Anda di halaman 1dari 7

C.

Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang terdapat beberapa penjual dan masing-masing penjual dapat
memengaruhi harga pasar. Beberapa artinya lebih dari satu, misalnya dua, tiga, sepuluh atau lebih.
Apabila hanya terdapat dua penjual saja, maka disebut Duopoli. Kita anggap bahwa produsen oligopolis
membeli input atau faktor-faktor produksinya pada pasar persaingan sempurna.

Antara penjual yang satu dengan yang lain dapat saling memengaruhi harga produk. Interdependency
antara masing-masing penjual merupakan hal yang sangat penting dalam pentuan output dan harga
yang teriadi di pasar. Salah satu tipe keadaan yang ditimbulkannya adalah Kinked Demand Curve atau
kurva pemintaan yang patah.

Seorang penjual dapat menaikkan jumlah penjualannya. dengan jalan menurunkan harga produknya.
Hal ini mengakibatkan larinya pembeli dari penjual yang lain dan datang berbondong-bondong untuk
membeli barang tersebut. Tindakan ini akan diikuti oleh penjual yang lain. Berarti antar penjual saling
bertindak untuk menurunkan harga. Ini disebut “Perang Harga".

Sebab pokok dari terjadinya 'perang harga' adalah karena adanya saling ketergantungan
(interdependency) antara penjual yang satu dengan yang lain.

Hanya pada penjual-penjual yang sudah berpengalaman saja yang mengetahui akan kerugian yang
diakibatkan oleh perang harga. Bila semua penjual telah mengadakan persetujuan harga yang harus
ditaati bersama, yaitu pada harga yang mampu memberikan keuntungan yang cukup besar oligopolist.
Harga ini senantiasa dipertahankan secara kaku. Oleh karena kekakuan harga mengakibatkan kurva
permintaannya menjadi tidak lurus, akan tetapi patah (kinked demand).
Keterangan:

Garis AB = kurva demand pertama (d1) dan CD (d2) adalah kurva permintaan kedua. Maka CEB inilah
yang dimaksud dengan kurva Kinked Demand.

Apabila telah ditetapkan harga setinggi P* maka agar jatah penjualan masing-masing penjual tetap, dia
akan menurunkan harganya. Tetapi turunnya harga di bawah P* akan diikuti tindakan penjual
saingannya yang sama, yaitu sama-sama ingin mempertahankan penjualannya agar tidak berkurang. dan
sama-sama menurunkan harganya. Jadi kurva, permintaan yang diikuti adalah EB.

Apabila salah satu penjual menaikkan harga, maka tidak diikuti oleh tindakan penjual yang lain. Dia
malah kehilangan langganannya, karena pembeli lari dan pindah untuk membeli kepada penjual yang
lain, yang harganya relatif lebih rendah.Jadi kurva permintaan yang diikuti adalah CE.

Maka pada harga P* kurva permintaan yang dihadapi adalah CEB. Berdasarkan kurva demand CEB
tersebut, maka kurva MR juga berbelok belok menurut garis CFGH dan seterusnya.

Teori persaingan monopolistis banyak menggunakan asumsi-asumsi persaingan sempuma dan


