Anda di halaman 1dari 29

BILANGAN PECAHAN

A. MENGENAL BILANGAN PECAHAN

1. PENGERTIAN BILANGAN PECAHAN


Bilangan pecahan merupakan bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau
lebih dari utuh. Terdiri dari pembilang dan penyebut. Pembilang merupakan
bilangan yang terbagi. Sedangkan penyebut merupakan bilangan pembagi. Jenis-
jenis bilangan pecahan adalah pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal,
persen, dan permil.
𝑎
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑏 dengan

a, b bilangan bulat, b ≠ 0, dan b bukan faktor dari a.


Misalnya, kamu memiliki sebuah apel. Kemudian, apel tersebut dibagi menjadi
dua bagian sama besar. Setiap satu bagian apel tersebut dinamakan “satu per dua”
1
atau “setengah” dan dinotasikan 2. Kemudian, apabila setiap bagian apel tersebut

dibagi kembali menjadi dua bagian sama besar maka setiap bagian apel tersebut
1 1 1
dinamakan “satu perempat” atau “seperempat” dan dinotasikan . Bilangan dan
4 2 4

tersebut dinamakan bilangan pecahan. Bilangan yang terletak diatas dinamakan


pembilang. Adapun bilangan yang terletak dibawah dinamakan penyebut.
CONTOH :
1. Manakah diantara bilangan-bilangan berikut yang merupakan pecahan?
1 3 6
a. 12
b. 2 c. 3
2. Tentukan pebilang dan penyebut pecahan-pecahan berikut!
2 7 8
a. 5
b. 12 c. 9

3. Panjang sepotong kayu adalah 50 cm. Tentukan panjang dari


a. Seperempat kayu tersebut.
b. Tiga per lima kayu tersebut
Penyelesaian :
1
1. a. merupakan pecahan karena sesuai dengan definisi pecahan
12
3
b. 2 merupakan pecahan karena sesuai dengan definisi pecahan
6
c. 3 bukan pecahan karena 3 merupakan faktor dari 6.
2
2. a.Pembilang pecahan adalah 2 dan penyebutnya adalah 5.
5

1
7
b.pembilang pecahan 12 adalah 7 dan penyebutnya 12.
8
c. Pembilang pecahan 9 adalah 8 dan penyebutnya adalah 9.
1
3. a.Panjang dari seperempat kayu tersebut adalah 4 x 50 = 12,5 cm.
3
b.Panjang dari tiga perlima kayu tersebut adalah 5 x 50 = 30 cm.

2. JENIS – JENIS BILANGAN PECAHAN


A. Pecahan Murni
Pecahan murni adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil daripada
11 23 3
penyebutnya. Contoh-contoh dari pecahan murni antara lain , , dan .
12 47 6

B. Pecahan Tidak Murni adalah pecahan yang penyebutnya lebih kecil dari pada
5 22 314
pembilangnya. Contoh-contoh dari pecahan tidak murni antara lain 3, 7
, dan 100.
C. Pecahan Campuran
Pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri atas bilangan bulat a, b, dan c
𝑏 𝑏 𝑏
yang bersifat a𝑐 = a + 𝑐 , dengan 𝑐 adalah pecahan murni. Contoh-contoh dari
2 8 3
pecahan campuran antara lain 13, 511, dan 217.
Pecahan campuran dapat diperoleh dari pecahan tidak murni. Begitu pula
sebaliknya, pecahan tidak murni dapat di peroleh dari pecahan campuran.
1) Mengubah Pecahan Tidak Murni Menjadi Pecahan campuran.
Cara untuk mengubah pecahan tidak murni menjadi pecahan campuran adalah
dengan melakukan pembagian antara pembilang dan penyebutnya.
Contoh:
Ubahlah penulisan pecahan tidak murni berikut dalam bentuk pecahan campuran!
8
1.
3
13
2. 5
27
3. 4

Penyelesaian:

1. Lakukan operasi pembagian pada pecahan tersebut.


8 2
3
= 23

2. Lakukan operasi pembagian pada pecahan tersebut.


13 3
5
= 25

3. Lakukan operasi pembagian pada pecahan tersebut.

2
27 3
=6
4 4

2) Mengubah Pecahan Campuran Menjadi Pecahan Tidak Murni.


Untuk mengubah pecahan campuran menjadi pecahan tidak murni, dapat
menggunakan rumus berikut.
𝑏 (𝑎 𝑥 𝑐)+ b
𝑎𝑐 = 𝑐
, dengan c ≠ 0.

Contoh :
Tuliskan pecahan campuran menjadi pecahan tidak murni!
1
1. 2 4
2
2. 3 7
1
3. 5
6

Penyelesaian :

1 (2 𝑥 4)+ 1
1. 2 4 = 4
8+1
= 4
9
= 4
2 (3 x 7)+ 2
2. 3 7 = 7
21 + 2
= 7
23
= 7
1 (5 x 6)+ 1
3. 5 =
6 6
30 + 1
=
6
31
=
6

3. PECAHAN SENILAI
Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang mempunyai letak yang sama pada garis
bilangan.
1 2 1 2
Pecahan senilai dengan ditulis = .
4 8 4 8
1 2 4 1 2 4
Pecahan 2 senilai dengan 4
dan 8
ditulis 2
= 4
= 8
.
3 6 3 6
Pecahan 4 senilai dengan 8
ditulis 4
= 8
.

3
Bilangan yang membagi pembilang dan penyebut suatu pecahan untuk
mendapatkan pecahan senilai adalah faktor persekutuan dari pembilang dan
penyebutnya.
Cara untuk mendapatkan pecahan-pecahab senilai adalah dengan mengali atau
membagi pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bilangan yang tidak 0.
Contoh :
Tuliskan dua pecahan yang senilai dengan pecahan-pecahan berikut!
3
1) 4
2
2) 5
8
3) 12
6
4) 21

Penyelesaian :

3
1) Kalikan dengan suatu bilangan yang tidak 0, misalnya 2 dan 3.
4
3 3𝑥2 6
senilai dengan = .
4 4𝑥2 8

3 3𝑥3 9
4
senilai dengan 4 𝑥 3 = 12.

3 6 9
Dengan demikian, dua pecahan yang senilai dengan 4 adalah 8 dan 12.

2
2) Kalikan 5 dengan suatu bilangan yang tidak 0, misalnya 3 dan 4.
2 2𝑥3 6
senilai dengan = .
5 5x3 15

2 2𝑥4 8
5
senilai dengan 5 𝑥 4 = 20.

2 6 8
Dengan demikian, dua pecahan yang senilai dengan 5 adalah 15 dan 20.

8
3) bagikan 12
dengan suatu bilangan yang tidak 0 dan merupakan faktor

persekutuan dari 8 dan 12 misalnya 3 dan 4.


8 8∶2 4
12
senilai dengan 12∶2
= 6.

8 8∶ 4 2
senilai dengan = .
12 12∶ 4 3

8 4 2
Dengan demikian, dua pecahan yang senilai dengan adalah dan .
12 6 3

4
6 6
4) Kalikan dengan suatu bilangan yang tidak 0 atau bagikanlah dengan faktor
21 21

persekutuan dari 6 dan 21.


6 6𝑥2 12
21
senilai dengan 21 𝑥 2 = 42.

6 6∶ 3 2
21
senilai dengan 21∶ 3 = 7.

6 12 2
Dengan demikian, dua pecahan yang senilai dengan 21 adalah 42 dan 7.

Pecahan senilai biasanya disebut juga pecahan ekuivalen. Untuk menentukan


pecahan yang senilai dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Peragaan dengan benda kongkret


1 2 4
Kita akan menunjukan contoh bahwa = = dengan menggunakan 3 lembar
2 4 8

kertas yang berbentuk persegi panjang. Anggap selembar kertas itu sebagai 1
bagian utuh. Satu lembar kertas dilipat menjadi dua bagian yang sama sehingga
1
diperoleh 2. Kemudian 1 lembar yang lain dilipat menjadi 2 bagian yang sama,
2
kemudian dilipat lagi menjadi 2, sehingga diperoleh 4.

2. Peragaan dengan garis bilangan


Pecahan senilai dapat pula ditunjukan dengan menggunakan alat peraga garis
bilangan.
1 2 3 4 1 2 3 6
2
=4=6=8 4
= 8, 4 = 8
1 2 2 4 2 3 4 6 8
3
= 6, 3 = 6 1 = 2 = 3 = 4 = 6 = 8 dan seterusnya.

3. Dengan memperluas pecahan


1
Pecahan yang senilai dengan 4 dapat diperoleh dengan jaln memperluas dari
1 2 3
pecahan 4 menjadi 8, 12, dan seterusnya, dengan menggunakan alat peraga tabel
pecahan senilai yang diperoleh dari tabel perkalian.
4. MENYEDERHANAKAN PECAHAN
Menyederhanakan pecahan adalah mengubah suatu pecahan menjadi pecahan lain
yang senilai yang pembilang dan penyebutnya tidak lagi memiliki faktor persekutuan
slain 1.
Cara untuk menyederhanakna suatu pecahan atau mendapatkan pecahan senilai yang
paling sederhana adalah dengan membagi pembilang dan penyebut dengan FPB dari
pembilang dan penyebut tersebut.

Caranya yaitu dengan membagi pembilang dan penyebutnya dengan FPB dari
keduanya :

5
12
Misalnya : Bentuk sederhana dari 15

Faktor prima dari 12 = 2 x 2 x 3 = 2² x 3


Faktor prima dari 15 = 3 x 5
FPB dari 12 dan 15 adalah 3
Sehingga bentuk sederhananya dengan membagi pembilang dan penyebutnya dengan
3
12 12∶3 4
15
= 15∶3 = 5

Contoh :
Tuliskan pecahan-pecahan berikut dalam bentuk yang paling sederhana!
9
1)
36
18
2) 24
32
3)
64
25
4) 45

Penyelesaian :

1) Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 9 dan 36 adalah 9.


9
Untuk mendapatkan bentuk pecahan yang paling sederhana dari 36, bagilah
pembilang dan penyebut dengan 9.
9 9∶ 9 1
Diperoleh, 36 = 36 ∶ 9 = 4.
9 1
Dengan demikian, bentuk pecahan yang paling sederhana dari adalah .
36 4

2) Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 18 dan 24 adalah 6.


18 18 ∶ 6 3
Pecahan yang paling sederhana dari 24
adalah 24 ∶ 6 = 4.

3) Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 32 dan 64 adalah 32.


32 32 ∶ 32 1
Pecahan yang paling sederhana dari 64
adalah 64 ∶ 32
= 2.

4) Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 25 dan 45 adalah 5.


25 25 ∶ 5 5
Pecahan yang paling sederhana dari adalah = .
45 45 ∶ 5 9

5. MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN


a. Membandingkan Pecahan

1 3
Misalnya, kamu diberi dua pecahan, yaitu 4
dan 4. Cara untuk membandingkannya

adalah dengan menggambar.

6
Cara lain untuk membandingkan dua pecahan yang berpenyebut sama adalah
membandingkan pembilangnya. Akan tetapi, jika pecahan-pecahan yang harus kamu
bandingkan tersebut memiliki pemyebut yang berbeda, maka penyebut dari pecahan-
pecahan tersebut harus disamakan terlebih dahulu dengan mencari kelipatan
pesekutuan terkecil (KPK) dan penyebut-penyebut itu.

Contoh :

Lengkapi pecahan berikut dengan tanda <, >, atau = agar menjadi pernyataan yang
benar!

3 18
1) 7
... 7

Penyebut kedua pecahan tersebut telah sama. Dengan demikian, kamu cukup
membandingkan pembilangnya.
3
7
memiliki pembilang 3
18
memiliki pembilang 18
7
3 18
Jelas bahwa 3 < 18. Jadi < .
7 7
2 4
2) 4
... 8

Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 4 dan 8 adalah 8.


2
Tentukan pecahan senilai dari 4
yang memiliki penyebut 8.
2𝑥2 4
Kamu peroleh = .
4𝑥2 8
2 4 2 4
Oleh karena senilai dengan , dapat disimpulkan = .
4 8 4 8
1 3
3) 5
... 7

KPK dari 5 dan 7 adalah 35.


1
Tentukan pecahan senilai dari yang memiliki penyebut 35.
5
1𝑥7 15
Kamu peroleh 5𝑥7
= 35
.
7 15 1 3
Oleh karena 7 < 15 sehingga 35 < 35
, dapat disimpulkan 5
< 7.

b. Mengurutkan Pecahan

Menentukan bilangan yang lebih besar atau lebih kecil dari beberapa bilangan
disebut mengurutkan bilangan.

Jika kamu akan mengurutkan pecahan berpenyebut sama, maka urutkan pecahan-
pecahan tersebut berdasarkan urutan pembilangnya. Akan tetapi, jika pecahan-
pecahan yang akan diurutkan tersebut mempunyai penyebut yang beda, maka kamu
harus menentukan pecahan-pecahan senilainya terlebih dahulu.

7
Contoh :

13 9 11 3
Urutkanlah pecahan-pecahan 15, , ,
10 20
dan 5
mulai dari yang terkecil.

Perhatikan penyebut setiap pecahan, yaitu 5, 10, 15, dan 20.

Kelipatan persekutuan terkecil dari 5, 10, 15, dan 20 adalah 60.

13 52 11 33
senilai dengan senilai dengan
15 60 20 60

9 54 3 36
senilai dengan senilai dengan
10 60 5 60

Dengan demikian, urutan pecahan-pecahan tersebut mulai dari yang terkecil adalah
11 3 13 9
, , ,
20 5 15
dan 10.

c. Menentukan Letak Pecahan Pada Garis Bilangan

Pecahan murni terletak diantara bilangan 0 dan 1 pada garis bilangan. Cara untuk
menentukan letak pecahan pada garis bilangan adalah sebagai berikut.

