Anda di halaman 1dari 21

KEGIATAN BELAJAR 2 BILANGAN PECAHAN

2.1 Membandingkan Bilangan Pecahan

Dalam kehidupan sehari-hari kadang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berkaitan
1 3
dengan bilangan pecahan. Misalnya, memilih bagian atau bagian? Jika tujuannya adalah
2 4
memilih bagian yang lebih banyak tentunya kita harus tahu, manakah di antara bilangan pecahan
tersebut yang lebih besar nilainya. Berikut disajikan masalah yang terkait dengan bilangan
pecahan.

Ada kalanya dalam kehidupan sehari-hari kita tidak cukup dengan bilangan bulat saja.
Seperti pada masalah berikut. Bagaimana menyatakan: (a) banyak kue yang tersisa, (b) banyak
air dalam gelas, (c) panjang potongan kain.

Gambar 2.1
Potongan kue,
gelas air,
potongan kain

Untuk
menyatakan
gambar 2.1
kita perlu
menggunakan bilangan pecahan. Dengan membagi menjadi bagian-bagian seperti pada gambar
2.1, kita dapat menyatakan sebagai berikut.

a. Pada gambar 2.1 kue dibagi menjadi 4 bagian yang sama, bagian yang tersisa adalah 3
3
bagian. Sehingga banyak kue adalah 3 dari 4 bagian kue atau bagian kue.
4
b. Pada gambar 2.1 tinggi gelas dibagi menjadi 5 bagian yang sama. Tinggi air yang tersisa di
3
dalam gelas adalah 3 dari 5 bagian, sehingga banyak air adalah gelas air.
5
c. Pada gambar 2.1 panjang kain dibagi menjadi 3 bagian sama. Panjang kain yang tersisa
2
adalah 2 dari 3 bagian, sehingga panjang kain yang tersisa adalah potong kain.
3

Bilangan pecahan pada beberapa pernyataan di atas adalah untuk menyatakan bagian dari
keseluruhan. Jika a dan b adalah bilangan bulat, dengan b ≠ = dan b > a, maka bilangan pecahan
a
mempresentasikan a bagian dari b bagian sebagai objek keseluruhannya. Misal panjang,
b
a
tinggi, luas, berat, volume, dan lain-lain. Pada bagian , a disebut pembilang, sedangkan b
b
disebut penyebut.

Untuk memperluas pemahaman tenatang pecahan, silahkan amati tabel berikut.

Tabel 2.1 Ilustrasi pecahan


Gambar Pecahan

1
4

1
4

2
6

5
12

4
12

2
4

3
8
4
8

Menggali Informasi
2 3 1
Suatua bilangan pecahan , menyatakan nilai yang sama, yaitu . Pecahan-pecahan yang
4 6 2
seMiali disebut pecahan ekuivalen atau sama. Perhatikan ilustrasi berikut. Bagian yang berwarna
kuning jika dinyatakan dalam bentuk pecahan adalah sebagai berikut.

Gambar 2.2 Pecahan ekuivalen


(senilai)

Untuk a, b, c, dan d bilangan bulat, dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0.

a c
Pecahan ekuivalen (senilai) dengan jika a × d=c ×b.
b d

2.2 Latihan

1. Dengan menggunakan tanda


“=” sama dengan
“>” lebih dari
Atau “<” kurang dari
Bandingkan pecahan-pecahan berikut:
3 5
a. …
100 100
1 1
b. …
10 100
2 1
c. …
5 4
9 100
d. …
100 101
1 1
e. …
5000 5001
2. Urutkan bilangan-bilangan pecahan berikut dari yang terkecil
1 11 3 6
a. , , ,
2 16 32 8
7 3 1 3
b. , , ,
24 6 3 8
2 1
3. Suatu ketika siswa laki-laki dan siswa perempuan mengadakan kerja bakti di lapangan
3 2
sekolah. Jumlah siswa laki-laki dan perempuan tersebut adalah 60% dari seluruh siswa
dalam sekolah tersebut. Tentukan banyak siswa dalam sekolah tersebut

2.3 Menjumlahkan dan Mengurangkan


Bilangan Pecahan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui masalah tentang penjumlahan atau
1 1
pengurangan bilangan pecahan. Seperti, menjumlahkan 5 kilogram jeruk dengan 2 kilogram
2 3
2 1
apel, mengurangkan 7 kilogram beras oleh kilogram beras, dan lain-lain. Untuk dapat
3 4
menjumlahkan atau mengurangkan bilangan-bilangan pecahan tersebut perhatikan contoh
berikut.

Contoh 2.1
1
Nina membeli kg buah jeruk. Mengingat teman-temannya akan datang ke rumah, Ia membeli
4
3
lagi kg buah jeruk. Berapa kg berat jeruk keseluruhan?
4

Penyelesaian
Pada contoh 2.1 tersebut dapat kita membuat matematikanya sebagai berikut
1 3 1+3 4
+ = = =1
4 4 4 4

Jadi berat buah jeruk yang dibeli oleh Nina adalah 1 kg.

Contoh 2.2
Karena sedang mendapatkan Miali bagus di sekolah, Daus ingin berbagi kue. Ia memberi kepada
1 2
Heri dan Sugeng. Heri diberi bagian, sedangkan Sugeng mendapatkan bagian. Berapa
4 5
bagian yang masih dimiliki oleh Daus setelah diberikan kepada kedua temannya tersebut?

Penyelesaian
1 2
Sisa kue yang masih dimiliki Daus sama dengan 1 kue utuh dikurangi untuk Heri dan untuk
4 5
Sugeng. Kita dapat membuat bentuk matematikanya sebagai berikut

1− ( 14 + 25 )=1−( 120×5 + 220× 4 )


¿ 1− ( 205 + 208 ) menyamakan penyebut
13
¿ 1−
20

20−13
¿ menyamakan penyebut
20

7
¿
20

7
Jadi sisa kue yang masih dimiliki Daus adalah bagian.
20

Pada contoh 2.1 penjumlahan dua bilangan pecahan tersebut lebih sederhana, yaitu dengan cara
menjumlahkan kedua pembilangnya, karena kedua penyebut bilangan tersebut sama.

Pada contoh 2.2 ada proses mengubah penyebut menjadi sama sebelum melakukan operasi
penjumlahan maupun pengurangan. Karena penyebut berubah, maka pembilang pun ikut berubah
agar menjadi pecahan yang ekuivalen.
Menggali Informasi
Perhatikan bilangan-bilangan berikut.

1 2 2 4 6 5 1 1
, , , , , , 1 , 2 , 0.5,1.25,3
2 4 5 7 5 2 2 5

Bilangan-bilangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat bilangan, yaitu:

1. Pecahan sejati: pecahan yang pembilangnya kurang dari penyebut, dan FPB dari pembilang
dan penyebutnya adalah 1.
1 2 4
 Bilangan yang di atas yang termasuk bilangan pecahan sejati adalah , , dan
2 5 7
2
 Untuk bilangan bukan bilangan pecahan sejati karena FPB dari pembilang dan
4
penyebutnya adalah 2
2
 Seperti yang sudah dibahas sebelumnya pecahan adalah pecahan yang ekuivalen
4
1
atau seMiali dengan
2
 Untuk bilangan pecahan dengan penyebut 100 disebut persen
 Sedangkan bilangan pecahan dengan penyebut 1000 disebut permil. Misal:
5
=5 % (dibaca lima persen)
100
5 o
=5 (dibaca lima permil)
1000 oo
2. Pecahan tidak sejati: pecahan yang pembilangnya lebih dari penyebut. Bilangan di atas yang
6 5
termasuk bilangan pecahan tidak sejati adalah dan
5 2
3. Bilangan campuran
 Bilangan campuran yang dimaksud adalah campuran antara bilangan bulat dengan
bilangan pecahan.
1 1
 Bilangan di atas yang termasuk bilangan campuran adalah 1 dan 2
2 5
 Bilangan campuran dapat diubah menjadi bilangan pecahan dengancara sebagai
berikut
1 1× 2+1 2+1 3
1 = = =
2 2 2 2
1 2 ×5+1 10+1 11
2 = = =
5 5 5 5
a
Secara umum, jika c dengan a dan b adalah bilangan bulat positif, dan c adalah
b
bilangan bulat. Dapat diubah menjadi pecahan
a c ×b +a
c =
b b
4. Bilangan decimal
 Sistem bilangan desimal tersusun dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
 Bilangan yang termasuk bilangan desimal adalah 0.5, 1.25, dan 3.
 Bilangan bulat juga termasuk ke dalam bilangan desimal.
 Pada bilangan 1.25
Angka 1 bernilai 1 × 1 =1
1 2
Angka 1 bernilai 2 × =
10 10
1 5
Angka 1 bernilai 5 × =
100 100

2.4 Latihan
1. Urutkan bilangan berikut dari yang terkecil
2
a. , 45 % , 0.05,0.7
7
4 o
b. , 55 , 45 % ,0.5
7 oo
o 8
c. 750 , 0.65,70 % ,
oo 10
2. Tentukan hasil penjumlahan berikut.
4 2
a. +
9 9
3 5
b. +
6 6
1 3
c. 2 +
3 4
1
3. Ibu Sindy membeli dua ekor ayam. Satu ekor beratnya 1 kg dan satu ekor lainnya beratnya
4
4
2 kg. berapa kg berat kedua ekor ayam?
5
4. Ibu Sundari membeli 1 kg minyak goring. Di tengah jalan, minyak goring itu tumpah.
1
Ternyata sisa minyak goreng bu Sundari adalah kg. berapa kg minyak goreng yang
3
tumpah?
5. Pak Sani dan 3 orang temannya harus menyelesaikan panen tomatnya dalam minggu ini,
karena minggu depan Ia harus mempersiapkan pesta perkawinan putrinya. Agar panen dapat
3
selesai, tiap-tiap mereka berempat harus dapat memanen petak tomat. Berapa petak
5
keseluruhan toamat pak Sani?

2.5 Mengalikan dan Membagi


Bilangan Pecahan

Contoh 2.3
1
Untuk meracik suatu ramuan obat seorang menuang memanen liter cairan X setiap satu jam
2
selama 5 jam. Berapa liter kandungan cairan X dalam ramuan obat?

Penyelesaian
1
Permasalahan tersebut dapat ditulis ×5
2

Gambar
2.3
Perkalian
pecahan dalam garis bilangan

1 1 5
Dengan bantuan garis bilangan di atas, didapatkan ×5=2 atau . Jadi banyak kandungan
2 2 2
1
cairan X dalam ramuan obat tersebut adalah 2 liter.
2

Contoh 2.4
1
Seorang apoteker ingin mengambil dari cairan Y yang ada di dalam botol. Jika banyak cairan
2
4
dalam botol adalah bagian. Tentukan banyak cairan yang diabmil oleh apoteker tersebut.
5

Gambar 2.4 Apoteker

Penyelesaian
1 4
Bentuk permasalahan tersebut dapat diubah menjadi bagian dari cairan cairan dalam botol.
2 5
1 4
Jika dituliskan dalam perkalian ×
2 5

Gambar 2.5 Perkalian menggunakan pita


pecahan

Perhatikan daerah yang dikenai arsiran biru dan arsiran kuning. Daerah yang terkena arsiran biru
4 1 4 4
dan kuning ada sebanyak 4 bagian dari 10 potong bagian yang sama atau . Jadi × = .
10 2 5 10

a c
Secara umum, jika dan adalah bilangan pecahan, maka
b d

a c a ×c
× =
b d b×d
Pembagian Bilangan Pecahan

a
Pembagian bilangan pecahan oleh bilangan bulat jika adalah pecahan, dengan c adalah
b
bilangan bulat maka

a a
÷ c=
b b×c

Contoh 2.5
1
Seorang apoteker memiliki gelas cairan kimia. Jika cairan tersebut akan dibagi menjadi 2 gelas
3
secara merata, maka masing-masing gelas terisi berapa bagian?

Penyelesaian

Dari ilustrasi di atas terlihat bahwa


1 1 1
masing-masing gelas terisi bagian. Sehingga ÷ 2= bagian.
6 3 6

Pembagian bilangan pecahan oleh bilangan pecahan dengan penyebut sama

a b
Misal dan adalah bilangan pecahan, dengan b ≠ 0 maka
c c

a b a
÷ =
b c b

Contoh 2.6
6 2
meter kayu papan akan dipotong-potong menjadi meteran. Ada berapa bagian kayu yang
7 7
dihasilkan?

Penyelesaian

Dari ilustrasi di atas


6
dapat dilihat bahwameter kayu apapn dapat dipotong menjadi 3 potongan yang panjangnya
7
2 6 2 6
masing-masing meter. Ditulis ÷ = =3.
7 7 7 2

Pembagian bilangan bulat oleh bilangan pecahan

Untuk membagi bilangan bulat dengan bilangan pecahan, kita dapat mengubah bilangan bulat
tersebut menjadi pecahan senilai dengan penyebut sama dengan bilangan pecahan pembagi. Jika
a
adalah bilangan pecahan, dengan c adalah bilangan bulat, dan a ≠ 0 maka
b

a c a b ×c a b ×c
c÷ = ÷ = ÷ =
b 1 b b b a

Contoh 2.7
1
Seorang apoteker ingin membagi segelas cairan kimia menjadi an gelas. Ada berapa bagian
3
yang didapatkan?

Penyelesaian
Dari ilustrasi contoh 2.7 dapat terlihat bahwa 1 gelas cairan kimia dapat dibagi menjadi 3 bagian
1 1 3 3
yang berisi an gelas. Dituliskan 1 ÷ = ÷ =3.
3 3 3 1

Pembagian bilangan pecahan oleh bilangan pecahan dengan penyebut berbeda

Untuk membgi bilangan pecahan dengan bilangan pecahan, kita dapat mengubah kedua bilangan
a c
pecahan tersebut menjadi pecahan seMialai dengan penyebut sama. Jika dan adalah
b d
bilangan pecahan, dengan c ≠ 0 maka

a c a× d b × c
÷ = ÷
b d b × d b× d

a ×d
¿
b×c

Contoh 2.7
1 1
Bagaimana jika gelas cairan kimia dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang terdiri dari an
3 6
gelas.

Penyelesaian
Soal tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut
1
Dari ilustrasi di atas dapat terlihat bahwa
gelas cairan kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian
3
1 1 1 1 ×6 6
yang berisi an gelas. Dituliskan ÷ = = =2.
6 3 6 3×1 3

2.6 Latihan

1. Buatlah masalah perkalian yang diilustrasikan oleh gambar berikut.

a.

b.
2. Nyatakan hasil perkalian bilangan-bilangan berikut
1
a. ×7
2
1 3
b. ×
3 5
2 1
c. ×
5 3
3 5
d. ×
4 8
5 3 4
e. ( × ×
8 4 5 )
3. Tentukan hasil dari pembagian bilangan-bilangan berikut
2
a. ÷6
3
4
b. 20 ÷
7
3 5
c. 1 ÷
8 8
4. Suatu ketika pak Paijo menjemur jagung hasil panennya agar dapat disimpan dalam waktu
1
lama. Jagung tersebut dijemur selama 2 hari. Setiap hari dari kadar air berkurang. Jika
5
1
pada jagung mengandung kadar air. Berapakah kadar air tersisa setelah pak Pijo
4
menjemur jagung selam 2 hari.
5. Ibu Nunung memiliki selembar kain sepanjang 1 meter yang akan dijahit menjadi sapu
tangan. Kemudian Ia memotong kain tersebut menjadi 6 bagian. Berapa banyak sapu tangan
yang dapat dihasilkan oleh ibu Nunung?

KEGIATAN BELAJAR 3 BILANGAN RASIONAL DAN POLA BILANGAN

a
Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk ,
b
a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0

Perhatikan definisi di atas, untuk a dan b bilangan bulat serta b ≠ 0, bilangan apa yang dihasilkan
a
jika:
b

a=0?

a=b?

a> b , a dan b memiliki faktor prima?

a< b , a dan b memiliki faktor prima?

a> b , a faktor dari b?


a< b , a kelipatan dari b ?

1. Jika a = 0
a 0 0 0 0 0 0
Jika a = 0 (tentu b ≠ 0) maka → =0 ; =0 ; =0; =0 ; =0 ; =0. Maka
b 1 s 20 2.013 −2 −100
a
selalu menghasilkan bilangan 0.
b
2. a=b
silahkan coba sendiri, kemudian buatlah suatu kesimpulan
3. a < b, a dan b memiliki faktor prima
2 3 7
 , ,
3 7 11
a
 Maka selalu menghasilkan bilangan pecahan
b
4. a > b, a dan b memiliki faktor prima
Silahkan coba sendiri, kemudian buatlah suatu kesimpulan
5. a > b, a kelipatan dari b
4 99 10
 =2; =33 ; =5
2 3 2
a
 Maka selalu menghasilkan bilangan bulat
b
6. a < b, a kelipatan dari b?
silahkan coba sendiri dan berikan kesimpulan

Contoh 3.1
3 −3
Diberikan 2 buah bilangan rasional yaitu dan . Apakah kedua bilangan itu sama?
−4 4
Buktikanlah!

Penyelesaian
3 −3
Akan dibuktikan = .
−4 4

Bukti:

Ingat kembali bahwa jika suatu blangan dikali dengan 1 maka hasil perkaliannya-

adalah bilangan itu sendiri. Dapatkah kamu member contoh? Silahkan coba.
3 −3
Jika 1 dikali dengan bilangan rasional maka hasil perkaliannya adalah .
−4 4

3 −1 3 ×−1 −3
× = =
−4 −1 −4 ×−1 4

−1
(ingat bahwa =1).
−1

Contoh 3.2
Perhatikan penjumlahan bilangan rasional berikut.

1 1 1 1
+ + + +…
2 4 8 16

“+…” bermakna menjumlahkan terus dengan pola tertentu hingga tak hingga kali. Dapatkah
kalian menaksir hasil penjumlahan dari bilangan-bilangan tersebut?

Penyelesaian
Pertama, kita misalkan jumlah bilangan pecahan tersebut adalah x, kemudian kita tentukan pola
penjumlahannya sebagai berikut:

1 1 1 1
x= + + + + …
2 4 8 16

Dengan memakai sifat distributif perkalian pada pecahan terhadap operasi penjumlahan
diperoleh

1 1 1 1 1 1
x= + (
+ + + +…
2 2 2 4 8 16 )
Perhatikan bahwa pola pertama berulang kembali

1 1 1 1 1 1
(
x= + 2 + 4 + 8 + 16 +…
2 2
x )
1 1 −1
x= + x (tambahkan x di kedua ruas)
2 2 2

1 1
x− (kalikan 2 di kedua ruas)
2 2
x=1

1 1 1 1
Maka diperoleh: x= + + + + …=1
2 4 8 16

a
Kita telah membahas bilangan-bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a, b
b
a
bilangan bulat dan b ≠ 0. Namun banyak bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk ,
b
dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0. Seprti bilangan √ 3 , √ 5 , √ 7 , dan sebagainya. Bilangan-
bilangan tersebut dinamakan bilanggan rasional.

3.1 Latihan

a
1. Ubhlah bilangan-bilangan berikut ke dalam bentuk dengan a, b bilangan bulat dan b ≠ 0.
b
a. 0,25
b. 3,50
c. 0,75
d. -5,2
e. 0,47
2. Buktikanlah √ 7 bukan bilangan rasional!
3. Misal a bilangan bulat. Buktikan jika a genap maka a 2 genap!
4. Tentukan nilai
1 1 1 1
p= + + + +…
3 9 27 81
5. Tentukan nilai y=x +13+ x +23+ x +33+…+ x+1003!

Tahukah kamu?
Pecahan Mesir Kuno

Bilangan pecahan pertama kali ditemukan oleh bangsa mesir kuno. Pecahan yang ditemukan
oleh bangsa mesir kuno berbeda dengan bilangan pecahan yang kita gunakan saat ini. Pecahan
Mesir (Egyptian Fraction) adalah penjumlahan dari beberapa pecahan yang berbeda di mana
setiap pecahan tersebut memiliki pembilang 1 dan penyebut berupa bilangan bulat positif yang
berbeda satu sama lain (yang disebut sebagai pecahan satuan atau unit fraction). Penjumlahan ini
a a
menghasilkan suatu bilangan pecahan , dimana 0< <1. Penjumlahan pecahan semacam ini
b b
berperan penting dalam matematika Mesir Kuno, karena notasi dalam matematika Mesir kuno
2
hanya mengenal pecahan berbilang 1 dengan pengecualian .
3

Contoh
5 1 1
= +
6 2 3

13 2 1
= +
15 3 5

2
Simbol pecahan Mesir Kuno
3

Memahami Pola Bilangan

Contoh 3.3
Amati pola berikut

Jika susunan bola diteruskan dengan pola ke-n, dengan n adalah suatu bilangan bulat positif,
tentukan:

a. Banyak bola berwarna biru pada pola ke-n ( U n )


b. Banyak bola berwarna biru pada pola ke-10 ( U 10 )
c. Banyak bola berwarna biru pada pola ke-1000 ( U 1000 )

Penyelesaian
a. Untuk melihat banyak bola pada susunan ke-9 mari amati ilustrasi berikut. Perhatikan
banyaknya lingkaran yang berwarna biru adalah setengah bagian dari bola yang disusun
menjadi persegi panjang.
Dengan memperhatikan pola di atas kita dapat membuat pola ke-n adalah

Dengan menggunakan rumus pola yang telah ditentuka di atas, kita dapat menentukan

1
b. Pola ke-10 ( U 10 ) = × 10 × ( 11 ) =55
2
1
c. Pola ke-1000 ( U 1000 )= ×1000 × (1001 ) =500500
2

Contoh 3.3
Tentukan hasil penjumlahan pola bilangan persegi hingga pola ke-n.

12 +22+ 32+ 4 2+ …+n2=?

Sebelum menentukan jumlah pola bilangan persegi hingga pola ke-n, kita akan melihat empat
pola awal dari penjumlahan pola bilangan persegi. Sn bermakna jumlah hingga pola ke-n, dengan
n adalah suatu bilangan bulat positif.
3 ×30=10 ×9

3 × S 4=( 1+2+3+ 4 ) ×(2× 4 × 1)


3 × S 4=( 10 ) ×(2× 4 × 1)

3 × S 4= ( 12 ×4 ×5)×(2 × 4+1)
3.1 Latihan

1. Tentukan banyak lingkaran pada pola ke-100 pada pola berikut.

2. Tentukan banyak lingkaran pada pola ke-10, 100, n pada pola berikut. Untuk sebarang n
bilangan bulat positif.

3. Perhatikan pola bilangan berikut


1 1 1
, , ,…
2 6 12
a. Nyatakan ilustrasi dari pola terebut
b. Tentukan pola ke-n, untuk sebarang n bilangan bulat positif.

daleela

Anda mungkin juga menyukai