Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pecahan
Pecahan yang dipelajari anak ketika di SD, sebetulnya merupakan

bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a a

dan b merupakan bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Secara
simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari: (1) pecahan
biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan persen, dan (4) pecahan campuran.
Begitu pula pecahan dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalensi yang tak
1 2 3 4
terhingga banyaknya: = = = . Pecahan biasa adalah lambang
2 4 6 8
bilangan yang dipergunakan untuk melam-bangkan bilangan pecah dan
rasio (perbandingan). Menurut Kennedy (1994) dalam Sukayati (2003)
makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai berikut.

1. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau
keseluruhan
Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari
setiap bagian dari yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang
akan diberikan kepada 4 orang anggota keluarganya, dan masing-
masing harus mendapat bagian yang sama, maka masing-masing
anggota keluarga akan memperoleh bagian dari keseluruhan roti itu.
Pecahan biasa mewakili ukuran dari masing-masing potongan.
Bagian-bagian dari sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat situasi
dimana lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan
, 4 menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu
keseluruhan (utuh) dan disebut penyebut. Sedangkan 1
menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian pada saat
tertentu dan disebut pembilang.

8
2. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang
beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian
Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan menjadi bagian yang
beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan
dengan pembagian. Situasi dimana sekumpulan obyek yang
beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan
sama banyak, maka kalimat matematikanya dapat 12 : 2 = 6 atau x
12 = 6. Sehingga untuk mendapatkan dari 12, maka anak harus
memikirkan 12 obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang
beranggotakan sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok
terkait dengan banyaknya obyek semula, dalam hal ini dari
banyaknya obyek semula. Demikian juga bila sehelai kain yang
panjangnya 3 m akan dipotong menjadi 4 bagian yang berukuran sama,
mengilustrasikan situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu
3 : 4 atau .

3. Pecahan sebagai perbandingan (rasio)


Hubungan antara sepasang bilangan sering dinyatakan sebagai
sebuah perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang
biasa memunculkan rasio.
Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru.
Rasio buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah
3
3 : 10 atau buku yang bersampul biru 10 dari keseluruhan buku.
Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang
panjangnya30 m. Rasio panjang tali A terhadap panjang tali B
10 1
tersebut adalah 10 : 30 atau 30 atau 3 panjang tali A ada 1 dari
panjang tali B.

9
Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti bila
didahului dengan soal cerita yang menggunakan obyek-obyek nyata
misalnya buah : apel, sawo, tomat, atau kue: cake, apem, dan lain-lain.
Peraga selanjutnya dapat berupa daerah-daerah bangun datar beraturan
misalnya persegi, persegi panjang, atau lingkaran yang akan sangat
1
membantu dalam memperagakan konsep pecahan. Pecahan dapat
2
diperagakan dengan cara melipat kertas berbentuk lingkaran atau
persegi, sehingga lipatannya tepat menutupi satu sama lain.
Selanjutnya bagian yang dilipat dibuka dan diarsir sesuai bagian yang
dikehendaki, sehingga akan didapatkan gambar daerah yang diarsir
seperti di bawah ini.

1
yang diarsis adalah 2
1
Pecahan dibaca setengah atau satu per dua atau seperdua.1
2
disebut pembilang yaitu merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian
yang diperhatikan dari keseluruhan bagian yang sama.2 disebut
penyebut yaitu merupakan 2 bagian yang sama dari keseluruhan.
Selain melipat dan mengarsir pada kertas, peragaan dapat pula
menggunakan pita atau tongkat yang dipotong dengan pendekatan
pengukuran panjang, yang dapat pula untuk mengenalkan letak
pecahan pada garis bilangan.
Pita dipotong menjadi 2 bagian sama panjang untuk
1
memperagakan pecahan .
2

