SEMINAR KELAS
“IPTEK dan Seni dalam Islam”
Kelompok 10
I. PENDAHULUAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga kelompok 10 beserta teman-teman kelas PAI07 dapat
menjalankan diskusi terkait ‘IPTEK dan seni dalam pandangan islam’ dengan
lancar dan kondusif. Kami berterimakasih kepada Bapak Syarif Hidayatullah
selaku dosen pengampu Pendidikan Agama Islam 07 yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mempresentasikan hasil kerja kami. Pada
kesempatan kali ini, presentasi yang ke-10 dijalankan oleh moderator bernama
Dandi Ramadhan dengan pemateri yaitu teman-teman kelompok 10.
IX. REFERENSI
Hamdani, F. 2017. Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi
Komunikasi. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Medan.
Medan.
Felix, J. 2012. Pengertian Seni Sebagai Pengantar Kuliah Sejarah Seni Rupa.
Jurnal Humaniora, 3(2): 614-621
X. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat kelompok 10 apabila terdapat penelitian namun
bertentangan dengan hukum dan syariat Islam? (Shafa Salsabila)
Jawaban:
Pengembangan IPTEK yang lepas dari syariat Islam tidak akan berniai
ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan
alam lingkungannya. Bahkan akan menjadi malapetaka bagi
kehidupannya sendiri (Mochammad Alvian Rizky Saputra)
2. Bagaimana pendapat kelompok 10 terkait pekerjaan seni peran atau aktris?
(Aura Zahwa Syaira)
Jawaban:
Seni peran atau pekerjaan aktor tidak ada pada zaman dulu baik pada
zaman Nabi, Sahabat, Tabi'in maupun pada masa ulama madzhab empat.
Oleh karena itu, pendapat tentang halal haramnya seni drama peran
umumnya dikeluarkan oleh kalangan ulama kontemporer (Arab,
muashirun). Ada dua pendapat ulama kontemporer tentang seni drama
peran yaitu (a) halal atau boleh dengan syarat dan (b) haram atau tidak
boleh secara mutlak. Pendapat pertama yang membolehkan adalah dengan
alasan bahwa drama peran adalah termasuk dalam bidang muamalah. Dan
hukum asal dari masalah muamalah adalah boleh (ibahah) dengan syarat
(a) apabila tema atau topiknya tidak haram; dan (b) apabila tidak
bersamaan dengan sesuatu atau perilaku yang haram. Contoh perilaku
yang haram seperti persentuhan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahram, menampakkan aurat, memainkan peran minum minuman
keras / alkohol, dll. Pendapat kedua, seni akting hukumnya haram secara
mutlak karena ia dianggap sebagai budaya Barat yang kafir. Sedang
menyerupai orang kafir hukumnya haram. Pendapat ini dikeluarkan
umumnya oleh ulama Wahabi. (Gisheila Regita C).
3. Kenapa pada abad akhir-akhir ini peneliti atau ilmuwan jarang berasal dari
Islam? Kenapa mayoritas dari barat? (Kharisma Damar Jati)
Jawaban:
Hal ini terjadi karena cara pandang muslim yang sempit. Umat muslim
yang memiliki ketaatan yang amat sangat cenderung menutup sebelah
mata pada perkembangan ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia.
Sebagian mereka yang sebenarnya memiliki potensi intelektual lebih
mempertahankan pemikiran lampau daripada membuka diri untuk
pembaharuan. Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa Eropa yang lebih
terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan terus berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat menciptakan berbagai
inovasi terkemuka di dunia. (Rizky Setyawan).
Selain itu, ada faktor rendahnya apresiasi terhadap prestasi yang terjadi di
negara-negara yang mayoritas beragama Islam. Jika dibandingkan dengan
abad dahulu ketika ilmu pengetahuan dirajai oleh Islam (yang mana ketika
masyarakatnya berprestasi maka pemerintah akan menjamin hidupnya)
maka akan sangat jauh berbeda. (Alifia Shafa Salsabilla).