Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN ADMINISTRASI

TERPADU KECAMATAN (PATEN) DI KECAMATAN


SUNGAILIAT DAN BELINYU KABUPATEN BANGKA
Toha Budi Sri Pujiastuti1,Ardiyan Saptawan2 ,Dadang Hikmah Purnama3
1,2,3 Program Studi Magister Administrasi Publik Program Pascasarjana
Universitas Sriwijaya

Abstrak. Pelayanan publik merupakan pintu gerbang bagi pemerintah untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik. Upaya peningkatan pelayanan publik salah satunya dengan
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan
harus diberikan kewenangan yang sesuai karena berhubungan langsung dengan masyarakat.
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) merupakan salah satu upaya pemerintah
dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui pendelegasian kewenangan. Tujuan
penelitian tesis ini adalah untuk memahami dan menganalisis implementasi kebijakan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan di Kecamatan Sungailiat dan Kecamatan Belinyu, Kabupaten
Bangka. Penelitian tesis ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif dengan unit
analisis adalah Kecamatan Sungailiat dan Kecamatan Belinyu. Infoman pada penelitian ini
ditentukan secara juga . Data diperoleh dengan melakukan
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
semua kewenangan yang diberikan oleh Bupati kepada Camat bisa dilaksanakan sehingga
kewenangan dikembalikan lagi pelaksanaannya kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan
Penanaman Modal (BP2TPM) Kabupaten Bangka. Kewenangan tidak bisa dilaksankan
kecamatan terkait keterbatasan sumber daya di kecamatan baik sumber daya manusia maupun
keuangan. Berdasarkan penelitian ini, disarankan agar dalam pendelegasian kewenangan,
pemberi kewenangan harus mempertimbangkan kemampuan penerima kewenangan.

Kata kunci : implementasi, pelayanan administrasi terpadu, kecamatan, kewenangan

PENDAHULUAN Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman


Pelaksanaan Pelayanan Administrasi
Bentuk pendelegasian kewenangan Terpadu Kecamatan (PATEN). Semakin dekat
untuk meningkatkan pelayanan pada jarak antara pelayan dan yang dilayani, maka
masyarakat salah satunya adalah dengan pelayanan akan sesuai dengan harapan
diterbitkanya Peraturan Menteri Dalam Negeri masyarakat dan diharapkan kualitas

29
pelayanan akan semakin baik (Isa 2009: 72). g. Izin gangguan kegiatan usaha jasa seperti
Peraturan ini juga mengamanatka seluruh bengkel kendaraan bermotor, bengkel
kecamatan untuk ditetapkan sebagai bubut skala kecil.
penyelenggara PATEN selambat-lambatnya h. Izin reklame skala kecil.
lima tahun sejak ditetapkan peraturan menteri i. Izin membuka tanah sampai dengan
ini. Kabupaten Bangka merupakan kabupaten 20.000 m² (untuk orang perorangan).
pertama di Provinsi Kepulauan Bangka j. Surat izin usaha perdagangan (SIUP) dan
Belitung yang telah melaksanakan PATEN izin tempat usaha skala kecil dengan jenis
pada seluruh kecamatan di wilayahnya. kegiatan/usaha.
Pelaksanaan PATEN diatur melalui Peraturan
Bupati Nomor 25 Tahun 2013 tentang Sedangkan untuk pelayanan non
Pendelegasian Sebagian Kewenangan Bupati perizinan meliputi:
Kepada Kecamatan sebagai Penyelenggara - Surat pengantar Surat Keterangan Catatan
PATEN di Kabupaten Bangka dan Peraturan Kepolisian (SKCK).
Bupati Nomor 26 Tahun 2013 tentang Standar - Surat keterangan tidak mampu (SKTM).
Pelayanan, Administrasi Terpadu Kecamatan - Surat keterangan ahli waris.
(PATEN) di Kabupaten Bangka. Peraturan ini - Surat pengantar pemberian santunan
menjadi acuan bagi kecamatan dalam kematian.
memberikan pelayanan kepada masyarakat, - Surat pengantar KK/KTP.
karena dalam peraturan bupati ini diatur jelas
tentang standar pelayanan mulai dari jenis Penelitian ini memilih Kecamatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh kecamatan Sungailiat dan Belinyu sebagai lokasi
berdasarkan pelimpahan kewenangan, penelitian tentang Implementasi Kebijakan
persyaratan untuk mendapatkan pelayanan, Pelayanan Terpadu Administrasi Kecamatan.
prosedur dan proses pelayanan, pejabat yang Alasan peneliti memilih kedua kecamatan ini
bertanggung jawab terhadap pelayanan, sebagai obyek penelitian karena pertama,
waktu juga biayanya. Komitmen Kabupaten Kecamatan Sungailiat dan Belinyu adalah
Bangka dalammelaksanakan PATEN kecamatan dengan jumlah penduduk paling
ditunjukkan dengan telah di- nya banyak di Kabupaten Bangka. Kedua,
PATEN pada bulan November tahun 2013 lalu. Kecamatan Sungailiat dan Belinyu merupakan
Dengan nya PATEN ini, maka delapan kecamatan yang paling banyak memiliki
kecamatan di Kabupaten Bangka telah resmi jumlah usaha di wilayahnya. Selain karena
melaksanakan amanat Permendagri Nomor 4 dua alasan diatas, pemilihan lokasi penelitian
Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan ini juga mempertimbangkan kondisi geografis
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan kedua kecamatan tersebut dimana Kecamatan
(PATEN). Ada beberapa pelayanan perizinan Sungailiat sebagai pusat pemerintahan atau
dan non perizinan di dalam PATEN ini yang ibukota kabupaten Bangka, sedangkan
diatur dalam Peraturan Bupati Bangka Nomor Kecamatan Belinyu merupakan kecamatan
25 Tahun 2013 tentang Pendelegasian terjauh dari pusat pemerintahan dengan jarak
Sebagian Kewenangan Bupati Kepada ±60 km. Penelitian ini ingin melihat bagaimana
Kecamatan sebagai Penyelenggara PATEN di implementasi kebijakan Pelayanan
Kabupaten Bangka dan juga Peraturan Bupati Administrasi Terpadu Kecamatan di dua
26 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan kecamatan ini yang berbeda secara geografis
Administrasi Terpadu Kecamatan di mengingat tujuan kebijakan pelaksanaan
Kabupaten Bangka antara lain : kebijakan ini adalah mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat melalui penguatan peran
a. Izin pertunjukan/hiburan di wilayah kecamatan. Ada beberapa fonomena dalam
kecamatan. pelaksanaan kebijakan PATEN di Kecamatan
b. Tanda daftar perusahaan (TDP) dan tanda Sungailiat dan Belinyu. Sebelum ada
daftar industri skala kecil. Peraturan Bupati Nomor 25 tahun 2013
c. IUK salon kecantikan skala kecil. tentang Pendelegasian Sebagaian Wewenang
Bupati kepada Kecamatan sebagai
d. Izin mendirikan bangunan (permanen
Penyelenggara PATEN di Kabupaten Bangka,
kelas B, permanen ½ bata pilar dan semi
BP2TPM Kabupaten Bangka merupakan
permanen) sampai dengan 150 m².
lembaga yang berwenang mengeluarkan izin-
e. Izin rumah makan/warung skala kecil.
izin tersebut dan kecamatan hanya bisa
f. Izin tempat usaha pedagang kaki lima.
mengeluarkan rekomendasi saja. Namun
setelah adanya pendelegasian kewenangan,

30
kecamatan sudah diberikan kewenangan TINJAUAN PUSTAKA
untuk mengeluarkan perizinan tertentu. Ada
10 lingkup kewenangan perizinan yang telah Manusia secara tidak sadar selalu
didelegasikan oleh Bupati. Melalui kebijakan bersinggungan dengan kebijakan. Seperti yang
PATEN, kecamatan berwenang untuk dikatakan Ghani dan Lockhart (dalam Wahab
mengeluarkan perizinan. Namun kenyataan di 2014: 5), kebijakan publik ada disekitar kita,
lapangan, ada kewenangan-kewenangan yang mendefinisikan pengalaman sehari-hari dan
ternyata masih belum bisa dilaksanakan oleh kemungkinan hidup, bahkan jika kita tidak bisa
kecamatan, baik Kecamatan Sungailiat melihatnya. Kebijakan publik yang dibuat oleh
maupun Kecamatan Belinyu. Ada 3 urusan pemerintah, pada dasarnya ditujukan untuk
kewenangan perizinan yang tidak bisa mengatasi berbagai permasalahan atau
dilaksanakan oleh kecamatan seperti izin setidaknya mengurangi kerumitan masalah-
rumah makan atau warung skala kecil, IUK masalah kolektif yang dihadapi, sehingga
Salon Kecantikan dan izin gangguan bengkel. masuk ke dalam agenda pemerintah.
Urusan-urusan ini harus dikembalikan lagi
Chandler dan Plano (dalam Keban 2008: 60)
pelaksanaannya kepada Badan Pelayanan
menganggap bahwa kebijakan publik
Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal
(BP2TPM) Kabupaten Bangka. merupakan suatu bentuk intervensi yang
kontinum oleh pemerintah demi kepentingan
Selain permasalahan tersebut sejak orang-orang yang tidak berdaya dalam
dilaksanakan pada November 2013 lalu, masih masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut
banyak layanan perizinan yang masih belum berpartisipasi dalam pemerintahan. Ada
digunakan oleh masyarakat. ada beberapa banyak variasi definisi kebijakan publik,
layanan yang hingga tahun 2014 ini masih tergantung bagaimana cara pandang masing-
belum ada masyarakat yang masing para ahli. Definisi kebijakan yang
menggunakananya seperti layanan izin cukup populer disampaikan oleh Thomas R.
petunjukan/hiburan, izin tempat usaha Dye (2008: 1)
pedagang kaki lima, izin reklame skala kecil Dari
dan izin membuka tanah. Kecamatan definisi Dye ini maka setidaknya ada dua
merupakan ujung tombak pelayanan dan pemahaman yang ingin disampaikan, pertama
menjadi cermin pelayanan pada level yang
adalah kebijakan publik dibuat oleh
lebih tinggi. Jika pelayanan di kecamatan
pemerintah. Kedua, kebijakan publik terkait
dinilai buruk, maka bisa jadi begitu juga
dengan pelayanan di tingkat atas. Maka, dengan alasan pemerintah untuk melakukan
bagaimana implementasi pelayanan sebuah tindakan atau justru tidak
administrasi terpadu kecamatan menjadi melakukannya.
sangat penting, dan perlu dilakukan analisis
untuk perbaikan terkait pelayanan di tingkat Konsep Implementasi Kebijakan Publik
kecamatan ini agar citra buruk pelayanan Proses pembuat kebijakan ada
yang dirasakan oleh masyarakat selama ini beberapa tahap. Dunn (2013: 22)
bisa menjadi lebih baik. menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan
kebijakan setidaknya ada 5 rangkaian tahap
Rumusan Masalah yang saling bergantung yaitu penyusunan
Berdasarkan uraian diatas, maka agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi
rumusan masalah pada penelitian ini adalah kebijakan, implementasi kebijakan dan
Bagaimanaimplementasi kebijakan Pelayanan penilaian kebijakan. Banyak ahli yang
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di menyatakan bahwa implementasi merupakan
Kecamatan Sungailiat dan Belinyu Kabupaten tahap yang paling penting. Bagi yang melihat
Bangka? kebijakan publik dari perspektif siklus
kebijakan, maka implementasi kebijkan
Tujuan Penelitian merupakan aktifitas yang penting (Wahab
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 2014:125).Implementasi kebijakan setidaknya
untuk memahami implementasi kebijakan bukan hanya mekanisme penjabaran politik ke
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dalam prosedur, tetapi juga memasuki
(PATEN) di Kecamatan Sungailiat dan Belinyu berbagai masalah lain seperti konflik,
Kabupaten Bangka. keputusan penting, dan isu siapa memperoleh
apa.