1 2
0 1=
2 2
10
B. Macam-macam Pecahan
1. Pecahan paling Sederhana
Perhatikan bilangan-bilangan pecahan berikut ini:
1 2 5 2 4 12
dan
3 5 7 6 10 5
Beberapa bilangan pecahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
2 buah kelompok, yaitu kelompok pertama dan kelompok kedua.
Kelompok pertama terdiri dari bilangan-bilangan pecahan yang kurang
1 2 5 2 4
dari 1, yaitu dan Kelompok kedua terdiri dari bilangan
3 5 7 6 10
12
yang lebih besar dari 1, yaitu . Kita dapat lagi membagi kelompok
5
pertama menjadi dua sub kelompok, yaitu sub kelompok A dan sub
kelompok B. Sub kelompok A terdiri dari bilangan pecahan yang FPB
dari pembilang dan penyebutnya adalah bilangan 1. Sub kelompok A
1 2 5
ini adalah dan . Sedangkan sub kelompok B terdiri dari
3 5 7
bilangan pecahan yang FPB dari pembilang dan penyebutnya bukan
2 4
bilangan 1. Sub kelompok B ini adalah dan .
6 10
Kita pusatkan perhatikan kita pada kelompok 1 sub kelompok A,
yaitu bilangan pecahan yang kurang dari 1 dan FPB dari pembilang
dan penyebutnya adalah bilangan 1. Bilangan-bilangan itu adalah
1 2 5
dan . Suatu bilangan pecahan yang mempunyai ciri-ciri seperti
3 5 7
ini dinamakan bilangan pecahan murni atau bilangan pecahan sejati
atau bilangan pecahan paling sederhana.

2. Pecahan Senama
Perhatikan bilangan-bilangan pecahan berikut:
1 2 5 1 3 4
dan
3 5 7 6 6 6
Beberapa bilangan pecahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
2 buah kelompok, yaitu kelompok pertama dan kelompok kedua.
Kelompok pertama terdiri dari bilangan-bilangan pecahan yang
11
mempunyai penyebut bilangan 6 dan kelompok kedua terdiri dari
bilangan-bilangan pecahan yang mempunyai penyebut bukan bilangan
6. Kita perhatikan kelompok pertama, yaitu bilangan pecahan yang
mempunyai ciri penyebutnya adalah bilangan yang sama. Bilangan-
bilangan pecahan yang mempunyai penyebut yang sama dinamakan
bilangan pecahan senama.

3. Pecahan Ekuivalen
Tugiono (2013) mengemukakan bahwa pecahan ekuivalen yang
disebut juga pecahan senilai, merupakan bilangan-bilangan pecahan
yang cara penulisannya berbeda tetapi mempunyai hasil bagi yang
sama, atau bilangan-bilangan itu mewakili daerah yang sama, atau
mewakili bagian yang sama.
Dalam pecahan ekuivalen dapat diketahui bahwa pecahan senilai
adalah dua bentuk perbandingan antara pembilang dan penyebut yang
memiliki nilai yang sama, dimana perlu penyederhanaan pecahan
dalam memperoleh pecahan senilai.
Untuk menentukan pecahan senilai ada dua cara, sebagai berikut:
CARA PERTAMA
Perhatikan 3 gambar berikut.

12
Pada gambar (1)
Dilipat menjadi 2 bagian yang sama
Bagian yang diarsir =
Pada gambar (2)
Dilipat menjadi 4 bagian yang sama
Bagian yang diarsir = 2/4
Pada gambar (3)
Dilipat menjadi 8 bagian yang sama
Bagian yang diarsir = 4/8
Dari gambar-gambar tersebut, terlihat luas daerah yang diarsir
sama, sehingga: 1/2 senilai dengan 2/4 dan 4/8 atau 1/2 = 2/4 = 4/8

CARA KEDUA
Dengan mengalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan
yang sama.
12 2 13 3 14 4
Contoh: = , = , =
42 8 43 12 44 16

Jadi, 1/4 ekuivalen dengan pecahan 2/8, 3/12, 4/16 atau 1/4 = 2/8 =
3/12 = 4/16.
Untuk memberikan pemahaman tentang pecahan senilai dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan
peragaan kertas, garis bilangan pecahan, dan dengan tabel pecahan.
a. Peragaan dengan kertas
Misal kita akan menunjukkan contoh bahwa 1/2 = 2/4 = 4/8
dengan menggunakan 3 lembar kertas yang berbentuk
persegipanjang. Anggap selembar kertas itu sebagai 1 bagian utuh.
Satu lembar kertas dilipat menjadi 2 bagian yang sama, setiap
bagian mewakili bilangan 1/2. Kemudian 1 lembar yang lain dilipat
menjadi 2 bagian yang sama, sehingga bagian yang mewakili 1/2
tadi menjadi 2/4. Bila digambarkan lipatan-lipatan tersebut sebagai
berikut.

13
Pada gambar di atas tampak jelas bahwa 1/2 senilai dengan 2/4
dan 4/8, sehingga 1/2 =2/4 = 4/8.

b. Peragaan dengan garis bilangan


Pecahan senilai dapat pula ditunjukkan dengan menggunakan
alat peraga garis bilangan. Berikut ini ditunjukkan beberapa
pecahan senilai dengan menggunakan garis bilangan, yang
digambarkan pada kertas berpetak.

14
c. Peragaan dengan tabel pecahan
Pecahan yang senilai dengan 1/4 dapat diperoleh dengan cara
mengubah pecahan 1/4 menjadi 2/8, 3/12 dan seterusnya. Untuk
mempermudah perluasan pecahan ini dapat digunakan media tabel
perkalian.

Kegiatan dilanjutkan untuk mencari pecahan-pecahan senilai


yang lain. Dari peragaan dapat disimpulkan bahwa untuk mencari
pecahan yang senilai dapat dilakukan dengan cara
mengalikan/membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan
yang sama, tetapi tidak nol.

4. Pecahan Campuran
Perhatikan gambar berikut.

Gambar a.
3
Bagian yang diarsir dari seluruh gambar di atas adalah 2 bagian.

15
Gambar b.
Bagian yang diarsir dari seluruh gambar di atas adalah 1 bagian
1
ditambah bagian atau 1 bagian. Gambar a dan gambar b adalah dua
2
gambar yang sama. Bagian yang gelap pada gambar a dan bagian yang
gelap pada gambar b menunjukkan luas daerah yang sama. Dengan
2 1
demikian =1
3 2
Perhatikan bilangan-bilanagn pecahan berikut ini.
1 8 4 1 2 5
1 , , , , dan . Beberapa bilangan pecahan tersebut dapat
4 5 6 3 5 7
dikelompokkan menjadi 2 buah kelompok, yaitu kelompok pertama
dan kelompok kedua. Kelompok pertama terdiri dari bilangan-bilangan
1 8
pecahan lebih dari 1, yaitu 1 , . Sedangkan kelompok kedua terdiri
4 5
4 1 2
dari bilangan-bilangan pecahan yang kurang dari 1, yaitu , , dan
6 3 5
5
.
7
Perhatikan kelompok pertama, yaitu bilangan pecahan yang
mempunyai ciri nilainya lebih dari 1. Bilangan-bilangan pecahan yang
mempunyai pembilangnya lebih besar dari penyebutnya, atau bilangan
yang lebih besar dari 1 dinamakan bilangan pecahan campuran.

5. Pecahan Desimal
Untuk mempelajari bilangan pecahan desimal, kita perlu
memahami nilai tempat dan arti dari penulisan bilangan pecahan
desimal. Untuk itu, perhatikan bilangan-bilangan pecahan yang
penyebutnya kelipatan 10 seperti berikut ini.

16
1/10, 1/100, 1/1000, dan 1/10000. Jika bilangan-bilangan pecahan itu
ditulis dalam bentuk pecahan desimal, maka penulisannya adalah
sebagai berikut:
1/10 ditulis 0,1
1/100 ditulis 0,01
1/1000 ditulis 0,001
1/10000 ditulis 0,0001

C. Mengubah Bentuk Pecahan


1. Mengubah Pecahan Biasa menjadi Pecahan Desimal atau
Sebaliknya
a) Mengubah Pecahan Biasa menjadi Pecahan Desimal
Mengubah penulisan bilangan pecahan dari bentuk pecahan
biasa ke bentuk pecahan desimal dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu: (1) menggunakan bilangan pecahan senama dengan penyebut
kelipatan 10, dan (2) menggunakan cara pembagian panjang.
Untuk mengubah penulisan bilangan pecahan dari bentuk pecahan
biasa ke bentuk pecahan desimal menggunakan cara (2), perhatikan
contoh berikut ini.

17
Untuk mengubah penulisan bilangan pecahan dari bentuk
pecahan biasa ke bentuk pecahan desimal menggunakan cara (1),
perhatikan contoh berikut ini.
a. Tulislah bilangan 2/5 ke dalam bentuk pecahan desimal

Jadi. 1/3 = 0,333

b) Mengubah Pecahan Desimal menjadi Pecahan Biasa


Mengubah penulisan bilangan pecahan dari bentuk pecahan
desimal ke bentuk pecahan biasa dapat dilakukan dengan
memperhatikan bilangannya. Jika bilangan yang ditulis sebagai
pecahan desimal itu memuat sejumlah bilangan yang berhingga,
maka kita dapat memanfaatkan sistem nilai tempat; sedangkan jika
bilangan yang ditulis sebagai pecahan desimal itu memuat
sejumlah bilangan yang tidak berhingga tetapi berulang, maka kita

18
harus memanipilasi bilangan itu sehingga bentuk pecahan
desimalnya diperoleh. Perhatikan contoh berikut ini.
Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam bentuk bilanagn
pecahan desimal!
a. 0,954
b. 5,06
c. 1,121212.
Jawab:

19
2. Mengubah Pecahan Biasa menjadi Persen atau Sebaliknya
Persen artinya perseratus, sehingga nama pecahan biasa yang
penyebutnya seratus dapat diartikan dengan nama persen dengan
lambangnya untuk persen adalah %. Dengan demikian untuk
mengubah pecahan biasa menjadi persen, dicari lebih dahulu pecahan
senilainya yang penyebutnya 100. Contoh:
3 3 25 75
a. = = = 75%
4 4 25 100
2 2 20 40
b. = = = 40%
5 5 20 100

Sebaliknya untuk mengubah persen menjadi pecahan biasa, dapat


dilakukan dengan mengubah persen menjadi perseratus, yang
selanjutnya disederhanakan. Contoh:
25 2525 1
a. 25% = = =
100 10025 4
60 6020 3
b. 60% = 100 = =5
10020

D. Operasi Hitung Pecahan


1. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa
Bilangan pecahan tidak dapat digunakan untuk menyatakan banyak
anggota suatu himpunan. Namun demikian, penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan dapat diperagakan dengan benda-benda
kongkrit, bangun-bangun datar, atau garis bilangan. Penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan dapat dikelompokkan dalam dua jenis.
Jenis pertama, pejumlahan dan pengurangan bilangan pecahan senama;
dan penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan tidak senama.
a. Penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan senama
1 3
Perhatikan penjumlahan 5 + 5 = ?

Untuk mencari hasil penjumlahan itu, kita dapat menggunakan


bangun yang tampak seperti gambar berikut:

20
1 3 4
Dari gambar di atas, tampak bahwa + 5 =5.
5
5 2
Perhatikan pengurangan 7 =? Untuk mencari hasil
7

pengurangan itu, kita dapat menggunakan bangun yang tampak


seperti berikut:

5 2 3
Dari gambar di atas, tampak bahwa 7 7 = 7

Penyelesaian dengan algoritma, masalah di atas dapat


diselesaikan debagai berikut:
1 3 (1 + 3) 4 5 2 (5 2) 3
+ = = , = = .
5 5 5 5 7 7 7 7

b. Penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan tidak senama


1 1
Perhatikan penjumlahan + 3 = ? Untuk mencari hasil
2

penjumlahan itu, kita dapat menggunakan bangun yang tampak


seperti gambar berikut:

21
1 1 3 2 5
Dari gambar di atas, tampak bahwa +3= +6=
2 6 6
1 1
Perhatikan pengurangan 3 =? Untuk mencari hasil
2

pengurangan itu, kita dapat menggunakan bangun yang tampak


seperti berikut:

1 1 3 2 1
Dari gambar di atas, tampak bahwa 2 3 = 6 6 = 6

Dengan menggunakan algoritma, masalah di atas dapat


diselesaikan sebagai berikut:
1 1 3 2 (3+2) 5 1 1 3 2 (32) 1
+3=6+6= =6, dan 3=66= =6
2 6 2 6

2. Perkalian Bilangan Pecahan Biasa


Bagaimana mengartikan x 3? Untuk mengalikan dua buah
bilangan dengan pengalinya bilangan pecahan, kita tidak dapat lagi
menggunakan definisi perkalian dengan pengalinya bilangan asli.
Untuk itu kita butuh definisi baru untuk mengartikan x 3. x 3

22
diartikan sebagai dari 3, atau -nya 3. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar berikut ini.

Dari gambar di atas tampak bahwa x 3 = 1 atau 3/2


1 1
Bagaimana menyajikan 2x3 dengan gambar? Untuk itu perhatikan

gambar berikut ini.

Dengan menggunakan algoritma, masalah perkalian di atas dapat


diselesaikan sebagai berikut:
1 1 3 13 3 2 1 1 1
x 3 = 2 1 = 21 = 2 =2 + 2 = 1 + 2 = 1 2 ,
2
1 1 11 1
= =6
2 3 23

23
3. Pembagian Bilangan Pecahan Biasa
Pembahasan pembagian ini diawali dengan mengajukan beberapa
masalah, yaitu:
Tanpa menggunakan algoritma pembagian, selesaikan masalah-
masalah berikut.
a. 6 : 3 =
b. 1/3 : 2 =
c. 1 : 1/3 =
d. : 1/3 =
Masalah a dapat kita selesaikan dengan menggunakan pemahaman
terhadap bilangan asli, yaitu 6 : 2 = 3 karena 6 2 2 2 = 0.
Masalah b, yaitu 1/3 : 2 tidak dapat kita selesaikan menggunakan
definisi di atas. Kita harus mencoba menggunakan pendekatan luas
daerah bangun datar. Untuk itu perhatikan gambar berikut ini.

Masalah c, yaitu 1 :1/3. tidak dapat kita selesaikan dengan cara


serperti masalah a dan juga tidak dapat kita selesaikan dengan cara
seperti masalah b. Untuk itu, kita perlu definisi baru untuk
menyelesaikan masalah seperti masalah c ini. Definisi itu adalah
sebagai berikut: a : b = n jika dan hanya jika n x b = a
Dengan definisi itu, akan kita coba menyelesaikan masalah c, yaitu
1 : 1/3 = .., artinya ..x 1/3 = 1 Dengan kalimat biasa kita dapat
mengatakan bahwa 1 : 1/3 sama dengan berapa, sama dengan kalimat

24
berapa kali 1/3 agar sama dengan 1. Akhirnya, kita dapat menemukan
bahwa 1 : 1/3 = 3 karena 3 x 1/3 =1
1 1
Masalah d, yaitu : tidak dapat secara langsung kita selesaikan
2 3

dengan cara seperti menyelesaikan masalah a maupun masalah b;


tetapi sebagai langkah awal kita dapat menggunakan definisi baru ini
seperti menyelesaikan masalah c.
1 1 1 1
: = ., artinya . x = Langkah berikutnya, perhatikan
2 3 3 2

gambar berikut ini.

Dari gambar di atas tampak bahwa kita memerlukan 1 kali


bidang gelap gambar a agar dapat tepat menutup bidang gelap gambar
1 1 1 1 1 1
b. Dengan kata lain, 1 2 3 = 2 atau 2 3 = 1 2 .