1) Bagilah jarak antara 0 dan 1 menjadi beberapa bagian sama besar sesuai penyebut
2
pecahan yang akan ditentukan letaknya. Misalnya untuk 3
berarti jarak antara 0

dan 1 dibagi menjadi 3 bagian sama besar.


1 2 3
2) Kemudian, lakukan perbandingan antara 0, 3 , 3 , dan 3
= 1.
1 2
3) Kamu peroleh 0 < 3
< 3
< 1.
2
dengan demikian, letak pecahan pada garis bilangan adalah sebagai berikut.
3

1 2
0 3 3
1

Contoh :

5
Tentukan letak pecahan 8
pada garis bilangan.

Penyelesaian :

Bagilah jarak antara 0 dan 1 menjadi 8 bagian sama besar.

1 2 3 4 5 6 7 8
Lakukan perbandingan antara , , , , , , , dan = 1.
8 8 8 8 8 8 8 8

1 2 3 4 5 6 7
Kamu peroleh 8
< 8
< 8
< 8
< 8
< 8
< 8
= 1.

8
5
Letak 8
pada garis bilangan dapat kamu lihat pada garis bilangan berikut.

1 2 3 4 5 6 7
0 8 8 8 8 8 8 8
1

1. Penanaman konsep
a. Peragaan dengan menggunakan bangun-bangun geometri
Bangun-bangun geometri dapat digunakan sebagai alat untuk
membandingkan dan mengurutkan pecahan biasa dan pecahan campuran.
Bahan yang digunakan harus mudah dilipat, di warnai atau di potong-potong
untuk mengurutkan luasan dari bangun-bangun tersebut sehingga dapat
dilihat urutan dari luasan bangun yang mewakili urutan dari bilangannya.
1 3 1 5
< , <
2 4 2 8

b. Dengan peragaan pita atau kepingan-kepingan pecahan


Kepingan pecahan berguna untuk membadingkan pecahan biasa. Dari
peragaan dan gambar siswa akan dapat membandingkan dan sekaligus
mengurutkan bilangan-bilangan pecahanyang diinginkan.
c. Dengan menyamakan penyebutnya
2 3
Kita bandingkan 3 dan 4 dengan cara menyamakan penyebutnya atau

menentukan pecahan senilainya lebih dulu. Kegiatan ini akan lancar


dilakukan siswa bila penanaman konsep pecahan senilai pada bagian c
dipahami dan telah dirapihkan keterampilanya oleh guru yaitu menentukan
2 8 4 9
=
3 12
; 3 = 12. Setelah penyebutnya sama kita bandingkan pembilangnya
9 8 3 2
karena 9 > 8 maka 12 > 12 jadi 4 > 3
2. Keterampilan atau teknik cepat
a. Bila pembilangnya sama
Dari peragaan-peragaan luasan maupun kepingan pecahan dapat dilihat
3 3 3 2 2 2 2
bahwa 4 > 6 > 8, 3 > 4 > 6 > 8. Sehingga dapat ditentukan bahwa pada

pecahan positif, bila pembilangnya sama, maka pecahan yang lebih dari
adalah pecahan yang penyebutnya angkanya bernilai lebih kecil. Sedangkan
pada pecahan negatif akan sebaliknya.
b. Bila penyebutnya sama
Pecahan yang penyebutnya sama mudah dibandingkan melalui peragaan-
peragaan luasan maupun kepingan-kepingan pecahan.
3 5
Contoh 7 dan 7

9
Pada pecahan positif bila penyebutnya sama maka pecahan yang lebihdari
adalah pecahan yang pembilangnya angkanya lebih dari yang lain.
c. Bila pembilang dan penyebutnya tidak sama
Bila pembilang dan penyebutnya tidak sama maka bisa menggunakan tanda
silang.
4 2 3 2 15 8
3
... 5
→ 4 ... 5
berarti 20 ... 20 sehingga 15 ... 8 tanda yang tepat adalah
3 2
“>”, maka 4 > 5.

6. PECAHAN DESIMAL
Pecahan desimal merupakan bentuk lain penulisan pecahan. Pecahan desimal adalah
pecahan yang penyebutnya merupakan perpangkatan dari bilangan 10, misalnya:
2 2
0,2 = 101
= 10

1 angka dibelakang koma


15 15
0,5 = 10²
= 100

2 angka dibelakang koma


𝑝
0,p = 10𝑛
dengan n = banyaknya angka dibelakang koma.

a. Mengubah Bentuk Pecahan Menjadi Pecahan Desimal


Pecahan murni, pecahan tidak murni, dan pecahan campuran dapat
dinyatakan dalam bentuk pecahan desimal.
Misalnya:
8 1
= (0 x 1) + (8 x ), ditulis 0,8
10 10
47 1 1 1
= (0 x 1) + (0 x ) + (4 x ) + (7 x ), ditulis 0,047.
100 10 100 1.000
3 1 1
2 100 = (2 x 1) + (0 x 10
) + (3 x 100
), ditulis 2,03

Bentuk pecahan 0,8 dinamakan pecahan satu desimal. Bentuk pecahan


0,047 dinamakan pecahan tiga desimal. Adapun bentuk pecahan 2,03 dinamakan
pecahan dua desimal.
Bilangan desimal yang memuat angka berulang misalnya 0,111 ... disebut
bilangan desimal berulang. Adapun bentuk 0,8; 2,03; atau 0,047 dinamakan
bilangan desimal tidak berulang.
Contoh:
Tulislah pecahan-pecahan berikut dalm bentuk pecahan desimal!
5
1) 100
1 1
= (0 x 1) + (0 x 10
) + (5 x 100
) = 0,05

10
7
2) 1
10
1
= (0 x 1) = (7 x ) = 1,7
10

b. Mengubah Bentuk Desimal Menjadi Bentuk Pecahan


Contoh:
0,775 sebagai suatu pecahan murni dlam bentuk yang paling sederhana.
1 1
Pecahan desimal 0,775 dapat ditulis dalam bentuk (0 x 1) + (7 x 10
) + (7 x 100
)
1 775
+ (5 x ). jadi pecahan desimal 0,775 dapat ditulis menjadi .
1.000 1.000

Kemudian, sederhanakan pecahan tersebut dengan cara membagi pembilang dan


penyebut dengan faktor persekutuan terbesar dari 775 dan 1.000, yaitu 25.
775 775 ∶25 31
Akan peroleh, = =
1.000 1.000 ∶25 40

Dengan demikian, bentuk pecahan murni yang paling sederhana dari 0,775
31
adalah 40.

7. PERSEN DAN PEMIL


a. Persen

Kata persen berasal dari kata per cent yang artinya perseratus. Persen adalah pecahan
yang penyebutnya seratus. Persen dilambangkan %.

𝑎
a % = 100 dan a % dibaca a persen.

36 36 ∶4 9 9
36% bermakna 100 = 100 ∶4 = 25. Jadi 36% = 25.

50 50 ∶50 1 1
50% bermakna 100 = 100 ∶50 = 2. Jadi 50% = 2.

100
100% bermakna 100 = 1. Jadi 100% = 1.

Contoh:

1) Ubahlah pecahan berikut ke dalam bentuk persen


3
a.
5
3 300
= 5 x 100% = 5
% = 60%
7
b.
20
7 700
c. = 20 x 100% 20
% = 35%

2) Ubahlah bentuk persen berikut ke dalam bentuk pecahan murni


a. 75%

11
75 75 ∶25 3
= 100 = 100 ∶25
= 4 (25 adalah FPB dari 75 dan 100)

b. 62,5%
62,5 625 625 ∶125 5
= 100
= 1.000 = 1.000 ∶125 = 8

b. Permil
Permil adalah pecahan yang penyebutnya seribu atau pecahan perseribu. Permil
dilambangkan dengan ‰.
𝑎
a‰ = 1.000 dan a‰ dibaca a permil.
5 1 150 3
Misalnya: 5‰ = 1.000 =1.000 ; 150‰ = 1.000 = 20
Pecahan permil antara lain digunakan untuk menyatakan salinitas (kadar garam)
air laut. Misalnya, kadar garam Laut Merah adalah 41‰. Artinya, terdapat 41
gram garam pada setiap 1.000 gram air di Laut Merah.
Contoh:
1) Ubahlah bentuk pecahan berikut menjadi bentuk permil!
1
a. 4
1
= x 1.000‰ = 250‰
4
3 (2 𝑥 10)+ 3 23
b. 2 = = x 1.000‰ = 2.300‰
10 10 10

2) Ubahlah bentuk berikut dalam bentuk pecahan murni!


a. 750‰
750 750 ∶250 3
= 1.000 = 1.000 ∶250 = 4 (250 adalah FPB dari 750 dan 1.000)

b. 215‰
215 215 ∶5 43
= 1.000 = 1.000 ∶5 = 200 (5 adalah FPB dari 215 dan 1.000)

B. OPERASI HITUNG PADA BILANGAN PECAHAN


1. PENJUMLAHAN
Dalam menyelesaikan opersasi penjumlahan, harus memperhatikan penyebut dari
pecahan-pecahan yang akan dijumlahkan. Jika pecahan-pecahan itu berpenyebut
sama, cukup menjumlahkan pembilangnya.

12
𝑎 𝑏 𝑎+𝑏
𝑏
+𝑐 = 𝑐
, dengan c ≠ 0

Akan tetapi, jika penyebut kedua pecahan berbeda, maka terlebih dahulu disamakan
dengan menggunakan KPK dari penyebut-penyebutnya. Kemudian, jumlahkan
pembilang-pembilangnya.
Sifat-sifat Penjumlahan :
1. Sifat Asosiatif
(a+b)+c=a+(b+c)
Contoh :
(5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
2. Sifat Komutatif
a+b=b+a
Contoh :
7 +2=2+7=9
3. Unsur Identitas terhadap penjumlahan
Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan

a+0=0+a
Contoh :
6+0=0+6

4. Unsur invers terhadap penjumlahan


Invers jumlah (lawan) dari a adalah -a
Invers jumlah (lawan) dari – a adalah a

a + (-a) = (-a) + a
contoh :
5 + (-5) = (-5) + 5 = 0

5. Bersifat tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah
bilangan bulat juga.

a dan b ∈ bilangan bulat maka a + b = c ; c ∈ bilangan bulat

contoh :

4 + 5 = 9 ; 4,5,9 ∈ bilangan bulat

Contoh:
Hitunglah hasil penjumlahan pecahan berikut!
3 2
1) 8
+8 =

13
3+ 8 5
8
=8
1 3
2) 37 + 57 =
1 (3 𝑥 7)+ 1 21 + 1 28
37 = 7
= 7
= 7
3 (5 𝑥 7)+ 3 35 +3 38
57 = 7
= 7
= 7
1 3 22 38
Jadi, 37 + 57 = 7
+ 7
22+38
=
7
60 4
= 7
= 87
3 −1 21 −4
3) 4
+ ( 7 ) = 28 + ( 28 )
17
= 28

4) 1,37 + 2,18 =
1 1 1 1
1,37 = (1 x 1) + (3 𝑥 10
) + (7 𝑥 100
) 2,18 = (2 x 1) + (1 𝑥 10
) + (8 𝑥 100
)
3 7 1 80
=1+ 10
+ 100 = 2 + 10 + 100
100 30 7 200 10 8
= 100
+ 100
+ 100
= 100 + 100 + 100
137 218
= 100
= 100
137 218 355
Jadi, 1,37 + 2,18 = 100 + 100 = 100
1 1
= (3 x 1) + (5 𝑥 ) + (5 𝑥 ) = 3,55
10 100
𝑏 (𝑎 𝑥 𝑐)+ 𝑏
Pecahan campuran a𝑐 dapat ditulis dalam bentuk pecahan tidak murni 𝑐
.

2. PENGURANGAN PECAHAN
Operasi pengurangan pada pecahan merupakan kebalikan dari operasi
penjumlahan pada pecahan. Untuk melakukan pengurangan pada pecahan
berpenyebut sama, cukup mengurangkan pembilangnya.
𝑎 𝑏 𝑎−𝑏
𝑐
-𝑐 = 𝑐
, dengan c ≠ 0.

Apabila penyebutnya sama, pembilang bisa langsung dikurangkan


Apabila penyebut kedua pecahan tersebut berbeda, maka terlebih dahulu
penyebut-penyebutnya disamakan dengan menggunakan KPK dari penyebut-
penyebutnya kemudian kurangkan pembilang-pembilangnya.
Pengurangan pecahan dengan penyebut yang tidak sama :
𝑎 𝑏 𝑎𝑥𝑑 𝑐𝑥𝑏
𝑐
- 𝑑 = 𝑐 𝑥 𝑑 - 𝑐 𝑥 𝑑 → Rumus 1

14
𝑎 𝑏 (𝐾𝑃𝐾)∶𝑐 𝑥 𝑎 (𝐾𝑃𝐾)∶𝑑 𝑥 𝑏
𝑐
-𝑑 = 𝐾𝑃𝐾
- 𝐾𝑃𝐾
→ Rumus 2
5 2 5𝑥3 7𝑥2 15 14 1
Misalnya : - = – = - =
7 3 7𝑥3 7𝑥3 21 21 21

Untuk pengurangan dengan penyebut yang tidak sama, penyebutnya harus disamakan
terlebih dahulu dengan dua cara sama seperti dengan penjumlahan:
1. dengan mengalikan kedua penyebut 􀃆 rumus 1
2. dengan menentukan KPK nya 􀃆 rumus 2
Contoh:
Hitunglah pengurangan pecahan berikut!
4 3
1) 7
-7=
4−3 1
7
=7
6 3
2) 58 - 38 =
6 (5 𝑥 8) + 6 40+6 46
5 = = =
8 8 8 8
3 (3 𝑥 8) + 3 24 + 3 27
38 = 8
= 8
= 8
6 3 46 27
Jadi, 58 - 38 = 8
- 8
19 3
= 8
= 28
3 5
3) 28 - 17 =
3 (2 𝑥 8) + 3 16 + 3 19
28 = 8
= 8
= 8
5 (1 𝑥 7) + 5 7+5 12
17 = 7
= 7
= 7
3 5 19 12
Maka, 2 - 1 = -
8 7 8 7
133 96 37
= 56
- 56 = 56

4) 6,28 – 0,37 =
1 1 1 1
6,28 = (6 x 1) + (2 𝑥 10
) + (8 𝑥 100
) 0,37 = (0 x 1) + (3 𝑥 10
) + (7 𝑥 100
)
2 8 3 7
=6+ 10
+ 100 = 10 + 100
628 30 7 37
= = + =
100 100 100 100

628 37 591
Jadi, 6,28 – 0,37 = 100 - 100 = 100
1 1
= (5 x 1) + (9 𝑥 10
) + (1 𝑥 100
) = 5,91

3. PERKALIAN PECAHAN
Dalam perkalian bilangan pecahan : pembilang dikalikan dengan pembilang ;
penyebut dikalikan dengan penyebut

15
 Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan bulat :
𝑎 𝑎𝑥𝑏
Rumus xb= ;c≠0
𝑐 𝑐

5 5 4 5𝑥4 20
7
x4=7x1= 7
= 7

 Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan :


𝑎 𝑏 𝑎𝑥𝑏
Rumus 𝑐 x 𝑑 =𝑐 𝑥 𝑑 ; c dan d ≠ 0

5 4 5𝑥4 20
7
x 5
= 7 𝑥 5 = 35

 Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan campuran :


3 2 (5 𝑥 2)+ 3 2 13 2 13 𝑥 2 36 6
25 x 3 = 5
x3= 5
x3= 5𝑥3
= 15 = 215

𝑎 𝑐
Untuk menghitung perkalian pecahan dan dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0, dapat
𝑏 𝑑

menggunakan rumus berikut.


𝑎 𝑐 𝑎𝑥𝑐
𝑏
x 𝑑 = 𝑏 𝑥 𝑐 , b ≠ 0 dan d ≠ 0

Pada perkalian pecahan, berlaku sifat-sifat berikut.


1) Komutatif
a x b = b x a, dengan a dan b bilangan pecahan.
2) Asosiatif
(a x b) x c = a x (b x c), dengan a, b, dan c bilangan pecahan.
3) Distributif
A x (b + c) = (a ∙ b) + (a ∙ c), dengan a, b, dan c bilangan pecahan.
Contoh:
3 5
1) 8
x8 =
3𝑥5 15
=
8𝑥8 64
1 2
2) -3 x (−7 ) =
5 11
1 (3 𝑥 5)+ 1 15+1 16
-35 = - 5
=- 5
= -5
2 (7 𝑥 11)+ 2 77+2 79
-711 = - 11
=- 11
= -11
1 2 16 7 −16 𝑥 (−79) 1.264 54
Jadi, 35 x (−7 11
) = - 5 x (− 11) = 5 𝑥 11
= 55
= 2255

3) 0,35 x 1,42 =
35 42
0,35 = 100 0,42 = 100
35 42 35 𝑥 42 4.970
Jadi, 0,35 x 0,42 = 100 x 100 = 100 𝑥 100 = 10.000 = 0,497
4. PEMBAGIAN PECAHAN

16
 Pembagian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan
𝑎 𝑏 𝑎 𝑑 𝑎𝑥𝑑
Rumus : = x =
𝑐 𝑑 𝑐 𝑏 𝑐𝑥𝑏

Menjadi perkalian dengan bilangan keduanya (pembilang dan penyebutnya


ditukar)
𝑎 𝑐
Untuk menghitung pembagian pecahan terhadap dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0, dapat
𝑏 𝑑

menggunakan rumus berikut.

𝑎 𝑐 𝑎 𝑑
𝑏
∶ 𝑑 = 𝑏 x 𝑐 , dengan b ≠ 0 dan d ≠ 0

Contoh:

Hitunglah hasil operasi pembagian berikut!

1
1) 6 ∶ =
8
6 1 6 8 6𝑥8
∶ = x = = 48
1 8 1 1 1𝑥1
1
2) 8
∶6=
1 1 1𝑥1 1
8
x 6 = 8 𝑥 6 = 48
3 1
3) 2
∶5=
3 5 3𝑥5 15 1
x = = =7
2 1 2𝑥1 2 2
2
4) 9 ∶ 3 =
5
2 (3 𝑥 5)+ 2 17
35 = 5
= 5
2 17 9 5 9𝑥5 45 11
Jadi, 9 ∶ 35 = 9 ∶ 5
= 1 x 17 = 1 𝑥 7 = 17 = 217

5) 0,05 ∶ 0,31 =
5 31 5 100 5 𝑥 100 500 500 ∶100 5
100
∶ 100 = 100 x 31
= 100 𝑥 31 = 3.100 = 3.100 ∶100 = 31
5. PERPANGKATAN PECAHAN
𝑎 𝑛
Bilangan berpangkat dapat ditulis dalam bentuk (𝑏 ) .
𝑎 𝑛 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
( ) = ⏟x x …x
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏 𝑏

n faktor
𝑎 𝑥 𝑎 𝑥 𝑎 𝑥…𝑥 𝑎
=⏟
𝑏 𝑥 𝑏 𝑥 𝑏 𝑥…𝑥 𝑏

n faktor
𝑎𝑛
=
𝑏𝑛

Sifat-sifat yang dimiliki oleh perpangkatan bilangan bulat, yaitu sebagai berikut.

17
𝑎 𝑚 𝑎 𝑛 𝑎 𝑚+ 𝑛 𝑎𝑚 + 𝑛
1) (𝑏 ) x (𝑏 ) = (𝑏 ) = 𝑏𝑚 + 𝑛
𝑎 𝑚 𝑎 𝑛 𝑎 𝑚− 𝑛
2) (𝑏 ) ∶ (𝑏 ) = 𝑏𝑚− 𝑛 , dengan m > n
𝑛
𝑎 𝑚 𝑎 𝑚𝑥𝑛 𝑎𝑚 𝑥 𝑛
3) ((𝑏 ) ) = (𝑏 ) = 𝑏𝑚 𝑥 𝑛

Contoh:
Hitunglah perpangkatan pecahan berikut!
1 3 1 2
1) ( ) x ( ) =
3 3

1 3+2 1 5 1𝑥1𝑥1𝑥1𝑥1 1
(3) = (3) = 3𝑥3𝑥3𝑥3𝑥3
= 243
1 5
( )
2
2) 1 2
=
( )
2

1 5−2 1𝑥1𝑥1 1
(2) = 2𝑥2𝑥2
=8
3
1 2
3) ((3) ) =

1 2𝑥3 1 6 1𝑥1𝑥1𝑥1𝑥1𝑥1 1
(3) = (3) = 3𝑥3𝑥3𝑥3𝑥3𝑥1
= 729

C. BENTUK BAKU
Bentuk baku biasanya digunakan untuk menyatakan bilangan yang sangat besar
atau sangat kecil agar penulisannya lebih efisien. Sebagai contoh kecepatan cahaya
sekitar 300.000.000 m/detik dapat ditulis 3 x 108 m/detik.
Aturan penulisan bilangan baku adalah sebagai berikut.
1. Untuk bilangan yang lebih besar dari 10 maka penulisan bentuk bakunya adalah
a x 10𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli.
2. Untuk bilangan di antara 0 dan 1 maka penulisan bentuk bakunya adalah a x 10−𝑛
dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli.
Contoh:
Tuliskan bilangan-bilangan berikut dalam bentuk baku!
1) 2.732 =
2.732 adalah bilangan yang lebih besar dari 10. Oleh karena itu, gunakan aturan a
x 10𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli. Diperoleh, a = 2,732 dan n = 3.
Dengan demikian, bentuk baku dari 2.732 adalah 2,732 x 103 .
2) 1.750.000.000 =
1.750.000.000 adalah bilangan yang lebih besar dari 10. Oleh karena itu gunakan
aturan a x 10𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli. Diperoleh, a = 1,75 dan n =
9. Dengan demikian, bentuk baku dari 1.750.000.000 adalah 1,75x 109 .

18
3) 0,000253=
0,000253 adalah bilangan yang terletak di antara 0 dan 1. Oleh karena itu,
gunakan aturan a x 10−𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli. Diperoleh, a =
2,53 dan n = 4.
Dengan demikian, bentuk baku dari 0,000253 adalah 2,53 x 10−4.
4) 0.0000000062 =
0,0000000062 adalah bilangan yang terletak di antara 0 dan 1. Oleh karena itu,
gunakan aturan a x10−𝑛 dengan 1 ≤ a < 10 dan n bilangan asli. Diperoleh, a = 62
dan n = 9. Dengan demikian, bentuk baku dari 0,0000000062 adalah 6,2 x 10−9 .

D. PEMBULATAN PECAHAN DESIMAL

Pembulatan pada pecahan desimal berguna untuk menyederhanakan penyajian agar lebih
mudah diamati. Aturan pembulatan pecahan desimal adalah sebagai berikut.

1. Jika angka yang akan dibulatkan tersebut lebih dari atau sama dengan 5 maka
lakukan pembulatan ke atas.
2. Jika angka yang akan dibulatkan tersebut kurang dari 5 maka tidak dilakukan
pembulatan ke atas.

Contoh:

1. Bulatkan 6,321 sampai dua tempat desimal.


6,321 memiliki tiga tempat desimal.
Angka terakhir pada 6,321 adalah 1. Oleh karena 1 < 5, maka pembulatannya
adalah 6,32.
Dengan demikian, pembulatan 6,321 sampai dua tempat desimal adalah 6,32.
2. Bulatkan 7,461 sampai satu tempat desimal.
7,461 memiliki tiga tempat desimal.
 Angka terakhir pada 7,46 adalah 6.
 Oleh karena 6 > 5, maka pembulatannya adalah 7,5.
Dengan demikian, pembulatan 7,46 sampai satu tempat desimal adalah 7,5.
3. Bulatkan 5,25 sampai satu tempat desimal.
5,25 memiliki dua tempat desimal.
Angka terakhir pada 5,25 adalah 5 sehingga pembulatannya adalah 5,3.
Jadi, pembulatan 5,25 sampai satu tempat desimal adalah 5,3.
4. Bulatkan 2,455 sampai dua tempat desimal.
2,455 memiliki tiga tempat desimal.

19
Angka terakhir pada 2,455 adalah 5 sehingga pembulatannya adalah 2,46.
Jadi, pembulatan 2,455 sampai dua tempat desimal adalah 2,46
.
1. Pengurangan Bilangan Bulat

a. Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
maka:
1. Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih kecil
maka
hasilnya dalah bilangan bulat positif
Contoh :
8– 5 = 4
2. Bilangan bulat positif dikurangi dengan bilangan bulat positif yang lebih
besar maka
hasilnya adlah bilangan bulat negatif
Contoh :
3 – 6 = -3

b. Apabila terjadi pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
maka:
1. Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih
kecil
maka hasilnya adalah bilangan bulat positif
Contoh :
-6 - (-8) = -6 + 8 = 2 (ingat - 8 < -6 )
2. Bilangan bulat negatif dikurangi dengan bilangan bulat negatif yang lebih
besar
maka hasilnya adalah bilangan bulat negatif
Contoh :
-5 – (-3) = -5 +3 = -2 ( -3 > -5 )
3. Bilangan bulat negatif yang dikurangi sama dengan bilangan bulat negatif
yang
mengurangi maka hasilnya adalah 0 (nol)
Contoh :
-4 - (-4) = -4 + 4 = 0
c. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif hasilnya selalu
bilangan bulat positif
contoh :

20
8 – (-4) = 8 + 4 = 12
d. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif hasilnya selalu
bilangan bulat negatif
contoh :
-8 – 4 = - 12

e. Pengurangan dilakukan dengan cara bersusun


contoh :
212 - 19 = ?
Proses perhitungan
1. Kurangi 2 dengan 9, karena 2 kurang dari 9 maka pinjam puluhan dari
angka disampingnya, sehingga menjadi 12 dikurang 9 hasilnya 3
2. Karena angka 1 (puluhan) pada 212 sudah dipinjam 1 maka sekarang
menjadi 0, karena 0 dikurang 1 dari angka 19 tidak bisa maka pinjam
1 angka ratusan dari 2 (ratusan) menjadi 10 kemudian dikurangi 1
hasilnya 9
3. Karena angka 2 (ratusan) pada 212 sudah dipinjam 1, maka sekarang
menjadi 1, kemudian dikurangi dengan tidak ada angka dibawahnya
(=0) menjadi 1
4. Hasilnya adalah 193

Pengurangan dan Sifat-sifatnya


1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :
a – b = a + (-b)
a – (-b) = a + b
contoh:
8 – 5 = 8 + (-5) = 3
7 – (-4) = 7 + 4 = 11
2. Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku

a–b≠b-a

(a – b ) – c ≠ a – ( b – c )

Contoh :

7 – 3 ≠ 3 -7 􀃆 4 ≠ - 4

(9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) 􀃆 2 ≠ 8

3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :


a – 0 = a dan 0 – a = -a

21
4. Bersifat tertutup, yaitu bila dua buah bilangan bulat dikurangkan
hasilnya adalah bilangan bulat juga

a dan b ∈ bilangan bulat maka a - b = c ; c ∈ bilangan bulat

contoh :

7 - 8 = -1 ; 7,8,-1 ∈ bilangan bulat

3. Perkalian
Penjumlahan berulang
a) Perkalian Bilangan Cacah
1. Cara mendatar
- pekalian dua bilangan dengan 1 angka :
4x2=4+4=8
- pekalian bilangan 1 angka dengan bilangan 2 angka :
3 x 13 =
puluhan dan satuan dipisahkan :
3 x 13 = 3 x (10 + 3)
= (3x10) + (3 x 3 )
= 30 + 9
= 39
- perkalian dua bilangan dengan 2 angka :
14 x 15 =
14 x 15 = 14 x (10+5)
= (14x10) + (14x5) → 14 x 5 = (10+4) x 5 = (10x5)+(4x5) = 50+20 = 70
= 140 + 70
= 210
- perkalian bilangan kelipatan sepuluh (puluhan, ratusan, ribuan,…)
yang dikalikan hanya bilangan yang bukan nol, jumlah puluhannya dijumlahkan
dan
ditulis di belakang hasilnya :
30 x 60 = (3 x 6) 00 = 1800

2. Cara bersusun
12 x 68 =
Proses perhitungan :
1. kalikan 8 dan 2 (dari angka12), hasilnya 16: tulis angka 6 dan simpan 1
2. kalikan 8 dan 1 (dari angka12), hasilnya 8, ditambah angka simpanan 1
96 hasilnya 9 (dibaris pertama hasilnya 96)

22
3. kalikan 6 dan 2, hasilnya 12 : tulis angka 2 dan simpan 1
(di bawah angka 9 bergeser 1 kolom ke kiri))
4. Kalikan 6 dan 1, hasilnya 6, ditambah angka simpanan 1
hasilnya 7
5. Ditambahkan hasil (1,2) dan (3,4) = 816
b) Perkalian Bilangan Bulat
- hasil perkalian dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat positif
(+) x (+) = (+)
Contoh: 7 x 6 = 6 x 7 = 42
-hasil perkalian bilangan bulat positif dan negatif hasilnya adalah bilangan bulat
negatif
(+) x (-) = (-)
Contoh : 3 x -4 = -12
-hasil perkalian dua bilangan bulat negatif hasilnya adalah bilangan bulat positif
(-) x (-) = (+)
Contoh : -4 x -5 = 20
c) Perkalian dan Sifat-sifatnya
1. Sifat Asosiatif
(a x b) x c = a x (b x c)
Contoh: (2 x 3) x 4 = 2 x (3x4) = 24

2. Sifat komutatif
axb=bxa
Contoh : 5 x 4 = 4 x 5 = 20

3. Sifat distributif
a x (b+c) = (a x b ) + (a x c)
Contoh : 3 x ( 2 +6) = (3 x 2) + (3 x 6) = 24

4 Unsur identitas untuk perkalian


- hasil perkalian bilangan bulat dengan nol hasilnya adalah bilangan nol
ax0=0
- hasil perkalian bilangan bulat dengan 1 hasilnya adalah bilangan bulat itu juga
ax1=1xa=a

5. Bersifat tertutup
Jika dua bilangan bulat dikalikan maka hasilnya adalah bilangan bulat juga

23
a x b = c ; a, b, c ∈ bilangan bulat

4. Pembagian
Pembagian dan Sifat-sifatnya

1. Hasil bagi dua bilangan bulat positif adalah bilangan positif


(+) : (+) = (+)
Contoh : 8 : 2 = 4

2. Hasil bagi dua bilangan bulat negatif adalah bilangan positif


(-) : (-) = (+)
Contoh : -10 : -5 = 2

3. Hasil bagi dua bilangan bulat yang berbeda adalah bilangan negatif
(+) : (-) = (-)
(-) : (+) = (-)
Contoh : 6 : -2 = -3
-12 : 3 = -4

4. Hasil bagi bilangan bulat dengan 0 (nol) adalah tidak terdefinisi


a : 0 → tidak terdefinisi (~)
0 : a → 0 (nol)
Contoh :
0
5
= ~ (Tidak terdefinisi)

5. Tidak berlaku sifat komutatif dan asosiatif

a:b≠b:a

(a:b):c ≠ a : (b:c)
1
Contoh : 4 :2 ≠ 2 : 4 → 2 ≠2

(8:2) : 4 ≠ 8 : (2:4) → 1 ≠ 16

6. Bersifat tidak tertutup


Jika dua bilangan bulat dibagi hasilnya belum tentu bilangan bulat juga
contoh : 6 : 2 = 3 → bilangan bulat
3
7 : 2 = 32 → bukan bilangan bulat (bilangan pecahan)
5. Pemangkatan bilangan bulat
an = ⏟
𝑎 𝑥 𝑎 𝑥 𝑎 𝑥…𝑥 𝑎
Sejumlah n faktor

24
Contoh : 43 = 4 x 4 x 4 = 64
35 = 3 x 3 x 3 x 3 x 3 = 24

E. PENAKSIRAN HASIL OPERASI HITUNG BILANGAN


PECAHAN
Cara termudah untuk melakukan penaksiran pada bilangan pecahan adalah
dengan membulatkan bilangan pecahan tersebut ke bilangan bulat yang paling dekat.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
Contoh:
Taksirkan hasil operasi bilangan pecahan berikut!
2 1
1. +6 =
3 7
2
Bilangan bulat yang terdekat dengan adalah 1.
3
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 67 adalah 6.
2 1
Dengan demikian, taksiran dari 3 + 67 adalah 1 + 6 = 7.
2 1
Dapat ditulis, 3 + 67 = 7.
1 4
2. 3 - 1 =
5 9
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 35 adalah 3.
4
Bilangan bulat yang terdekat dengan 19 adalah 1.
1 4
Dengan demikian, taksiran dari 35 - 19 adalah 3 – 1 = 2
1 4
Dapat ditulis, 35 - 19 = 2
1 1
3. 62 x 210 =
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 62 adalah 7.
1
Bilangan bulat yang terdekat dengan 210 adalah 2.
1 1
Dengan demikian, taksiran dari 62 - 210 adalah 7 x 2 = 14
1 1
Dapat ditulis, 62 x 210 = 14
3 3
4. 9 : 2 =
4 9
3
Bilangan bulat yang terdekat dengan 94 adalah 10.
3
Bilangan bulat yang terdekat dengan 29 adalah 2.
3 3
Dengan demikian, taksiran dari 9 : 2 adalah 10 : 2 = 5
4 9

25
3 3
Dapat ditulis, 94 : 29 = 5

Konsep dan Operasi Hitung Bilangan

Operasi dasar aritmetika adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian,


walaupun operasi-operasi lain yang lebih canggih (seperti persentase, akar kuadrat,
pemangkatan, dan logaritma) kadang juga dimasukkan ke dalam kategori ini. Perhitungan
dalam aritmetika dilakukan menurut suatu urutan operasi yang menentukan operasi
aritmetika yang mana lebih dulu dilakukan.

