1 Pecahan Biasa
Istilah pecahan (fraction) dapat diartikan sebagai bilangan rasional, tetapi juga dapat
diartikan sebagai lambang bilangan untuk bilangan rasional. Pecahan sebagai bilangan
rasional dinamakan bilangan pecah.
Himpunan bilangan cacah adalah {0, 1, 2, 3, …}. Operasi penjumlahan dan perkalian
pada bilangan cacah bersifat tertutup. Hal ini berarti penjumlahan dua bilangan cacah
selalu menghasilkan suatu bilangan cacah, dan perkalian dua bilangan cacah selalu
menghasilkan suatu bilangan cacah. Di pihak lain, operasi pembagian pada bilangan
cacah tidak bersifat tertutup, maksudnya hasil pembagian dua bilangan cacah tidak
selalu merupakan bilangan cacah.
Berkaitan dengan pembagian pada bilangan cacah diperlukan bilangan baru sebagai
perluasan bilangan cacah sehinga operasi pembagian bersifat tertutup pada bilangan
baru itu. Bilangan baru tersebut adalah bilangan pecah. Hasil dari pembagian 3 : 7 =
… adalah bilangan pecah. Ilustrasi berikut berkaitan dengan konsep bilangan pecah.
Sebuah apel dipotong dengan pisau menjadi 3 bagian yang sama. Tiap-tiap bagian
apel masing-masing memberikan gambaran tentang pecahan 1/3. Gabungan dua
bagian apel yang disatukan menggambarkan 2/3. Gabungan 3 apel yang disatukan
menggambarkan 3/3.
Suatu daerah lingkaran dibagi oleh sebuah diameternya menjadi dua bagian yang
sama. Masing-masing bagian memberikan gambaran tentang pecahan 1/2. Gabungan
kedua bagian tersebut menggambarkan pecahan 2/2.
Gambar 1
Ilustrasi di atas menggambarkan pecahan sebagai suatu bagian dari sebuah benda atau
bagian dari sesuatu yang utuh.
Gambar 2
Banyak anggota suatu himpunan ada tiga. Yang hitam adalah satu per tiga bagian dari
seluruhnya, dan dilambangkan dengan 1/3. Yang putih adalah dua per tiga bagian dari
seluruhnya, dan dilambangkan dengan 2/3. Ilustrasi di atas menggambarkan pecahan
sebagai partisi atau bagian dari keseluruhan.
Bilangan pecah sebagai perluasan dari bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai
berikut. Bilangan pecah adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan
a
dua bilangan cacah a dan b, lambangnya ditulis dalam bentuk dengan b ≠ 0.
b
Suatu pecahan didefinisikan sebagai lambang atau nama dari suatu bilangan pecah
a
yang berbentuk dengan a dan b nama-nama bilangan cacah dan b ≠ 0. Dalam hal ini
b
a disebut pembilang (numerator) dan b disebut penyebut (denumerator). Pecahan
yang pembilangnya satu dinamakan pecahan satuan.
a
Bilangan pecah yang diberi nama dengan pecahan didefinisikan sebagai suatu nilai
b
x yang memenuhi a : b = x .
Contoh :
3
3:5=
5
2 : 3 = 2/3
1 : 4 = 1/4
b Pecahan Senilai
Pecahan-pecahan yang senilai dapat diperoleh dengan cara pembilang dan penyebut
pecahan yang diketahui dikalikan dengan bilangan yang sama. Cara lain untuk
memperoleh pecahan yang senilai yaitu dengan cara pembilang dan penyebut pecahan
yang diketahui dibagi dengan bilangan yang sama, tentu saja membaginya masih pada
batas di mana hasil baginya merupakan bilangan cacah.
Gambar 3
Pada gambar di atas tampak bahwa 4/16, 2/8, dan 1/4 ditunjukkan oleh daerah yang
sama luasnya.
Pada garis bilangan biasanya suatu pecahan dinyatakan sebagai sebuah titik yang
terletak pada garis bilangan itu. Pecahan-pecahan yang senilai dinyatakan oleh sebuah
titik yang sama. Perhatikan Gambar 4 berikut.
‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗
0 1 2
2 2 2
‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗
0 1 2 3 4
4 4 4 4 4
‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗‗
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Gambar 4
c Menyederhanakan Pecahan
1 2 3
, , adalah pecahan-pecahan yang paling sederhana.
3 5 4
8
bukan pecahan paling sederhana sebab 8 dan 12 mempunyai factor persekutuan
12
4 2
(selain 1) yaitu 4. Pecahan ini dapat disedehanakan menjadi atau . Bentuk yang
6 3
8 2
paling sederhana dari adalah .
12 3
1 5 7
Perhatikan pecahan , , dan . Ketiga pecahan tersebut masing-masing
4 6 12
penyebutnya berbeda. Ketiga pecahan tersebut dapat dinyatakan dalam penyebut yang
3 10 7 1 3 5 10
sama, yaitu: , , dan karena = dan = . Pecahan-pecahan yang
12 12 12 4 12 6 12
penyebutnya sama dikatakan senama.
3 1 1 1 1 3 4 6 9
, , dapat diurutkan menjadi , , karena .
4 3 2 3 2 4 12 12 12
Pecahan-pecahan yang tak senama dapat diubah bentuknya agar menjadi pecahan
yang senama. Hal ini dilakukan dengan cara masing-masing pecahan diubah
bentuknya sehingga penyebut yang baru adalah Kelipatan Persekutuan Terkecil
(KPK) dari penyebut-penyebut sebelumnya. Dengan demikian pecahan yang tak
senama juga dapat diurutkan berdasarkan nilainya. Pengurutan pecahan juga dapat
dilakukan berdasarkan posisinya pada garis bilangan. Pecahan yang posisinya berada
di sebelah kanan (pada garis bilangan) nilainya lebih besar daripada yang berada di
sebelah kiri.
3 1
Pecahan dan tidak senama karena penyebutnya berbeda. KPK(4,6) = 12,
4 6
sedangkan
3 3 3 9 1 1 2 2
= = dan = = . Maka kedua pecahan tersebut dapat dinyatakan
4 4 3 12 6 6 2 12
9 2
dalam pecahan senama sebagai dan .
12 12
e Pecahan Campuran
Pecahan yang telah dibicarakan di atas adalah pecahan dengan pembilang lebih kecil
daripada penyebutnya. Sesuai dengan definisi bilangan pecah, penulisan pecahan
a 11 7 19
dapat berbentuk dengan a b . Contoh: , , .
b 2 4 7
7 4 3 3 3
= = 1 = 1
4 4 4 4 4
Gambar 5
3
1
4
11 1
11 : 2 = 5 sisa 1 maka =5
2 2
7 3
7 : 4 = 1 sisa 3 maka =1
4 4
19 5
19 : 7 = 2 sisa 5 maka =2
7 7
Pecahan dengan pembilang lebih besar daripada penyebutnya dapat disederhanakan
sehingga ada bagian bulat dan ada bagian yang tidak bulat. Pecahan yang demikian
disebut pecahan campuran.
3 2 3 2 5
+ = =
7 7 7 7
Jika pecahan-pecahan tak senama akan dijumlahkan atau dikurangkan, maka salah
satu atau kedua pecahan itu mula-mula diubah sehingga keduanya menjadi pecahan
senama, kemudian penjumlahan atau pengurangan dapat dilakukan. Perlu diingat
bahwa hasil akhir hendaknya dinyatakan dalam bentuk yang paling sederhana.
3 1 9 2
+ = +
4 6 12 12
92
=
12
11
=
12
(2) Perkalian pada Pecahan
Gambar 6
Pada Gambar 6, arsiran mendatar menyatakan pecahan 1/2, dan arsiran vertikal
menyatakan pecahan 1/3. Daerah yang mendapat arsiran mendatar dan juga arsiran
1 1 1
vertikal menyatakan hasil perkalian . Ternyata luas daerah tersebut adalah .
2 3 6
1 1 1 1
dapat diartikan sebagai 1/2 dari 1/3. Jadi yang ada mula-mula . Kemudian
2 3 3 3
itu dibagi dua.
Gambar 7
1 1 11 1
2 3 23 6
4 2 4 2 8
5 3 5 3 15
Jika dalam perkalian ada pecahan campuran, maka pecahan tersebut diubah dahulu ke
bentuk pecahan biasa.
1 2 1 14 1 14 14
4
5 3 5 3 5 3 15
1
Perhatikan pembagian 1 : .
2
Jika satu satuan dibagi menjadi bagian-bagian setengahan maka akan menghasilkan
1
dua bagian setengahan. Jadi 1 : 2
2
1
Perhatikan pembagian 1 : .
3
Jika satu satuan dibagi menjadi bagian-bagian sepertigaan maka akan menghasilkan
1
tiga bagian sepertigaan. Jadi 1 : 3
3
Jika satu satuan dibagi menjadi bagian-bagian seperempatan maka akan menghasilkan
1
empat bagian seperempatan. Jadi 1 : 4
4
Berdasarkan tiga kasus di atas tampak bahwa suatu pembagian hasilnya tidak berubah
jika pembaginya dibalik (pembilang dan penyebutnya saling dipertukarkan) dan tanda
” :” diganti dengan tanda ” ”. Dengan demikian tiga kasus di atas dapat ditulis
sebagai berikut.
1 2 1 2 2
1: 1 2
2 1 1 1
1 3 1 3 3
1 : 1 3
3 1 1 1
1 4 1 4 4
1: 1 4
4 1 1 1
Prinsip di atas dapat diperluas untuk pembagian dengan pecahan jika bilangan yang
dibagi bukan bilangan bulat, sehingga diperoleh rumus umum sebagai berikut.
a c a d
:
b d b c
Contoh:
2 5 2 7
:
3 7 3 5
14
=
15
2 5 2 7
:
3 7 3 5
14
=
15
2 Desimal dan Persen
a. Desimal
Sistem numerasi yang banyak digunakan dalam matematika adalah sistem nilai
tempat. Berikut adalah contoh sistem nilai tempat.
Perhatikan bahwa nilai tempat untuk 3, 7, 4, dan 6 berturut-turut adalah 1000, 100,
10,1.
1 1 1
Nilai tempat ini dapat dilanjutkan dengan: , , , dan seterusnya. Bagian
10 100 1000
yang lebih dari nol dan yang kurang dari nol dibatasi dengan tanda “,” (dibaca
“koma”).
1 1 1
3746,825 = 3 1000 7 100 4 10 6 1 8 2 5
10 100 1000
Angka-angka di sebelah kiri tanda koma menyatakan bagian bulat (bilangan bulat)
dan sebelah kanan menyatakan bagian pecahan.
Pada prinsipnya pengubahan pecahan biasa ke bentuk desimal dilakukan dengan lebih
dahulu mencari nama lain dari pecahan itu yang penyebutnya sepuluh, seratus, seribu
dan seterusnya sesuai dengan kebutuhannya (membentuk sistem penulisan dengan
basis sepuluh).
Contoh:
1
(a) Ubahlah ke pecahan desimal.
2
Jawab:
1 1 5 5
0,5
2 2 5 10
1
(b) Ubahlah ke pecahan desimal.
4
Jawab:
1 1 25 25
0,25
4 4 25 100
Pengubahan pecahan biasa ke bentuk desimal tidak semua dapat dilakukan dengan
cara seperti tersebut di atas. Cara lain pengubahan pecahan biasa ke bentuk decimal
dapat dilakukan dengan pembagian bersusun. Hal ini akan membantu pengubahan
pecahan yang penyebutnya bukan factor dari sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya.
Kadang-kadang perubahan pecahan biasa ke pecahan decimal tidak ditulis hasilnya
dengan tepat, hanya beberapa angka di belakang koma sesuai dengan yang
diinginkan. Simaklah contoh-contoh berikut.
3
(c) Ubahlah ke pecahan desimal.
4
0,75
4 3,00
28
20
20
0
3
Jadi 0,75
4
0,428
0,95 +
1,378
7,249
0,167 –
7,082
0,83
0,7
581
000
0,581
42
17
12
52
48
40
36
4
0,4372
Jadi 7,286 7,3 .
0,06
b. Prosentase
Bilangan pecah sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dapat dinyatakan dengan
notasi yang berkaitan dengan pecahan berpenyebut seratus, yang disebut persen atau
persentase dan dilambangkan dengan “%” . Berikut adalah ilustrasi yang
menggambarkan persentase.
sebagian
Prosentase = 100 %
seluruhnya
Contoh 14
Jawab: