Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR SEMESTER

SEMINAR KELAS
“IPTEK dan Seni dalam Islam”

Kelompok 10

Dandi Ramadhan 20/455734/PT/08414


Mochammad Alvian Rizky Saputra 20/459712/PT/08538
Rizky Setyawan 20/455776/PT/08456
Gisheila Regita C 20/455745/PT/08425
Alifia Shafa Salsabilla 20/459660/PT/08486
Yudhistira Hadyan W 20/459750/PT/08576

ILMU DAN INDUSTRI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
“IPTEK dan Seni dalam Islam”

I. PENDAHULUAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga kelompok 10 beserta teman-teman kelas PAI07 dapat
menjalankan diskusi terkait ‘IPTEK dan seni dalam pandangan islam’ dengan
lancar dan kondusif. Kami berterimakasih kepada Bapak Syarif Hidayatullah
selaku dosen pengampu Pendidikan Agama Islam 07 yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mempresentasikan hasil kerja kami. Pada
kesempatan kali ini, presentasi yang ke-10 dijalankan oleh moderator bernama
Dandi Ramadhan dengan pemateri yaitu teman-teman kelompok 10.

II. PENGERTIAN IPTEK SECARA UMUM


IPTEK atau Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang
gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah
(scientific method). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan
yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek
(Hamdani, 2017).

III. PENGERTIAN SENI SECARA UMUM


Seni merupakan gabungan dari pemikiran, keahlian yang melibatkan
keterampilan fisik dan hasil akhir yang termanifestasi dalam bentuk atau
gerakan. Berarti, seni adalah sebuah proses. Secara garis besar proses ini dapat
dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama akan dimulai dengan ide atau
pemikiran (felix, 2012).

IV. PENGERTIAN IPTEK DALAM ISLAM


Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui
prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad SAW. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya (Q.S. Al-A’laq;1-5).
Dalam pemikiran islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.
Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam
mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunah
rasul. Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran islam ada yang bersifat abadi
(mutlak) karena bersumber dari Allah SWT. Ada pula ilmu yang bersifat
perolehan (nisbi) karena bersumber dari akal pikiran manusia.

V. PENGERTIAN SENI DALAM ISLAM


Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan.
Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada
penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak
manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan
keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke
langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan
menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6].
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang
didoktrinkan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Ibnu Mas’ud
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat
sombong seberat atom.” Ada orang berkata,” Sesungguhnya seseorang
senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.” Nabi bersabda,”
Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong
adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR.
Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat
indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa
kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya,
spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya
sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan
keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :
“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi).
Jikalau kata-kata dalam nyanyian merupakan perkataan-perkataan yang tidak
berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM
nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena,
mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram
hukumnya.

VI. PANDANGAN ALQURAN, HADIST, ULAMA, DAN DALIL


TERHADAP IPTEK
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi
dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Di dalamnya terkandung tiga
unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu
dan amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an
Surat Ibrahim (14:24-25). Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul
Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar
dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan
dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan
teknologi dan seni.

QS: Ibrahim :24-25

Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan


tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat
manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi
kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan
dan ketakwaan kepada Allah akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi
kehidupan ummat manusia termasuk bagi lingkungannya. Dengan demikian
manusia harus selalu meningkatkan kemampuannya dalam ipteknya dan
semakin bertambah imannya kepada Allah SWT (QS. Thaha:114 dan QS.
Yusuf:72).
Iptek dalam Al Quran tidak dapat terbantahkan. Al Quran menjadi
sangat berperan penting sbg pedoman hidup agar kita tdk terjerumus pd hal-
hal yg negatif sbg dampak berkembangnya IPTEK. Al Quran dan agama
harus senantiasa kita jadikan sbg tuntunan utk menjalani kehidupan. Jika kita
menjadikan Aqidah Islam sbg landasan IPTEK, bukan berarti bahwa konsep
IPTEK wajib bersumber kpd Al Quran dan Al Hadits, artinya bukan berarti
bahwa ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan lain sebagainya, harus
didasarkan pd ayat tertentu dalam Al Quran, tetapi yg dimaksud adl konsep
IPTEK wajib berstandar pd Al Quran dan Al Hadits. Singkat kata IPTEK tdk
boleh bertentangan dgn Al Quran.
Surat Ar-Rahman ayat 33
‫ِّْ َإ لا ِّ َ لن لْج َ ََر َْ َع َاي‬ َ َ َ َ ِّ ‫يق لْ َج ا َ َُُتْتِِّ ْ َ َن‬
‫ْ َعَ ت َْ لِ لن َِ َ ل‬ ‫ْ ل‬َ ‫س َْ َر‬
‫ت ََ َيِِّ ل‬ ‫اَي َإُتْتِِّ َِ َِّْ َ َق ل‬
‫ا ِّ ا‬ ‫َا‬
َ‫ين ِل اا ا َ َُُتْتِن‬
ِ َْ ََ ‫ت‬
‫ٍل ت‬
Artinya : "Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan(dari Allah)"(Q.S. Ar-Rahman ayat
33).
Kandungan Surat Ar-Rahman ayat 33 :
Ayat ini menyeru jin dan manusia jika mereka sanggup menembus,
melintasi penjuru langit dan bumi karena tajut akan siksaan dan hukuman
Allah, mereka boleh mencoba melakukannya, mereka tidak akan berbuat
demikian. Demikian mereka tidak mempunyai kekuatan sendiri pun dalam
menghadapi kekuatan Allah SWT.
Menurut sebagian ahli tafsir, pengertian -Sultan- pada ayat ini adalah
ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan ilmu pengetahuan /
teknologi manusia dapat menembus ruang angkasa.
Surat Yunus Ayat 101
‫س الف َْياَِّ ِّ َإ ت‬
‫ر ترِِّ رت لل‬ ‫ت ََ َيِِّ ل‬ ‫َِ َِّْ َ َق ل‬
‫ا ِّ ا‬ ‫اتنَ لُْتمنَ َا رَ َم ِو َْ َج َِِّ ُُّْ ت تق ِّ َ اَيست ا ت َنُلف َِ َْي‬
Artinya : Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di
bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (Q.S. Yunus ayat
101).
Kandungan Surat Yunus ayat 101 :
Surat Yunus ayat 101 menganjurkan manusia mengadakan
pengkajian, penelitian dan pengamatan tentang fenomena alam yang ada di
langit dan bumi. Dengan melakukan hal tersebut diharapkan manusia bisa
mengambil manfaat sebesar-besarnya bagi ilmu pengetahuan agar bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan dalam hidupnya.

VII. PANDANGAN ALQURAN, HADIST, ULAMA, DAN DALIL


TERHADAP SENI
Ada dua kelompok yang memperdebatkan mengenai seni di
dalam islam apakah diperbolehkan atau tidak diperbolehkan, keduanya
mempunya rujukan yang sangat kuat dengan segala penafsirannya perihal
seni di dalam Al Quran dan As sunah.
1. Kelompok Yang Memperbolehkan
Berdasarkan dalil yang ada didalam Al Quran:
a. Surat Ar Rum ayat 30
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui ( Ar Rum. 30 )”
b. Surat Al A'raf ayat 180
“ Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-
Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-
orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-
nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan (Al A'raf 180)”
2. Kelompok Yang Tidak Memperbolehkan
Pada zaman umat-umat terdahulu, terdapat tradisi membuat
gambar-gambar atau patung orang-orang saleh dikalangan mereka yang
meninggal dunia. Hal itu secara perlahan berubah makna, sehingga
gambar dan patung tersebut dikuduskan dan kemudian dipertuhankan
selain Allah, ditakuti, diharapkan, serta disembah sebagai berhala. Oleh
sebab itu, Rasulullah mengancam bahwa
membuat gambar atau patung (dengan tujuan kesyirikan) akan mendapat
dosa yang sangat
besar. Adapun dalil-dalil yang digunakan dan dapat dipertanggung
jawabkan juga,antara lain:
a. Surat Al-Anbiya : 51-52,63-64
“Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah
kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui
(keadaan)nya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya
dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat
kepadanya?( Al-Anbiya : 51-52)”
“Ibrahim menjawab: Sebenarnya patung yang besar itulah yang
melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka
dapat berbicara. Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan
lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang
menganiaya (diri sendiri)" ( Al-
Anbiya : 63-64 )”
b. Surat Nuh : 23
“Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa´,
yaghuts, ya´uq dan nasr" ( Surat Nuh. 23 )”
Islam adalah agama yang realistis. Islam tidak menuntut dan tidak
mengasumsikan umat manusia agar seluruh kata-katanya adalah dzikir,
seluruh diamnya adalah pikir, seluruh pendengarannya adalah lantunan Al-
Quran, dan semua waktu luangnya berada di masjid. Akan tetapi mengakui
eksistensi mereka secara seutuhnya, fitrah dan instingnya, yang telah Allah
ciptakan dengannya. Allah SWT telah menciptakan mereka dengan tabiat
bersuka cita, bersenang-senang, tertawa, bermain-main, sebagaimana mereka
diciptakan senang makan dan minum.
Jadi, seni dalam Islam terutama yang berkaitan dengan musik,
nyanyian, maupun lagu tidaklah selalu mutlak bahwa itu haram. Dengan
catatan, tujuannya adalah untuk kebaikan, misalnya mengajak jihad
fisabilillah, dan menentang kemungkaran, misal ajakan menjauhi zina. Syair
hendaknya berisi tentang pujian-pujian terhadap Allah dan RasulNya,
menyemangati untuk amar ma’ruf nahi munkar, serta tidak bertentangan
dengan prinsip tauhid dan syara’.Selama tidak bertentangan dengan syariat
dan mengagungkan Allah SWT maka itu diperbolehkan.
VIII. KESIMPULAN
1. Pada slide 4. Merujuk pada Surah Ibrahim ayat 24 – 25. Menurut Islam
antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni memiliki hubungan
yang erat nan harmonis yang disatukan pada suatu sistem yang disebut
Dienul Islam. Pada rujukkan ayat tersebut Dienul Islam sendiri
mengibaratkan Dienul Islam seperti pohon dimana iman adalah akar
yang menjadi pokok pikiran atau landasan utama, dilanjutkan dengan
ilmu yang kita pelajari sebagai batang dari pohon tersebut (Ilmu yang
kita peroleh harus lah bernutrisi dan mengandung kebaik – kebaikan
didalamnya, dengan begitu diharapkan dapat membentuk batang yang
kokoh), yang kemudian amal identic dengan buah atau kebaikan yang
bisa kita petik lalu kita sebarkan kebahagian itu kepada sesama (Seni dan
IPTEK). Walaupun begitu tentu, selalu ada dampak negative dari segala
yang positif maka dari itu kita harus berpedoman kepada Al – Quran dan
ajaran agama untuk menyaring/mem-filter dampak negative dari seni dan
iptek
2. Pada slide 5 dan 6 telah disebutkan. Terdapat perbedaan didalam
pendapat pandangan islam terhadap seni untuk saudara setuju dengan
pendapat manapun kita kembalikan kepada individu masing – masing.
Namun yang ingin kami angkat adalah Diatara pihak yang setuju
maupun yang tidak dari kedua pendapat tersebut. Teknologi dan seni
yang kita pakai atau yang kita tekuni ada baiknya harus membawa kita
atau mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan menjauhi segala
larangan yang telah ditentukan.

IX. REFERENSI
Hamdani, F. 2017. Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi
Komunikasi. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Medan.
Medan.
Felix, J. 2012. Pengertian Seni Sebagai Pengantar Kuliah Sejarah Seni Rupa.
Jurnal Humaniora, 3(2): 614-621
X. PERTANYAAN
1. Bagaimana pendapat kelompok 10 apabila terdapat penelitian namun
bertentangan dengan hukum dan syariat Islam? (Shafa Salsabila)
Jawaban:
Pengembangan IPTEK yang lepas dari syariat Islam tidak akan berniai
ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan
alam lingkungannya. Bahkan akan menjadi malapetaka bagi
kehidupannya sendiri (Mochammad Alvian Rizky Saputra)
2. Bagaimana pendapat kelompok 10 terkait pekerjaan seni peran atau aktris?
(Aura Zahwa Syaira)
Jawaban:
Seni peran atau pekerjaan aktor tidak ada pada zaman dulu baik pada
zaman Nabi, Sahabat, Tabi'in maupun pada masa ulama madzhab empat.
Oleh karena itu, pendapat tentang halal haramnya seni drama peran
umumnya dikeluarkan oleh kalangan ulama kontemporer (Arab,
muashirun). Ada dua pendapat ulama kontemporer tentang seni drama
peran yaitu (a) halal atau boleh dengan syarat dan (b) haram atau tidak
boleh secara mutlak. Pendapat pertama yang membolehkan adalah dengan
alasan bahwa drama peran adalah termasuk dalam bidang muamalah. Dan
hukum asal dari masalah muamalah adalah boleh (ibahah) dengan syarat
(a) apabila tema atau topiknya tidak haram; dan (b) apabila tidak
bersamaan dengan sesuatu atau perilaku yang haram. Contoh perilaku
yang haram seperti persentuhan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahram, menampakkan aurat, memainkan peran minum minuman
keras / alkohol, dll. Pendapat kedua, seni akting hukumnya haram secara
mutlak karena ia dianggap sebagai budaya Barat yang kafir. Sedang
menyerupai orang kafir hukumnya haram. Pendapat ini dikeluarkan
umumnya oleh ulama Wahabi. (Gisheila Regita C).
3. Kenapa pada abad akhir-akhir ini peneliti atau ilmuwan jarang berasal dari
Islam? Kenapa mayoritas dari barat? (Kharisma Damar Jati)
Jawaban:
Hal ini terjadi karena cara pandang muslim yang sempit. Umat muslim
yang memiliki ketaatan yang amat sangat cenderung menutup sebelah
mata pada perkembangan ilmu pengetahuan dari berbagai belahan dunia.
Sebagian mereka yang sebenarnya memiliki potensi intelektual lebih
mempertahankan pemikiran lampau daripada membuka diri untuk
pembaharuan. Hal ini berbanding terbalik dengan bangsa Eropa yang lebih
terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan terus berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat menciptakan berbagai
inovasi terkemuka di dunia. (Rizky Setyawan).
Selain itu, ada faktor rendahnya apresiasi terhadap prestasi yang terjadi di
negara-negara yang mayoritas beragama Islam. Jika dibandingkan dengan
abad dahulu ketika ilmu pengetahuan dirajai oleh Islam (yang mana ketika
masyarakatnya berprestasi maka pemerintah akan menjamin hidupnya)
maka akan sangat jauh berbeda. (Alifia Shafa Salsabilla).

Anda mungkin juga menyukai