Anda di halaman 1dari 70

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

GRADE I DENGAN HIPERTERMI

DI RUANG SANDAT RSAD TK.II UDAYANA

NI LUH WAHYUNI ULANDARI

18E10023

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE I

DENGAN HIPERTERMI DI RUANG SANDAT

RSAD TK. II UDAYANA

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan

menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan di Institut

Teknologi dan Kesehatan Bali

NI LUH WAHYUNI ULANDARI

18E10023

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2021
i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Luh Wahyuni Ulandari

NIM : 18E10023

Program Studi : Diploma III Keperawatan

Institusi : Institut Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES BALI)

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Studi Kasus yang saya tulis

ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambil ahlian tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah

ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, …Maret 2021


Pembuat Pernyataan

Ni Luh Wahyuni Ulandari


NIM. 18E10023
Mengetahui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Ni Kadek Sriasih, S.Kep.,M.Kep., Sp.An. Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep., M.Kes.
NIDN. NIDN. 0829067601
ii

MOTTO

Every pain has a purpose

Every fall has a reason

Else the Almighty wouldn’t have allowed it to happen

Remember, life is a process

Each part of it is necessary to reach your next milestones

Shortcut won’t work

So, embrace whatever He has planned and you’ll rise again ….


iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Ni Luh Wahyuni Ulandari, NIM 18E10023

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan Dengue

Haemorrhagic Fever Grade I Dengan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD

TK. II Udayana” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal …

Maret 2021.

Denpasar, …Maret 2021

Pembimbing Ketua Pembimbing Pedamping

Ns. Ni Kadek Sriasih, S.Kep.,M.Kep., Sp.An. Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep., M.Kes
NIDN. NIDN. 0829067601
iv

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Ni Luh Wahyuni Ulandari dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Dengue Haemorrhagic Fever

Grade I Dengan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD TK.II Udayana” telah

dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal…. Maret 2021

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota

Ns. Ni Kadek Sriasih, S.Kep.,M.Kep.,Sp.An. Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes.

NIDN. NIDN. 0829067601

Mengetahui,

Insititut Teknologi dan Kesehatan Bali (ITEKES BALI)

Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D.

NIDN. 0823067802
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan

judul “PROPOSAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER GRADE I DENGAN HIPERTERMI

DI RUANG SANDAT RSAD TK. II UDAYANA”, laporan studi kasus ini

disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan dari program studi DIII Keperawatan Institut Teknologi dan

Kesehatan Bali (ITEKES BALI).

Dalam menyusun laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan

pengarahan, masukan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga kasus ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk ini melalui kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak I Gede Putu darma Suyasa, S.Kp, M.Ng., PhD., selaku Rektor

ITEKES Bali beserta staf yang telah memberikan izin dan petunjuk

kepada penulis dalam menyelesaikan laporan studi kasus.

2. Ibu Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep., M.Kep., selaku Wakil Rektor 1

ITEKES Bali yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan karya laporan studi kasus.


vi

3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., S.Pd., MNS., selaku Wakil

Rektor II ITEKES Bali yang telah memberikan arahan kepada penulis

dalam menyelesaikan karya laporan studi kasus.

4. Ibu Ida Ayu Lisandari, SE, MM., selaku Sekretaris ITEKES Bali yang

telah memberikan arahan khususnya dalam bidang administrasi kepada

penulis dalam menyelesaikan karya laporan studi kasus.

5. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep., M. Kes., selaku Ketua

Program Studi DIII Keperawatan ITEKES Bali yang telah memberikan

izin kepada penulis dalam menyelesaikan laporan studi kasus.

6. Ibu Ns. Ni Kadek Sriasih,S.Kep., M.Kes., selaku pembimbing yang

telah banyak memberikan masukan dan petunjuk kepada penulis dalam

menyelesaikan laporan kasus.

7. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep., M.Kes., selaku penguji

akademik yang telah memberikan masukan, petunjuk dan motivasi

dalam penyusunan laporan studi kasus.

8. Bapak , Ibu, Adik, Sahabat Teman – teman dan keluarga tercint yang

telah memberikan dukungan serta doa kepada penulis mengikuti

Pendidikan.

9. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan ITEKES

Bali yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama

perkuliahan ataupun dalam penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
vii

membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata

penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, … Maret 2021

Penulis
viii

ABSTRAK

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Dengue Haemoragic Fever Grade I

dengan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD TK. II Udayana

Ni Luh Wahyuni Ulandari


Program Studi DIII Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
wahyuniulandari3@gmail.com

Latar Belakang: Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever masih menjadi


permasalahan kesehatan baik diwilayah perkotaan maupun wilayah semi
perkotaan, biasanya penyakit ini dapat menyerang anak-anak hingga orang
dewasa. Penyakit yang disebabkan oleh vector nyamuk aedes aegypti ini bisa
berkembang biak dengan kelembaban suhu antara 28-32°C, sehingga hal ini dapat
membantu nyamuk aedes bertahan hidup dengan jangka waktu yang lama.
Tingginya angka peningkatan kasus akibat Dengue Haemorrhagic Fever dapat
terjadi apabila kepadatan penduduk meningkat di wilayah tropis. Semakin banyak
jumlah populasi manusia maka peluang tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti juga
akan lebih tinggi.

Tujuan: Untuk membandingkan dan melaksanakan asuhan keperawatan


keperawatan pada dua pasien anak yang mengalami Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) dengan diagnosa keperawatan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk. II
Udayana yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Metode: Metode yang digunakan yaitu metode studi kasus. Metode pengumpulan
data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, pemeriksaann fisik, dan studi
dokumentasi.
Hasil:
Kesimpulan:
ix

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF Grade I),
Hipertermi
x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................................i

MOTTO...................................................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

ABSTRAK............................................................................................................viii

DAFTAR ISI............................................................................................................x

DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv

DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN...................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan Studi Kasus.......................................................................................5

D. Manfaat Studi Kasus.....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8

A. Tinjauan Teori Kasus....................................................................................8

BAB III METODE STUDI KASUS......................................................................39

A. Jenis / Desain / Rancangan Studi Kasus.....................................................39

B. Subjek Laporan Kasus................................................................................39

C. Fokus Studi.................................................................................................39
xi

D. Definisi Operasional Fokus Studi...............................................................39

E. Instrumen studi kasus..................................................................................40

F. Metode pengumpulan data..........................................................................40

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus...................................................................41

H. Analisis data dan penyajian data.................................................................41

I. Etika studi kasus..........................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44
xii

DAFTAR TABEL
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sirkulasi...............................................8


xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan..................................................................................46


Lampiran 2 Informed Consent...............................................................................47
Lampiran 3 Lembar Konsultasi..............................................................................49
Lampiran 4 Instrumen Studi Kasus........................................................................51
xv

DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN

ADL : Activity Daily Living


Arbovirus : Artropod Born Virus
DBD : Demam Berdarah Dengue
DHF : Dengue Haemoragic Fever
DO : Data Objektif
DS : Data Subjektif
DSS : Dengue Shock Sindrom
Hb : Hemoglobin
HCT : Hematokrit
IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi
Kg : Kilogram
Klb : Kejadian Luar Biasa
mg : Miligram
R : Respirasi
RSAD : Rumah Sakit Angkatan Darat
S : Suhu
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
Tpm : Tetes per menit
WBC : White Blood Cell
WHO : World Health Organization
WOD : Wawancara, Observasi, Dokumentasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever masih menjadi permasalahan

kesehatan baik diwilayah perkotaan maupun wilayah semi perkotaan,

biasanya penyakit ini dapat menyerang anak-anak hingga orang dewasa.

Penyakit yang disebabkan oleh vector nyamuk aedes aegypti ini bisa

berkembang biak dengan kelembaban suhu antara 28-32°C, sehingga hal ini

dapat membantu nyamuk aedes bertahan hidup dengan jangka waktu yang

lama. Tingginya angka peningkatan kasus akibat Dengue Haemorrhagic

Fever dapat terjadi apabila kepadatan penduduk meningkat di wilayah tropis.

Semakin banyak jumlah populasi manusia maka peluang tergigit oleh nyamuk

Aedes aegypti juga akan lebih tinggi. (Pongsilurang, Sapulette, & Wulan

2015).

Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui

gigitan nyamuk terutama nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang

bisa ditemui atau dijumpai didaerah tropis maupun daerah subtropis. (Vyas,

2013).

Gejala utama dari penyaki Dengue Haemorrhagic Fever adalah infeksi

yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
2

otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan ditsesis hemoragik. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Menurut Badan Kesehatan Dunia World Health Organisation (WHO)

mencatat kejadian demam pada anak pada tahun 2013 diseluruh dunia

terdapat kurang lebih 18-34 juta anak yang mengalami penyakit demam yang

disebabkan oleh penyakit dengue haemorrhagic fever, walaupun gejala yang

dialami anak lebih ringan dari orang dewasa. (Wardiyah dkk.,2016).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES, RI)

salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia adalah Dengue Haemorrhagic Fever yang muncul

pada tahun 2017 , sehingga penyakit Dengue Haemorrhagic Fever muncul

sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang mengakibatkan kepanikan di

masyarakat karena beresiko menyebabkan kematian serta penyebarannya

yang sangat cepat .Frekuensi kejadian demam akibat virus nyamuk aedes

aegypti di Indonesia menjadi 15,4 per 10.000 penduduk di berbagai rumah

sakit di Indonesia memperlihatkan peningkatan jumlah penderita. Kasus

akibat Dengue Haemorrhagic Fever pada tahun 2018 berjumlah 65.602 kasus,

dengan jumlah kematian sebanyak 467 orang. Jumlah tersebut menurun dari

tahun sebelumnya dibandingkan tahun 2017, yaitu dari 26,10 menjadi 24,75

per 100.000 penduduk. Penurunan kasus dengue haemorrhagic fever dari

tahun sebelumnya tidak terlalu tinggi yaitu 0,72% pada tahun 2017, menjadi

0,71% pada tahun 2018. (Kemenkes RI, 2019).


3

Di Bali kasus akibat penyakit dengue haemorrhagic fever masih

merupakan penyakit infeksi dan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

Indonesia yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang belum dapat

ditanggulangi. Penyakit Dengue Haemorhaggic Fever bahkan muncul

sepanjang tahun dan menyerang seluruh kelompok umur dan juga penyakit

ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku

masyarakat.Berdasarkan data sekunder Ditjen Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Kemenkes (2018) melaporkan bahwa pada tahun 2011-2015 kecuali

pada tahun 2012 Provinsi Bali menduduki peringkat pertama kejadian akibat

penyakit Dengue Haemorrhagic Fever di Indonesia. Distribusi jumlah kasus

dan kematian karena penyakit Dengue Haemorrhagic Fever di kabupaten/kota

di pulau bali tahun 2017 begitu cepat. Angka kematian terbanyak berada pada

kabupaten Badung dan Denpasar dengan jumlah kasus tertinggi sebanyak 920

kasus akibat penyakit Dengue Haemorrhagic Fever dan jumlah kematian

akibat peyakit Dengue Haemorrhagic Fever ditemukan 6 kasus kematian pada

kabupaten badung, serta 4 kasus kematian pada kabupaten Denpasar. (Dinas

Kesehatan Provinsi Bali, 2018).

Data Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Angkatan Darat Tk.II

Udayana dari bulan Januari-Maret 2021, terhitung pasien yang dirawat inap di

Ruang Sandat Rumah Sakit Angkatan Darat Tk.II Udayana dari data yang

didapatkan 3 bulan terakhir sebanyak 42 orang dengan kasus terbanyak akibat

penyakit Dengue Haemorrhagic Fever. (Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit

Angkatan Darat Tk.II Udayana,2021).


4

Penatalaksanaan penyakit Dengue Haemorrhagic Fever pada dasarnya

ditentukan oleh derajat keparahan penyakitnya, dimana prinsipnya merupakan

pengobatan supportif simtomatis dengan elemen utama berupa terapi cairan

(volume replacement) dan antipiretik (penurun panas). Berbagai panduan

standar terbaru telah dikeluarkan baik dari tingkat nasional maupun

internasional, maupun aspek penerapannya di berbagai penyedia layanan

kesehatan masih tergolong sangat rendah. Hal ini memicu gagalnya target

penurunan beban kesehatan akibat penyakit Dengue Haemorrhagic Fever

sehingga merupakan urgensi diperlukannya suatu pengkajian sampai evaluasi

terhadap pola penatalaksanaan penyakit Dengue Haemorrhagic Fever yang

mampu meningkatkan indicator kesehatan terkait dengan penyakit Dengue

Haemorrhagic Fever.

Melihat angka kejadian penyakit Dengue Haemorrhagic Fever yang

meningkat serta komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan ,penyakit Dengue

Haemorrhagic Fever masih berdampak pada masalah kesehatan hingga saat

ini . Masalah keperawatan yang utama dari penyakit Dengue Haemorrhagic

Fever dapat mengakibatkan demam yang tinggi. Hipertemi merupakan tanda

awal yang dapat ditemui dari penyakit Dengue Haemorrhagic Fever dan akan

menurun setelah 3 hari serta dapat meningkat kembali pada hari ke-7.

Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever jika tidak mendapat perawatan yang

optimal serta gejala klinis yang semakin berat, maka hal ini akan mengarah

pada gangguan pembuluh darah dan dapat mengakibatkan pendarahan hebat,

syok hingga kematian. Penyakit dengue haemorrhagic fever, tentunya masih


5

menjadi masalah utama dan tantangan bagi masyarakat terkait masalah

kesehatan hingga saat ini . Sehingga hal ini merupakan tantangan tersendiri

bagi kaum perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Dengue

Haemorrhagic Fever.

Berdasarkan angka kejadian penyakit Dengue Haemorrhagic Fever

yang cukup tinggi serta dampak yang ditimbulkan dari penyakit Dengue

Haemorrhagic Fever, seperti hal tersebut diatas penulis tertarik mengangkat

kasus dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN DHF GRADE I DENGAN HIPERTERMI DI RUANG

SANDAT RSAD TK.II UDAYANA” sebagai laporan studi kasus, dengan

harapan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan manfaat pada pasien dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan dengue

haemorrhagic fever khususnya di RSAD TK.II Udayana.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien anak dengan Dengue

Haemorrhagic Fever Grade I dengan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk.

II Udayana?

C. Tujuan Studi Kasus

Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ilmiah ini adalah tujuan

umum dan tujuan khusus berikut ini :


6

1. Tujuan umum

Mampu membandingkan dan melaksanakan asuhan keperawatan-

keperawatan pada dua pasien anak yang mengalami Dengue

Haemorrhagic Fever (DHF) dengan diagnosa keperawatan Hipertermi di

Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana.

2. Tujuan khusus

a. Membadingkan pengkajian keperawatan pada dua pasien anak yang

mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan diagnosa

keperawatan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana.

b. Membadingkan diagnosa keperawatan pada dua pasien anak yang

mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan diagnosa

keperawatan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana.

c. Membadingkan perencanaan keperawatan pada dua pasien anak yang

mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan diagnosa

keperawatan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana.

d. Membadingkan implementasi keperawatan pada dua pasien anak yang

mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan diagnosa

keperawatan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana.

e. Membandingkan evaluasi keperawatan pada dua pasien anak yang

mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan diagnose

keperawatan Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk.II Udayana.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis
7

Karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam

ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan anak mengenai peran dan

tugas perawat dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada dua

pasien anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever Grade I dengan

Hipertermi di Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana

2. Manfaat Praktis

a. Perawat

Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi atau

masukan bagi perawat dalam bidang keperawatan anak khususnya

tentang pemberian intervensi pada asuhan keperawatan pada anak dengan

dhf.

b. Klien dan Keluarga

Keluarga dapat memahami tentang perawatan anak dengan penyakit dhf.

c. Institusi

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai masukan

bagi Institusi untuk dijadikan informasi tentang asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan dhf.

d. Rumah Sakit

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi

terkait pelayanan kesehatan yang diberikan pada anak dengan dhf.

e. Penulis
8

Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang telah

di dapat selama kuliah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Kasus

1. Anatomi dan Fisiologi system Kardiovaskuler

a. Anatomi Fisiologi system Kardiovaskuler

Gambar 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sirkulasi (Syaifudin, 2011)


Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah

system sirkulasi. Sistem sirkulasi merupakan sarana untuk menyalurkan

makanan dan oksigen dari tractus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh.

Selain itu, system sirkulasi maerupakan sarana untuk membuang sisa-sisa

metabolisme dari sel -sel ginjal, paru-paru dan kulit merupakan tempat

ekresi pembuluh darah.

a. Jantung
10

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

merupakan jaringan istimewa karena kalua dilihat dari bentuk dan susunannya

sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos

yaitu diluar kecemasan kita.

Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul

(pangkal jantung) dan disebut juga batu kordis. Disebelah bawak agak

runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada

sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas

diafragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI dua

jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut jantung

yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar genggaman tangan

kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.

b. Pembuluh Darah

Pembuluh darah dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Arteri

Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang

membawa darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikelsinistra

yang biasa disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal

tetapi sifatnya elastis terdiri dari 3 lapisan.

Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis,

garis tengahnya kira-kira 1,3 cm. Arteri mempunyai cabang-cabang


11

keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi

pembuluh darah rambut (kapiler).

2) Vena

Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang

membawa darah dari bagian alat-alat tubuh masuk kedalam jantung. Tentang

bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang menguasai vena

sama dengan pada arteri. Katup-katub pada vena kebanyakan terdiri dari dua

kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak Kembali lagi.

Vena-vena yang berukuran besar diantaranya adalah vena kava dan vena

pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil yang disebut

venolus selanjutnya menjadi kapiler.

3) Kapiler

Kapiler (pembuluh darah rambut ) merupakan pembuluh darah yang

sangat halus. Diantaranya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu

lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu rambut, kuku,

dan tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi

sel-sel jaringan. Oleh karena itu, dindingnya sangan tipis maka plasma dan

zat makanan mudah membeku ke cairan jaringan antar sel.

c. Fisiologi Kardiovaskuler

Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian-bagian cair yang

disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah

keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan

karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbondioksida


12

warnanya adalah merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan

nafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran metabolism

didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah

sebanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan

jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,

pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.

Fungsi darah antara lain sebagai alat pengangkut, sebagai pertahanan

tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantaran

leukosit dan antibody zat-zat antiracun serta mengatur panas keseluruhan

tubuh. Adapun proses pembentukan sel darah tiga tempat yaitu tulang, hepar,

dan limpa.

2. Konsep Dasar Teori Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

a. Definisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD

( dengue haemorrhagic fever/DHF) merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam ,

nyeri otot/sendi yang biasanya disertai ruam , trombositopenia dan

diatesis hemoragik.

DHF merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue sehingga mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang

bervariasi antara yang paling ringan demam dengue (Aryu,dkk

2010).
13

DHF ditandai dengan demam tinggi, fenomena hemoragik,

sering dengan hepatomegaly, pada kasus DHF berat ditemui tanda-

tanda kegagalan sirkulasi yang mengakibatkan syok hipovolemik

(WHO,2014).

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Depkes,RI 2011).

1. Klasifikasi

DHF dikelompokkan menjadi 4 derajat sebagai berikut Menurut

Lestari (2016):

1) Derajat I: Demam disertai gejala klinis seperti: sakit kepala,

nyeri retro-orbital, myalgia,antralgia,Gejala DHF derajat I

ditambah uji bending positif.

2) Derajat II: Gejala derajat I disertai pendarahan spontan di

kulit dan pendarahan lain.

3) Derajat III: Dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi (kulit

dingin dan lembab serta gelisah)

4) Derajat IV: Syok berat disertai dengan tekanan darah dan

nadi tidak terukur.

b. Patofisiologi

1) Etiologi

Penyakit Demam Dengue (DD) dan Dengue Haemorrhagic

Fever (DHF) disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk

dalam Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus adalah virus


14

yang mempunyai serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3,

DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody

terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga hal ini tidak

dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap

serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang

dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan

manifestasi klinik yang berat. (Wijaya & putri, 2013).

2) Proses terjadi

Nyamuk Aedes yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap

infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada

individu yang rentan pada saat mengigit dan menghisap darah.

Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus dengue akan

menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, pembuluh darah

endotel, modus limpacticus, sumsum tulang serta paru-paru.

Beberapa penelitian menunjukkan, sel monosit dan makrofag

mempunyai peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel

dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan bantuan

organel sel dan membentuk komponen perantara dan komponen

struktur virus. Setelah komponen struktur virus dirakit, virus

dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi

imunitas protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak

ada cross protektif terhadap serotipe virus lainnya.


15

Secara invitro, antibody terhadap virus dengue mempunyai

empat fungsi biologis yaitu netralisasi virus, sitolisis

komplemen, antibody dependent cell-mediated cytotoxity

(ADCC). Berdasarkan perannya, terdiri dari antibody netralisasi

atau neutralizing antibody yang memiliki serotipe spesifik yang

dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non neutralizing

serotipe yang mempunyai peran reaktifisilang dan dapat

meningkatkan infeksi yang berperan dalam pathogenesis DHF.

(Aryu, 2010).

3) Manifestasi Klinis

Menurut Lestari (2016) masa inkubasi Dengue antara 3-15 hari,

rata-rata 5-8 hari dengan gejala klinis :

a) Demam atau tetap tinggi Riwayat (2-7 hari) disertai gejala

tidak spesifik seperti anoreksia, malaise.

b) Manifestasi pendarahan : Uji Turniquet positif atau Ruple

leed positif, perdarahan gusi, Ptrchiase, epistaksis,

hematemesis atau malena.

c) Terjadi renjatan/tidak.

d) Kenaikan nilai hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 205 dan

penurunan nilai trombosit (trombositopenia 100.00/mm atau

kurang)
16

e) Pada foto rontgen : pulmonary vaskuler congestion dan

plural effusion pada paru kanan.

4) Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan DHF

menurut WHO (2014) antara lain,

Komplikasi dari penyakit DHF yaitu :

1) Pendarahan luas

2) Syok atau rejatan

3) Penurunan kesadaran

4) Pendarahan otak

5) Sepsis dan syok sepsis

c. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik penyakit DHF menurut (Wijaya & putri,

2013)

a. Darah lengkap

1) Eritosit

2) Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta – 6,1 juta

sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta – 5,4

juta sel/ul darah

3) Hemoglobin

Hemoglobin menurun (nilai normal untuk pria 14-16 gr/dl

dan wanita 12-16 gr/dl.)


17

4) Trombosit

Nilai normal 150.000-400.000 ul

5) Hematokrit

Kebocoran plasma dibuktikan dengan di temukan

peningkatan hematokrit > 20% (nilai normal hemakrokit

pada pria 40-54% dan wanita 36-46%).

6) Leukosit

Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan ketiga

sampai kedelapan. Leukosit normal 5000-10.000 u/l.

b. Kimia darah

1) Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia

2) SGOT/SGPT meningkat

3) Ph darah meningkat

c. Urinnalisis mungkin ditemukan albuminuria

d. Penatalaksanaan Medis

1) Medis

a) DHF tanpa Renjatan

(1) Penatalaksanaan DHF

(a) Tirah baring

(b) Makanan lunak dan diberi minum 2-2,5 liter dalam

24 jam.

(c) Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres


18

(d) Berikan antibiotic bila terdapat kemungkinan

terjadi infeksi.

(2) Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan

(a) Pemasangan infus RL Asering dan dipertahankan

selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi

(b) Observasi keadaan umum (tanda-tanda vital)

2) Penatalaksanaan Penderita DHF berdasarkan derajat keparahan

a) Penanganan DHF derajat I atau derajat II tanpa peningkatan

hematokrit.

Pasien masih dapat minum

(1) Beri minum banyak 2-2,5 liter/hari

(2) Jenis minuman: air putih, the manis, sirup, jus buah,

susu.

(3) Monitor gejala klinis dan laboratorium

(4) Perhatikan tanda syok

(5) Awasi perdarahan

(6) Jika ada perbaikan klinis dan laboratorium pasien

diijinkan untuk pulang.

Pasien tidak minum


19

(1) Jika pasien muntah terus-menerus maka lakukan

kolaborasi pemasangan IVFD NaCl 0,9%: Dekstrosa

5% (1:3), tetesan sesuai berat badan.

(2) Periksa HGB, HCT, trombosit tiap 6-12 jam, jika HCT

> naik atau trombosit turun maka pemasangan IVFD

NaCl 0,9% berbanding dektrosa 5% diganti dengan

ringer laktat dengan tetesan disesuaikan.

b) Penanganan DHF derajat I dengan peningkatan HCT>20%

1) Pertama berikan cairan awal yaitu: RL/NaCl 0,9% atau RL/DS/NaCl

0,9+D5,67 ml/kg BB/jam.

Setelah itu monitor tanda vital/ nilai HCT dan trombosit tiap 6 jam. Jika

ada perbaikan maka ada menunjukkan tanda-tanda tidak gelisah, nadi

kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup (12m/kg BB/jam), HCT turun

(2 kali pemeriksaan)

2) Jika sudah menunjukkan perbaikan tetesan dikurangi menjadi 5

ml/kgBB/jam

3) Setelah 1 jam berlalu dan kondisi pasien masih menunjukkan perbaikan

maka tetesan disesuaikan menjadi 3 ml/kg BB/jam

4) Setelah itu IVFD di stop pada 24-48 jam, bila tanda vital/HCT stabil,

diuresis cukup.

5) Jika pada saat menurunkan tetesan menjadi 5 ml/kg BB/jam kemudian

ditemukan tanda vital memburuk dan HCT meningkat maka tetesan

dinaikkan 10-15/kg BB/jam tetesan dinaikkan secara bertahap.


20

Kemudian lakukan evaluasi 12-24 jam, jika pada saat evaluasi

ditemukan tanda vital tidak stabil dengan tanda adanya distress

pernafasan dan HCT naik maka segera diberikan koloid 20-30 ml/kg

BB dan jika HCT menurun maka lakukan transfuse darah segera 10

ml/kgBB.

6) Jika sudah ada perbaikan, maka lanjutkan Tindakan dari pengurangan

tetesan 5 ml/kgBB/jam dan seterusnya. Jika tidak ada perbaikan yang

ditunjukkan dengan tanda-tanda gelisah distress pernafasan, frekwensi

nadi meningkat, tekanan nadi < 20 mmHg kurang/tidak ada.

7) Jika tidak menunjukkan adanya perbaikan maka tetesan akan dinikkan

10-15 ml/kgBB/jam secara bertahap.

8) Kemudian dilakukan evaluasi 12-24 jam.

9) Setelah dilakukan evaluasi didapatkan tanda vital stabil yang

ditunjukkan dengan adanya distress pernafasan dan peningkatan HCT,

maka segera diberikan koloid 0-30 ml/kg BB dan jika HCT menurun

maka lakukan transfuse darah segera 10 ml/kg BB.

10) Jika sudah ada perbaikan maka lanjutkan Tindakan dari

pengurangan dari tetesan 5 ml/kg BB/jam dan seterusnya.

c) Penanganan DHF derajat III dan IV.

1) Lakukan oksigenasi penggantian volume (cairan kristaloid isotonic)

Ringer Laktat/NaCl 0,9% 20 ml/kg/BB secepatnya (bolus dalam 30

menit).
21

2) 30 menit kemudian lakukan evaluasi untuk mengetahui apakah syok

sudah teratasi.

3) Kemudian pantau tanda-tanda vital setiap 10 menit dan catat balance

cairan intravena.

4) Jika syok teratasi yang dapat ditunjukkan dengan tanda-tanda: keadaan

membaik, nadi teraba kuat, tekanan nadi >20 mmHg, tidak sesak napas

serta sianosis.

5) Kemudian cairan dan tetesan disesuaikan 10 ml/kg BB/ jam setelah itu

lakukan evaluasi ketat, misalnya ukur tanda vital, tanda pendarahan,

diuresis,HBG,HCT, trombosit. Jika dalam 24 jam sudah stabil, maka

berikan tetesan 5 ml.kg BB/jam kemudian lakukan tetesan 3 ml/kg

BB/jam. Infus dihentikan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi.

Jika syok tidak teratasi yang ditunjukkan dengan tanda-tanda ;

kesadaran menurun, nadi lambat/tidak teraba, tekanan nadi <20 mmHg,

distress pernafasan/sianosis, kulit dingin dan lembab, eksremitas dingin

dan periksa kadar gula darah, kemudian lanjutkan pemberian cairan 20

ml/kg BB/jam, setelah itu tambahkan koloid/plasma dekstran 10-20

(maksimal 30) ml/kg BB/jam. Kemudian lakukan koreksi asidosis,

setelah 1 jam lakukan evaluasi untuk mengetahui apakah syok sudah

teratasi atau belum. Jika syok belum teratasi yang ditunjukkan dengan

penurunan HCT atau HCT tetap tinggi/ naik, maka berikan koloid 20

ml/kg BB diulang dengan pemberian transfuse darah segar 10 ml/kg BB

diulang sesuai kebutuhan. Jika syok sudah teratasi maka lanjutkan


22

Tindakan dari mengevaluasi ketat tanda vital, tanda pendarahan, HGB,

HCT, trombosit dan Tindakan seterusnya.

Indikasi pasien DHF sudah diperbolehkan pulang yaitu :

1) Tidak demam selama 24 jam tanpa pemberian antipiretik

2) Nafsu makan membaik

3) Trombosit normal diatas 50.000/ml

4) Masa-masa penyembuhan

3. Konsep Asuhan Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

a. Pengkajian keperawatan DHF menurut (Nursalam, 2013)

1) Identitas pasien berisi biodata lengkap yaitu: nama, umur, jenis

kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah, pendidikan

terakhir, agama, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,

TB/BB, alamat.

2) Identitas penangggung jawab yaitu : nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku bangsa, hubungan dengan klien, pendidikan terakhir,

pekerjaan , alamat

b. Keluhan Utama

Alasan/ keluhan utama yang menonjol pada pasien DHF untuk datang

ke rumah sakit adalah badan teraba panas, lemah, wajah kemerahan,

bitnik-bintik merah pada kulit (Ptekie), pendarahan pada hidung

(Epistaksis), nyeri otot pada sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,

serta pendarahan pada gusi.


23

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai mengigil, saat

demam kesadaran kompos mentris. Panas menurun terjadi antara hari

ke-3 dan hari ke-7, sementara anak semakin lemah. Kadang-kadang

disertai keluhan batuk pilek, nyeri tekan, mual, muntah,anoreksia,

diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati

dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

pendarahan pada kulit, gusi (grade III,IV), melena atau hematemetis.

d. Riwayat Penyakit Yang pernah Diderita

Riwayat apa saja yang pernah diderita pada dengue haemoragic fever,

anak bisa mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.

e. Riwayat Kesehatan dahulu

Pasien pernah mengalami penyakit seperti: diare, dhf, Riwayat trauma

masa lalu, riwayat penyakit pernafasan dan lainnya.

f. Riwayat Kesehatan keluarga

Adanya riwayat penyakit menular.

g. Riwayat imunisasi

Bila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, kemungkinan

timbul komplikasi dapat dihindari.

h. Riwayat Gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak

dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko apabila terdapat

factor predisposisinya. Pada anak yang menderita DHF sering


24

mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.

Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan

nutrisi yang baik serta adekuat anak dapat mengalami penurunan berat

badan, sehingga status gizinya menjadi kurang.

i. Kondisi Lingkungan

Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan yang

kurang kebersihannya (air yang mengenang) dan gantungan baju di

kamar.

j. Pola Kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolisme, yaitu frekuensi, jenis, pantangan, nafsu

makan berkurang/ menurun.

2) Eliminasi alvi (buang air besar) kadang-kadang anak mengalami

diare/konstipasi. DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.

3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering

terjadi hematuria.

4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena

sakit/nyeri otot dan persendian, sehingga kualitas dan kuantitas

tidur, serta istirahat berkurang.

5) Pemeriksaan Fisik meliputi: inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan

tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak sebagai berikut:


25

a. Grade I: kesadaran composmentis, keadaan umum lemah:

tanda-tanda vital nadi lemah.

b. Grade II: kesadaran composmentis keadaan umum lemah :

adanya perdarahan spontan peteksia, pendarahan gusi dan

telinga: nadi lemah, kecil , dan tidak teratur.

c. Grade III: kesadaran apatis: somnolen: keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil, tidak teratur, tensi turun.

d. Grade IV: kesadaran koma: nadi tidak teraba: tensi tidak

teratur, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur,

ekstremitas dingin: berkeringat: dan kulit nampak biru.

e. Sistem integument

1) Kulit adanya petekia, turgor kulit menurun, keringat

dingin, lembab

2) Kuku cyanosis/tidak

3) Kepala terasa nyeri, tampak kemerahan pada muka

karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami

pendarahan/ epistaksis (grade II, III, IV). Pada mulut

tampak mukosa mulut kering, pendarahan gusi, kotor dan

nyeri telan. Tenggorokan mengalami hiperemia faring,

terjadi pendarahan telinga (grade II, III, IV).

4) Dada bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada

thoraks terdapat adanya caira yang tertimbul pada paru


26

sebelah kanan (efusi pleura), rales, ronchi, biasanya pada

grade III, IV.

5) Pada abdomen terdapat nyeri tekan, pembesaran hati

(hepatomegaly), dan asites.

6) Ekstremitas, yaitu akral dingin, nyeri otot dan sendi serta

tulang.

e. Pemeriksaan Laboraturium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai sebagai berikut :

1) Hb dan PCV meningkat (>20%)

2) Trombositopenia (< 100.000/ml)

3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)

4) Ig D. dengue positif

5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hyponatremia.

6) Urium dan Ph darah mungkin meningkat.

7) Asisosis metabolic: pCO2 < 35-40 mmHg. HCO3 rendah.

8) SGOT/SPGT mungkin meningkat.

A. Diagnosa Keperawatan DHF menurut (Nanda, 2015):

a. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma

darah.

c. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (penekan intra abdomen)


27

d. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravascular

ke ekstravaskular.

e. Resiko syok hipovolemik b.d perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravascular ke ekstravaskular.

f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

g. Resiko perdarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan

darah (trombositopenia).

B. Perencanaan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit infeksi virus dengue.

Kriteria evaluasi (NOC):

1) Kaji suhu tubuh dalam rentang normal

2) Nadi dan RR dalam rentang normal

3) Tidak ada perubahan warna kulit

Intervensi Rasional:

a) Monitor suhu pasien

Rasional : pola demam dapat membantu dalam diagnosis: kurva

demam lanjut lebih dari 4 hari menunjukkan infeksi yang lain.

b) Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter/24

jam)

Rasional: peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh


28

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang

banyak.

c) Berikan kompres hangat

Rasional: dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang

mempercepat penurunan suhu tubuh.

d) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.

Rasional: Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

e) Berikan antipiretik

Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi

sentralnya pada hipotalamus.

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma.

Kriteria Evaluasi (NOC):

Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :

1) Tekanan systole dna diastole dalam rentang yang diharapkan

2) Tidak ada ortostatik hipertensi

3) Tidak ada peningkatan tekanan intracranial (tidak lebih dari 15

mmHg)

Intervensi Rasional:

a) Pantau tanda-tanda vital, palpasi denyut nadi perifer, catat

suhu/warna kulit dan pengisian kapiler, evaluasi waktu dan

pengeluaran urine.

Rasional: merupakan indicator dan volume sirkulasi dan fungsi

organ/perfusi jaringan yang adekuat.


29

b) Kaji adanya perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing atau

sakit kepala.

Rasional: perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan

perfusi serebral.

c) Auskultasi nadi apical. Awasi irama jantung dengan EKG.

Rasional: perubahan distmia dan iskemia dapat terjadi sebagai

akibat hipotensi, hipoksis, asidosis, ketidakseimbangan

elektrolit.

d) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Rasional: mengatasi hipoksemia dan asidosis selama

perdarahan.

e) Pemeriksaan AGD/ awasi nadi oksimetri.

Rasional: mengidentifikasi hipoksemia, keefektifan/kebutuhan

untuk terapi.

f) Berikan cairan Intravena sesuai indikasi/produk darah sesuai

kebutuhan.

Rasional: mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi

jaringan.

c. Nyeri Akut b.d agen cidera biologis (penekanan intra abdomen)

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang

muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau

gambarkan dalam hal kerusakan, sedemikian rupa.

Kriteria Hasil (NOC):


30

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan).

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri).

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi Rasional:

a) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

Rasional: untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami

pasien.

b) Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan

tenang.

Rasional: posisi nyaman dan lingkungan tenang mengurangi

rasa nyeri yang dialami pasien.

c) Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi dan

dorong penggunaan Teknik relaksasi, seperti imajinasi,

visualisasi, Latihan nafas dalam.

Rasional: menurunkan tegangan otot , meningkatkan

istirahat dan relaksasi, memuaskan perhatian , dapat

meningkatkan control dan kemampuan koping.

d) Kolaborasi berikan obat analgetic


31

Rasional: analgetic dapat menekan atau mengurangi nyeri

pasien.

d. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravascular ke

ekstravaskular

Kriteria Hasil (NOC):

1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ

urine normal, HT normal.

2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

Intervensi Rasional:

a) Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-

tanda vital.

Rasional: menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui

penyimpangan dari keadaan normal.

b) Observasi tanda-tanda syok

Rasional: agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani

syok.

c) Anjurkan pasien untuk banyak minum

Rasional: asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah

volume cairan tubuh.

d) Catat intake dan output cairan

Rasional: untuk mengetahui keseimbangan cairan.


32

e. Resiko syok (hipovolemik) b.d perdarahan yang ke ekstravaskular

berlebihan, pindahnya cairan intravascular.

Kriteria Hasil (NOC):

1) Nadi dalam batas yang diharapkan

2) Irama jantung dalam batas yang diharapkan

3) Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan

4) Irama pernafasan dalam batas yang diharapkan

Intervensi Rasional:

a) Monitor keadaan umum pasien

Rasional: memantau kondisi pasien selama masa perawatan

terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui

tanda syok dan dapat segera ditangani.

b) Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam

Rasional; tanda vital normal menandakan keadaan umum yang

baik.

c) Monitor tanda perdarahan

Rasional: perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga

pasien tidak sampai syok hipovolemik.

d) Palpasi nadi perifer, capillary refill, temperature kulit, kaji

kesadaran

Rasional: kondisi yang berkonstribusi dalam kekurangan cairan

ekstraselular yang dapat menyebabkan kolaps pada sirkulasi/syok.

e) Lapor dokter bila terdapat tanda syok hipovolemik.


33

Rasional: untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut segera

mungkin.

f) Kolaborasi Cek laboratotium: hemoglobin, hematokrit, trombosit.

Rasional: untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah

yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih

lanjut.

f. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake

nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang

menurun.

Kriteria Hasil (NOC):

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi Rasional:

a) Kaji keluhan mual, sakit menelan,

Rasional: untuk menetapkan cara dan muntah yang dialami pasien

yang mengatasinya.

b) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional: membantu mengurangi kelelahan pasien dan

meningkatkan asupan makanan.


34

c) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

Rasional: untuk menghindari mual.

d) Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap

hari.

Rasional: untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.

g. Resiko pendarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan darah

(trombositopenia)

Kriteria Hasil (NOC):

1) Tidak ada hematuria dan hematemesis

2) Kehilangan darah yang terlihat

3) Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole

4) Tidak ada perdarahan pervagina

5) Tidak ada disten abdominal

6) Hemoglobin dan hematocrit dalam batas normal

Intervensi Rasional:

a) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

b) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat/bedrest.

Rasional: aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan resiko pendarahan.

c) Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan

lebih lanjut.

Rasional: membantu pasien mendapatkan penanganan sendiri

mungkin.
35

d) Awasi tanda vital

Rasional: peningkatan nadi dengan penurunan Tekanan darah

dapat menunjukkan kehilangan volume darah sirkulasi.

C. Pelaksanaan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditunjukkan pada nursing order untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang

spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor yang

mempengaruhi masalah Kesehatan klien. (Nursalam,2013).

D. Evaluasi

Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana

intervensi dan implementasinya. (Nursalam,2013). Evaluasi yang

diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu hipertermi.

4. Pemenuhan termoregulasi pada pasien Dengue Haemorrhagic Fever dengan

hipertermi

a. Pengertian

Termoregulasi adalah suatu mekanisme yang dimiliki tubuh manusia untuk

mempertahankan suhu internal agar berada dalam kisaran yang dapat di

tolerir (Adriyani, 2015).


36

Tubuh manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang

temperature yang terbatas atau sempit yaitu 37°C (98,6°F) ± 1°C.

Temperatur tubuh di luar rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan

efek yang permanen seperti kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara

sementara tubuh dapat mengatur temperature melalui mekanisme tertentu.

Terpajan pada panas yang berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas

metabolic tubuh dan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan.

Pemajanan pada panas yang lama dan berlebihan juga mempunyai efek

fisiologis yang khusus salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh

(hipertermi) atau demam. (Ranuh, 2013).

b. Gangguan pemenuhan termoregulasi pada pasien DHF dengan Hipertermi

Hilangnya panas dari tubuh ada 4 cara yaitu : melalui radiasi,

konduksi,konveksi, dan evaporasi. Radiasi adalah cara untuk mentransfer

panas dari permukaan suatu objek ke objek yang lain tanpa kontak diantara

keduanya. Satu objek lebih panas dari objek lain, makai a akan kehilangan

panasnya melalui radiasi, misalnya seseorang yang berdiri di depan kulkas

yang terbuka, maka orang tersebut akan kehilangan panas tubuhnya

melalui radiasi. Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu molekul

yang lain. Panas yang dipindahkan kemolekul yang suhunya lebih rendah,

perpindahan melalui cara konduksi ini tidak dapat terjadi tanpa adanya

kontak dari molekul tersebut. Misalnya seseorang yang kehilangan panas

bila direndam dalam air es selama waktu tertentu. Kehilangan panas tubuh

melalui konveksi terjadi karena pergerakan udara. Udara yang dekat


37

dengan tubuh akan terasa dingin dengan membuka pintu rumah.

Kehilangan panas melalui evaporasi atau penguapan adalah kehilangan

panas dari permukaan cairan yang kehilangan evaporasi atau penguapan

adalah kehilangan panas dari permukaan cairan yang kehilangan beberapa

molekulnya yang berubah menjadi gas, contohnya dengan menggunakan

kompres hangat (Asmadi, 2011).

c. Pengaturan pemenuhan termoregulasi pada pasien dengan Dengue

Haemorrhagic Fever dengan hipertermi

Pengaturan pemenuhan termoregulasi pada pasien DHF yaitu dengan cara

kompres hangat secara evaporasi. Karena panas dalam tubuh akan hilang

dengan cara penguapan melalui kulit, karena kompres hangat dapat

menyebabkan pori-pori melebar (vasodilatasi), Teknik kompres bisa

dilakukan pada 7 tempat yaitu pada kedua leher, kedua ketiak, kedua

lipatan paha dan kedua lutut bagian dalam karena pada tempat tersebut

banyak terdapat pembuluh darah, sehingga menyebabkan sel saraf akan

memberi sinyal ke thermostat di hipotalamus untuk menurunkan suhu

tubuh sehingga dapat meningkatkan penguapan , setelah terjadi penguapan

maka suhu tubuh yang panas akan menurun. Kemudian sarankan keluarga

pasien untuk mengganti pakaian pasien dengan bahan yang lebih tipis

dikarenakan panas pada tubuh akan cepat menguap ke udara tanpa adanya

penghalang pakaian tebal atau selimut yang menutupi tubuh.

(Sodikin,2012). Mengapa kompres hangat lebih efektif dibandingkan

dengan kompres dingin , karena air hangat di gunakan untuk mengompres


38

berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan pori-pori kulit sehingga

dapat menurunkan panas dengan cara konduksi. Konduksi yaitu

perpindahan panas tubuh karena kulit langsung kontak dengan air dingin

terapi kompres dingin dapat mengakibatkan pembuluh darah mengecil

(vasokontriksi) sehingga panas dalam tubuh tidak dapat keluar yang

mengakibatkan kembalinya peningkatan suhu tubuh dan pasien dapat

mengigil kedinginan. (Asmadi,2011).

d. Edukasi pemenuhan kebutuhan termoregulasi pada pasien dengan Dengue

Haemorrhagic Fever dengan hipertermi.

Kompres Hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk

yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian

tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan

suhu tubuh. Kompres hangat merupakan salah satu solusi praktis untuk

diterapkan di rumah sakit, atau dilakukan secara mandiri oleh pasien

maupun keluarga pasien. (Maharani, 2013)

Penurunan suhu tubuh akan lebih efektif jika diberikan dan diiringi dengan

pemberian obat antipiretik, penelitian yang dilakukan Purwanti

menunjukkan bahwa pemberian kompres hangat pada daerah aksila dan

dahi mempunyai efek dalam menurunkan suhu tubuh pasien yang demam.

Dengan menggunakan obat paracetamol juga mampu menurunkan demam

sampai 0,2 °C, jika diberikan bersamaan dengan kompres hangat dapat

menurunkan demam penderita. Terapi non farmakologi penting dilakukan

dan diterapkan baik di rumah sakit, maupun mandiri . Terapi non


39

farmakologi seperti kompres hangat diperlukan pada penanganan pertama

penderita demam sebelum penderita demam mendapatkan penanganan

medis dari tenaga kesehatan. (Purwanti, 2013).


40

(WOC) Web Of Caution


Dengue Hemorrhage Fever (DHF)
Arbovirus (melalui nyamuk aedes aegypti)
Beredar dalam aliran darah
Infeksi virus dengue
Mengaktifkan sistem komplemen
Hipotalamus suhu tubuh tinggi (>37oC)
Kerusakan endotel pembuluh darah
Hipertermi
Permeabilitas membran meningkat

Agregasi Trombosit Kebocoran plasma Perdarahan yang


Merangsang faktor pembekuan
berlebihan
Pendarahan
Trombositopenia Intravaskuler
Kekurangan volume Ketidakefektifan
Resiko perfusi jaringan
Pendarahan
cairan Ekstravaskular
perifer
Resiko syok
hipovolemik
Abdomen Hepar

Sumber : Soegijanto, Hepatomegali


Ketidakseimbanga
Ascites
Soegeng.Ilmu Penyakit n nutrisi kurang
Anak,Diagnosa & Mual muntah dari kebutuhan
Penatalaksanaan WOC 2018 Nyeri Akut Penekanan intra tubuh
abdomen
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis / Desain / Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada pasien anak yang mengalami Dengue Haemorrhagic

Fever di Ruang Sandat RSAD TK. II Udayana Denpasar.

B. Subjek Laporan Kasus

Subjek dalam kasus ini adalah 2 orang pasien dengan diagnosa

medis Dengue Haemorrhagic Fever Grade I dengan Hipertermi

C. Fokus Studi

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam pemenuhan

kebutuhan termoregulasi berkaitan dengan penyakit Dengue Haemorrhagic

Fever pada pasien dengan diagnose Hipertermi.

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DHF adalah asuhan

keperawatan penulis lakukan dengan menganalisa pasien anak yang

menderita DHF Grade I di Ruang Sandat RSAD TK. II Udayana.

Hipertermi suatu keadaan dimana suhu tubuh tinggi meningkat/

diatas batas normal 36-37oC, yang diderita pada pasien anak di Ruang

Sandat RSAD TK. II Udayana.


42

Pengaturan pemenuhan termoregulasi pada pasien DHF yaitu

dengan cara kompres hangat secara evaporasi. Panas dalam tubuh akan

hilang dengan cara penguapan melalui kulit, karena kompres hangat dapat

menyebabkan pori-pori melebar (vasodilatasi), teknik kompres bisa

dilakukan pada 7 tempat yaitu pada kedua leher, kedua ketiak, kedua

lipatan paha dan kedua lutut bagian dalam karena pada tempat tersebut

banyak terdapat pembuluh darah, sehingga menyebabkan sel saraf akan

memberi sinyal ke thermostat di hipotalamus untuk menurunkan suhu

tubuh sehingga dapat meningkatkan penguapan, setelah terjadi penguapan

maka suhu tubuh yang panas akan menurun. (Sodikin,2012).

E. Instrumen studi kasus

Instrumen pada studi kasus ini menggunakan lembar pengkajian

dan lembar observasi.

F. Metode pengumpulan data

1. Pengkajian (mengumpulkan data dengan melakukan pemeriksaan

sesuai dengan keluhan pasien).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA:

inspeksi, palpasi, perkusi, asukultasi).

3. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga dll)

4. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostic dan data

lain yang relevan). Pengumpulan data juga dapat dilaksanakan

dengan menggunakan angket jika diperlukan.


43

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Dalam studi kasus Dengue Haemorrhagic Fever, lokasi yang akan

digunakan yaitu di Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana

Denpasar.

2. Pengambilan kasus dari 1 maret 2021 sampai 17 Maret 2021 dan

waktu penelitian adalah 3x kunjungan selama 60 menit.

H. Analisis data dan penyajian data

1. Analisi data

Dilakukan sejak peneliti di RSAD Udayana, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa

data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang

diperoleh dari hasil interpretasi wawancara dan observasi.

2. Meredukasi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk

catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan

dikelompokan menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisa

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan

nilai normal.

3. Penyajian data
44

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar,

bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin

dengan jalan mengaburkan identitas dari pasien.

4. Kesimpulan

Dari dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil-hasil peneletian terdahulu dan secara

teoritis dengan prilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan

dengan metode induksi. Data yang di kumpulkan terkait dengan

data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

I. Etika studi kasus

Dalam studi kasus asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami Dengue Haemorrhagic Fever Grade I dengan Hipertermi di

Ruang Sandat RSAD Tk. II Udayana, etika perlu diperhatikan adalah :

1. Information sheet

Dalam Studi Kasus ini informasi yang akan disampaikan

kepada calon subyek penelitian dan atau keluarganya sebelum

mereka memutuskan bersedia menjadi subyek atau tidak menjadi

subyek penilitian. Pada studi kasus ini peneliti menggunakan

penjelasan untuk mengikut penelitian (PSP).

2. Inform consent (Persetujuan Menjadi Pasien)

Dalam Studi Kasus ini partisipan punya informasi yang

adekuat tentang penelitian, mampu memahami informasi, bebas

menentukan pilihan, memberikan kesempatan pada pasien mereka


45

untuk atau tidak ikut berpartisipasi dalam penelitian secara

sukarela.

3. Anonimity (tanpa nama)

Pada studi kasus ini penulis tidak akan mencatumkan

identitas padapasien. Pasien cukup mencantumkan initial

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Penulis akan menjaga kerahasiaan tentang penyakit yang

dialami pasien.
46

DAFTAR PUSTAKA

Azam, M & Shofiyanah, L. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan PSN DBD di sekolah Dasar. Journal of Health Education 1

(2) (2016).

Carpeniti, L.J. (2014) Buku Saku Diagnosis Keperawatan. (Edisi 2). Jakarta :

ECG

Dinas Kesehatan Provinsi Bali.(2015). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun

2015.Diperoleh dari

https://www.diskes.baliprov.go.id/files/subdomain/diskes/Profil

%20Provinsi%20Bali/Tahun%2015/Bali_Profil_2015.pdf

Instalasi Rekam Medik. (2021). Data Jumlah Pasien Rawat Inap Dengan

Penyakit DHF di Ruang Sandat RSAD Tk.II Udayana. Data dari bulan

Januari-Maret 2021 RSAD Tk.II Udayana Denpasar : Instalasi Rekam

Medik.

Lestari,T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Jogyakarta : Nuha Medika

Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit. (edisi 2) Jakarta : ECG.

NIC, NOC, NANDA. (2018). Paduan penyusunan asuhan keperawatan anak.

Jakarta : Tim, 2018

Nuratif, A.H. & Kusuma,H. (2015). Aplikasi keperawatan berdasarkan

diagnose medis & NANDA (North American Nursing Diagnosing

Association) NIC-NOC. Jilid 1. Jogyakarta : Medication


47

Nursalam. (2013). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Surabaya : Salemba

Medika.

Pongsilurang, Sapulette&Wulan. 2015.Predictors In Patient Dengue

Haemorrhagic Fever.Jurnal Kesehatan (1) Vol 10 (2019).

Ririh Yudhastuti & Muhammad Farid D.J. Gambaran Kasus Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Provinsi Bali Tahun 2012-2017 .Jurnal Kesehatan

Lingkungan Indonesia, Vol 1 No. 19 Desember 2019 Hal 27-34.

Suryani.Endah. Gambaran Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Blitar

Tahun 2015-2017. Jurnal Berkala Epidemiologi 6 (3) (2018).Diperoleh

tanggal 10 Februari 2021 dari http://journal.unair.ac.id/index.php/JBE/

Wijaya, AS. & Putri. (2013). “Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan

Dewasa), Nuha Medika, Yogyakarta.

Wijayaningsih K.S> (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Tim, 2013

World Health Organization. (2014). Demam Berdarah Dengue : diagnosis,

treatment, prevention, and control . (Edisi 2) : Jakarta : ECG

Wowor,M.E. Mariana. (2017). Pemenuhan Termoregulasi Efektifitas Kompres

Air Hangat terhadap Penurunan Suhu Tubuh, Vol 5 No.2 November

2017.
48

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN (POA)

No Kegiatan Waktu
Januari 2021 Februari 2021 Maret 2021 April 2021 Mei 2021
I II II IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV
I I
1 Pengundian kasus
2 Pengusulan tema
3 Penyusunan proposal
4 Pengumpulan proposal
5 Penyebaran proposal
6 Ujian proposal
7 Pelaksanaan studi
kasus
8 Penyusunan laporan
KTI
9 Pengumpulan KTI dan
penyebaran KTI
10 Ujian sidang KTI
49

Lampiran 2

INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Ni Luh Wahyuni Ulandari dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Pasien Anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever Grade I

dengan Hipertermi”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

Denpasar, 2021

Saksi Yang memberikan

persetujuan

(…………………………………) (………………….……………)

Denpasar, 2021
50

Peneliti

(Ni Luh Wahyuni Ulandari)

NIM. 18E10023
51

Lampiran 3

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : Ni Luh Wahyuni Ulandari


NIM/NPM : 18E10023
NAMA PEMBIMBING : Ns. Ni Kadek Sriasih, S.Kep., M.Kep.,
Sp.An

(UTAMA/PENDAMPING)

NO TANGGAL/ REKOMENDASI PEMBIMBING PARAF


JAM
PEMBIMBING
1. 06 Maret 2020 Memperbaiki BAB I yaitu pada latar
15.00 wita belakang, manfaat penelitian yang berupa
manfaat teoritis dan praktis, dan
menggunakan sumber- sumber 10 tahun
terakhir.
2. 11 Maret 2020 Memperbaiki BAB I dan membuat kalimat
penghubung.
12.53 wita
3. 14 Maret 2021 Memperbaiki BAB I dengan kalimat SPOK

13.00 wita
4. 16 Maret 2021 Memperbaiki penulisan pada BAB II dan
memperbaiki BAB III di bagian daftar
10.00 wita
pustaka
52

Mengetahui
Ketua Program Studi

Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.kes


NIDN. 0829067601
53

Lampiran 4

INSTRUMEN STUDI KASUS

Instrumen yang dipakai dalam pengambilan data pada pasien anak dengan

Dengue Haemorrhagic Fever Grade I dengan Hipertermi dalah format asuhan

keperawatan, setelah itu pada saat pengkajian akan dianalisis sebagai bahan untuk

menunjang tindakan keperawatan dan perkembangan pasien.

Anda mungkin juga menyukai