Anda di halaman 1dari 23

SWAMEDIKASI

“Pelayanan Swamedikasi Demam, Commond Cold atau Salesma”

Oleh :

Kelompok 4

1. Mutiara Septiani (1801062)

2. Novelia Sukista (1801063)

3. Nurul Latifah (1801064)

4. Putri Aulia ( 1801065)

5. Putri Zahra (1801066)

6. Rahmat Utomo (1801068)

Doesen pengampu :

apt, Septi Muharni, M.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FAMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

nya kami dapat menyelesaikan makalah Swamedikasi yang berjudul Pelayanan

Swamedikasi Demam, Commond Cold atau Salesma ini dengan baik. Makalah ini

disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Swamedikasi dan juga untuk menambah

pengetahuan pembaca mengenai Swamedikasi. Dalam penyusunan makalah ini, kami

selaku penulis mendapatkan banyak bantuandan bimbingan dari berbagai pihak.

Terutama dari dosen pengampu dari mata kuliah Swamedikasi apt, Septi Muharni,

M.Farm. Maka pada kesempatan ini, kami selaku penulis mengucapkan banyak

terima kasih.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kesalahan dan

kekurangan.Oleh karena itu, kami selaku penulis menerima kritik dan saran agar

kedepannya bisa lebih baik lagi. Kami harap makalah ini dapat menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Pekanbaru, 14 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................3
1.2.1 Apa Defenisi Demam?............................................................................................3
1.2.2 Bagaimana Swamedikasi Demam ?.........................................................................3
1.2.3 Apa Definisi Commond Cold atau Salesma ?..........................................................3
1.2.4 Bagaimana Swamedikasi Commond Cold atau Salesma ?......................................3
1.3 TUJUAN PENULISAN..........................................................................................3
1.3.1 Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Demam...................................................3
1.3.2 Mengetahui Bagaimana Swamedikasi Demam........................................................3
1.3.3 Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Commond Cold atau Salesma................3
1.3.4 Mengetahui Bagaimana Swamedikasi Commond Cold atau Salesma.....................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................4
2.1 Definisi Demam......................................................................................................4
2.1.1 Etiologi Demam...............................................................................................5
2.1.2 Patofisiologi Demam........................................................................................6
2.1.3 Manifestasi Klinis.........................................................................................7
2.1.4 Terapi Farmakologi Demam.............................................................................7
2.1.5 Terapi Non-Farmakologi................................................................................11
2.2 Definisi Common Cold.........................................................................................11
2.2.1 Etiologi dan Patogenesis.................................................................................11
2.2.2 Terapi Farmakologi........................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................17
3.2 SARAN..................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Swamedikasi berpotensi untuk meningkatkan pemeliharaan kesehatan

secara nasional bila dilakukan dengan benar. Informasi yang membekali

seseorang untuk dapat melakukan swamedikasi dengan benar meliputi

informasi cara penggunaan, efek samping dan bagaimana efek samping

tersebut harus dimonitor, interaksi yang mungkin terjadi, peringatan, lama

penggunaan dan kapan harus menghentikan swamedikasi untuk kemudian

datang berobat ke tenaga medis (WHO,2014).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan

swamedikasi yaitu: kondisi ekonomi dan mahalnya biaya kesehatan,

berkembangnya kesadaran pentingnya kesehatan bagi masyarakat, promosi

obat bebas dan obat bebas terbatas, semakin meluasnya distribusi obat melalui

Puskesmas dan warung di desa, semakin banyak obat yang awalnya termasuk

obat keras diubah menjadi OTR (OWA, obat bebas terbatas, dan obat bebas),

dan kampanye swamedikasi yang rasional di masyarakat (Djunarkodan

Hendrawati, 2011),

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia demam adalah

suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau diatas 37 ̊C.

Pada suhu diatas 37 ̊C limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu

1
melampaui 40-41 ̊C barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal,

karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay & Rahardja, 2002).

Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah merupakan

gejala dari suatu penyakit. Suhu tubuh normal adalah 37ºC. Apabila suhu

tubuh lebih dari 37,2ºC pada pagi hari dan lebih dari 37,7ºC pada sore hari

berarti demam (Depkes RI, 2007).

Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi fisiologis

terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus. Demam dikatan jika

penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C, penderita dengan suhu

>40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam 48-72 jam

(Kaneshiro & Zieve, 2010 didalam Syeima, 2009).

