Anda di halaman 1dari 2

Nama : RISKI PRADHANA SEPTIAWAN

Kelas : ES 5E
NIM : 12402183213

Webinar #9
Metodologi penelitian parsipatoris

Dr. Anas Saidi, M.A. (Peneliti senior lembaga ilmu pengetahuan indonesia
(LIPI) ) dan Muhammad Khoirul Muqtafa, PhD. ( Peneliti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indoneisa )

1. Paradigma? Apa itu dan bagaimana ia “berfungsi” dalam penelitian?


Soal: perdebatan antara mereka yang mendukung formalisasi syariat Islam
dalam bentuk hukum negara dan mereka yang menolaknya. Apa
argumentasi yang mendukung masing-masing? dan bagaimana mereka
berbeda? Sejenis “pengetahuan”, prinsip”, “tradisi” “teori” apakah yang
melandasi argumentasi itu? Atau dari “pengetahuan”, prinsip”, “tradisi”
“teori” apakah yang memungkinkan argumentasi semacam itu lahir?

Di dalam Paradikma terdapat ontologi, epistimologi, metodologi


(penelitian).

2. Espitomologi, untuk apa kita bicara tentang epistimologi?


Tanpa epistimologi tidak akan pernah mengerti tentang bagaimana
pengetahuan itu harus dilakukan sekaligus penelitian penelitian.
Epistimologi kaitannya dengan agama. Filsafat bagian dengan
epistimologi.

Filsafat dengan agama tentu berbeda, didalam filsafat biasa disebut seni
untuk bertanya atau tanda tanya, sebaliknya agama merupakan jawaban
atau tanda seru.

Agama tidak empiris melainkan permintaan dan jawaban terhadap


empirisasi. Lalu apakah agama bisa ditelti ? Agama pada dirinya sendiri
selesai tetapi tentang struktur agama itu bisa diteliti begitu pula
epistimologi bisa dilakukan didalam konteks menggunakan epistimo
didalam agama. Estimologi bisa digunakan ke keislaman.
Ada dua jenis konsep; pertama, konsep-konsep yang jelas hubungannya
dengan fakta atau realitas yang mewakili; kedua, konsep-konsep yang
lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau realitas.
Contoh: Peranan konsep pada dasarnya untuk menghubungkan antara
dunia teori dengan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas.

Proposisi biasanya disajikan dalam bentuk kalimat pernyataan yang


menunjukkan hubungan antar dua konsep.
Dalam penelitian sosial dikenal dua tipe proposisi, yaitu aksioma atau
postulat, dan teorem.

Aksioma atau postulat adalah proposisi yang kebenarannya tidak perlu


dipertanyakan lagi, sehingga tidak perlu lagi diuji. Misalnya, “perilaku
manusia adalah fungsi kepentingannya”; “perilaku manusia selalu terikat
pada norma sosial” dst. Sedangkan teorem adalah proposisi yang diredukdi
dari aksioma.
Contoh: frustasi penyebabkan tindakan agresif (teori agresi); kualitas
keberagamaan berdampak pada kualitas kewarganegaraaan.

Ada dua kreteria untuk hipotesis dan pernyataan hipotesis yang baik:
1. Hipotesis adalah pernyataan tentang relasi antara variabel-variabel.
2. Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian
hubungan- hubungan yang dinyatakan itu.

 Memberi tujuan yang tegas bagi penelitian;


 Membantu dalam menentukan arah, dalam pembatasan ruang
lingkup penelitian dengan memilih fakta-fakta yang menjadi
pokok penelitian dan menentukan fakta-fakta yang relevan;
 Menghindari suatu penelitian yang tidak terarah dan tidak
bertujuan.

Fenomena sosial dapat dijelaskan dan diramalkan apabila


hubungan antar variabel tertentu telah diketahui.

Penentuan variabel penelitian yang dapat diukur dan perumusan


antara variable adalah dua langkah yang sangat penting dalam
penelitian sosial.

Anda mungkin juga menyukai