahan Daerah sangat
pusat. Lebih lanjut sistem ini berangkat tergantung pada arah politik pemerintahan
dari pemikiran bahwa urusan-urusan yang dibentuk, yaitu arah yang ingin
pemerintahan itu dapat dipilah-pilah dalam memberi keleluasaan gerak kepada unit
33 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 26-35 ISSN: 2302-2019

pemerintahan ditingkat bawah atau justru Kabupaten/Kota diserahkan kepada


pengelolaan pemerintahan sentralistis dan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.
seragam pada tingkat bawah. Masalah arah Sebelumnya, pada Undang-Undang
politik pengaturan Pemerintahan Daerah ini yang mengatur bidang pertambangan, yaitu
telah menjadi pokok pangkal “keributan” Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
yang tidak ada habisnya dalam sejarah tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
otonomi daerah di Indonesia. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Menurut Syarief Makhya, bahwa jika Provinsi dan Pemerintah Daerah
dilihat dari latar belakang munculnya UU No Kabupaten/Kota masing-masing diberikan
23 Tahun 2014 tentang Pemda ini, maka kewenangan dalam urusan bidang
sebenarnya lahirnya Undang-Undang pertambangan. Namun, pada UU No 23
tersebut bukan produk dari problem Tahun 2014 tersebut, Pemerintah Daerah
penyelenggaraan pemerintahan yang Kabupaten/Kota tidak lagi diberikan
mendasar, karena tidak ada isu subtanstif di kewenangan dalam mengurusi urusan
era UU No 32 Tahun 2004 yang mencuat pemerintahan bidang pertambangan.
untuk diperbincangkan, tetapi lebih Beberapa urusan yang selama ini dikelola
disebabkan alasan ketidaksesuaian UU No 32 oleh Kabupaten/Kota dalam bidang
Tahun 2004 dengan perkembangan keadaan, pertambangan sekarang menjadi urusan
ketatanegaraan, dan tuntutan Pemerintah Provinsi. Pengambilalihan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. kewenangan tersebut menandakan bahwa
Perubahan tersebut cenderung akibat pengambil kebijakan dalam merumuskan
dari dinamika perubahan politik yang terjadi ketentuan UU No 23 Tahun 2014 kembali
di Pemerintah Pusat. Jadi, secara hipotesis menggunakan sistem yang sentralistik.
UU No 23 Tahun 2014 juga bukan produk Keberadaan Pemerintah Provinsi,
perubahan UU pemda yang final, potensi seharusnya lebih diarahkan pada peran,
untuk berubah juga terbuka lebar tergantung koordinasi, fasilitatif, insentif dan
pada dinamika dan tarik menarik kepentingan pemberdayaan bukan melakukan peran
politik di Pemerintah Pusat. Artinya, secara langsung khususnya dalam
Indonesia sesungguhnya belum memiliki pemberian pelayanan publik dan
model ideal dalam mengatur proses pembangunan, kecuali yang sifatnya lintas
penyelenggaraan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota; karena pelayanan publik
untuk kepentingan jangka panjang. sebagian besar berada di Kabupaten/Kota,
Jika melihat konteks isi dari UU No 23 maka Kabupaten / Kota dibutuhkan
Tahun 2014 tentang Pemda khususnya yang kewenangan strategis dan sumber anggaraan
mengatur urusan pemerintahan di bidang yang memadai. Distribusi kewenangan harus
pertambangan, maka dapat dimaknai bahwa dipertimbangkan aspek kelayakan
pengaturan Undang-Undang ini ada implementasinya dan dampaknya serta
kecenderungan bersifat sentralistik. Politik memberi jaminan untuk bisa berfungsinya
hukum yang hendak dibangun oleh pembuat penyelenggaraan pemerintahan secara
Undang-Undang terhadap urusan bidang optimal; Isu pokoknya yang harus
pertambangan dengan hadirnya Undang- dikedepankan adalah persoalan distribusi
Undang ini adalah tidak lagi menitik beratkan alokasi sumber daya.
pada sistem desentralisasi namun lebih pada
sistem sentralisasi. Hal tersebut dapat terlihat
dari ditariknya kewenangan bidang
pertambangan yang berada di
Djambar, dkk. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan Dalam Perspektif ……………………...34

Implikasi Terhadap Daerah Kabupaten/ (RPJMD) maupun Rencana Strategis


Kota Setelah Beralihnya Kewenangan (Renstra) Organisasi Perangkat Daerah.
Urusan Pemerintahan Bidang Diperlukan beberapa penyesuaian baik
Pertambangan Tujuan, Sasaran, Strategi, Arah
Penarikan kewenangan urusan bidang Kebijakan, Program, maupun Indikator
pertambangan di daerah Kabupaten/Kota Kinerja.
kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah 5. Pendapatan Asli Daerah
Pusat berimplikasi luas terhadap pelaksanaan Pengambilalihan kewenangan dari
pemerintahan daerah Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten/Kota akan memberi dampak
sebagai berikut; yang tidak menguntungkan bagi
1. Kelembagaan pemerintah Kabupaten/Kota seperti
Perubahan struktur organisasi berkurangnya PAD
perangkat daerah yaitu Dinas ESDM pada 6. Memicu Konflik antara Pemerintah
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota dengan Pemerintah
merupakan hal yang tidak terelakkan. Provinsi/Pusat
Meskipun tidak mengubah struktur Ditarik atau dialihkannya kewenangan
organisasi perangkat daerah secara dalam penyelenggaraan urusan
keseluruhan, penarikan kewenangan pemerintahan sektor sumber daya alam
tersebut berdampak pada perubahan tugas khususnya Sumber daya mineral dari
dan fungsi organisasi perangkat daerah. Kabupaten/Kota menjadi urusan
2. Peraturan Perundang-undangan Provinsi/pusat, walaupun merupakan
Peralihan kewenangan ini, berefek urusan pemerintahan konkuren yang
terhadap berbagai ketentuan peraturan sifatnya pilihan, dapat menjadi potensi
perundangan-undangan sektoral timbulnya konflik atau paling tidak dapat
khususnya berkaitan dengan terjadi disharmoni hubungan antara
pertambangan, perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten dengan Pemerintah
penyesuaian dan penyelarasan. Perubahan Provinsi/pusat. Apalagi bila
ini berdampak pada peraturan perundang- Kabupaten/Kota tersebut memiliki banyak
undangan di daerah. Peraturan Daerah potensi sumber daya alam, dan skema bagi
Kabupaten/Kota yang memuat hasil dirasakan tidak cukup memadai,
kewenangan lama harus segera dicabut. maka akan menjadi pemicu timbulnya
3. Perizinan Pengelolaan Pertambangan konflik yang semakin besar.
Dialihkannya kewenangan Bupati/
Walikota dalam hal pengelolaan sumber KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
daya alam bidang pertambangan
1. Kesimpulan
sebagaimana yang diatur dalam UU No 23
Peralihan kewenangan penyelenggaraan
Tahun 2014, maka Bupati/Walikota tidak
urusan pemerintahan bidang
berwenang lagi untuk menerbitkan
pertambangan dari Pemerintah Daerah
keputusan kepala daerah terkait dengan
Kabupaten/Kota kepada Pemerintah
penetapan perizinan pengelolaan sumber
Daerah Provinsi dan Pemerintah Pusat
daya alam dimaksud.
tidak sesuai dengan tujuan otonomi
4. Rencana Pembangunan
daerah. Beralihnya kewenangan
Perubahan ini juga berdampak terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan
rencana pembangunan yang telah
bidang pertambangan dari Pemerintah
ditetapkan sebelum UU No 23 Tahun
Daerah Kabupaten/Kota kepada
2014 berlaku, khususnya Rencana
Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Pemerintah Pusat berimplikasi pada
35 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 26-35 ISSN: 2302-2019

berubahnya struktur kelembagaan di Depan Indonesia, Yayasan Pustaka


daerah, perlu penyesuaian Peraturan Obor Indonesia, Jakarta
Perundang-undangan, hilangnya Mohammad Tavip, Pertambangan Umum di
kewenangan mengeluarkan Izin Indonesia Ditinjaun dari Pasal 33
Pengelolaan Pertambangan, terjadinya UUD 1945; Suatu Telaah Mengenai
perubahan rencana pembangunan, Privatisasi Badan Usaha Milik Negara
berkurangnya pendapatan asli daerah (BUMN) Bidang Pertambangan
(PAD), Memicu terjadinya konflik antara Umum, Tesis, Program Pascasarjana
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Universita Padjadjaran, Bandung
dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan Nandang Sudrajat, 2013, Teori dan praktik
Pemerintah Pusat. pertambangan Indonesia, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta
2. Rekomendasi
Pemerintah Pusat harus mengembalikan Ni’matul Huda, 2005, Hukum Tata Negara
kewenangan penyelenggaraan urusan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
pemerintahan bidang pertambangan Jakarta
kepada Pemerintah Daerah Ryaas Rasyid, 2016, Memberikan
Kabupaten/Kota sebagai titik sentral dari Keterangan Sebagai Ahli dalam sidang
otonomi daerah. Mahkamah Konstitusi atas pengajuan
judicial review atas UU No 23 Tahun
2014 tentang Pemda, Kamis, 14 April
DAFTAR RUJUKAN 2016, diakses dari http://apkasi.org
Salim HS, 2005, Hukum Pertambangan
Ari Darmastuti, 2015, Arah Politik Indonesia, PT Raja Grafindo Persada,
Pemerintahan UU NO 23/2014, Jakarta
Tulisan disampaikan pada Seminar Syarief Makhya, 2015, Penyelenggaraan
Nasional tentang UU Pemerintahan Pemerintahan Daerah dalam
Daerah: Solusi atau Masalah Baru , Perspektif UU No 23 Tahun 2014,
yang diselenggarakkan, Lab Politik Disampaikan pada Seminar Nasional
Lokal dan Otda Jurusan ilmu tentang UU Pemerintahan Daerah
Pemerintahan, Pascasarjana MIP FISIP Solusi atau Masalah Baru.
Unila dan APAKSI Korwil Lampung
Budi Kurniawan, 2015, Kritik dan Saran
Untuk Perbaikan UU 23 Tahun 2014,
Tulisan disampaikan pada Seminar
Nasional tentang UU Pemerintahan
Daerah: Solusi atau Masalah Baru
Donny Fadilah, Sistem rumah tangga dalam
pemerintahan daerah
https://donnyfadilah.wordpress.com
H.M.Busrizalti, 2013, Hukum Pemda
Otonomi Daerah dan Implikasinya,
Total Media, Yogyakarta
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2007,
Dasar-Dasar Politik Hukum, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Khairul Ikhwan Damanik, 2010, Otonomi
Daerah, Etnonasionalisme, Dan Masa

Anda mungkin juga menyukai