Aritmetika bilangan asli, bilangan bulat, bilangan rasional, dan bilangan real umumnya
dipelajari oleh anak sekolah, yang mempelajari algoritma manual aritmetika. Namun
demikian, banyak orang yang lebih suka menggunakan alat-alat seperti kalkulator,
komputer, atau sempoa untuk melakukan perhitungan aritmetika.

Operasi Hitung Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan negatif, nol, dan bilangan
positif. Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, …) dan negatifnya (-1, -2, -3,
…; -0 adalah sama dengan 0 dan tidak dimasukkan lagi secara terpisah). Bilangan bulat
dapat dituliskan tanpa komponen desimal atau pecahan.
Apabila dalam suatu soal cerita terdapat suatu bilangan yang didahului atau diikuti kata-
kata; mundur, turun, kalah, rusak, mati, rugi, dibawah, dipakai, diminta, atau utang, maka
maknanya sebagai bilangan negatif. Contoh Suhu di kota Tokyo 6 dibawah nol, artinya
suhu di kota Tokyo -6

Operasi Pecahan

1. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan


Penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa dan pecahan campuran
Menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa dapat dilakukan
dengan menyamakan penyebutnya dan menyesuaikan pembilangnya, selanjutnya
hasil dari penjumlahan atau pengurangan pecahannya adalah dengan
menjumlahkan atau megurangkan pembilang-pembilangnya dan penyebut tetap
sama.
2. Perkalian dan Pembagian Pecahan
Perkalian dan pembagian pecahan biasa dan pecahan campuran.
Perkalian pecahan campuran harus diubah menjadi perkalian pecahan biasa.

26
Selanjutnya hasil perkalian pecahan biasa adalah hasil perkalian pembilang
dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut.
3. Operasi Campuran
Menyelesaikan operasi campuran pada bilangan pecahan dapat menggunakan
aturan operasi campuran seperti pada bilangan bulat.

F. TERAPAN PERHITUNGAN DENGAN


MENGGUNAKAN PECAHAN
Perhitungan dengan menggunakan pecahan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh
1. Pak toba bekerja sebagai pembuat tongkat. Untuk membuat sebatang tongkat
3
diperlukan kayu yang panjangnya 4 m. Jika pak toba mempunyai kayu yang

panjangnya 3 m, berapa batang tongkat yang dapat dibuat?


Jawab:
3 4 12
3:4=3x3= 3
=4

2. Ani akan membuat hiasan bingkisan lebaran dari pita. Setiap bingkisan
1
memerlukan pita yang panjangnya 22 m. Berapa m pita yang diperlukan untuk

membuat hiasan 5 bingkisan?


Jawab:
1 1 1 1 1
(5 x 2 2)m = {5x (2 + 2) }m = {(5 x 2) + (5 x 2) }m = (10 + 22)m = 122m.
1
Jadi pita yang diperlukan 122m.

G. PECAHAN SEBAGAI PERBANDINGAN (RASIO)


Sebuah pecahan yang menujukan rasio tidak sama dengan pecahan yang
mewakili bagian dari keseluruhan (utuh). Bila pecahan bisa digunakan untuk
menunjukan rasio akan mempunyai interpretasi yang berbeda di bandingkan pecahan
sebagai bagian yang utuh. Sebagai contoh: pembilang dari sebuah pecahan sebagai
rasio mungkin menyatakan obyek dalam kumpulan obyek. Oleh karena itu konsep
pecahan sebagai rasio harus jelas bagi anak. Untuk memahami mengapa pecahan
merupakan perbandingan (rasio) dapat dipikirkan dalamsituasi seperti ini.
Contoh :
1. “dinda dan dita membagi tanggung jawab mengelola toko kelontong. Dinda
dalam 1 minggu menjaga toko selama 4 hari, sedangkan dita 3 hari. Apabila

27
dinda telah menjaga toko selama 20 hari, berapa harikah dita telah menjaga
tokonya”.
Rasio untuk masalah diatas adalah 4 : 3, sebuah pernyataan dapat digunakan
untuk memecahkan masalah itu
3 20
4
= 𝑛
dengan perkalian akan didapat,
3 20
4
x3= 𝑛
x3
20
4= 𝑛
x3
20
4xn= 𝑛
x3xn

4n = 60
4n : 4 = 60 : 4
n = 15
jadi dita telah menjaga tokonya 15 hari.

2. Tinggi badan dhiar dan dhika masing-masing 150 cm dan 180 cm. Maka
perbandingan tinggi dhiar dan dhika adalah 150 : 180 atau 5 : 6 dengan masing-
masingdibagi 30 yang dikatakan sebagai pembanding. Sehingga dapar dikatakan
5
bahwa tinggi dhiar : tinngi dhika = 5 : 6 atau tinngi dhiar adalah 6 tinggi dhika.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbandingan 5 : 6 dapat dinyatakan


5 6
sebagai pecahan , dan perbandingan 6 : 5 dapat dinyatakan sebagai pecahan .
6 5

3. Panjang dan lebar suatu persegi panjang mempunyai perbandingan 5 : 3, jika luas
persegi panjang itu 240cm², maka tentukan ukuran panjang dan lebar dari persegi
panjang itu
Penyelesaian:
Diketahui: P:1 = 5
Luas pp = 240cm²
Jawab:
Luas pp = 240cm²
Misal perbadingannya n maka panjang dan lebar dari persegi panjang itu adalah
5n : 3n
Luas persegi panjang = p x l = 240cm²
Jadi 5n x 3n = 240
15n² = 240
15n² : 15 = 240 : 15
n² = 16
n = √16 = 4

28
jadi panjang = 5n = (5 x 4)cm = 20cm
lebar = 3n = (3 x 4)cm = 12cm

DAFTAR PUSTAKA

Rasyidin, Lucky fajar dan Farid Maulana. 2008 . Cara Mudah Menaklukan Olimpiade
Matematika SMP. Jakarta: Wahyumedia.

Wilcox, S. M. 1968. Geometri: A Modern Approach. California: Addison-Wesley


Publishing Company.

Millington, T.A and Millingtong, W. 1966. Distionary of Matematics. New York: Barnas
& Noble Books.

Hong, Tay Choon, et al. 2004. New Mathematics counts. Singapore: Federal Publications.

Vance, E.P. 1962. Modern Algebra and trigonometri. London: Eddision-Wesley


Publishing Company.

29

Anda mungkin juga menyukai