Anda di halaman 1dari 5

1

9-A
ANALISIS KORELASI

 Koefisien korelasi Pearson berguna untuk mengukur tingkat keeratan hubungan linear
antara 2 variabel.
 Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai +1. Nilai korelasi negative berarti hubungan antara 2
variabel adalah negatif, artinya apabila salah satu variabel menurun, maka variabel lainnya
akan meningkat. Sebaliknya, nilai korelasi positif berarti hubungan antara variabel adalah
positif, artinya apabila salah satu variabel meningkat maka variabel lainnya meningkat pula.
 Suau hubungan antara 2 variabel dikatakan berkorelasi kuat apabila makin mendekati 1
atau -1. Sebaliknya, hubungan antara 2 variabel dikatakan lemah apabila semakin
mendekati 0.

# LANGKAH ANALISIS KORELASI #


A. Menentukan Hipotesis
Hipotesis untuk uji korelasi adalah:
H0 : ߩ = 0
H1 : ߩ ≠ 0
Keterangan:
ߩ adalah korelasi antara 2 variabel

B. Menentukan Daerah Penolakan atau Menentukan Taraf Nyata


Kita menolak H0 apabila P-value < ߙ, misalkan ditetapkan ߙ = 5%.
Untuk membuat interpretasi analisis korelasi, ada beberapa hal yang harus diingat, yaitu:
1) Koefisien korelasi hanya mengukur hubungan linear. Jika ada hubungan non-linear,
maka koefisien korelasi bernilai 0.
2) Koefisien korelasi sangat sensitive terhadap nilai ekstrim.
3) Kita bisa membuat korelasi hanya jika variabel memiliki hubungan sebab akibat.
2

C. Menghitung korelasi antara beberapa variabel dengan menggunakan Minitab adalah sebagai
berikut:
1) Masukkan data ke dalam worksheet. Data dari setiap variabel dimasukkan ke kolom
masing-masing.
Contoh:

2) Pilih STAT  BASIC STATISTICS  CORRELATION


3

3) Masukkan variabel yang akan dilihat korelasinya ke dalam “variables” dengan men-
double click daftar variable di sebelah kiri. Lalu klik “OK”.

4) Hasil akan disajikan di window session seperti di bawah ini.

Dari output tersebut dapat dilihat bahwa kedalaman substrat memiliki korelasi dengan
kepadatan gastropoda karena P-Value < 5%. Hubungan antara kedalaman substrat dan
kepadatan gastropoda bersifat negatif dengan nilai Pearson Correlation sebesar 99,3%.

 Analisis korelasi juga bisa dilakukan untuk banyak variabel. Sebagai contoh di bawah ini
disajikan kelimpahan jenis udang dari 4 stasiun pengamatan. Analisis korelasi dilakukan
untuk mengetahui apakah keberadaan satu jenis udang memiliki korelasi dengan
keberadaan jenis udang yang lainnya.
4

Data dimasukkan ke dalam worksheet sebagai berikut:

Output yang didapat adalah sebagai berikut:

Pada output tersebut dapat dilihat bahwa ada korelasi antara Penaeus penicillatus dengan
Alpheus saxidomus, antara Penaeus penicillatus dengan Penaeus latisulcatus, dan antara
Penaeus latisulcatus dengan Alpheus saxidomus; kesimpulan tersebut diambil karena nilai P-
Value untuk masing-masing korelasi tersebut < 10%. Kalau kita menetapkan taraf nyata
5%, maka korelasi hanya ada antara Penaeus penicillatus dengan Alpheus saxidomus dan
antara Penaeus penicillatus dengan Penaeus latisulcatus.
5

Rangkuman hasil analisis korelasi dari data kelimpahan udang ini adalah sbb:
PEARSON P- KETERANGAN
KORELASI ANTARA
CORRELATION VALUE
Penaeus penicillatus dengan -0,984 0,016 Korelasi bersifat negatif
Alpheus saxidomus dengan tingkat 98,4%.
Hal ini diperkirakan karena
Penaeus penicillatus dan
Alpheus saxidomus memiliki
relung ekologi yang sama
sehingga terjadi kompetisi
antara keduanya.
Penaeus penicillatus dengan -0,960 0,040 Korelasi bersifat negatif
Penaeus latisulcatus dengan tingkat 96%.
Hal ini diperkirakan karena
Penaeus penicillatus dengan
Penaeus latisulcatus memiliki
relung ekologi yang sama
sehingga terjadi kompetisi
antara keduanya.
Penaeus latisulcatus dengan 0,933 0,067 Korelasi bersifat positif
Alpheus saxidomus dengan tingkat 93,3%.
Hal ini mungkin dikarenakan
adanya hubungan simbiosis
mutualistik antara kedua
jenis udang ini. Masing-
masing jenis udang ini
memiliki pakan yang berbeda
sehingga tidak terjadi
kompetisi dalam mencari
makan.

Anda mungkin juga menyukai