31
Hal ini juga disampaikan oleh Udoji Beberapa model yang dikemukakan oleh
(dalam Wahab 2014: 126) seorang pakar para ahli antara lain :
kebijakan Afrika yang menyatakan bahwa
pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu hal a. Model Van Meter dan Van Horn Model Van
yang penting bahkan mungkin jauh lebih Meter dan Van Horn merupakan model
penting daripada pembuatan kebijakan. implementasi yang paling klasik. Keduanya
Kebijakan-kebijakan akan berupa impian atau menawarkan enam variabel yang membentuk
rencana bagus yang tersimpan rapi dalam hubungan antara kebijakan dan kinerja.
arsip kalau tidak diimplementasikan. Dalam Variabel yang disampaikan oleh Van Meter
bahasa sederhana implementasi kebijakan dan Van Horn (dalam Winarno 2014: 159-
bisa diartikan sebagai pelaksanaan atau 168) tersebut antara lain (1) ukuran dasar
penerapan kebijakan. Menurut Gordon (dalam dan tujuan kebijakan (2) sumber kebijakan
Keban 2008: 76) mengatakan, implementasi (3) komunikasi antar organisasi dan
berkenaan dengan berbagai kegiatan yang kegiatan pelaksanaan(4) karakteristik badan
diarahkan pada realisasi program. Dengan pelaksana (5) kondisi ekonomi, sosial dan
demikian, para implementator mengatur, politik (6) kecenderungan pelaksana
mengorganisir, menginterpretasikan juga (implementor).
menerapkan kebijakan yang telah ditetapkan.
Untuk menganalisis implementasi
Berbeda halnya dengan Daniel kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
Mazmanian dan Paul Sabatier (Agustino Kecamatan di Kabupaten Bangka, peneliti
2014:139) yang mendefinisikan implementasi menggunakan teori yang diusung oleh Donald
kebijakan sebagai pelaksanaan keputusan Van Meter dan Carl Van Horn. Seperti yang
kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk dikatakan oleh Nugroho (2011: 645) tidak ada
undang-undang, namun dapat pula berbentuk model terbaik karena setiap kebijakan
perintah atau keputusan eksekutif yang publikmemerlukan model implementasi
penting atau keputusan badan peradilan. kebijakan yang berlainan. Dimensi-dimensi
yang dikemukakan oleh Van Meter Van Horn
Secara umum ada tiga pendekatan teoritis
dirasa peneliti cukup mewakili permasalahan
yang berbeda dalam studi implementasi. Tiga
yang akan dikaji dalam penelitian ini dan
pendekatan ini tidak lepas dari perkembangan
dapat dijadikan panduan untuk menganalisis
studi implementasi yang terus berkembang
Implementasi Kebijakan Pelayanan
dari generasi ke generasi. Fischer dkk (2015:
Administrasi Terpadu Kecamatan di
129) mengemukakan tiga pendekatan teoritis
Kecamatan Sungailiat dan Belinyu. Fenomena
tersebut antara lain:
yang ditemui dalam penelitian ini
menunjukkan adanya kesesuaian dengan alur
(1) model atas-bawah yang menekankan model milik Van Meter Van Horn. Selain itu,
pada kemampuan pembuat keputusan untuk menurut peneliti, model implementasi Van
menghasilkan kebijakan yang tegas dan pada Meter Van Horn ini menawarkan dimensi yang
pengendalian tahap implementasi (2) kritik lebih luas dibandingkan model implementasi
bawah-atas yang melihat birokrasi lokal milik Edward III yang selama ini sering
sebagai aktor utama dalam penyampaian digunakan oleh penelitian-penelitian
kebijakan dan memahami implementasi sebelumnya yang mengkaji tentang masalah
sebagai proses negosiasi dalam jaringan pelayanan di kecamatan Model implementasi
pelaksana (3) teori hibrida yang mencoba milik Van Meter Van Horn melihat
mengatasi kesenjangan antara dua implementasi bukan hanya dari sisi
pendekatan dengan menggabungkan unsur- implementor saja, tetapi juga dari ukuran dan
unsur model atas bawah, bawah atas dan tujuan kebijakan serta lingkungan kebijakan.
model teoritis lainnya. Fenomena sosial sulit Beberapa dimensi dari model implementasi
dijelaskan menggunakan berbagai konsep milik Edward III seperti komunikasi, disposisi,
yang abstrak. Untuk itu, dibutuhkan sebuah sumber daya dan struktur birokasi juga
model yang merupakan sebuah kerangka dibahas dalam model implementasi milik Van
sederhana untuk mempermudah dalam Meter Van Horn, selain itu model ini juga
menjelaskan fenomena. Definisi model yang menambahkan dimensi lainnya yaitu ukuran
sederhana menurut Bullock dan Stallybrass dan tujuan kebijakan serta kondisi lingkungan
adalah ekonomi, sosial dan politik yang dirasa peneliti
(representasi juga sangat mempengaruhi implementasi
dari sesuatu yang lain, yang dirancang untuk kebijakan pelayanan administrasi terpadu
tujuan tertentu)(dalam Wahab 2014:154). kecamatan ini.
32
b. Model Mazmanian dan Sabatier Model kebijakan (
selanjutnya adalah model Mazmanian dan )yang terdiri dari kejelasan
Sabatier. Seperti halnya model yang kebijakan, konsistensi kebijakan dan frekuensi
ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn serta penerimaan kebijakan, dan peputasi
diatas, Mazmanian dan Sabatier ini aktor ( )
menawarkan pendekatan . Agustino yaitu legitimasi dan kredibilitas aktor-aktor
(2006: 144-149) menjelaskan tentang model pemerintah daerah.
implementasi yang dikemukakan Mazmanian
dan Sabatier. Variabel yang dimaksud oleh 3. Model Smith
kedua ahli ini dibagi menjadi tiga kategori Model ini adalah model yang paling
besar. Pertama, mudah atau tidaknya
klasik. Menurut Smith (dalam Tachjan 2006:
masalah yang digarap. Kedua, kemampuan
37) ada empat variable yang perlu
kebijakan menstruktur proses implementasi.
diperhatikan dalam implementasi kebijakan
Ketiga, variable diluar undang-undang yang
antara lain kebijakan yang diidealkan
mempengaruhi implementasi.
( ) yaitu pola-pola interaksi
ideal yang telah didefinisikan dan berusaha
c. Model Edward III
untuk diinduksikan, kelompok kelompok
Seperti yang dikatakan Winarno sasaran ( ), yaitu orang-orang
(2014: 177-205), Edward III mengajukan yang paling langsung dipengaruhi oleh
pertanyaan tentang pra kondisi apa yang kebijakan dan yang harus mengadopsi pola-
diperlukan sehingga suatu implementasi pola interaksi sebagaimana yang diharapkan
kebijakan berhasil. Dan apa saja hambatan oleh perumuskebijakan,
utama yang mengakibatkan suatu , yaitu badan-badan pelaksana
implementasi gagal. atau unit-unit birokrasi pemerintah yang
bertanggung jawab dalam implementasi
Ada tiga faktor yang berpengaruh pada kebijakan, , yakni unsur-
implementasi yaitu komunikasi, sumber unsur dalam lingkungan yang mempengaruhi
daya, disposisi dan struktur birokrasi. atau dipengaruhi oleh implementasi
1. Model Grindle kebijakan, seperti aspek budaya, sosial,
Pendekatan yang ditawarkan Grindle ekonomi, dan politik.
ini seperti beberapa model yang dijelaskaan
diatas bersifat . Pendekatan milik METODE PENELITIAN
Grindle terkenal dengan
. Dalam Desain penelitian deskriptif kualitatif
model ini, implementasi ditentukan oleh isi digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini
kebijakan dan konteks implementasinya. Isi membahas bagaimana implementasi
kebijakan mencakup kepentingan yang kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
terpengaruhi oleh kebijakan, jenis manfaat yang
Kecamatan di Kecamatan Sungailiat dan
akan dihasilkan, derajat perubahan yang
Belinyu. Informan yang diwawancarai sengaja
diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan,
dipilih karena relevan dengan masalah
pelaksana program dan sumber daya yang
penelitian. Peneliti juga menggunakan teknis
dikerahkan. Sementara itu konteks
dalam menentukan
implementasinya adalah kekuasaan,
informan. Tidak hanya implementor di
kepentingan dan strategi aktor yang terlibat,
kecamatan saja yang diwawancara tetapi juga
karakteristik lembaga dan penguasa serta
masyarakat. Sementara itu, data dikumpulkan
kepatuhan dan daya tanggap.
dengan cara wawancara, observasi dan
dokumentasi.
2. Model Goggin
Goggin, Bowman, Lester dan O’Tole HASIL DAN PEMBAHASAN
memperkenalkan sebuah model baru dalam
implementasi yang disebut Model Komunikasi a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Kebijakan
dari Implementasi Kebijakan antar PATEN dimaksudkan untuk mewujudkan
Pemerintah. Setidaknya ada 3 hal pokok yang kecamatan sebagai pusat pelayanan
mempengaruhi implementasi menurut Goggin masyarakat dan menjadi simpul
et al (dalam Purwanto et al 2012: 89) yaitu isi pelayanan bagi kantor/badan pelayanan
kebijakan ( ) terpadu di kabupaten/kota. PATEN juga
yang terdiri dari sumber daya, manfaat bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kebijakan dan keterlibatan publik, format dan mendekatkan pelayanan kepada
33
masyarakat. Pelaksana di kecamatan kecamatan karena keterbatasan sumber-
