Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurkhasanah

S1 keperawatan 3A

Peran Tenaga Kesehatan dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja di Perusahan


1. Definisi Kecelakaan Kerja
Menurut UU No 1 Tahun 1970 kecelakaan kerja adalah sesuatu yang tidak diduga semula
dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
Menurut UU No. 3 Tahun 1992 tentang jaminan social tenaga kerja kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka,
kerusakan harta benda atau kerugian waktu.
Kecelakaan kerja ialah kejadian kecelakaan akibat kerja dilingkungan industri yang
dialami oleh pekerja [ CITATION Wor07 \l 1057 ]
2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut WHO, 2001 dalam [ CITATION Wor07 \l 1057 ] penyebab kecelakaan kerja ada 3
faktor yaitu manusia (host), alat (vector) dan lingkungan (environment).
kecelakaan terjadi adanya hubungan rantai sebab akibat dari beberapa faktor penyebab ,
antara lain Penyebab langsung kecelakaan kerja yang dinamakan Unsafe condition,
termasuk didalamnya kecerobohan pekerja yang bekerja tidak sesuai prosedur , tidak
memekai. Penyebab tidak langsung seperti faktor Pekerjaan dan Pribadi , antara lain :
Pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja , mental pekerja belum disiapkan untuk
bekerja ditempat itu. Penyebab Dasar seperti lemahnya manejemen dan pengendalian
faktor bahaya , kurangnya prasarana dan sarana.
Presentasinya sekitar 80% - 90% manusia sebagai penyebab utama dalam kecelakaan
kerja sedangkan 10% - 20% disebabkan oleh faktor mekanis/mesin dan lingkungan.

3. Kondisi/Lingkungan yang memungkinkan Kecelakaan Kerja


kondisi tempat kerja berhubungan bermakna (p<0,05) dengan kejadian kecelakaan kerja.
Ruang kerja yang berisiko celaka mempunyai potensi risiko 4,07 kali dibandingkan
dengan ruang tidak berisiko. Beberapa kondisi fisik ruang kerja yang mempunyai risiko
tinggi kecelakaan kerja adalah ruang berasap dengan risiko pengap dan bising, adanya
bau menyengat, ruang telalu panas dan ruang bedebu.
Kondisi ruang kerja yang seperti itu dapat menyebabkan gangguan fisik atau psikis
terhadap pekerja sehingga berisiko terjadi
kecelakaan kerja.
4. Tipe Kecelakaan Kerja
kecelakaan kerja sebanyak 29,9% dengan cedera sendi, pinggul, tungkai atas
(40,2%), kepala (24,8%) dan pergelangan tangan (14,3%). Luka akibat kerja adalah luka
terbuka (37,2%), lecet atau superfisial (29,6%) dan cedera mata (14,8).

5. Identifikasi Kecelakaan Kerja


Untuk mengurangiatau menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan
ditempat kerja maka diperlukan suatu manajemen risiko kegiatannya meliputi
identifikasi bahaya, analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, serta
pemantauan dan evaluasi. Dalam proses identifikasi dan melakukan analisis potensi
bahaya maka dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hazard and Operability
Study (HAZOP). HAZOP adalah studikeselamatanyang sistematis, berdasarkan
pendekatansistemikkearahpenilaiankeselamatan danproses pengoperasian peralatan yang
kompleks, atauprosesproduksi (Kotek,dkk.;2012). HAZOP itu sendiri secara sistematis
bekerja denganmencari berbagai faktor penyebab (cause) yang memungkinkan
timbulnya kecelakaan kerja dan menentukan konsekuensi yang merugikan sebagai
akibat terjadinya penyimpangan serta memberikan rekomendasi atau tindakan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi dampak dari potensi risiko yang telah
diidentifikasi.
6. Pencegahan Kecelakaan Kerja
 Peraturan , harus dibuat peraturan yang dipatuhi oleh semua pihak yang terkait
 Standarisasi , semua komponen harus sesuai standar resmi
 Pengawasan , tetap dilakukan agar peraturan dan standar yang telah ditetapkan
dipatuhi dan tidak dilanggar
 Pendidikan , Pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan kerja
 Pelatihan dan atau training , biasanya ini berupa pemberian
instruksi/perintah/petunjuk praktis di lapangan
7. Kasus Kecelakaan Kerja di Perusahaan
Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami peningkatan terus dari tahun ke tahun. Pada
tahun 1995 jumlah pekerja sekitar 88,5 juta dan meningkat pada tahun 2003 pekerja di
Indonesia berjumlah 100.316.000 1. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 sebesar
216.948.400 orang, jumlah penduduk usia kerja 152.649.981 orang, angkatan kerja
100.316.007 orang, yang terbagi dalam beberapa lapangan usaha utama atau jenis industri
utama yaitu pertanian 47,67% perdagangan 17,90% industri pengolahan 11,80%, jasa
10,98 % 2. Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja
khususnya di lingkungan industri.

Menurut International Labour Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian
yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan Sekitar
300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian akibat
penyakit akibat hubungan pekerjaan. Data dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional(DK3N) menunjukkan bahwa kecenderungan kejadian kecelakaan kerja
meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456 kasus di tahun 1999 meningkat menjadi
98.905 kasus di tahun 2000 dan naik lagi mencapai 104.774 kasus pada tahun 2001. Dari
kasus-kasus kecelakaan kerja 9,5% diantaranya (5.476 tenaga kerja) mendapat cacat
permanen. Ini berarti setiap hari kerja ada 39 orang pekerja yang mendapat cacat baru
atau rata-rata 17 orang meninggal karena kecelakaan kerja
Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja yang
berbahay (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe condistions). Beberapa
hasil penelitian menunjukkkan bahwa faktor manusia memegang pernanan penting
timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85% kecelkaan
keja disebebkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 5 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai
kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada
setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan
yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal
sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

Dikutip dari Merdeka.com - Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan,


berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan kasus kecelakaan kerja mengalami peningkatan.
Dari sebelumnya 114.000 kasus kecelakaan pada 2019, menjadi 177.000 kasus
kecelakaan kerja pada 2020.

Dia menjelaskan, jika angka tersebut dihitung berdasarkan jumlah klaim yang diajukan
oleh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja artinya angka kecelakaan kerja yang
sesungguhnya jauh lebih besar, karena belum semua tenaga kerja menjadi peserta BPJS
Ketenagakerjaan.

Sehingga berdasarkan data tersebut semua dituntut untuk lebih serius dalam menerapkan
budaya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Kecelakaan tidak hanya menyebabkan
kematian, kerugian materi moril, dan kerusakan lingkungan namun juga mempengaruhi
produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat.

8. Peran Tenaga Kesahatan dalam Pencegahan dan Penatalaksaaan Kecelakaan Kerja


Usaha preventif berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang
terdapat ditempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi
para karyawan. Langkah-langkah
pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu :
a) Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)
b) Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya)
c) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.
d) Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas
respirator, dust respirator, dan lain-lain).
e) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
f) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Usaha represif atau kuratif
Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang
disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat terjadi
kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik
maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka
mengatasi dan menghadapinya.
Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan
keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan
pekerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai
soal disekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta
pelaksanaan pekerjaannya.
Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu
atau keseluruhan elemenelemen menurut Ranupandojo dan Husnan (2002) berikut ini :
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja.
b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci (key personal ) secara periodik.
c. Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua karyawan secara periodik.
d. Tersedianya peralatan dan staff media yang cukup.
e. Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah ketegangan.
f. Pemeriksaan sistematis dan periodic terhadap persyaratan sanitasi yang baik

Anda mungkin juga menyukai