Anda di halaman 1dari 6

Perkembangan Islam pada masa kekuasaan Mughal di India

A. Sejarah kerajaan Mughal di India

India merupakan sebuah wilayah yang terletak di Kawasan Asia Selatan yang dimana
perekonomian mereka berdasarkan pada kombinasi antara penanaman hasil padi-padian di
ladang yang berpetak yang kebanyakan teririgasi dan di bajak dengan mengunakan sapi
jantan, kerbau, domba, kambing dan keledai. Situasi India secara kurtural saat Islam masuk
sebenarnya sedang berada Budha, serta munculnya berbagai induk politik dan politik, yakti
antara kasta Brahmanik-hinduisme dan keyakinan Budha serta munculnya berbagai elit politik,
teritama dominannya elit Rajput dengan elit-elit politik Hindu. Dalam kondisi demikian,
pemerintahan lokal mengambil peran yang lebih dominan dalam penerapkan pengaruhnya
terhadap rakyatnya. Tidak hanya sebatas itu, berbagai kewenangan yang berlebihan dalam
mengunakan kekuasaannya pun hampir mudah ditemukan di setiap wilayah. Gambaran umum
tentang masyarakat India saat Islam memasuki wilayah ini, menunjukkan indikasi yang sangat
sulit bagi proses islamisasi. Ini menunjukkan bahwa betapa kuatnya pengaruh dan dominasi
Kultural yang telah di bentuk oleh pendahulu dan pengguasanya dalam menciptakan idiologi
keagamaan dan sentimen kulturalnya. Ada lima hal penting yang menjadi ciri khas masyarakat
India yang menolak sesuatu dari luar, yakni bahasa, agama, tradisi, dan kebencian terhadap
orang asing, panatisme dan keangkuhan budayanya. Seperti diketahui bahwa sejak tahun 6000
Sebelum Masehi ajaran Agama Hindu dengan aturan-aturan kastanya sudah banyak di gunakan
ditenggah masyarakat India. Tidak lama setelah berkembangnya Agama Hindu, di India pun
muncul ajaran baru yang di bawah oleh Sudarta Gautama seorang raja Kapihuvastu pada
tahun 500 sebelum Masehi. Ajaran ini di kenal dengan nama Budha.

Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Mughal di India
dan Kerajaan Syafawi di Persia banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban Islam kuhsusnya dan dunia pada umumnya. Kerajaan Usmani meraih puncak
kejayaan di bawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Di kerajaan
Syafawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun
periode pemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa
keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Sejak Islam masuk ke India pada masa
Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh
panglima Muhammad Ibn Qasim peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak
benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan
Hindu dan serta mengislamkan sebagian masyarakatnya India pada tahun 1020 M.
Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India
ini, seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan yang terakhir Dinasti Lody yang didirikan
Bahlul Khan Lody. Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di
daerah tersebut dimana pada saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan.
Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan semangat umat Islam di
India. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di
India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka
kerajaan ini justru muncul dan mencapai kajayaan. Keberadaan kerajaan ini dalam
periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya
mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak
perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan
pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India. Kerajaan Mughal
bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam
belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.
Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan
kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah. Kerajaan
Mogul/Mughal ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530M) salah satu
dari cucu Timur Lenk. Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana.

2. Kemajuan Peradaban Islam Masa Mughal.


A. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar,
Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar,
dan Asirgah. Dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa
pemerintahan Aurangzeb. Menjalankan roda pemerintahan secara, militeristik.
Pemerintahan daerah dipegang oleh Seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-
distrik dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti
latihan kemiliteran Akbar menerapkan politik tole UUransi universal (sulakhul). Dengan
politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena
perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah
dipraktekkan oleh penguasa Islam. Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan
geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang
pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli
India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai
pemimpin jihad. Para pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk
menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu.
Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa.
Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai. Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah
propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan
pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh
kaum petani.

B. Bidang Ekonomi
Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian. Adanya sistem
pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi
petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan
muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan,
bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan
tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak
mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya. Sistem pengumpulan pajak yang
diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola
sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit
tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai
rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul
dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan
pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik
administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak
lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang
chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar. Perdagangan dan
pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi perdagangan
diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur-
untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor
katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan
mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.

c. Bidang Agama
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase
yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam
beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai
lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-
Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya
mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan
kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan[22].
Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya
menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan (semacam Ideologi/dasar pemerintahan Akbar)
dan Pancasilanya bagi bangsa Indonesia.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti
pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu
yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia
menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya
Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan
oleh Dinasti Mughal.
Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India
adalah penganut Sunni fanatik[24]. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah
untuk mengembangkan pengaruhnya.
Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan
terhadap mazhab hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.
Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi
hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis
ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik
Sulakhul dan Din-i- Ilahi.

D. 4. Bidang Seni dan Budaya


Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan
kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl
menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj Mahal di Agra
merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri
peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi),
lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami
Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid
Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota
Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri
tegak Masjid Jami Atala (1405).Taman-taman kreasi Mughal menonjolkan gaya campuran
yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.

3. Sebab-sebab kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Mughal

Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak


mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-tanda kemunduran
sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;

A. Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan


lemahnya kontrol pemerintahan pusat.

B. Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh


di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur,
dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
C. Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu
EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi
kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara
ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik
yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.

D. Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu
dalam rangka me¬ngembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah
perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.
Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian
menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir
dari kota Delhi, rumah-¬rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur
Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian
berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan
membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:

1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi


militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh
kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melak¬sanakan
ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik
antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan¬-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan
PENUTUP

Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan


India. Sepertinya tepat yang ditulis oleh Roger Garaudy bahwa “Islam telah
membawakan kepada manusia suatu dimensi transenden (ketuhanan) dan
dimensi masyarakat (umat) .

Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban


Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.

Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi


perkembangan peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya.
Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur
dan sebagainya.

Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India


daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif.Kemunduran suatu
peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat
dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan
bentuk apapun perlu diwaspadai.

Anda mungkin juga menyukai