memahami maksud dan tujuan dari sumber di kecamatan. Pentingnya
kebijakan ini. Pemahaman implementor sumber daya juga disampaikan oleh
tentang kebijakan akan mempengaruhi George C. Edward III (dalam Nawawi
sikapnya terhadap kebijakan. Kebijakan ini 2009: 136) dimana sasaran, tujuan dan
juga dirasakan cukup realistis untuk isi kebijakan walaupun sudah
dilaksanakan karena pada dasarnya dikomunikasikan secara jelas dan
urusan-urusan yang diserahkan kepada konsisten, tetapi apabila implementor
kecamatan, telah dilaksanakan sebelum kekurangan sumber daya untuk
adanya kebijakan ini. Hanya saja dengan melaksanakan, implementasi tidak
kewenangan yang berbeda. Kebijakan- berjalan dengan efektif dan efisien.
kebijakan yang inkremental cenderung c. Komunikasi antar Organisasi dan
akan menimbulkan tanggapan positif (Van Aktivitas PelaksanaInformasi tentang
Meter Van Horn dalam Winarno, 20144 :
kebijakan PATEN tidak disampaikan
155). Sebelumnya,kecamatan hanya
secara intensif baik kepada implementor
berwenang memberikan rekomendasi
maupun kepada masyarakat. Tidak ada
saja, namun sejak ada kebijakan PATEN
sosialisasi secara khusus tentang
kecamatan berhak memberikan izin.
kebijakan. Informasi tentang kebijakan
Namun, kenyataan di lapangan
ini hanya sampai pada implementor di
memperlihatkan tidak semua urusan
level atas seperti camat, sekcam atau
kewenangan yang diberikan oleh bupati
kepala seksi saja. Sementara staf
kepada camat bisa dilaksanakan
pelaksana tidak mendapatkan informasi
seluruhnya. Ada beberapa kewenangan
secara menyeluruh sehingga pemahaman
yang tidak bisa dilaksanakan, sehingga
terhadap teknis kebijakan masih
pelaksanaannya diambil alih oleh Badan
rendah.Penyampaian tentang informasi
Pelayanan Perizinan Terpadu dan
kebijakan kepada pelaku kebijakan
Penanaman Modal Kabupaten Bangka.
harusdilakukan agar pelaku kebijakan
Kewenangan ini tidak bisa dilaksankan
dapat mengetahui, memahami apa isi,
oleh kecamatan karena keterbatasan
tujuan, arah dan kelompok sasaran dari
sumber daya manusia di kecamatan.
kebijakan tersebut, sehingga pelaku
Untuk menjalankan kewenangannya
kebijakan dapat mempersiapkan dengan
tersebut, kecamatan perlu berkoordinasi
benar apa yang diperlukan dan dilakukan
dengan instansi teknis lainnya.
untuk pelaksanakan kebijakan tersebut
b. Sumber-Sumber Kecamatan masih
(Widodo, 2013: 97) Pelaksanaan
kekurangan sumber daya baik sumber
kebijakan PATEN membutuhkan
daya manusia maupun anggaran dalam
kerjasama antar intansi. Kecamatan
pelaksanaan kebijakan PATEN.
sebagai unit yang melaksanakan
Kurangnya sumber daya manusia di
kebijakan harus berkoordinasi dengan
kecamatan tidak hanya kualitas saja, tapi
instansi-instansi teknis. Kurangnya SDM
juga kuantitas. Kecamatan tidak memiliki
baik secara kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia yang memiliki
menyebabkan kecamatan membutuhkan
kemampuan teknis tentang perizinan
bantuan petugas teknis dari SKPD lain.
sehingga memerlukan petugas teknis dari
Koordinasi yang dilakukan menjadi lebih
instansi-instansi lain. Selain itu, petugas-
sulit karena rentang kendali birokrasi
petugas pelaksana di kecamatan
yang lebih luas. Jening (dalam Purwanto
melaksanakan tugas ganda. Hal ini tentu
dkk 2012 : 13) mengatakan bahwa
berpengaruh terhadap pada waktu yang
koordinasi akan menjadi lebih sulit ketika
diperlukan untuk menyelesaikan
unit kerja yang terlibat dalam suatu
pekerjaan. Selain itu, kecamatan masih
kebijakan semakin banyak. Petugas
terkendala pada anggaran. Diketahui
teknis di SKPD teknis juga memiliki
bahwa sejak dilaksanakan pada tahun
tugas-tugas lain sehingga sulit waktu
2013 lalu hingga tahun 2014, tidak ada
untuk jadwal survey lapangan yang
anggaran untuk pelaksanaan kebijakan
mengakibatkan penyelesaian perizinan
ini di kecamatan. Anggaran untuk
tidak tepat waktu.
pelaksanaan kebijakan ini baru tersedia
d. Karakteristik Badan Pelaksana Standar
pada tahun 2015. Bahkan, formulir
Pelayanan Administrasi Terpadu
perizinan masih disediakan oleh BP2TPM
Kecamatan mengatur pelaksanaan teknis
Kabupaten Bangka. Adanya kewenangan
PATEN di kecamatan adalah Seksi
yang tidak bisa dilaksanakan oleh
Pelayanan Umum. Di lapangan,
34
Kecamatan Sungailiat sudah kewenangan yang dimiliki kecamatan.
melaksanakan sesuai aturan tersebut, Implementor menghadapi kendala-
sementara di Kecamatan Belinyu kendala dalam melaksanakan kebijakan,
dilaksanakan oleh Seksi Perencanaan. namun kebijakan ini tetap berjalan
Implementor mengambil keputusan yang kerena loyalitas pelaksana terhadap
tidak sesuai dengan SOP karena pemberi kewenangan. Posisi hirarkis
disesuaikan dengan kondisi organisasi pembuat kebijakan terhadap
pelaksana. Purwanto dkk (2012:181) implementor dapat mempengaruhi sikap
mengatakan, terkadang SOP memang pelaksana.
diperlukan dalam mengimplementasikan f. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
kebijakan, namun terkadang tidak sesuai Masyarakat tidak mengetahui informasi
dengan realitas di lapangan. Ada dua hal tentang kebijakan PATEN karena
yang bisa dilakukan, pertama mengikuti memang tidak ada sosialisasi khusus
SOP yang ada, dan yang kedua yang dilakukan. Selain itu, kesadaran
menyimpang dari SOP agar kebijakan masyarakat untuk tertib administrasi
dapat dicapai dengan optimal. Walau masih rendah. Tidak adanya upaya
pelaksanaan PATEN di Kecamatan pemerintah untuk meningkatkan
Belinyu tidak mematuhi aturan teknis kesadaran masyarakat agar tertib
yang mengatur hal tersebut, namun tidak administrasi membuat kesadaran
menganggujalannya pelaksanaan masyarakat untuk mengurus berkas
kebijakan. Pengawasan belum dilakukan kependudukan dan perizinan masih
karena terkait dengan keterbatasan rendah. Karena itu, pengguna layanan
anggaran pelaksanaan kebijakan PATEN. PATEN di kecamatan, terutama untuk
Pemberi kewenangan dalam hal ini perizinan masih minim. Selain itu, kondisi
Bupati belum bisa mengevaluasi ekonomi masyarakat juga mempengaruhi
bagaimana jalannya implementasi jumlah layanan yang diminta oleh
kebijakan ini. Padahal, pengawasan masyarakat. Diketahui bahwa di
penting dilakukan karena bentuk aktivitas Sungailiat dan Belinyu sebagaian besar
dari kontrol yang tujuannya untuk masyarakatnya bekerja di sektor
mengendalikan pelaksanaan suatu tambang. Sementara itu, berbagai
kegiatan agar tidak menyimpang dari layanan yang disediakan dalam PATEN
rencana yagn telah ditetapkan (Widodo, lebih banyak di sektor perdagangan dan
2012: 94). jasa. Hal-hal inilah yang menyebabkan
e. Sikap Kecenderungan Pelaksana jumlah permintaan masyarakat terhadap
Pelaksana kebijakan di kecamatan, baik layanan ini, terutama layanan perizinan
di Kecamatan Sungailiat dan Belinyu masih belum signifikan. Elit politik
memahami maksud dan tujuan kebijakan mendukung kebijakan ini. Dukungan elit
PATEN dilaksanakan. Walau menyatakan politik seharusnya memberikan kontribusi
dengan cara yang berbeda, namun bisa positif pada pelaksanaan kebijakan
diketahui bahwa pelaksana mengetahui sehingga memperkecil kemungkinan
arah maupun tujuan kebijakan ini konflik.
diterbitkan. Van Meter Van Horn (dalam
Widodo 2013: 105) mengatakan bahwa Dari hasil penelitian di lapangan
keinginan dan kemauan untuk diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan
melaksanakan kebijakan dipengaruhi dalam implementasi kebijakan PATEN pada
oleh tiga elemen antara lain kedua kecamatan ini. Proses implementasi
pengetahuan, pemahaman dan kebijakan PATEN di dua kecamatan ini hampir
pendalaman terhadap kebijakan. Namun sama, begitu juga dengan kendala-kendala
demikian, diketahui juga bahwa yang dihadapi oleh masing-masing
pelaksana masih belum memahami teknis kecamatan. Hal ini terjadi karena kebijakan
kebijakan termasuk kewenangan yang PATEN yang dilaksanakan oleh kecamatan
diberikan kepada kecamatan untuk adalah kebijakan yang sama. Peraturan Bupati
dilaksanakan. Ketidak pahaman tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang
pelaksana, terutama tentang teknis Bupati Kepada Kecamatan Sebagai
kebijakan ini karena penyampaian Penyelenggara PATEN di Kabupaten Bangka
informasi kepada pelaksana terutama tidak membedakan pembagian wewenang
pelaksana di level bawah tidak berdasarkan karakteristik kecamatan. Selain
dilaksanakan secara intensif. Sehingga itu, pola penerapan yang dilakukan juga sama
tidak tahu batas kewenangan- dimana Bupati sebagai pemberi wewenang
35
memang dilakukan serentak. Kebijakan Dalam implementasi kebijakan PATEN,
PATEN di Kecamatan Sungailiat dan penyampaian informasi tidak intensif
Kecamatan Belinyu sudah terlaksana walau dilakukan sehingga pelaksana kebijakan di
masih mengalami berbagai kendala. kecamatan tidak memahami teknis kebijakan.
Namun, maksud dan tujuan kebijakan Pemahaman pelaksana terhadap kebijakan
PATEN sebagaimana yang diamanatkan dalam mementukan bagaimana sikapnya terhadap
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 kebijakan tersebut. Selain berkaitan dengan
Tahun 2010 yaitu untuk mewujudkan disposisi, komunikasi juga terkait dengan
kecamatan sebagai pusat pelayanan lingkungan dimana pemahaman masyarakat
masyarakat masih belum tercapai secara terhadap kebijakan sangat minim karena tidak
optimal. Hal ini terlihat dari kewenangan- dilaksanakannya penyampaian informasi
kewenangan yang telah dilimpahkan oleh tentang kebijakan. Dimensi karakteristik
Bupati masih belum bisa dilaksanakan badan pelaksana berkaitan dengan sumber
sepenuhnya oleh kecamatan. daya dimana pelaksanaan pengawasan tidak
bisa dilakukan karena tidak tersedianya
Permasalahan implementasi kebijakan anggaran bagi penyampaian informasi. Selain
PATEN masih terjadi sehingga menghambat itu keterkaitan ini bukan hanya tidak
keberhasilan implementasi kebijakan ini. Dari tersedianya anggaran, tetapi juga terkait
hasil penelitian ini juga didapat berbagai dengan kurangnya personil di kecamatan.
fenomena yang saling terkait antara dimensi Kurangnya personil di kecamatan
yang satu dengan yang lainnya dalam mengharuskan kecamatan melibatkan petugas
implementasi kebijakan PATEN. Beberapa ahli teknis dari instansi lain dalam melaksanakan
kebijakan publik seperti Van Meter Van Horn, tugasnya. Dimensi sikap dan kecenderungan
George Edward III, dan Grindle pelaksana terkait dengan dimensi karakteristik
menggambarkan bahwa aspek-aspek dalam badan pelaksana. Pelaksana di kecamatan
implementasi kebijakan saling berkaitan. cenderung loyal terhadap pimpinanannya
Dimensi ukuran dan tujuan kebijakan memiliki dalam hal ini pemberi kewenangan yaitu
kerterkaitan dengan dimensi komunikasi. Agar bupati. Bupati memberikan mandat kepada
ukuran dan tujuan kebijakan PATEN bisa camat yang harus tunduk terhadap apa yang
dipahami dan dilaksanakan, maka kebijakan diperintahkan.
harus dikomunikasikan kepada pelaksana.
Pada implementasi kebijakan PATEN, KESIMPULAN DAN SARAN
diketahui bahwa implementor menganggap
bahwa tujuan kebijakan ini cukup realistis, Kesimpulan
dengan demikian berarti ada proses
komunikasi yang telah dilakukan sebelumnya Kecamatan Sungailiat dan Kecamatan
sehingga terbentuk pemahaman yang seperti Belinyu telah berupaya untuk
ini. Dimensi sumber daya berkaitan dengan mengimplementasikan kebijakan PATEN.
dimensi komunikasi dan dimensi karakteristik Kebijakan PATEN sejak diluncurkan pada
agen pelaksana. Tidak tersedianya anggaran tahun 2013 telah berjalan, namun masih
membuat pelaksana tidak bisa melakukan banyak kendala yang dihadapi sehingga
penyampaian informasi kebijakan melalui implementasi kebijakan ini belum berhasil
rapat atau sosialisasi khusus baik dari dengan baik. Maksud dan tujuan kebijakan
pembuat kebijakan di level kabupaten juga PATEN untuk menjadikan kecamatan sebagai
penyampaian informasi kepada masyarakat. pusat pelayanan masyarakat masih belum
Selain itu, dimensi sumber daya juga terkait sepenuhnya bisa terlaksana sepenuhnya
dengan dimensi karakteristik badan pelaksana karena masih ada kewenangan-kewenangan
dimana pengawasan tidak dilakukan karena yang diberikan kepada kecamatan masih
tidak adanya anggaran. Dimensi komunikasi belum bisa dilaksanakan. Informasi tentang
berkaitan dengan dimensi karakteristik badan kebijakan, belum tersampaikan secara
pelaksana, dimensi disposisi dan dimensi intensif. Tidak ada sosialisasi khusus yang
lingkungan. Komunikasi berkaitan dengan dilaksanakan untuk menginformasikan
karakteristik badan pelaksana. Penentuan tentang kebijakan ini, baik kepada pelaksana
siapa saja yang terlibat dalam strukur di level bawah juga kepada masyarakat.
birokrasi memerlukan komunikasi yang baik. Kecamatan berkoordinasi dengan instansi-
Selain itu komunikasi erat kaitannya dengan instansi teknis dalam rangka melaksanakan
pemahaman pelaksanaterhadap kebijakan. kebijakan PATEN ini. Koordinasi kecamatan
dengan instansi-instansi terkait terkendala

36
dalam rangka penentuan jadwal survey ke kebijakan PATEN harus dilakukan agar
lapangan.. Jumlah pelaksana teknis di kebijakan ini diketahui masyarakat luas. Perlu
kecamatan belum seimbang dengan beban dibentuk tim teknis di kecamatan yang terdiri
kerja yang ada sehingga pelaksana masih dari pegawai-pegawai di kecamatan agar
melaksanakan tugas-tugas ganda. Kecamatan rentang kendali koordinasi tidak terlalu
tidak memiliki tim teknis sendiri, sehingga panjang. Pemerintah Kabupaten Bangka harus
masih bergantung dengan instansi lain. menyediakan sumber daya manusia yang
Kendala lain adalah keterbatasan anggaran. cukup di kecamatan sebagai penyelenggara
Pelaksana di level bawah masih belum PATEN untuk meningkatkan kualitas
menguasai kebijakan PATEN secara teknis pelayanan di kecamatan. Dengan demikian,
sebagaimana diatur dalam standar pelayanan tidak ada lagi tumpang tindih tugas pelaksana
administrasi terpadu kecamatan. Pelaksanaan teknis di kecamatan. Agar implementasi
kebijakan PATEN ini juga merupakan salah berjalanlebih baik, Pemerintah Kabupaten
satu bentuk loyalitas implementor kepada Bangka harus mengalokasikan anggaran yang
pembuat kebijakan. Masyarakat merespon memadai untuk melaksanakan kebijakan
positif kebijakan ini. Namun, karena tidak ada PATEN. Perlu diadakan diklat teknis tentang
sosialisasi tentang kebijakan, masyarakat pelayanan dan teknis perizinan agar
belum mengetahui secara menyeluruh pelaksana lebih memahami tentang
tentang kebijakan. Kesadaran masyarakat pelaksanaan kebijakan secara teknis. Perlu
untuk tertib adiminstrasi juga masih sangat dilakukan sosialisasi tentang kebijakan kepada
rendah. Elit politik dalam hal ini anggota implementor termasuk implementor di tingkat
DPRD Kabupaten Bangka cukup mendukung paling bawah sehingga ada kesamaan
kebijakan ini. persepsi tentang tujuan dan sasaran
kebijakan. Sosialisasi juga harus dilakukan
SARAN kepada masyarakat agar kebijakan ini bisa
diketahui secara luas.
Saran Teoritis
Penelitian ini merupakan penelitian DAFTAR PUSTAKA
tentang kebijakan PATEN yang kajiannya
terkait dengan implementasi kebijakan. Pada Agustino, Leo. 2006.
penelitian ini, peneliti tidak membahas . Bandung : CV. Alfabeta.
tentang kualitas pelayanan di kecamatan
setelah adanya kebijakan PATEN. Fokus kajian Dunn,Wiliam N. 2013
pada penelitian ini hanya pada proses
implementasi dari kebijakan ini saja. Agar Yogyakarta:Gajah Mada University
penelitian di bidang pelayanan publik lebih Perss.
berkembang, terutama tentang pelayanan
publik di kecamatan, peneliti menyarankan Dye,ThomasR.2005.
untuk melakukan penelitian lanjutan yang , New Jersey: Pearson
mengkaji tentang kualitas pelayanan di Prentice Hall
kecamatan setelah adanya kebijakan PATEN
dengan metode kuantitatif. Penelitian lanjutan Edwards III, G. 1980.
ini diharapkan dapat memberikan gambaran . Washington DC :
kualitas pelayanan di kecamatan sekaligus Congressional Quarterly Press.
mengevaluasi kebijakan PATEN dalam
memecahkan masalah buruknya pelayanan
Fischer, et.al. 2015.
publik di kecamatan.
. Bandung: Nusa Media.
Saran Praktis
Implementasi kebijakan PATEN yang Isa, Rusli. 2009.
berhasil bisa menjadi salah satu prestasi
pemerintah daerah dalam melakukan
,
perbaikan di bidang pelayanan publik. Agar
Inovasi, 4(6).
implementasi kebijakan PATEN ini bisa lebih
optimal, maka harus dilakukan berbagai
Keban, Yeremias T. 2008.
upaya untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang terjadi selama proses
. Yogyakarta : Gava
implementasi. Penyampaian informasi tentang
Media.
37
Nugroho, Riant. 2011. Winarno, Budi, 2014,
, Jakarta
. : Buku Seru.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 Tentang
Purwanto dan Sulistyastuti. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan.
. Yogyakarta :
Penerbit Gava Media). Peraturan Bupati Bangka Nomor 25 Tahun
2013 tentang Pendelegasian Sebagian
Tachjan. 2006. Wewenang Bupati Kepada Kecamatan
Bandung : AIPI sebagai Penyelenggara PATEN

Wahab, S.A. 2014. Peraturan Bupati Bangka Nomor 26 Tahun


2013 tentang Standar Administrasi
. Terpadu Kecamatan (PATEN) di
Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kabupaten Bangka

Widodo, Joko. 2013.

Malang : Bayumedia
Publishing.

38

Anda mungkin juga menyukai