Common cold merupakan salah satu jenis penyakit infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) atau infeksi virus(8). Common cold atau salesma,

pada masyarakat sering diidentifikasi sebagai batuk pilek. Selesma adalah

iritasi atau peradangan selaput lendir hidung akibat infeksi dari suatu virus.

Selaput lendir yang meradang memproduksi banyak lendir sehingga hidung

menjadi tersumbat dan sulit bernafas. Tandanya di antaranya pilek, mata

mengeluarkan banyak air, kepala pusing dan seringkali demam ringan. Lendir

yang terbentuk mengakibatkan batuk dan bersin. Virus yang menyebabkan

adalah rhinovirus (dalam bahasa Yunani, Rhino adalah hidung, dan virus

adalah jasad renik terkecil dengan ukuran 0,02 – 0,3 mikron jauh lebih kecil

dari bakteri biasa)

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Apa Defenisi Demam?

1.2.2 Bagaimana Swamedikasi Demam ?

1.2.3 Apa Definisi Commond Cold atau Salesma ?

1.2.4 Bagaimana Swamedikasi Commond Cold atau Salesma ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Demam

1.3.2 Mengetahui Bagaimana Swamedikasi Demam

1.3.3 Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Commond Cold atau Salesma

1.3.4 Mengetahui Bagaimana Swamedikasi Commond Cold atau Salesma

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Demam

Demam adalah keadaan kenaikan suhu tubuh di atas suhu normal,

yaitu suhu tubuh di atas 37,5 ºC. Demam merupakan salah satu keluhan utama

yang sering disampaikan oleh orang tua pada saat membawa anaknya pergi ke

tenaga kesehatan atau ke tempat pelayanan kesehatan. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pengelolaan demam pada anak yang terjadi di

masyarakat sangat bervariasi. Mulai dari yang ringan yaitu berupa self

management, sampai yang serius dengan cara non self management yang

mengandalkan pengobatan pada tenaga medis. (Ismoedijanto, 2000).

Definisi demam adalah salah satu dari tanda-tanda klinis yang paling

umum dan ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang

memicu peningkatanan tonus otot serta menggigigil. Rata- rata suhu tubuh

normal yang diukur adalah 36,70C - 370C. Demam dikenal juga dengan istilah

pireksia. Demam biasanya tidak berbahaya kecuali mencapai 39,40C atau

lebih tinggi (Jevuska.2012)

Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah merupakan

gejala dari suatu penyakit. Suhu tubuh normal adalah 370C. Apabila suhu

tubuh lebih dari 37,20C pada pagi hari dan lebih dari 37,70C pada sore hari

berarti demam. Kenaikan suhu 380C pada anak di bawah lima tahun dapat

menimbulkan kejang dengan gejala antara lain: tangan dan kaki kejang, mata

4
melihat ke atas, gigi dan mulut tertutup rapat, serta penurunan kesadaran.

Keadaan demikian segera ke dokter (Depkes RI, 2007).

2.1.1 Etiologi Demam

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007),

Demam umumnya disebabkan oleh infeksi dan non infeksi:

1) Demam Infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh

masuknya patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus,

atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh. Demam infeksi

paling sering terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan

sehari-hari. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk kedalam

tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan,

udara, atau persentuhan tubuh.

2) Demam Non-Infeksi

Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan

oleh masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Demam non-

infeksi jarang terjadi dan diderita oleh manusia dalam kehidupan

sehari-hari. Demam ini timbul karena adanya kelainan pada

tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik

(Widjaja, 2008). Penyebab non infeksi antara lain dehidrasi pada

anak dan lansia, alergi, stres, trauma, dan lain-lain (Depkes RI,

2007).

5
2.1.2 Patofisiologi Demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan

nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan

demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen

yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen

adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme

seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin

lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain

dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang

berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara

lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini

pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel

lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi

(Dinarello & Gelfand, 2005).

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah

putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik

berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah

putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan

pirogen endogen (IL- 1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan

pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk

membentuk prostaglandin (Dinarello and Gelfand, 2005).

Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan

termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan

6
menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru

sehingga ini memicu mekanisme- mekanisme untuk meningkatkan

panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme

volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi

peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas

yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan

yang baru tersebut (Sherwood, 2001).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Pada demam yang disebabkan oleh peningkatan sel

point hipotalamus yang berhubungan dengan pirogen endogen

maupun eksogen, peningkatan pembentukan panas dan

pengeluaran panas. Penderita merasa menggigil, berkeringat,

gelisah, tidak ada nafsu makan, nadi dan pernafasan cepat dan

petechiae (Suriadi dan Yuliani, 2010).

