Anda di halaman 1dari 11

KEBAKARAN HUTAN LAHAN DI KALIMANTAN

Disusun Oleh:

M. Alhadri (1915141008)

Fitriani (1915141009)

Ariska (1915141010)

Salma Samira (1915141011)

Irwansyah (1915141012)

Siti Nur Aida (1915141013)

GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
dianugrahkan kepada bangsa indonesia merupakan kekayaan yang wajib
disyukuri, dikelola dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya
karena memberikan manfaat serba guna kpada umat manusia. Oleh karana itu
hutan dikuasai oleh negara dan diselenggarakn untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat bagi generasi sekarang maupun yang akan mendatang.

Kebakaran hutan akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia khususnya di


wilayah Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan dan lahan pada
periode 5 tahun terakhir  terjadi pada tahun 2006. Jumlah hotspot pada tahun
tersebut sebesar 146.264 titik dengan luas kebakaran hutan 32.198,58 Ha dan
lahan seluas 23.735,67 Ha. Mengingat pentingnya sumberdaya hutan dalam
menambah devisa negara, agar  tidak terjadi penurunan, maka upaya perlindungan
hutan dari gangguan luar terutama dari kebakaran hutan perlu diusahakan
semaksimal mungkin (Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, 2010).

Kebakaran dalam hutan dapat terjadi  bila tersedia tiga komponen yaitu
bahan bakar yang potensial, oksigen atau udara dan penyalaan api dan lima faktor
utama yang menjadi penyebab kebakaran hutan yaitu penutupan lahan, curah
hujan, rataan suhu udara, kecepatan angin dan topografi (ketinggian
tempat/elevasi). Seluruh komponen penyusun hutan pada dasarnya dapat
merupakan bahan bakar untuk kebakaran hutan. Pohon – pohon penyusun hutan
merupakan bagian terbesar dari komponen hutan yang dapat berperan sebagai
bahan bakar mempunyai potensi dan kemudahan yang sangat bervariasi.
Perbedaan kemudahan terbakar tersebut  dapat disebabkan oleh perbedaan jenis
atau komposisi jenis tanaman. Jenis  pohon – pohon berdaun lebar lebih sulit
terbakar dibanding pohon – pohon berdaun jarum yang banyak mengandung resin
(Sumardi dan Widyastuti, 2004).

Kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi baik disengaja maupun tanpa
disengaja. Dengan kata lain, terjadinya kebakaran hutan dan lahan diakibatkan
oleh faktor kesengajaan manusia oleh beberapa kegiatan, seperti kegiatan ladang,
perkebunan (PIR), HTI, penyiapan lahan untuk ternak dan sebagainya. Faktor
kebakaran hutan dan lahan  karena kesengajaan ini merupakan faktor utama dan
90% kebakaran hutan dan lahan yang terjadi saat ini banyak disebabkan karena
faktor ini. Kebakaran hutan juga bisa disebabkan oleh faktor tidak disengaja, yang
disebabkan oleh faktor alami ataupun karena kelalaian manusia (Purbowaseso,
2004).

Pencegahan kebakaran hutan adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan


yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan – kemungkinan
terjadinya kebakaran hutan. Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
pencegahan kebakaran hutan yaitu pembuatan peta rawan kebakaran
(Purbowaseso, 2004).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penyebab terjadinya kebakaran hutan di wilayah kalimantan dan


sumatra?
2. Bagaimanakah dampak kebakaran terhadap lingkungan dan alam sekitar?
3. Bagaimana cara memadamkan kebakaran?
4. Jelaskan apa saja upaya untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran
hutan?
5. Apa usaha-usaha pemerintah yang telah dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran hutan?
6. Ekosistem apa saja yang terkena dampak kebakaran hutan dikedua wilayah
tersebut?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kebakaran hutan di wilayah


kalimantan dan sumatra
2. Untuk mengetahui dampak kebakaran terhadap lingkungan dan alam
sekitar
3. Untuk mengetahui cara memadamkan kebakaran
4. Untuk mengetahui upaya untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran
hutan
5. Untuk mengetahui usaha-usaha pemerintah yang telah dilakukan untuk
mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan
6. Untuk mengetahui ekosistem yang terkena dampak kebakaran hutan
dikedua wilayah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

Sejumlah hutan di Pulau Kalimantan dilanda kebakaran. Akibatnya, udara di


beberapa wilayah provinsi yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura
dicemari asap. Kebakaran hutan tak hanya berdampak pada kualitas udara saja,
tetapi ada juga beberapa binatang yang hidup di hutan yang mati.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut upaya


pemadaman kebakaran dengan bom air (water bombing) untuk mengatasi
kebakaran hutan lahan dan Kalimantan belum bisa maksimal. Api tidak bisa
dimatikan oleh water bombing karena sumber api berada di kedalaman, termasuk
di kedalaman lahan gambut. Sumber api berada di bawah permukaan tanah
sehingga, bila api di permukaannya padam, api di bawah tanah masih menyala.

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG pada Jumat (13/9/2019) tercatat titik


panas pada tanggal 12 September 2019 terjadi di beberapa wilayah antara lain:
1.865 titik di Kalimantan; 412 titik di Semenanjung Malaysia dan 216 titik
Sarawak-Sabah dan 1.231 titik di Sumatera. Sedangkan pantauan satelit NASA
pada tanggal 12-14 September 2019 titik kabut asap makin banyak dan pekat di
Kalimantan.

Tak hanya itu, menurut Badan Lingkungan Hidup Nasional Singapura atau
NEA (National Environment Agency), masih terdapat sekitar 1.300 titik panas
yang tersebar di Kalimantan dan Sumatera, Indonesia.

Banyaknya jenis lahan gambut di Kalimantan membuat ancaman tersendiri


yang perlu dikaji lebih dalam untuk pembangunan ibu kota baru Indonesia.
Kebakaran hutan terjadi di bagian wilayah Kalimantan, mulai dari Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur. Hal tersebut jadi potensi
bencana bagi rencana pemindahan ibu kota baru.

Faktanya upaya pemadaman telah dilakukan dari berbagai pihak, seperti


memadamkan api melalui hujan buatan, patroli, water bombing menggunakan 50
helikopter. Upaya lainnya dilakukan dengan penyegelan dan sanksi untuk
perusahaan asing nakal oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK),
Siti Nurbaya Bakar.

Ada empat perusahaan sebagai tersangka dari kasus Karhutla yang terjadi di
Sumatera dan Kalimantan. KLHK juga menyegel 42 perusahaan. Empat korporasi
yang ditetapkan sebagai tersangka adalah PT ABP, PT AER, PT SKM dari
Kalimantan Barat dan PT KS dari Kalimantan Selatan. Keempat perusahaan itu
bergerak di bidang sawit.
A. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan Di Wilayah Kalimantan

Lebih dari 99% penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut adalah akibat
ulah manusia, baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat
kelalaian dalam menggunakan api. Hal ini didukung oleh kondisi-kondisi
tertentu yang membuat rawan terjadinya kebakaran, seperti gejala El Nino,
kondisi fisik gambut yang terdegradasi dan rendahnya kondisi sosial ekonomi
masyarakat.

Kebakaran hutan yang tidak disengaja berawal dari musim panas yang
berkepanjangan. Pada musim panas sumber-sumber air menjadi kering
termasuk hutan terjadi kehilangan air karena proses evapotranspirasi. Batang,
ranting, dan daun yang kering merupakan sumber bahan bakar yang potensial
untuk terjadinya kebakaran hutan. Bila ada pemicu seperti terjadinya gesekan
antara batang atau ranting pohon akan menimbulkan api, kemudian kebakaran
akan menyebarluas dengan cepat. Hal ini menjadi lebih parah jika terjadi
pada lahan-lahan gambut seperti beberapa daerah di Indonesia. Seperti
Kebakaran hutan di Kalimantan Tengah yang mempunyai lahan gambut.

Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan


telah terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang
lalu. Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode
iklim yang lebih kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga telah
membakar hutan lebih dari 10 ribu tahun yang lalu untuk mempermudah
perburuan dan membuka lahan pertanian. Catatan tertulis satu abad yang lalu
dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di hutan membenarkan bahwa
kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan Indonesia.

Penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan Timur adalah


karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh
kejadian alam. Proses kebakaran alami menurut Soeriaatmadja (1997), bisa
terjadi karena sambaran petir, benturan longsuran batu, sing- kapan batu bara,
dan tumpukan srasahan. Namun menurut Saharjo dan Husaeni (1998),
kebakaran karena proses alam tersebut sangat kecil dan untuk kasus
Kalimatan kurang dari 1%. Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh
munculnya fenomena iklim El-Nino seperti kebakaran yang terjadi pada
tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
dan UNDP, 1998). Perkembangan kebakaran tersebut juga memperlihatkan
terjadinya perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya di
Kalimantan Timur, tetapi hampir di seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi
di kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan.

Pada wilayah kalimantan barat, kebakaran hutan disebabkan oleh budaya


instan di tengah masyarakat yang serba mau cepat, budaya instan itu
menginginkan pembersihan ladang yang serba cepat. Adanya pembakaran
lahan yang membuat hutan juga ikut seta terbakar karena dimana . Pada
musim panas sumber-sumber air menjadi kering termasuk hutan terjadi
kehilangan air karena proses evapotranspirasi. Batang, ranting, dan daun yang
kering merupakan sumber bahan bakar yang potensial untuk terjadinya
kebakaran hutan. Bila ada pemicu seperti terjadinya gesekan antara batang
atau ranting pohon akan menimbulkan api, kemudian kebakaran akan
menyebarluas dengan cepat.

B. Dampak Kebakaran Terhadap Lingkungan Dan Alam Sekitar

Asap tebal kebakaran hutan di Kalimantan secara pasti mulai makan


korban. Mula-mula masyarakat – terutama di Pulau Jawa yang tak terkena
asap tak terlalu peduli ketika diberitakan bahwa asap itu menyebabkan
puluhan penerbangan dibatalkan dan mengancam kesehatan lebih dari 20 juta
orang. Tapi, dalam waktu singkat, ancaman itu berubah jadi kenyataan.
Puluhan ribu orang harus masuk rumah sakit karena menderita infeksi saluran
penapasan, ribuan terserang penyakit paru-paru, dan ratusan yang lain terkena
radang mata. Beberapa puluh orang jatuh pingsan dan beberapa penderita
asma diberitakan meninggal dunia.

Data dari Air Visual menunjukkan wilayah Palangkaraya-Kualakapuas,


Kalimantan Tengah memiliki indeks kualitas udara yang membahayakan.
Dapat dilihat pada tingkat 300-500 US AQI, kondisi udara sangat berbahaya
karena bisa menimbulkan iritasi hingga penyakit paru-paru bagi masyarakat
umum yang beraktifitas di luar rumah, terutama bagi orang-orang yang
sensitif. Tak hanya itu, sejumlah ekosistem dan binatang di hutan Kalimantan
ditemukan mati.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:

1. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena


kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat
menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu daerah turut punah.

2. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur


pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah
terpencil.
3. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih
jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa
ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan ribu pekerja menjadi
penganggur/kehilangan pekerjaan.

4. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan


atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian
bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi asap ini juga bisa
menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
5. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi
kehidupan masyarakat antara lain pendidikan, agama dan ekonomi.
Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di
tingkat yang berbahaya. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan,
perdagangan/ekonomi, dan perhubungan/transportasi.

C. Upaya Untuk Mencegah Dan Menanggulangi Kebakaran Hutan

1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat didaerah-daerah rawan


kebakaran.
2. Sosialisasi sistem pembukaan lahan tanpa bakar.
3. Pembentukan brigade kebakaran swakarsa di hutan yang rawan
kebakaran.
4. Gelar regu dan peralatan pemadam kebakaran.
5. Rehabilitasi kawasan bekas kebakaran.
6. Pelatihan bagi masyarakat.
7. Pemadaman dan Deteksi Dini
8. Pengaktifan posko siaga kebakaran hutan.
9. Pemadaman kebakaran hutan.
10. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan bagi polisi hutan dan
masyarakat.
11. Pasca kebakaran

Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam


Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan. Adapun upaya penanggulangan yang
dimaktub tersebut antara lain:

1. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran


hutan di semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan
langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika
kawasan hutan telah memasuki status Siaga I dan juga Siaga II.

2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan


serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan
hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta.

3. Memantapkan koordinasi antara sesama instansi yang saling terkait


melalui dengan PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan
PUSDALKARHUTDA tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga
hutan.
4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal
menanggulangi kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara
yang berbatasan dengan kita misalnya dengan Malaysia berama pasukan
BOMBA-nya. Atau juga dengan Australia bahkan Amerika Serikat.

D. Usaha-Usaha Pemerintah Yang Telah Dilakukan Untuk Mencegah Dan


Menanggulangi Kebakaran Hutan.

Usaha usaha pemerintah untuk mencegah terjadinya kebakaran kembali


diantaranya:

1. Memperingatkan warga sekitar hutan untuk tidak membakar rumput atau


puing-puing.
2. Memeriksa peraturan setempat tentang perjanjian dan pembatasan
larangan pembkaran.
3. Melakukan aktivitas pembakaran minimal dengan jarak yang telah
ditentukan.
4. Jangan melakukan aktifitas pembakaran ketika cuaca berangin.
5. Jangan merokok ketika melakukan kerjaan atau kegiatan yang dilakukan
dihutan.
6. Mobil, truk dan mesin harus memiliki sistem tempat pembuangan uap
ketika beroperasi didekat hutan.

Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam


Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang
Pengendalian Kebakaran Hutan. Adapun upaya penanggulangan yang
dimaktub tersebut antara lain:

1. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran


hutan di semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan
langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika
kawasan hutan telah memasuki status Siaga I dan juga Siaga II.

2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan


serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan
hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta.

3. Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait


melalui dengan PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan
PUSDALKARHUTDA tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga
hutan.

4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal


menanggulangi kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara
yang berbatasan dengan kita misalnya dengan Malaysia berama pasukan
BOMBA-nya. Atau juga dengan Australia bahkan Amerika Serikat.
E. Ekosistem Yang Terkena Dampak Kebakaran Hutan Pada Wilayah
Tersebut.

Ekosistem yang terkena dampak kebakaran dikedua wilayah, Dengan


terbakarnya hutan menyebabkan kerusakan vegetasi, kerusakan tanah hutan,
kerusakan margasatwa dalam hal ini banyak satwa yang musnah, kerusakan
ekosistem, hilangnya keindahan alam.

Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak


kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama
tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat Hilangnya
sejumlah spesies.

Selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam


kelangsungan hidup sejumlah binatang. Berbagai spesies endemik (tumbuhan
maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan. Selain itu,
kebakaran hutan dapat mengakibatkan terbunuhnya satwa liar dan musnahnya
tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau rusaknya habitat.
Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu
daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.

1. Ekosistem binatang

Kebakaran hutan akan mengakibatkan banyak binatang yang akan


kehilangan tempat tinggal yang digunakan untuk berlindung serta tempat
untuk mencari makan. Dengan demikian, hewan yang tidak dapat
beradaptasi dengan lingkungan baru setelah terjadinya kebakaran tersebut
akan mengalami penurunan jumlah bahkan dapat mengalami kepunahan.

2. Ekosistem tumbuhan

Kehidupan tumbuhan berhubungan erat dengan hutan yang merupakan


tempat hidupnya. Kebakaran hutan dapat mengakibatkan berkurangnya
vegetasi tertentu. Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan
vegetasi di atas tanah, sehingga apabila terjadi hujan maka hujan akan
langsung mengenai permukaan atas tanah, sehingga mendapatkan energi
pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi penutup
tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan adalah karena
aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh kejadian
alam. Proses kebakaran alami bisa terjadi karena sambaran petir, benturan
longsuran batu, sing- kapan batu bara, dan tumpukan srasahan.

Pada wilayah sumatra, terjadi kebakaran hutan yang disebabkan terjadinya


kekeringan dan gelombang panas yang menyebabkan terjadinya kebakaran
hutan dan semakin cepat merambatnya api yang begitu besar dikarenakan
kondisi lingkungan yang sangat panas yang mengakibatkan degredasi hutan
dan tentunya juga karena ada ulah dari manusia.

Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:Menyebarkan


emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Terbunuhnya satwa liar dan
musnahnya tanaman baik karena kebakaran, Menyebabkan banjir selama
beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat musim
kemarau, Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya
jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-
daerah terpencil, Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada
saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik
(PLTA) pada musim kemarau, Musnahnya bahan baku industri perkayuan,
Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dan kanker paru-paru, Asap yang ditimbulkan menyebabkan
gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara lain pendidikan,
agama dan ekonomi.

Upaya Pencegahan Kebakaran Hutan dengan ;Melakukan penyuluhan


kepada masyarakat didaerah-daerah rawan kebakaran, Sosialisasi sistem
pembukaan lahan tanpa bakar, Pembentukan brigade kebakaran swakarsa di
hutan yang rawan kebakaran, Gelar regu dan peralatan pemadam kebakaran.

Untuk menanggulangi Kebakaran bisa dengan : Memberdayakan sejumlah


posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di semua tingkatan,
memindahkan segala macam sumber daya, memantapkan koordinasi antara
sesama instansi, dan bekerjasama dengan pihak luar.

Usaha usaha pemerintah untuk mencegah terjadinya kebakaran kembali


diantaranya: Memperingatkan warga sekitar hutan untuk tidak membakar
rumput atau puing-puing, memeriksa peraturan setempat tentang perjanjian
dan pembatasan larangan pembakaran, Melakukan aktivitas pembakaran
minimal dengan jarak yang telah ditentukan, Jangan melakukan aktifitas
pembakaran ketika cuaca berangin dan lain sebagainya.

Ekosistem yang terkenan dampak kebakarn dikedua wilayah, Dengan


terbakarnya hutan menyebabkan kerusakan vegetasi, kerusakan tanah hutan,
kerusakan margasatwa dalam hal ini banyak satwa yang musnah, kerusakan
ekosistem, hilangnya keindahan alam.

B. Saran

Demikianlah makalah yang saya buat, sebagai manusia biasa saya menyadari
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai