Anda di halaman 1dari 6

A.

Kurikulum Indonesia
3. Manajemen Pendidikan

Dalam Undang – Undang tentang sistem pendidikan nasional BAB.I

Ketentuan Umum pasal 1. Berbunyi :

“Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan


nasional”.
Dalam sikdiknas bersifat dekonsentrasi. Mentri sebagai penanggung jawab

pemerintah pusat sebagai penentu kebijakan nasional dan standar Diknas.

Pemprov melakukan koordinasi untuk tinggat pendas-pendas dan menengah. Serta

satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Sedangkan sedangkan

perguruan tinggi diberi otonomi untuk mengelola lembaganya.

Pengelolaan satuan pendidikan untuk pendidikan tinggi dilaksanakan

berdasarkan prinsip otonomi akuntabilitas, jaminan mutu dan evaluasi yang

transparan untuk pendidikan nonformal dilakukan oleh pemerintah, pemda dan

atau masyarakat.

4. Biaya/Anggaran Pendidikan

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai sangat

tergantung oleh besarnya biaya yang diperutuntukkan bagi pendidikan per unit,

maupun alokasi danabagi pendidikan APBN serta persentase biaya pendidikan

PDB. Dengan demikian diperlukan adanya kemauan atau political will dari

pemerintah dan para pemegang amanat rakyat (DPR) untuk dapat lebih peduli

kepda pendiidikan.

Anggaran pendidikan saat ini telah mencapai angka 20% dari APBN

sesuai dengan UU yang diperjuangkan sedemikian susah. Anggaran ini menurut

1
Jazuli Juwairu berkisar pada angka 213 trilyun rupiah yang akan digunakan untuk

membenahi mutu pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah

pertama di seluruh Indonesia. Lebih anjut Juwaini menyatakan bahwa 60% dari

dana tersebut akan digunakan untuk mutu dan sarana prasarana pendidikan.

Dengan anggaran yang sedemikian besar sangat diharapkan adanya

percepatan pembangunan mutu pendidikan sehningga semua peserta didik mulai

dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi dapat merasakan pendidikan yang

bermutu. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah pemerataan pendidikan

bagi seluruh rakyat Indonesia dengan biaya pendidikan yang rendah kalau perlu

gratis, tapi mutu tetap didapatkn.

Pada amandemen UUD 1945 pasal 31 dinyatakan dengan tegas bahwa;

Ayat (2): “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya”. Ayat (4): “negara memprioritaskan anggaran pendidikan

sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi

kebutuhan penyeenggaraan pendidikan nasional”. Ayat (5): “pemerintah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat

manusia”.

Amandemen UUD di atas secara tegas meyebutkan setiap warga negara

wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, akan

tetapi kenyataan yang kita lihat masih banyak anak uasi sekolah dasar tidak dapat

mengikuti sekolah dasar karena ketidakmampuan dalam biaya pendidikan.

2
Selanjutnya dikatakan bahwa anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari

APBN dan APBD tetapi kenyataannya setelah tiga tahun amandemen itu disetujui

dan ditandatangani, baru pada 2010 “mungkin” dapat direalisasikan. Padahan

Dallam dictum ketetapan tersebut disebutkan bahwa ketetapan ini beraku sejak

tanggal ditetapkannya yaitu tahun 2006.

Sesuai dengan UUD 1945 yang ada, maka pemerintah pusat dan

pememrintah daerah mempunyai kewajiban untuk mnyukseskan upaya

pemenuhan hak anak memperoleh pendidikan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Menyediakan anggaran yang memadai yang memungkinkan terpenuhi

seluruh kebutuhan pendidikan anak usia sekolah dan kebutuhan tenaga

pendidik memperoleh penghasilan dan kesejahteraan sosial yang pantas dan

memadai.

b. Mengidentifikasi peserta didik yang berprestasi guna pemberian beasiswa

dan tenaga pendidik yang berpretasi untuk pemberian insentif.

c. Mengidentifikasi orang tua peserta didik yang tidak mampu ekonominya.

d. Mengintegrasikan program-program pengentasan kemiskinan.

Selanjutnya peran DPR dalam upaya memenuhi hak anak untuk

memproleh pendidikan, adalah sebagai berikut.

a. Membuat kebijakan yang mendukung upaya dan program pemerintah untuk

melaksanakan UU tentang sikdinas, utamanya yang terkait dengan hak anak

memproleh pendidikan.

3
b. Membuat kebijakan yang mendukung dan menentukan porsi APBN yang

terkait dengna butir satu

c. Mengawasi pelaksanaan butir saru dan dua

d. Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, utamanya yang

terkait dengan hak anak memproleh pendidikan

e. Mengadakan penyelidikan bila dipandang perlu dan atau meminta

keterangan pemerintah, utamanya yang terkait dengan masalah hak anak

memperoleh pendidikan

f. Mengusulkan peraturan bila dipandang perlu, utamanya yang terkait dengan

hak anak memproleh pendidikan

Pernyataan di atas, menwajikan kepada pemerintah untuk menjamin


terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi dan DPR sebagai mitranya. Dengan demikian sangat wajar apabila
DPR memperjuangkan terpenuhinya hak anak memperoleh pendidikan dengan
mengalokasikan anggaeran yang memadai. Kemuddian pemerintah sebagai
penyelenggara pendidikan seharusnya segera merealisasikan alokasi anggaran
sekurang-kurangnya 20% kalau bisa lebih diluar gaji guru.

B. Kurikulum Finlandia

3. Manajemen Pendidikan

Administrasi pendidikan nasional diselenggarakan pada dua lembaga.

Kebijakan pendidikan merupakan tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Disamping itu terdapat sebuah lembaga nasional, Finnish National

Board of Education, bertanggung jawab untuk memantau implementasi kebijakan

agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Lembaga tersebut memiliki garis konsultasi

dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan untuk untuk mengembangkan

4
tujuan pendidikan, konten dan metode pembelajaran untuk pendidikan anak usia

dini, pendidikan pre-primary, pendidikan dasar, pendidikan menengah atas dan

pendidikan orang dewasa.

Pemerintah daerah/kota dapat menentukan bentuk-bentuk otonomi yang

dapat dilakukan oleh sekolah. Kemudian sekolah-sekolah memiliki hak untuk

memberikan layanan pendidikan sesuai dengan visi dan misi serta tujuan sekolah,

sepanjang tidak melanggar aturan. Dalam banyak kasus pengelolaan pendidikan

misalnya anggaran, akuisisi dan perekrutan adalah tanggung jawab sekolah.

4. Biaya / Anggaran Pendidikan

Anggaran pendidikan di Finlandia 20% dari total seluruh anggaran negara

yaitu sebesar Rp. 107 triliun. Pendidikan di Finlandia murni public good, yang

berarti bahwa investasi berasal dari publik melalui pajak, dan manfaat hasil

pendidikan dinikmati oleh publik juga. Pendidikan di Finlandia gratis dari sekolah

dasar hingga program doktoral. Hanya 4% dari keseluruhan institusi pendidikan di

Finlandia yang tidak didanai oleh pemerintah melalui pajak.

Walaupun gratis, pemerintah Finlandia juga berkomitmen untuk menjamin

kualitas tinggi pada semua sekolah tanpa kecuali. Ini berlaku bagi siswa dari

keluarga miskin atau kaya, di desa maupun di kota, di daerah jarang penduduknya

atau yang rapat penduduknya. Sekolah-sekolah di Finlandia tidak menjual nama

karena mutu semua sekolah adalah sama. Orang tua dapat dengan mudah memilih

sekolah mana saja untuk anaknya tanpa harus ragu akan kualitas sekolah tersebut.

Yang membedakan hanya 2 hal, yaitu setiap sekolah memiliki pelajaran bahasa

asing yang berbeda dan olahraga khusus.

5
DAFTAR PUSTAKA

Adha, M. A., Saverinus, G., Nurul, U., dan Achmad, S. 2019. Analisis Komparasi
Sistem Pendidikan Indonesia dan Finlandia. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan.
Vol 3, No.2

Anda mungkin juga menyukai