2.1.4 Terapi Farmakologi Demam

Beberapa obat yang digunakan untuk swamedikasi

demam yaitu paracetamol, ibuprofen, dan asetosal. Obat

tersebut diindikasikan untuk menurunkan demam. Kemampuan

menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah

yang dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat

menurunkan demam (Depkes, 2007). Terdapat berbagai

macam obat antipiretik yang beredar di Indonesia, misalnya 14

parasetamol, ibuprofen, aspirin, acetosal, metamizole, turunan

7
pirazolon. Namun yang sering digunakan parasetamol,

ibuprofen, dan aspirin karena lebih mudah didapat dan lebih

murah.

 Paracetamol

Parasetamol ini merupakan derivat para amino

fenol. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin

yang lemah. Efek analgesik parasetamol serupa dengan

salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri

ringan sampai sedang. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan

lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga

gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa. Efek

anti inflamasi dan reaksi alergi parasetamol hampir tidak

ada.

Parasetamol umumnya dianggap sebagai zat

antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi.

Efek analgetiknya dapat diperkuat oleh kofein dengan

kira-kira 50%. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis

tuntas, secara rektal lebih lambat.Dalam hati, zat ini

diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang

diekskresi lewat kemih sebagai konjugat glukuronida dan

sulfat. Efek samping tidak jarang terjadi antara lain

hipersensitivitas dan kelainan darah. Parasetamol

8
termasuk dalam daftar obat kategori aman untuk wanita

hamil juga selama laktasi walaupun mencapai air susu

ibu. Dosis dewasa untuk nyeri dan demam oral 2-3 kali

sehari 0,5-1 gram, maksimum 4 gram/hari (Tjay dan

Rahardja, 2002).

 Ibuprofen

Ibuprofen merupakan turunan asam propionat

yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik, dan

antipiretik. Efek analgesiknya sama seperti aspirin,

sedangkan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.

Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung,

dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan

aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi

agranulositosis dan anemia aplastik. Efek lainnya seperti

eritema kulit, sakit kepala, dan trombositopenia jarang

terjadi. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut,

terutama bila dikombinasikan dengan asetaminofen.

9
Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai

8 jam.

 Aspirin

Aspirin atau asam asetil salisilat sering

digunakan sebagai analgesik, antipiretik, dan

antiinflamasi. Aspirin tidak direkomendasikan pada anak

<16 tahun karena terbukti meningkatkan risiko Sindroma

Reye. Aspirin juga tidak dianjurkan untuk demam ringan

karena memiliki efek samping merangsang lambung dan

perdarahan usus. Efek samping lain, seperti rasa tidak

enak di perut, mual, dan perdarahan saluran cerna

biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari tidak lebih

dari 325 mg.

10
2.1.5 Terapi Non-Farmakologi

Untuk menurunkan demam, penderita demam

disarankan untuk minum air putih yang cukup banyak (8 gelas

air sehari) dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

sertamengkompres badan yang panas dengan air hangat dan

Istirahat yang cukup

2.2 Definisi Common Cold

Common cold merupakan salah satu jenis penyakit infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA) atau infeksi virus . Common cold atau salesma, pada

masyarakat sering diidentifikasi sebagai batuk pilek. Selesma adalah iritasi

atau peradangan selaput lendir hidung akibat infeksi dari suatu virus. Selaput

lendir yang meradang memproduksi banyak lendir sehingga hidung menjadi

tersumbat dan sulit bernafas. Tandanya di antaranya pilek, mata mengeluarkan

banyak air, kepala pusing dan seringkali demam ringan. Lendir yang

terbentuk mengakibatkan batuk dan bersin. Virus yang menyebabkan adalah

rhinovirus (dalam bahasa Yunani, Rhino adalah hidung, dan virus adalah

jasad renik terkecil dengan ukuran 0,02 – 0,3 mikron jauh lebih kecil dari

bakteri biasa).

2.2.1 Etiologi dan Patogenesis

11
Common cold sebagian besar (90%) disebabkan oleh virus

saluran pernapasan (umumnya rhinovirus), dan penderita dapat

sembuh sendiri (self limiting disease) bergantung pada daya tahan

tubuhnya. Puncak gejala biasanya sekitar hari ke-3 atau ke-4,

dengan rhinorrhoea yang awalnya berupa cairan bening, kemudian

dapat berubah menjadi lebih kental, kemungkinan dapat didiagnosis

keliru (misdiagnosed) sebagai infeksi sinus bakterial . Common

cold merupakan penyakit menular yang dapat bertransmisi lewat

partikel udara dan terletak di traktus respiratorius. Penularan

bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus

tersebut masuk ke dalam saluran nafas. Virus common cold dapat

menular melalui inhalasi, kontak langsung ataupun kontak tidak

langsung. Seseorang yang terserang dengan dosis infeksi 10

virus/droplet, 50% akan menderita common cold

2.2.2 Terapi Farmakologi

a. Dekongestan

Dekongestan adalah stimulan reseptor alpha-1 adrenergik.

Mekanisme kerja dekongestan (nasal decongestant) melalui

vasokonstriksi pembuluh darah hidung sehingga mengurangi

sekresi dan pembengkakan membran mukosa saluran hidung.

Mekanisme ini membantu membuka sumbatan hidung. Namun,

dekongestan juga dapat menyebabkan vasokonstriksi di tempat

lainnya pada tubuh, sehingga dikontraindikasikan bagi penderita

12
hipertensi yang tidak terkontrol, hipertiroid serta penderita

penyakit jantung. Untuk farmakokinetiknya, dekongestan sistemik

dengan cepat dimetabolisme oleh monoamine oxidase dan

katekol-Omethyltransferase di gastrointestinal (GI) mukosa, hati,

dan jaringan lain. Pseuodoephedrine diserap dengan baik setelah

pemberian oral, penylephrine memiliki bioavailabilitas oral

rendah. Pseuodoephedrine dan penylephrine memiliki distribusi

volume besar (2,6-5 L/kg) dan durasi pendek (6 jam untuk

pseudoefedrin dan 2,5 jam untuk phenylephrine), konsentrasi

puncak untuk kedua obat terjadi pada 0,5 jam sampai 2 jam

setelah pemberian oral. Indikasi dari dekongestan untuk

mengurangi rasa sakit dari hidung serta untuk hidung tersumbat.

Efek samping yang ditimbulkan dekongestan seperti takikardi

(frekuensi denyut janting berlebihan, 8 aritmia (penyimpangan

irama jantung), peningkatan tekanan darah atau stimulasi susunan

saraf pusat.

b. Antihistamin

Antihistamin digunakan karena adanya efek antikolinergik,

yang antara lain dapat mengurangi sekresi mukus. Obat ini

digunakan untuk mengatasi gejala bersin, rhinorrhoea, dan mata

berair. Efek samping yang paling mengganggu dari antihistamin

generasi pertama ini adalah sedasi atau mengantuk. Mekanisme

kerja antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan dengan

13
H1 tanpa mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan

dan kerja histamin. Efek sedatif antihistamin tergantung dari

kemampuan melewati sawar darah otak. Kebanyakan antihistamin

bersifat larut lemak dan melewati sawar otak dengan mudah.

Mengantuk adalah efek samping yang paling sering ditimbulkan

oleh antihistamin. Selain juga hilang nafsu makan, mual, muntah,

dan gangguan ulu hati. Antihistamin lebih efektif jika dimakan 1-2

jam sebelum diperkirakan terjadinya paparan pada allergen(13) .

Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter

antara lain: klorfeniramin maleat (CTM® ), promethazin,

triprolidin, dll. Dosis CTM untuk anak umur 2-6 tahun 1 mg dan

untuk anak umur 6-12 tahun 2 mg, dan triprolidin untuk anak 4-6

tahun 0,9 mg 3-4 kali sehari .

c. Analgesik dan Antipiretik

Parasetamol adalah analgesik-antipiretik yang terdapat dalam

komposisi produk obat flu untuk mengatasi nyeri dan demam, dan

umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Dosis yang dapat

diberikan untuk anak 2 – 6 tahun adalah 1 – 2 sendok teh atau 120

– 250 mg dan untuk anak 6–12 tahun di minum setiap 4 atau 6

jam. Dengan efek samping kerusakan hati (jika digunakan jangka

lama dan penggunaan dalam dosis besar), selain itu juga dapat

menimbulkan tukak lambung.

d. Antitusif

14
Antitusif adalah obat batuk yang digunakan untuk batuk tidak

berdahak atau batuk kering. Obat tersebut bekerja dan menaikkan

ambang rangsang batuk . Ketika batuk tidak produktif dapat

ditekan dengan antitusif yang bekerja dengan menekan sistem

saraf pusat. Beberapa antitusif dapat diperoleh tanpa resep dokter

diantaranya, difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang efektif

untuk pilek. Dosis yang diberikan pada anak usia 2 – 12 tahun, 2,5

– 5 ml, 3 – 4 kali sehari .

e. Ekspektoran dan Mukolitik

Ekspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah

pengeluaran dahak pada batuk kering (nonproduktif) agar menjadi

lebih produktif. Ekspektoran bekerja dengan cara membasahi

saluran napas sehingga mukus (dahak) menjadi lebih cair dan

mudah dikeluarkan (dibatukkan). Beberapa contoh ekspektoran

yang dapat digunakan pada swamedikasi, antara lain amonium

klorida, gliseril guaiakolat, dan succus liquiritiae yang merupakan

salah satu komponen dari obat batuk hitam (OBH). Mukolitik,

mirip dengan ekspektoran, diberikan untuk mempermudah

pengeluaran dahak, namun dengan mekanisme kerja yang

berbeda. Mukolitik memecahkan ikatan protein mukus, sehingga

mukus menjadi cair dan mudah dikeluarkan. Beberapa contoh

mukolitik yang dapat digunakan dalam swamedikasi, antara lain

bromheksin dan asetilsistein.

15
f. Vitamin

Suplemen yang dapat diberikan seperti vitamin C, jus lemon,

teh herbal, bioflavonoid, betakaroten. Vitamin C pada dosis tinggi

(1-1,5 mg) berkhasiat meringankan gejala, mempersingkat

lamanya infeksi dan sebagai stimulan sistem imun. Pada dosis

tinggi limfosit dirangsang perbanyakan aktivitasnya sehingga

pembasmian virus berlangsung lebih cepat . Dosis yang dapat

diberikan 50- 75 mg.

16
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

1. Demam adalah salah satu dari tanda-tanda klinis yang paling umum dan

ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang memicu

peningkatanan tonus otot serta menggigigil. Rata- rata suhu tubuh normal

yang diukur adalah 36,70C - 370C. Untuk menurunkan demam, dapat

dilakukukan terapi non farmakologi yaitu penderita demam disarankan

untuk minum air putih yang cukup banyak (8 gelas

air sehari) dan mengkonsumsi makanan yang bergizi serta mengkompres

badan yang panas dengan air hangat dan Istirahat yang cukup. Dan untuk

terapi farmakologinya yaitu paracetamol, ibuprofen, dan asetosal.

2. Common cold atau Selesma adalah iritasi atau peradangan selaput lendir

hidung akibat infeksi dari suatu virus. Selaput lendir yang meradang

memproduksi banyak lendir sehingga hidung menjadi tersumbat dan sulit

bernafas. Tandanya di antaranya pilek, mata mengeluarkan banyak air,

kepala pusing dan seringkali demam ringan. Lendir yang terbentuk

mengakibatkan batuk dan bersin. Untuk terapi faramakologinya dapat

17
diberikan obat yang mengandung : dekongestan, antihistamin, analgesik

dan antipiretik, ekspektoran dan mukolitik, dan vitamin.

3.2 SARAN

Kritik dan saran dari pembaca diperlukan untuk penulisan makalah

yang lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007.

Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.

Dinarello, C.A., Gelfand, J.A.2005. Fever and Hyperthermia.In: Kasper, D.L., et.

al., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. The McGraw-Hill

Company. Singapore: hal. 104-8.

Djunarko, I. & Hendrawati., 2011, Swamedikasi yang Baik dan

Benar, Yogyakarta, Citra Aji Parama, 24-25.

Ismoedijanto.2000. Demam Pada Anak. Sari PediatriVol.2, pp. 103-108

Jevuska. 2012. Definisi Demam. Artikel Kedokteran. Interna

Kaneshiro, N.K., Zieve, D., 2010, Fever.University of

Washington.Dalam:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.

htm. Dikutip 29 September 2012.

18
Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :

CV. Sagung Seto

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan

dan Efek Sampingnya, Edisi Kelima, 270-279. Jakarta : Efek Media

Komputindo

WHO. 2014. Self-Medication. Sudan Journal of Rational Use of Medicine, Issue

No. 6

Widjaja, M. C. (2008). Kesehatan Anak: Mencegah dan Mengatasi Demam pada

Balita. Jakarta Selatan: Kawan Pustaka. Hal. 3-4.

19
20

Anda mungkin juga menyukai