Dengan menggunakan algoritma, masalah pembagian di atas dapat


diselesaikan sebagai berikut:

25
4. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan Desimal
Kita telah mempelajari operasi pada bilangan pecahan biasa dan
kita juga telah memahami konsep bilangan pecahan desimal.
Pemahaman kita tentang operasi pada bilangan cacah dan konsep
bilangan pecahan desimal sangat membantu dalam menjalankan
operasi pada bilangan pecahan desimal. Ada beberapa operasi pada
bilangan pecahan desimal yang akan dibahas di sisni, yaitu
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
a. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan.
Pada operasi penjumlahan dan penguarangan dua buah
bilangan pecahan desimal, kita harus memanfaatkan sistem nilai
tempat. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Isilah titik-titik berikut ini dengan bilangan yang tepat sehingga
menjadi kalimat yang benar!
1) 0,412 + 0,543 =

26
Jawab.
1) 0,412 = 0 + 0,4 + 0,01 + 0,002
0,543 = 0 + 0,5 + 0,04 + 0,003 +
= 0 + 0,9 + 0,05 + 0,005
= 0 + 0,900 + 0,050 + 0,005
= 0,955.
Dengan menggunakan sistem nilai tempat yang dinyatakan
secara lebih eksplisit, masalah ini dapat diselesaikan sebagai
berikut:

Dengan demikian, 0,412 + 0,543 = 0,955.


Cara lain yang dapat digunakan sebagai adalah:
0,412
0,543 +
0,005 (2 perribuan ditambah 3 perribuan)
0,050 (1 perratusan ditambah 4 perratusan)
0.900 (4 perpuluhan ditambah 5 perpuluhan)
0,000 (0 satuan ditambah 0 satuan)
0,955
Cara yang cepat yang sering digunakan oleh banyak guru
adalah
0,412
0,543 +
0,955

27
E. Perbandingan

F. Skala

G. Soal Latihan
I. Pilihan Ganda
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih jawaban yang
paling tepat!
1. Daerah yang diarsir pada gambar berikut ini menunjukkan
pecahan . . . .
a. 5/9
b. 4/9
c. 3/9
d. 1/9
2. Pecahan yang senilai dengan 4/6 adalah
a. 4/5
b.
c. 2/3
d.
3. Yang merupakan pecahan senama adalah
a. , 1/3 , 3/6, 5/9
b. 2/3, 3/2, 2 2/3, 3 2/3
c. 1/3 , 2/3 , 4/3, 5/3.
d. , 1/3, , 1/5.
4. Bentuk paling sederhana dari 54/72 adalah
a. 2/3
b.
c. 8/9
d. 7/12
5. Bentuk persen (%) dari pecahan 4/5 adalah

28
a. 60%
b. 70%
c. 80%
d. 90%
6. Bentuk desimal dari pecahan 3/5 adalah
a. 0,3
b. 0,42
c. 0,56
d. 0,6
7. Hasil penjumlahan paling sederhana dari 5/6 + 2/4 adalah
a. 4/3
b.
c. 1/3
d. 5/3
8. Hasil operasi hitung dari 7/9 4/9 adalah
a. 1/9
b. 1/6
c. 1/3
d. 1/2
9. Hasil perkalian dari x 3/10 adalah
a. 3/4
b. 3/40
c. 1/40
d. 4/30
10. Hasil pembagian dari 4/8 : 9/10
a. 4/9
b. 9/5
c. 5/9
d. 9/4

29
II. Essay
1. Pak Tohar dapat menyelesaikan pembuatan sebuah lemari dalam
waktu 6 hari. Jika pekerjaan itu dikerjakan secara bersama-sama
dengan Pak Karyo, ternyata dapat diselesaikan dalam waktu 2 hari.
Seandainya pekerjaan itu diselesaikan oleh Pak Karyo sendiri,
berapa hari akan selesai?
2. Ibu mempunyai gula 3/4 kg yang akan dibuat kue. Satu resep kue
memerlukan kg gula. Berapa resep yang dapat dibuat ibu?
3. Di rumah nenek akan diadakan acara arisan. Bibi mengambil 10
cangkir beras dari tempat beras untuk dimasak. Setiap satu cangkir
beras beratnya kg. Ibu memberi 3 kg beras untuk dibuat
menjadi lontong. Berapa kg jumlah beras yang dimasak?

H. Kunci Jawaban

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk Q = a/b, b 0, a dan b
bilangan bulat. a dinamakan pembilang, b dinamakan penyebut, dan garis
di bawah a dan di atas b disebut garis pecahan. Untuk mengenalkan
konsep pecahan diperlukan alat peraga yang berupa benda-benda kongrit
yang mudah dibagi menjadi beberapa bagian sama besar dan gambar-
gambar yang menunjukkan luas derah suatu bangun, atau gambar garis
bilangan.
Bilangan pecahan senama adalah nama lain dari suatu bilangan
pecahan, atau bilangan-bilangan pecahan yang mempunyai penyebut yang
sama. Bilangan pecahan sejati atau murni adalah bilangan pecahan yang
pembilangnya lebih kecil dari penyebutnya dan faktor antara pembilang
dan penyebut hanya bilangan 1. Bilangan pecahan campuran adalah
bilangan pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya, atau
bilangan pecahan yang lebih besar dari 1.
Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat
penting untuk dikuasai sebagai bekal untuk mempelajari bahan
matematika berikutnya dan bahan bukan matematika yang terkait.
Memang tidak mudah membawa para siswa mampu memahami konsep
dan makna pecahan. Ini berarti bahwa pembelajaran pecahan memerlukan
perhatian, kesungguhan, keseriusan, ketekunan, dan kemampuan
profesional. Mengingat secara alami tingkat berpikir yang dominan dapat
meniadakan kesulitan para siswa, maka pembelajaran pecahan dapat
menggunakan dan memanfaatkan benda-benda manipulatif dan keadaan
realistik di sekitar kehidupan dan lingkungan siswa. Benda atau bahan
manipulatif adalah bahan-bahan yang dapat dipegang, dipindah-pindah,
dipasang, dibolak-balik, diatur/ditata, dilipat/dipotong dan dapat dimain-
mainkan oleh siswa. Dengan benda-benda manipulatif tersebut diharapkan
31
para siswa mempunyai pengalaman memanipulasikan sendiri benda-benda
itu untuk memahami konsep dan makna, sehingga mereka akan lebih
mendalami dan menghayati bahan matematis yang sedang mereka pelajari.
Dengan pengalaman yang realistik, sesuai dengan keadaan di sekitar
kehidupan dan lingkungan mereka, mereka akan merasakan bahan
matematis yang diberikan mempunyai kaitan nyata dan manfaat dengan
situasi yang mereka alami setiap hari.

B. Saran
Memang diakui bahwa tidak mudah membawa para siswa mampu
memahami konsep dan makna pecahan. Apa yang kami paparkan pada
makalah ini adalah salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan siswa
dalam memahami konsep dan makna pecahan. Untuk itu kepada teman-
teman seprofesi, kami harapkan apa yang kami tulis ini dapat
dikembangkan atau diperbaiki jika ada yang masih kurang pas dalam
mengatasi kesulitan siswa memahami konsep dan makna pecahan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Erwin Permana. 2012. Makalah Metode Think Pair and Share. Diakses pada
URL: http://erwinblog-erwinpermana12.blogspot.com/2012/03/makalah-
metode-think-pair-share.html. Diakses tanggal 22 Maret 2014

Idonbiu. 2009. Pembelajaran Cooperative Learning. Diakses pada URL:


http://www.idonbiu.com/2009/05/pembelajaran-cooperative-learning.htm).
Diakses tanggal 22 Maret 2014

Muhsetyo, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Sriudin. 2011. Model Pembelajaran Think Pair and Share. Diakses pada URL:
http://www.sriudin.com/2011/07/model-pembelajaran-think-pair-and-
share.html. Diakses tanggal 22 Maret 2014

Sukayati. (2003). Pecahan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan
Penataran Guru (PPPG) Matematika.

Tugiono. (2013). Pecahan Senilai. Dapat diakses melalui URL : http://mastugino.


blogspot.com/2013/07/pecahan-senilai.html. Diakses pada tanggal 24
Maret 2014

33

Anda mungkin juga menyukai