monopoli, tetapi teori tersebut memberikan suatu gambaran yang lebih tepat tentang keadaan pasar
secara nyata, dimana dunia bisnis beroperasi. Hal tersebut terjadi karena teori tersebut menyadari
bahwa perusahaan-perusahaan mempunyai kemampuan dalam batas batas tertentu dalam
mengendalikan harga. letapi tindakan-tindakan mereka dibatasi oleh banyaknya jumlah barang-barang
pengganti (substitutes) dari produk-produk mereka. Namun demikian. teori Ini menganggap bahwa
perusahaan-perusahaan membuat keputusan tanpa memperhatikan reaksi perusahaan-perusahaan
saingannya secara eksplisit. Asumsi perilaku (behavioral) seperti itu mungkin cocok untuk beberapa
industri tetapi tidak cocok untuk industri lainnya, dan jika tindakan-tmdakan perusahaan secara
indivdual akan mengakibatkan reaksi-reaksi dari sebagian perusahaan saingannya, maka lahirlah pasar
oligopoli.
Contoh-contoh industri-industri yang oligopolis cukup banyak di Indonesia. walaupun mungkin industri-
lndustri tersebut merupakan jointVenture antara pihak Indonesia dengan perusahaan asing. Industri
semen, barang-barang elektronika, otomotif. perakitan komputer, semuanya merupakan contoh produk
yang dihasilkan dan dijual dalam pasar yang oligopolistik. Perhatikan bahwa pada masing-masing
industri tersebut,sejumlah kecil perusahaan bisa memproduksi semua output total atau paling tidak
dalam suatu persentase yang besar sekali dari output total industri. Misahya dalam industri mobil:
Honda. Suzuki. Toyota, Daihatsu dan Mutsubishi menguasai hampir semua produksi mobil di Indonesia.
Demikian juga barang-barang elektronika sebagian besar dihasilkan oleh : Sony. Sanyo. Sharp. National
dan Toshiba. Atau industri rokok kretek yang dikuasai sepenuhnya oleh Bentoel, Gudang Garam,
Djarum. Sampoerna dan Gentong Gotri.

Stuktur pasar oligopoli ini bisa juga terjadi dalam industri di mana wilayah pasar suatu perusahaan
sangat kecil. Misalnya, industri pompa bensin. Dalam industri ini hanya ada sedikit sekali penjual (pompa
bensin) yang bersaing di dalam suatu wilayah geografis yang kecil. Oleh karena jumlah penjual yang
sedikit inilah maka saling pengaruh antara mereka bisa dimasukkan dalam masalah penentuan
harga/output dari oligopoli. Perhatikan pasarduopoli. sebuah bentuk khusus dari oligopoli dimana hanya
ada dua perusahaan yang menghasilkan suatu produk tertentu. Untuk gampangnya, anggap bahwa
produk tersebut homogen dan para pembeli memilih produk di antara kedua perusahaan tersebut
sematamata berdasarkan harganya. Anggap pula bahwa kedua perusahaan tersebut menetapkan harga
yang sama dan masing-masing mempunyai pangsa pasar yang sama. Sekarang misalkan perusahaan A
berusaha untuk meningkatkan penjualannya dengan cara menurunkan harganya. maka semua pembeli
akan membeli produk perusahaan A tersebut dan perusahaan B akan kehilangan pangsa pasar yang
cukup besar. Untuk mempertahankan para pembelinya, maka perusahaan B akan bereaksi dengan
menurunkan harganya pula. Oieh karena itu, tidak ada satu perusahaan yang bisa bertindak secara
bebas. Tindakan yang diambil suatu perusahan pasti akan menimbulkan reaksi perusahaan lainnya.

Penentuan harga/Output Dalam Pasar Oligopoli

Fenomena pergeseran kurva permintaan ini dilukiskan dalam 10.16(a). Perusahaan A mula-mula
menghasilkan output sebesar Q1 unit dan menjualnya dengan harga P1. Kurva permintaan D1 yang
berlaku disini ,dengan Mengasumsikan harga-harga yang dtetapkan oleh perusahaan² lain tidak
berubah. Dengan asumsi tersebut. penurunan harga dari P1 menjadi P2 akan meningkatkan permintaan
menjadi O2. Sekarang anggap bahwa hanya ada sejumlah kecil perusahaan yang beroperasi d pasar dan
masing-masing mempunyai pangsa yang cukup besar terhadap penjualan total. Oleh karena itu jika
suatu perusahaan menurunkan harganya dan memperoleh kenaikan volume penjualan yang cukup
tinggi. maka perusahaan-perusahaan lainnya akan kehilangan sebagian besar volume usaha mereka.
Kemudian, setelah perusahaan-perusahaan tersebut mengetahui mengapa penjualan mereka turun,
maka mereka akan bereaksi dengan menurunkan harga produk mereka sendiri. Tindakan ini akan
menggeser perusahaan A turun ke kurva permintaan kedua yaitu D2 yang menyebabkan penurunan
permintaan perusahaan A dari Q2 menjadi Q3 pada tingkat harga P2. Kurva yang baru sama tidak
stabilnya dengan kurva mula-mula. oleh karena itu pengetahuan akan bentuk kurva tersebut tidak
berguna bagi perusahaan A jika ia mencoba untuk bergerak sepanjang Q2. Maka perusahaan-
perusahaan pesaing akan bereaksi yang bisa memaksa Perusahaan tersebut berpindah ke kurva lainnya.
Pergeseran kurva permintaan tidak akan menimbulkan kesulitan yang berarti dalam pembuatan
keputusan penetapan harga/output jika perusahaan A mengetahui secara pasti bagaimana reaksi
perusahaan saingannya terhadap perubahan harga. Reaksi² tersebut hanya akan mempengaruhi
hubungan harga/permintaan, dan sebuah kurva permintaan yang baru bisa dibentuk untuk
memasukkan interaksi-interaksi diantara perusahaan². Kurva D3 dalam gambar 10.16(b) merupakan
sebuah kurva reaksi, kurva tersebut menunjukkan bagaimana penurunan harga akan memengaruhi
kuantitas yang diminta setelah reaksi² perusahaan saingan diperhitungkan. Namun demikian,
permasalahan dalam pendekatan ini terletak pada kenyataan bahwa ada banyak teori yang berbeda
tentang perilaku antar perusahaan dan mesin² teori yang menghasilkan model penentuan harga yang
berbeda sehingga akan menghasilkan aturan² pengambilan keputusan yang berbeda pula.
Terbentuknya Kartel

Dalam suatu pasar yang oligopollstik, akan sangat menguntungkan bagi semua

perusahaan jika mereka bersatu dan menentukan harga secara bersama-sama pula sehingga bisa
memaksimumkan laba industri secara keseluruhan. Perusahaan-perusahaan tersebut bisa mengadakan
suatu persetujuan untuk menentukan harga yang sama dengan seperti yang dilakukan monopolis dan
karenanya mereka bisa mengeduk laba maksimum dari konsumen. Jika persetujuan seperti itu dilakukan
secara formal (Sah menurut hukum). maka kelompok tersebut dinamakan kartel: jika dllakukan secara
diam-diam (Informal) maka disebut kolusi (collusions).

  Jika sebuah kartel secara penuh bisa mengendalikan semua perusahaan dalam suatu industri, maka
kartel tersebut bisa bertindak sebagal monopoli. Untuk menjelaskan hal tersebut. perhatikan keadaan
yang ditunjukkan dalam Gambar 10.17. Kurva MC dari masing-masing perusahaan dijumlahkan secara
horisontal untuk memperoleh kurva MC industri. Dengan menyamakan MC kartel (industri) tersebut
dengan kurva MR industri tersebut, kita bisa menentukan tingkat output yang memaksimumkan laba
dan juga harga (P*) yang akan ditetapkan. Jika tingkat harga/output telah ditentukan setiap perusahaan
secara Individual akan menentukan outputnya dengan menyamakan MC-nya dengan tingkat MC industri
yang menghasilkan laba maksimum tersebut.

   Walaupun laba seringkali dibagi antara perusahaan-perusahaan berdasarkan tingkat output


masing-masing. tetapi teknik-teknik Pengalokasian yang lain bisa juga digunakan. Besarnya pangsa pasar
pada masa sebelum terbentuknya kartel, kapasitas produksi dan kekuatan tawar menawar yang
berdasarkan kekuatan ekonomi semuanya telah sering digunakan. Karena berbagai sebab, biasanya
kartel tidak berumur panjang. Selain masalah-masalah jangka panjang seperti perubahan² produk dan
hadirnya produsen-produsen baru yang memasuki pasar, kartel juga sangat dipengaruhi oleh
pertentangan di antara para anggotanya. Walaupun   perusahaan-perusahaan anggota kartel tersebut
biasanya menyetujui kerja sama yang bisa memaksimumkan laba mereka bersama-sama, mereka sering
tidak mencapai suatu persetujuan dalam hal bagaimana cara pengalokasuan laba tersebut. Hal ini
merupakan masalah yang sering membuat anggota kartel untuk mengingkari persetujuan.

  Kecurangan yang dilakukan oleh salah satu perusahaan anggota kartel biasanya akan sangat
menguntungkan perusahaan tersebut. Dalam suatu industri yang beroperasi pada tingkat harga/output
monopoli, kurva permintaan yang dihadapi suatu perusahaan secara Individual sangat elastis sehingga
memungkinkan perusahaan tersebut untuk menurunkan harganya tanpa sepengetahuan anggota kartel
lainnya dan tanpa adanya tindakan balasan dari mereka. Adanya laba yang besar bagi salah satu
perusahaan anggota kartel yang berbuat curang akan mengakibatkan pembuatan persetujuan sebuah
kartel menjadi sangat sulit. Oleh karena masalah-masalah tersebut membuat kartel sulit berumur
panjang.

Kurva Permintaan Terpatah

Suatu karakteristik pasar oligopolistik yang sering dibicarakan adalah bahwa sekali tingkat harga
telah ditetapkan, apakah lewat sebuah kartel atau suatu penetapan secara informal. maka harga
tersebut cenderung stabil dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kekakuan (rigidity) harga ini secara
khas dijelaskan oleh asumsi-asumsi lain tentang perilaku perusahaan dalam keadaan ketergantungan
harga, yang dikenal sebagai teori kurva permintaan terparah (kinked demand curve theory) dari
oligopoli.

  Teori kurva permintaan terpatah ini menggambarkan pola perilaku di mana perusahaan-perusahaan
saingan dianggap akan mengikuti setiap penurunan harga untuk memelihara pangsa pasar mereka
masing-masing. letapi tidak akan mengikuti mengikuti kenaikan harga sehingga memungkinkan pangsa
pasar mereka meningkat sebagai akibat dari adanya Perusahaan yang menaikkan harga tersebut. Oleh
karena itu. kurva permintaan yang dihadapi suatu perusahaan secara individual terpatah pada
kombinasi harga/output yang berlaku seperti digambarkan dalam Gambar 10.19.

    Perusahaan tersebut menghasilkan output sebesar Q unit dan Menjualnya pada tingkat harga P per
unit. jika perusahaan itu menurunkan harganya, maka perusahaan-perusahaan saingannya akan
membalas dengan menurunkan harga mereka pula. Oleh karena itu jika hasil dari suatu penurunan
harga secara relatif hanya sedikit sekali bisa meningkatkan penjualan, berarti kurva permintaan yang
berkaitan (sesuai) dengan penurunan harga tersebut sangat tidak elastis. Di lain pihak, kenaikan harga
akan mengakibatkan penurunan kuantitas yang diminta cukup besar dan akan menurunkan TR, karena
para pembeli akan berpindah ke perusahaan perusahaan saingannya yang tidak mengikuti kenaikan
harga tersebut.
  Sebagai akibat dari terpatahnya kurva permintaan tersebut dalam terputusnya kurva MR, Kurva MR
perusahaan tersebut mempunyai gap (celah) pada tingkat harga/output yang berlaku. dan gap pade
kurva MR inilah yang menunjukkan kekakuan harga itu. Perusahaan yang memaksimumkan laba akan
selalu memilih untuk beroperasi di mana MC=MR. dan karena adanya gap pada kurva MR ini. maka
kombinasi harga output pada patahan tersebut bisa tetap optimal walaupun MC berfluktuasi. leh karena
itu, seperti dilukiskan dalam Gambar 10.15, kurva MG perusahaan tersebut bisa berfluktuasl antara M01
dan M02 tanpa menyebabkan perubahan kombinasi harga/output yang optimal dari perusahaan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai