Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelas : P19E
Puji syukur pemakalah panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan
keperawatan pada pasien dengan gastritis. Adapun maksud dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah di
Universitas Kusuma Husada Surakarta. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari
peran dan bantuan beberapa pihak dan sumber. Karena itu, pemakalah
mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada dosen
pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan
makalah ini.
Kiranya amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada
kami dari beliau di atas yang dapat maupun belum dapat kami sebutkan,
mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT.
Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Pemakalah berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Pemakalah
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
2. Etiologi
Gangguan pernafasan adalah kondisi yang berpotensi mengancam jiwa dimana
paru-paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke tubuh seseorang.
Penyebab RDS adalah kurangnya cairan di paru-paru bayi yang disebut surfaktan,
yang biasanya membantu menjaga kantung udara paru-paru tetap terbuka. Bila
tidak ada cukup, kantung ini roboh dengan setiap napas yang diambil bayi; Sel-sel
yang rusak terkumpul di saluran napas, sehingga lebih sulit bernafas. Sementara
itu, kurang oksigen diambil dan lebih banyak karbon dioksida terbentuk di dalam
darah.
Gangguan pernafasan neonatal RDS terjadi pada lebih dari setengah bayi yang
lahir antara usia kehamilan 28 minggu, namun kurang dari sepertiga dari mereka
yang lahir antara 32 dan 36 minggu. Semakin dini bayi, semakin besar risikonya
mengembangkan RDS dan semakin parah kondisinya.
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik Gangguan Sistem Pernapasan
1. Gejala Umum
Manifestasi sistemik akibat kelainan system pernapasan disebut gejala umum.
Dalam ilmu kedokteran dikenal istilah constitutional, yaitu suatu ungkapan yang
mengarah kepada keadaan fisik secara umum seperti temperature tubuh, kebugaran, berat
badan, rasa sakit. Dalam keadaan sakit, constitutional akan terpengaruh, tidak terkecuali
sakit yang disebabkan oleh penyakit system pernapasan. Gejala constitutional yang
disebut sebagai coexisting symptoms dapat berupa demam, tidak nafsu maka, dan
turunnya berat badan. Penyakit infeksi system pernapasan selalu menimbulkan
demam;upaya bernapas aktif (labour breathing) menyebabkan kelelahan; penyakit
tuberculosis dan kanker paru selalu menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan
berat badan (weight loss). Involuntary weight loss adalah turunnya berat badan sebnyak
5% dari berat badan awal dalam waktu selam enam bulan.
2. Gejala Respiratorik
Terdapat enam gejala respiratorik yang sering timbul, yaitu batuk, berdahak,
hemoptysis, sesak napas (breathlessness), napas berbunyi atau mengi dan nyeri pleuritik.
a. Batuk
Batuk merupakan mekanisme reflex yang sangat penting untuk menjaga jalan
napas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang
menumpuk pada jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh reflex batuk
tetapi juga gumpalan darah dan benda asing.
Daerah pada jalan napas yang peka terhadap rangsangan batuk adalah laring,
karina, trakea, dan bronkus utama. Selain pada jalan napas, daerah yang juga dapat
merangsang reflex batuk adalah pleura, membrane timpani dan terkadang iritasi pada
jalan visera juga menimbulkan reflex batuk.
Mekanisme batuk memerlukan adanya penutupan glottis dan peningkatan
tekanan intratoraks (sebagai endapan eksplosif). Penyebab batuk dapat dilihat pada table
dibawah ini .
b. Berdahak
c. Hemoptysis
Kata hemoptysis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan ptisis yang berarti
meludah. Hemoptysis sering merupakan petunjuk tentang adanya penyakit yang serius.
Gejala yang menyertai hemoptysis : nyeri dada, dyspnea, demam, mual, muntah, takipnea
dan batuk. Penyebab hemoptysis dapat dilihat pada table berikut.
Penyebab Hemoptisis
Penyebab paling sering Penyebab yang jarang Penyebab lain-lain
Tuberculosis Abses Gagal jantung kiri
Kanker paru Aspergiloma Stenosis mitralis
Bronkiektasis Fibrosis apical Diskrasia darah
Pneumonia Benda asing
Trakeobronkitis akut Tumor jinak
Infark paru
d. Sesak napas
Dyspnea sering disebut sebagai sesak napas, napas pendek, breathlessness, atau
shortness of breath. Dyspnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk
meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Keluhan dispneu tidak selalu
disebabkan oleh penyakit, sering pula terjadi pada keadaan sehat tertapi terdapat stress
psikologis. Seperti halnya rasa nyeri, dyspnea sebagai gejala yang sifatnya subjektif,
tingkat keparahannya dipengaruhi pleh respon penderita, kepekaan, serta kondisi emosi.
Meskipun subjektif, dyspnea dapat ditentukan dengan melihat adanya upaya bernapas
aktif dan upaya menghirup udara lebih banyak. Penyebab dyspnea secara umum :
- System kardiovaskular: gagal jantung
- System pernapasan: penyakit paru obstruktif kronik, penyakit parenkim paru,
hipertensi pulmonal, kifoskoliosis berat, factor mekanik diluar paru (asites, obesitas, efusi
pleura)
- Psikologis (kecemasan)
- Hematologi (anemia kronik)
Mengi adalah napas yang berbunyi seperti bunyi suling yang menunjukan adanya
penyempitan saluran napas, baik secara fisiologik (oleh karena dahak) maupun secara
anatomic (oleh karena konstriksi). Wheezing dapat terjadi secara difus di seluruh dada
seperti pada asma atau secara local seperti pada penyumbatan oleh lender dan benda
asing. Wheezing juga dapat timbul saat melakukan kegiatan agak berat (exercise
induced). Jika wheezing didahului oleh batuk di malam hari saat tidur, mungkin
disebabkan oleh aspirasi refluks esophagus. wheezing juga dapat disebabkan oleh central
venous pooling akibat adanya gagal jantung.
f. Nyeri pleuritik
Nyeri peluratik adalah salah satu dari dua jenis nyeri dada; nyeri dada yang lain
adalah nyeri sentral. Nyeri pleuritik dapat ditentukan lokasinya dengan mudah, rasa nyeri
ini intensitasnya bertambah jika batuk atau bernapas dalam. Nyeri pleuritik berkaitan
dengan penyakit yang menimbulkan inflamasi pada pleura parietal, seperti infeksi
(pneumonia, empyema,tuberculosis), trauma (pneummotoraks, hemotoraks, patah tulang
iga), tumor (kanker limfoma, mesothelioma). Parenkim paru tidak sensitive terhadap
rangsang sakit, baik rangsangan pleura parietalis yang sensitive terhadap rangsang sakit,
baik rangsangan langsung maupun tidak langsung. Iritasi nervus interkostalis (herpes
zoster, spinal nerve root disease) juga dapat juga menimbulkan nyeri dinding dadayang
terlokalisasi. Kostokindris sendi kostosternal ke-2 sampai 4 (sindroma tietze) sering
menyerupai nyeri miokardial iskemik. Iritasi pada diafragma perifer akan dihantarkan ke
dinding dada terdekat, sedangkan rasa nyeri yang berasal dari diafragma sentral
dihantarkan melalui nervus frenikus, dan dapat dirasakan di daerah trapezius ispilalateral
pada basis leher dan bahu.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
5. Komplikasi
Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang bisa menyerang setiap bagian
saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan bisa disebabkan oleh bakteri atau
virus. Walaupun bisa dialami oleh setiap orang dari golongan usia mana pun,
kondisi ini rentan diderita oleh anak-anak.
Ada dua jenis infeksi saluran pernapasan berdasarkan letaknya, yaitu infeksi
saluran pernapasan atas atau upper respiratory tract infections (URI/URTI) dan
infeksi saluran pernapasan bawah atau lower respiratory tract infections
(LRI/LRTI).
Infeksi yang terjadi pada rongga hidung, sinus, dan tenggorokan, merupakan
bagian dari infeksi saluran napas atas. Sedangkan, infeksi pada bronkus,
bronkiolus, dan paru-paru, digolongkan menjadi infeksi saluran napas bawah.
Selain itu, infeksi saluran pernapasan juga bisa terjadi secara tiba-tiba atau akut,
Kondisi ini sebut dengan ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut. Kondisi ini
dapat terjadi di saluran napas atas atau pun bawah.
Selain itu, penularan ini juga bisa terjadi saat seseorang menyentuh benda-benda
yang sudah terpapar virus atau bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan dan
kemudian tanpa sengaja memegang hidung tanpa mencuci tangan sebelumnya.
Infeksi saluran pernapasan disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit. Jika
diuraikan lebih lanjut, berikut kuman patogen yang paling sering hj
Jika dibagi menurut letak infeksinya, beberapa penyakit yang bisa terjadi saat
seseorang mengalami infeksi saluran pernapasan, yaitu:
Selain itu, seseorang juga bisa mengalami infeksi saluran pernapasan yang telah
disebutkan di atas dalam waktu tiba-tiba (ISPA). ISPA paling sering disebabkan
oleh infeksi virus atau bakteri. ISPA mudah menular terutama lewat percikan air
liur atau droplet. Contoh ISPA yang disebabkan oleh infeksi virus yang bisa
menyerang saluran napas atas atau bawah adalah flu, SARS, dan COVID-19.
Selain karena bakteri atau virus, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko seseorang menderita infeksi saluran pernapasan, yaitu:
Kurang menjaga kebersihan, seperti tidak rutin mencuci tangan sebelum makan
atau setelah memegang benda
Berada di tempat ramai, seperti di rumah sakit, sekolah, atau pusat perbelanjaan
Batuk
Bersin-bersin
Hidung tersumbat
Pilek
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Nyeri otot
Kedinginan
Demam
Beberapa gejala lain yang bisa dialami oleh penderita infeksi saluran napas
adalah:
Sesak napas
Sulit bernapas
Selain itu, jika infeksi saluran pernapasan terjadi pada anak-anak dan bayi, gejala
lain yang mungkin timbul adalah sulit makan, rewel, dan gangguan tidur. Gejala-
gejala bisa berlangsung selama 3–14 hari.
Segera ke dokter jika gejala berlangsung lebih dari 14 hari yang disertai oleh
demam dengan suhu 39oC atau lebih dan mengigil, serta kesulitan bernapas.
Dokter akan melakukan tanya jawab seputar keluhan dan gejala yang dialami oleh
pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk
pada hidung, tenggorokan, leher, dan dinding dada.
Untuk memastikan penyebab infeksi saluran napas dan untuk mengetahui tingkat
keparahan kondisi pasien, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti:
Pemeriksaan darah, untuk melihat peningkatan jumlah sel darah putih dalam darah
yang merupakan tanda infeksi
Namun, jika gejala infeksi saluran pernapasan tidak sembuh dan bertambah parah,
segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ada beberapa
pilihan pengobatan yang akan diberikan oleh dokter untuk mengatasi infeksi
saluran pernapasan, di antaranya:
Obat-obatan
Perawatan di rumah sakit dengan pemantauan intensif bisa dilakukan oleh dokter
jika keluhan infeksi saluran pernapasan memberat atau jika ada keluhan berupa:
Sesak napas
Penurunan kesadaran
Adanya tanda-tanda syok
Operasi
Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, seperti:
Otitis media
Sepsis
Henti napas
Gagal napas
Mencuci tangan secara rutin dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer
Menutup mulut dan hidung dan menggunakan tisu setiap bersin atau batuk
Selain cara-cara di atas, melakukan vaksinasi flu juga bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya flu, terutama pada anak-anak. Bagi ibu yang memiliki bayi,
dianjurkan untuk menyusui bayinya dengan ASI guna memperkuat sistem
kekebalan tubuh bayi
6. Pemeriksaan Diagnostik
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Dada (toraks) merupakan bagian ideal untuk pemeriksaan radiologi.Parenkim
paru- paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya
sinar x, sehingga parenkim memberikan bayangan yang sangat memancar. Bagian
yang lebih padat udara akan sukar ditembus sinar x,sehingga bayangannya lebih
padat. Benda yang lebih padat akan memberikan kesan berwarna lebih putih dari
pada bagian yang berbentuk udara jika dilihat pada lembar hasil radiologi dada.
PEMERIKSAAN SPUTUM
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopis dan penting untuk diagnosis etiologi
berbagai penyakitpernapasan. Pemeriksaan mikroskopis dapat menjelaskan
organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia
bacterial,tuberkulosa,serta berbagai infeksi jamur. Pemeriksaan etiologi eksfoliatif
pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru.Waktu terbaik
pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur karena sekresi abnormal
bronkus cendrung berkumpul pada waktu tidur.
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit
paru.Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan
meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme
penyebab.Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi
tentang organisme yang cukup untuk menegakan diagnosis
presumtif.
2. Kultur sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan
diagnosa defmitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan
sebelum dilakukan terapi antibiotik dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran
terapi.
3. Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat
dalam sputum. Untuk pemeriksaan ini sputum dikumpulkan sebelum pemberian
antibiotik. Pemeriksaan kulturdan sensitivitas biasanya diinstruksikan bersamaan.
4. Basil tahan asam (BTA) menentukan adanya mikobakterium tuberkulosis,
yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna
oleh alkohol asam.
5. Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum
mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin
saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma,
tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang
terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72jam.
Pengumpulan sputum
Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat
dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan
pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru.
(Karena sering kali jika klien tidak dijelaskan demikian, klien akan
mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Sputum yang timbul pagi hari biasanya
adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme produktif.Biasanya
dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium.
Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk:
1. Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat
banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan
klien.
2. Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah
karena batuk.
3. Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan
spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.
4. Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah spesimen
terkumpul sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke laboratorium secepatnya.
BRONKOSKOPI
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trakea dan cabang-
cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk memastikan diagnostik,
tetapi dapat juga dilakukan untuk membuang benda asing.Setelah
bronkoskopi,pasien tidak boleh makan atau minum- minuman selama 2-3 jam
sampai timbul refleks muntah.Jika tidak, pasien mungkin akan mengalami aspirasi
ke dalam trakeobronkhial.
Pemeriksaan bronkhoskopi dilakukan dengan memasukkan bronkhoskop ke
dalam trakhea dan bronkhi.Dengan menggunakan bronkoskop yang kaku atau
lentur, laring, trakhea, dan bronkhi dapat diamati.Pemeriksaan diagnostik
bronkoskopi termasuk pengamatan cabang trakheobronkhial, terhadap
abnormalitas, biopsi jaringan, dan aspirasi sputum untuk bahan
pemeriksaan.Bronkhoskopi digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis
kanker paru.
Perawatan praprosedur
Jelaskan prosedur pada klien dan keluarga dan dapatkan izin tindakan dari klien.
Instruksikan klien untuk tidak makan dan minum 6 jam sebelum pemeriksaan.
Informasikan pada klien bahwa tenggoroknya mungkin akan sakit setelah
bronkhoskopi, dan mungkin terjadi kesulitan menelan pada awal setelah
pemeriksaan. Klien diberikan anestesi lokal dan sedasi intravena untuk menekan
refleks batuk, dan menghilangkan ansietas.Pemeriksaan membutuhkan waktu 30
sampai 45 menit.Selama prosedur klien berbaring terletang dengan kepala
hiperekstensi. Perawat memantau tanda vital,berbicara pada atau menenangkan
klien, dan membantu dokter sesuai kebutuhan.
Perawatan pascaprosedur
Setelah prosedur, tanda vital dipantau per protokol institusi.Amati klien terhadap
tanda distres pernapasan, termasuk dispnea, perubahan frekuensi pernapasan,
peng-gunaan otot aksesori pernapasan, dan perubahan bunyi napas. Tidak ada
pemberian apapun melalui mulut sampai refleks batuk dan menelan kembali pulih,
yang biasanya sekitar 1 sampai 2 jam setelah prosedur. Bila klien sudah dapat
menelan, berikan sehirup air.Bunyi napas dipantau selama 24 jam.Adanya bunyi
napas tambahan atau asimetris harus dilaporkan pada dokter.Dapat terjadi
pneumotoraks setelah bronkoskopi.
Tujuan bronkoskopi diagnostic adalah:
A. Untuk memeriksa jaringan atau mengumpulkan sekresi
B. Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses patologi dan untuk
mendapatkan contoh jaringan guna menegakkan diagnosis
C. Menentukan apakah suatu tumor dapat direkresi atau tidak melalui
tindakan bedah
D. Untuk mendiagnosa tempat pendarahan
Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan bronkoskopi:
a) Kanker laring : langsung dibawah anastesi umum yaitu metoda primer
untuk mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat mengenai ketiga area dan
penampilannya dapat beragam.
b) Pneumonia : sputum dapat dikumpulkan melalui bronkoskopi serat
optic pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum atau mengalami
pneumonia setelah minum antibiotic atau ketika dirawat di RS.
c) Abses paru
Pemeriksaan gas darah arteri membantu dalam mengkaji tingkat dimana paru-paru
mampu untuk memberikan oksigen yang adekuat dan membuang karbondioksida
serta tingkat dimana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengekskresi
ion-ion bikarbonat untuk mempertahankan pH darah yang normal.Analisa gas
darah serial juga merupakan indicator sensitive tentang apakah paru mengalami
kerusakan setelah terjadi trauma dada.Gas-gas darah arterididapatkan melalui
fungsi arteri didapatkan melalui fungsi arteri pada arteri radialis, brachialis atau
femoralis atau melalui kateter arteri indwelling.
Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan Analisa Gas Darah(AGD):
a) Bronchitis krnik =Dapat menunjukan Hipoksia dengan Hiperkapnia
b) Enfisema Paru = - Mengkaji fungsi ventilasidan pertukaran gas
pulmonary
- Menunjukan hipoksia ringan dengan hiperkapnia
c) Asma = Menunjukan hipoksik selama serangan akut
d) Embolisme paru = Menunjukan hipoksia dan hiperkapmia
DEFINISI
Bronchography adalah pemeriksaan radiologi pada lower respiratory tract.
Struktur tersebut akan nampak pada x-ray film setelah contrast dye dimasukkan
melalui catheter atau bronchoscope (narrow, flexible, lighted tube).
ANATOMI
Respiratory system dibentuk oleh organ-organ yg berfungsi bagi pertukaran gas
dan terdiri dari :
hidung,
faring,
laring,
bronkus,
paru-paru
nose
nasal cavity
ethmoidal air cells
frontal sinuses
maxillary sinus
larynx
Trachea
lungs,
bronkus,
alveoli.
INDIKASI PEMERIKSAAN
Bronchografi dilakukan untuk mendiagnosa adanya kelainan struktur ataupun
fungsi pd laring, faring dan atau bronchi
Kelainan tersebut meliputi:
FAKTOR RESIKO
Sebagai salah satu pemeriksaan invasive, komplikasi mungkin saja terjadi.
PRE-PROSEDUR
PROSEDUR PEMERIKSAAN
POST PROSEDUR
PROYEKSI PEMERIKSAAN
Lower Lobus: tidur pada sisi paru yang akan diperiksa, dengan shoulder
sisi lainnya diangkat
Midle Lobus : miring sebesar 45 derajat, atau sama dengan posisi lower
lobus
Upper Lobus: kaki meja dimiringkan 15-30 derajat. Kepala diberi bantal
agar MK tidak masuk ke esofagus.
Posisi Horizontal: lateral, oblique dan AP
Posisi Vertikal (erect): lateral, PA, Oblique
SEMOGA BERMANFAAT
A. Pengertian
Teknik pemeriksaan CT-SCAN thorax adalah teknik pemeriksaan secara radiologi
untuk mendapatkan informasi anatomis irisan crossectional atau penampang
aksial thorax.
B. Indikasi Pemeriksaan
Tumor, massa
Aneurisma
Abses
Lesi pada hilus atau mediastinal
1. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan
dengan jelas. Penderita melepaskan aksesoris seperti kalung, bra dan mengganti
baju dengan baju khusus pasien supaya tidak menyebabkan timbulnya artefak.
2. Persiapan alat dan bahan
Pesawat CT-Scan
Tabung oksigen
Media kontras
Alat-alat Suntik
Spuit
Kassa dan kapas
Alkohol
D. Teknik Pemeriksaan
1. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat
dengan gantry.
2. Posisi objek :
o Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar
dengan lampu indicator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas kepala.
o Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem.
o Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas
pada saat pemeriksaan berlangsung.
3. Scan Parameter Scan parameter pemeriksaan CT-Scan thorax adalah
seperti tercantum pada tabel dibawah ini :
Potongan axial 1
o Merupakan bagian paling superior dari thorax yang disebut apeks
paru-paru. Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena jugularis interna kanan,
(B) arteri karotis komunis kanan, (C) Trakhea, (D) Sternum, (E) Sternoklavikula
joint, (F) klavikula, (G) Vena jugularis interna kiri, (H) arteri subklavikula kiri, (I)
arteri karotis komunis kiri, (J) vertebra thorakal II – thorakal III, (K) arteri
subklavia kanan, (L) prosesus acromion dari scapula, dan (M) caput humerus.
Potongan axial 3
o Kriteria yang tampak antara lain (A) vena brachiocephalic kanan
(dengan media kontras), (B) arteri innominata, (C) manubrium sterni, (D) Vena
brachiophelic kiri, (E) Arteri komunis karotis kiri, (F) arteri subklavia kiri, (G)
oesofagus, (H) vertebra thorakal III-thorakal IV, dan (I) trakhea.
Potongan axial 5
o Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena kava superior, (B)
Aorta ascenden, (C) Corpus sternum, (D) Window aortopulmonary, (E) oesoagus,
(F) aorta descenden, (G) vertebra thorakal IV-thorakal V, dan (H) Trakhea.
Potongan axial 7
o Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior,
(B) Aorta ascenden, (C) arteri pulmonari utama, (D) Vena pulmonari kiri, (E)
arteri pulmonari kiri, (F) aorta descenden, (G) Vertebra thorakal VI-thorakal VII,
(H) Vena azygos, (I) oesofagus, (J) arteri pulmonari kanan.
Potongan axial 10
o Kriteria Gambar yang tampak adalah (A) Vena kava inferior, (B)
atrium kanan, (C) Katup trikuspidalis, (D) perikardium, (E) ventrikel kanan, (F)
septum interventrikular, (G) ventrikel kiri, (H) atrium kiri, (I) aorta descenden, (J)
vertebra thorakal IX-thorakal X, (K) Oesofagus, (L) hemidiafragma kanan.
7. Penatalaksanaan
Terapi Non-farmakologis
Penyebab ISPA umumnya adalah virus, sehingga terapi biasanya hanya bersifat
suportif saja.
-Memperbanyak Minum
-Kompres Hangat
Lakukan kompres hangat pada daerah wajah untuk membuat pernapasan lebih
nyaman, mengurangi kongesti, dan membuat drainase lebih baik pada
rhinosinusitis. Gunakan lap hangat atau botol berisi air hangat yang diletakkan di
atas wajah dan pipi selama 5-10 menit sebanyak 3-4 kali dalam sehari jika
diperlukan. [2]
-Irigasi Nasal
Irigasi nasal dengan salin dapat meningkatkan kemampuan mukosa nasal untuk
melawan agen infeksius, dan berbagai iritan. Irigasi nasal dapat meningkatkan
fungsi mukosiliar dengan meningkatkan frekuensi gerakan siliar. Irigasi nasal
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan salin isotonik (NaCl 0,9%) via spuit
ataupun spray dengan frekuensi 2 kali dalam sehari. [12,13]
Terapi Farmakologis
Terapi Simptomatik
Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan pada pasien
dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan pada anak di atas 2 tahun
karena efek sampingnya seperti gelisah, palpitasi, dan takikardia. Dekongestan
topikal seperti fenilepinefrin atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya
digunakan 3-4 hari saja untuk menghindari efek rebound.
Antiviral pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral bisa
dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika terjadi outbreak
influenzae dimana manfaat lebih banyak dibandingkan risiko. Antiviral diberikan
pada pasien yang berisiko tinggi mengalami perburukan gejala. Misalnya pada
pasien yang sedang hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65 tahun, pasien
immunocompromised, dan pasien dengan morbid obesitas. Regimen yang bisa
digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg hingga maksimal 10 hari.
Terapi Antibiotik
a. Tindakan suportif
1. Menghindari meroko
2. Antimikroba : amoxillin
4. Terapi pernafasan
6. Terapi oksigen
7. Latihan relaksasi
8. Meditasi
9. Rehabillitas
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Pengkajian
1. Dispne
Perhatikan apakah terdapat tanda-tanda dispne pada waktu istirahat, respirasi rate
yang abnormal, penggunaan otot- otot bantu pernafasan, pola nafas abnormal :
pernafasan Cheyne Stokes, pernafasan Kussmaul, hyperventilasi, pernafasan biot,
pernafasan apnestik.
2. Sianosis sentral, Amati adanya sianosis sentral pada lidah atau mukosa Sianosis
sentral dapat terjadi akibat penyakit paru yang cukup berat untuk menimbulkan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
3. Batuk, amati bagaimana sifat batuknya, apakah produktif atau tidak produktif
produktif.
4. Sputum
Obsevasi jumlah dan jenis sputum (purulen, mukoid, atau mukopurulen). Volume
sputum yang besar dan purulen menunjukan kemungkinan bronkiektasis. Sekresi
yang berbusa dan merah muda dari trachea menunjukan adanya edema paru.
Sputum yang berwarna gelap dan berbau menunjukkan adanya abses paru.
Hemoptisis menunjukan tanda penyakit paru yang gawat.
5. Stridor
Stridor adalah bunyi serak kasar atau bunyi mengi yang paling keras pada
inspirasi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya obstruks laring, trahkea atau jalan
nafas yang besar oleh benda asing, tumor atau
6. Suara serak
Dengarkan suara serak akibat adanya kelumpuhan saraf laringeus rekuren yang
berkaitan dengan karsinoma paru atau karsinoma laring.Tetapi penyebab paling
sering adalah laryngitis.
Dibawah ini merupakan penuntun yang dipat digunakan saat melakukan observasi
pada pengkajian system pernafasan.
3. Apakah ada distensi vena jugularis?, apakah ada edema perifer atau tanda lain
dari kelainan jantung?
5. Bagaimana bunyi nafas di lapang paru, apakah bersih atau ada ronchi, wheezing
atau crackles?, apakah bunyi paru sama dikedua belah paru.
6. Periksa sputum atau hemaptoe, jika ada berapa jumlahnya, warna dan
kosistensinya dan keasamaannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Moyet, 2007). Jika keluarga tidak dapat mengetahui apa itu asma dan cara
penanganan penyakit asma maka keluarga tidak dapat merawat keluarga yang
dan cara pengobatannya maka dalam kedepannya penyakit tidak dapat diatasi
dengan baik
keluarga Tn.E bingung harus berbuat apa jika Ny.W terjadi serangan asma.
yaitu keluarga Tn.E mengatakan kurang paham tentang penyakit Asma, dan
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika seorang
individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
diagnosa kedua. Jika Ny.W tidak dapat melakukan batuk secara efektif maka
dalam merawat anggota keluarga yang sakit, karena pada saat pengkajian,
keluarga Tn.E tidak bisa berbuat apa – apa jika terjadi kekambuhan.
Diagnosa ini penulis tegakkan karena dikasus nyata Ny.S mengatakan
jika sering ada dahak yang sulit keluar apalagi saat habis batuk dan saat
serangan asma. Ny.W mengatakan kalau dahaknya sulit keluar menjadi tambah
3. Diagnosa ketiga
penyakit asma
Pola napas tidak efektif adalah suatu keadaan dimana seorang individu
mengalami suatu pola napas yang tidak teratur yang disebabkan akibat bersihan
diagnosa ini sesuai dengan scoring sebagai diagnosa yang ketiga, karena pola
nafas tidak efektif terjadi jika bersihan nafas nya kurang, apabila bersihan napas
teratasi maka pola napas yang tidak efekfif tidak akan terjadi. Sehingga penulis
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Kriteria hasil :
1. Ronchi (-).
2. Secret keluar.
3. RR menurun 16-24x/menit.
Rencana Tindakan
Rasional
Memberi cairan untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan
udara
4. Postural drainage
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama adanya
proses infeksi akut
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif,khususnya pada lansia,penyakit akut atau
kelemahan
Kriteria hasil:
1. pH : 7,35-7,45
3. Dyspnea.
Rencana tindakan
Rasional
Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
3. Awasi GDA.
PaCO2 biasanya meningkat,dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi.
Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
Rencana tindakan
Rasional
Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
bernafas lebih efesien dan efktif.
2. Berikan o2 tambahan.
Kriteria hasil :
3. Hb : 11,5-16 g/dL.
Rencana Tindakan
Rasional
Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan
muntah.
Rencana Tindakan
Rasional
1. Awasi suhu.
Rencana Tindakan
Rasional
Rencana tindakan :
Rencana Tindakan
Rasional
4. Implementasi
Implementasi keperawatan gangguaan pernafasan
dilakukan adalah :
klien
tambahan
5. Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap
perawtan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah
dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap
tindakan keperawatn, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya
dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi,
intervensi, keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap
evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif,
pola nafas efektif, peratukaran gas adekuat,masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak
terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya