Anda di halaman 1dari 21

Critical Book Report (CBR)

“Analisis Buku tentang Model Pembelajaran Discovery Learning”

Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Metode Pembelajaran Kontemporer

Dosen pengampu : Susilawati Amdayani,S.Si., M.Pd.

DISUSUN
OLEH :

NAMA KELOMPOK :
1. DEVITA SURI AIRINA (4171131009)
2. EZRA CLAUDIA SITUMORANG (4163131011)
3. FAYADDAH (4173131013)

KELAS : KIMIA DIK B 2017


JURUSAN : KIMIA
PROGRAM : S-1 PENDIDIDKAN KIMIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas Makalah ini, tak lupa pula shalawat bertangkaikan
salam kami hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah Nabi besar kita
Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan semoga kita menjadi
salah satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran
dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan ini,
kami ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua pihak
yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan makalah CBR ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Metode Pembelajaran
Kontemporer Susilawati Amdayani, S.Si., M.Pd. yang telah membimbing kami sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah makalah ini, dengan selesainya makalah ini kami berharap agar
makalah ini nantinya bisa menjadi bukti bahwa kami telah melaksanakan tugas makalah yang
dilakukan pada 30 Oktober 2020. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat. Amin.

Medan,30 Oktober 2020

TIM PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 3
1.3 Identitas Buku ...................................................................................... 3

BAB II Ringkasan Buku................................................................................ 5


2.1 Ringkasan Buku 1 ............................................................................... 5
2.2 Ringkasan Buku 2 ................................................................................ 8
2.3 Ringkasan Buku 3 ................................................................................ 9

BAB III Kelebihan dan Kekurangan Buku ................................................. 15


3.1 Buku 1 ................................................................................................. 15
3.2 Buku 2 .................................................................................................. 15
3.3 Buku 3 .................................................................................................. 16

BAB IV Penutup ............................................................................................ 17


4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 17
4.2 Saran .................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18

ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kurikulum 2013 telah memberikan konsep pembelajaran yang berpusat pada
siswa yang dimana pada kurikulum-kurikulum sebelumnya selalu menawarkan
pembelajaran berbasis kompetensi dan berpusat pada guru. Tentu saja, kurikulum
akan selalu diperbarui dari tahun ke tahun guna menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Saat ini, seluruh dunia berada pada era revolusi industri 4.0,
dimana penggunaan teknologi dan internet menjadi dominasi didalamnya.
Kurikulum 2013 memang baik untuk pendidikan masa kini. Tetapi seperti yang telah
diketahui, kualitas pendidikan di Indonesia tidak merata. Sampai kapanpun hal ini
akan terjadi apabila pemerintah tidak memberi supportnya dalam pemerataan
pendidikan. Namun, sejauh ini pemerintah Indonesia sudah mengusahakan yang
terbaik demi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan revolusi industri 4.0.
Guru memegang peranan penting dalam pembelajaran di kelas. Begitu
banyak kemajuan teknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, posisi guru tidak dapat sepenuhnya
tergantikan. Itu dapat diartikan guru merupakan hal terpenting bagi keberhasilan
pendidikan. Contoh kegiatan yang dapat dihasilkan oleh guru adalah
menyediakan/menyiapkan media pembelajaran yang dibuat sendiri, mengemas
materi pelajaran menjadi bahan ajar dan LKPD, menyiapkan konsep pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan PAIKEM dan lainnya. Hal tersebut juga dilakukan
oleh pendidik pada jenjang perguruan tinggi, yaitu dosen.
Peran pendidik memegang peranan penting motivasi belajar atau unsur
perkembangan yang lain. Pendidik harus selalu memacu dirinya untuk menjadi yang
terbaik guna pengoptimalan perkembangan peserta didik maupun diri sendiri.
Keberhasilan seorang pendidik dengan kompetensinya, dapat dilihat dari peserta
didik yang antusias dengan materi yang diberikan dan berimbas pada hasil belajar
yang maksimal (Sutarno et al., 2011).
Perguruan tinggi di Indonesia mengikuti acuan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dimana KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri
bangsa Indonesia terkait dengan pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional

1
dan sistem penilaian kesetaraan yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan SDM
dari capaian pembelajaran yang dimiliki setiap insan pekerna Indonesia dalam
menciptakan hasil karya serta kontribusi yang bermudu di bidang pekerjaannya
masing-masing (Jendral et al., 2015). KKNI mengharuskan perguruan tinggi untuk
memperjelas profil lulusannya sehingga dapat disesuaikan dengan kelayakan dalam
sudut pandang analisa kebutuhan masyarakat melalui capaian masing-masing
program studi yang ada di universitas.
Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) di Universitas
Muhamamdiyah Sidoarjo memiliki visi “Menjadi fakultas yang unggul dan inovatif
dalam pengembangan ilmu Psikologi dan Pendidikan berbasis
IPTEKS berdasarkan nilai-nilai Islam untuk kesejahteraan masyarakat”.
Tentu saja visi FPIP sudah mencerminkan tujuan KKNI, yaitu menghasilkan lulusan
yang profesional yang mementingkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan FPIP lebih
lengkapnya adalah sebagai berikut: (1) menghasilkan lulusan yang profesional dalam
penguasaan Psikologi Terapan dan Ilmu Pendidikan berdasarkan nilai-nilai Islam; (2)
menghasilkan penelitian yang mendukung proses pembelajaran Psikologi Terapan
dan Ilmu Pendidikan untuk kesejahteraan masyarakat; (3) menghasilkan pengabdian
kepada masyarakat di bidang psikologi terapan dan pendidikan untuk kesejahteraan
masyarakat; (4) menghasilkan kerjasama dengan lembaga di dalam dan luar negeri
pada bidang psikologi terapan dan ilmu pendidikan; (5) meningkatnya tata kelola
secara profesional berdasarkan nilai-nilai Islam; dan (6) meningkatnya pembinaan
dan pengembangan prestasi mahasiswa bidang akademik dan non akademik
(Muhammadiyah, 2019).
Dari tujuan FPIP diatas, dapat dipahami bahwa Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) berusaha mencetak generasi guru di masa mendatang
yang memahami nilai-nilai Islam dan mampu menerapkan pendekatan Saintifik
sehingga calon guru siap menghadapi era revolusi industri saat ini. Usaha yang
dilakukan oleh peneliti adalah menyiapkan model pembelajaran yang diinovasikan
sedemikian rupa dengan memasukkan integrasi Islam dan Saintifik. penelitian serupa
telah dilakukan pada subjek penelitian peserta didik tunatera MI/SD Kelas IV SD.
Penelitian tersebut menghasilkan perangkat pembelajaran dengan mengembakan
modul IPA Braille berbasis integrasi Islam dan Sains (Mukaromah, 2018). Hasil
penelitian lain meyimpulkan bahwa pendekatan saintifik harus dilihat dalam konteks
usaha bangsa Indonesia dalam menyiapkan generasi mendatang yang memiliki

2
intelektual tinggi dan menghargai kerja keras. Sebab sains dapat menjadi alat untuk
merekonstruksi masyarakat dengan cara yang lebih manusiawi yang tentu saja sejalan
dengan nilai-nilai Islam (Junaidi, 2017). Berawal dari situlah, model pembelajaran
dalam penelitian ini yang telah diinovasikan adalah mengusung konsep Cognitive
Apprenticeship (CA) yang pernah digunakan pada penelitian sebelumnya. CA atau
yang dikenal dengan konsep pemagangan kognitif merupakan suatu bentuk partisipasi
terbimbing yang insentif dalam pembelajaran yang difasilitasi oleh guru/dosen. Pada
akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran CA
yang diintegrasikan nilai Islam dan Saintifik sehingga mahasiswa siap dapat
memahami model yang dikenalkan dan dapat menerapkannya dikemudian hari.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui isi ketiga buku mengenai materi discovery learning
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan ketiga buku

1.3 Identitas Buku


Buku I
1. Judul Buku : Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah
2. Pengarang : Muhammad Afandi, S.Pd., M.Pd., Eva Chamalah, S.Pd., M.Pd., &
Oktarina Puspita Wardani, S.Pd., M.Pd.,
3. Penerbit : UNISSULA Press
4. Tahun terbit : 2013
5. Kota terbit : Semarang
6. Halaman : 141
7. ISBN : 978-602-7525-64-1

Buku II
1. Judul Buku : Strategi Pembelajaran Untuk Siswa Sekolah Dasar dan PAUD
2. Pengarang : Mohammad Syarif Sumantri dan Renti Oktaria
3. Penerbit : Roil Print
4. Tahun terbit : 2014
5. Kota terbit : Jakarta
6. Halaman : 120 halaman
7. ISBN : 978-602-98623-1-7

3
Buku III
1. Buku : Inovasi Model Pembelajaran
2. Pengarang : Nurdyansyah,S.Pd.,M.Pd dan Eni Fariyatul Fahyuni.M.Pd.I
3. Penerbit : Nizamia Learning Center Sidoarjo
4. Tahun terbit : 2016
5. Kota terbit : Sidoarjo
6. Halaman : 175
7. ISBN : 978-602-6937-21-6

4
BAB II
Ringkasan Buku

2.1 Ringkasan Buku I


Metode Discovery Learning
a. Pengertian Metode Discovery Learning
Menurut Djamarah (2008: 22) Discovery Learning adalah belajar mencari dan
menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan
pelajaran yang tidak berbentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari
dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan
masalah. Secara garis besar prosedurnya adalah demikian:
1) Simulation. Guru bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh peserta
didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
2) Problem statement. Anak didik diberi kesempatan mengidebtifikasi berbagai
permasalahan.
3) Data collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis ini, anak didik diberi kesenpatan untuk mengumpulkan berbagai informasi
yang relevan.
4) Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu,
5) Verification atau pembuktian. Berdasarkan hasih pemngolahan dan pembuktian,
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu kemudian dicek.
6) Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik
belajar menarik kesimpulan.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-
sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode
ini: 1) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; 2)
Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; 3)
Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai
dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; 4) Dengan menggunakan
strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat

5
dikembangkan sendiri; 5) Siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan
problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Metode penemuan telah berkembang dari berbagai gerakan pendidikan dan
pemikiran yang mutakir, misalnya :
1) Gerakan pendidikan progresif, yang terutama tidak puas dengan keformilan yang
kosong dari isi sebagian besar pendidikan.
2) Pendekatan yang berpusat pada anak Pendekatan ini menekankan pentingnya
menyusun kurikulum dalam istilah sifat anak dan partisipasinya dalam proses
pendidikan.
b. Langkah-langkah metode pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1) identifikasi kebutuhan siswa;
2) seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi
pengetahuan;
3) seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4) membantu dan memperjelas (tugas/ problema yang akan dipelajari, peranan
masing-masing siswa).
5) mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6) mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas–
tugas siswa.
7) memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
8) membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan oleh siswa.
9) memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan
dan mengidentifikasi proses.
10) merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.
11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
12) membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya.
c. Kelebihan dan kelemahan metode Discovery Learning
1) Kelebihan metode Discovery Learning
a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan
dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan
terus dalam penemuan terpimpin.

6
b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari
pengertian; retensi, dan transfer.
c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa
merasakan jerih payah penyelidikannya, menemuk an keberhasilan dan kadang–
kadang kegagalan.
d) Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga
ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit dapat
suatu proyek penemuan khusus.
f) Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan pada diri sendiri melalui proses - proses penemuan.
g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka
dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk
menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
2) Kelemahan metode Discovery Learning
a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan
siswa yang sudah biasa dengan perencanan dan pengajaran secara teradisional.
d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya
sikap dan ketrampilan.
e) Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba
ide–ide mungkin tidak ada.
f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif,
kalau berfikir kreatif, kalau pengertian– pengertian yang akan ditemukan telah
diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses–proses dibawah pembinaannya.

7
2.2 Ringkasan Buku II

Pembelajaran Penemuan (Discovery)


Dalam pembelajaran penemuan (Bergstrom & O’Brien, 2001; Wilcox,
1993), siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa memeroleh
pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan
sendiri prinsip-prinsip (Robert E Slavin, 2011 : 8). Pembelajaran penemuan ada
dua jenis, yaitu penemuan murni (anak mencari tahu dan menemukan sendiri hasil
temuannya) dan penemuan terpimpin. Dalam penemuan terpimpin, guru
memainkan peran yang lebih aktif, dengan memberikan petunjuk, menata bagian-
bagian kegiatan, atau memberikan garis besar.
Discovery terpimpin merupakan suatu model pengajaran yang dirancang
untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antarkonsep. Ketika
menggunakan strategi ini, guru menyajikan contoh-contoh pada siswa, memandu
mereka saat mereka berusaha menemukan pola-pola dalam contoh-contoh
tersebut, dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu
mendeskripsikan gagasan yang diajarkan oleh guru (David A Jacobsen, 2009 :
209).
Contoh kegiatan :
Kegiatan belajar di sentra matematika, anak diminta menemukan apa saja dari
alam untuk berhitung, misal pengambil batu ukuran besar dan kecil. Kemudian
anak menemukan perbandingan dari keduanya, dan dapat membedakan mana batu
yang lebih besar dan yang lebih kecil.

Metode Penemuan (discovery-inquiry)


Metode penemuan adalah cara penyajian materi pelajaran dimana siswa
dikondisikan untuk mencari sendiri berbagai konsep, prinsif dan pemecahan
masalah untuk dikuasainya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Gilstrap (1975) mendefiniskan metode penemuan (discovery method) sebagai
suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau
pengaturan / pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum
generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat. Metode ini membutuhkan
penundaan penjelasan tentang temuan-temuan penting sampai siswa menyadari

8
sebuah konsep. Metode penemuan memungkinkan para siswa menemukan
informasi dan materi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal
ini berimplikasi terjadi peralihan peran dan fungsi guru yang semula sebagai
penyampai informasi menjadi sebagai pengelola interaksi pembelajaran. Aktifitas
terpusat pada siswa baik secara individual maupun kelompok (Gage & Berliner,
1984).
Metode ini digunakan dengan tujuan (a) meningkatkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam memperoleh dan memroses perolehan belajar, (b) menyiapkan
siswa untuk belajar seumur hidup, (c) memanfaatkan sumber belajar selain guru,
dan (d) melatih siswa mengeksplorasi dan memanfaatkan lingkungannya sebagai
sumber informasi.
Metode yang mungkin digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini
adalah metode eksperimen dan demonstrasi. Secara garis besar, strategi
pembelajaran discovery inquiry dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a. Pengajuan masalah
b. Merumuskan masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Analisis data
f. Verifikasi
g. Generalisasi

2.3 Ringkasan Buku III

A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang di
desain, diterapkan, dan di evaluasi secara sistematis oleh guru dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Pendapat beberapa ahli mengenai model pembelajaran antara lain:
1) Menurut Adi, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajarn untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

9
2) Menurit Mulyani, model pembelajaran merupakan suatu pola atau rencana yang dipakai
guru dalam mengorganisasikan materi pelajaran, maupun kegiatan siswa dan dapat
dijadikan petunjuk bagaimana guru mengajar di depan kelas (seperti alaur yang diikutinya).
3) Menurut Babbage, Byers, & Redding, model pembelajaran didefinisikan sebagai berikut:
a. A broad philosophy with a theoretical underpinning and a prescribe range of techniques.
b. A philosophy wich dictates approach and methods and is usually presented as a whole
packaged
c. A description of set of styles and suggested teaching practices which prescribe how pupils
are taught
4) Menurut Samatowa, model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu deskripsi dari
lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain
unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-
buku kerja, program multimedia, dan bantuan melalui program komputer.
5) Menurut Paul D. Eggen, disebutkan bahwa the model was described as being potentially
large in scope, capable of organizing several lessons or a unit of study.
6) Menurut Arends, menyatakan bahwa istilah model pengajaran mengarah pada suatu
pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem
pengelolaanya.
7) Menurut Sudirman, pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara
peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu
lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun
sikap, pengetahuan dan ketrampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Istilah model pembelajaran amat sangat dekat dengan strategi pembelajaran. Menurut
Sofan Amri mendefinisikan strategi, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran antara lain
sebagai berikut:
a. Strategi pembelajaran adalah seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah
dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut.
b. Pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa
dalam mencapai tunjuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan.
c. Metode pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran.
d. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus atau metode pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta
kesiapan siswa.

10
2. Dasar-dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan di gunakan dalam kegiatan
pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
a. Pertimbangan terhadap tujuanyang akan di capai
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
d. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
3. Ciri-ciri dan unsur-unsur model pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu
b. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas
c. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1) urutan langkahlangkah pembelajaran,
2) adanya prinsip-prinsip reaksi, 3) sistem sosial, dan 4) sistem pendukung, keempat bagian
tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model
pembelajaran.
d. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. dampak tersebut meliputi:
(1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat di ukur, (2) dampak pengiring, yaitu
hasil belajar jangka panjang.
e. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang
di pilihnya.
Model pembelajaran memiliki beberapa unsur, yaitu:
a. Memiliki nama.
b. Merupakan landasan filosofis pelaksanaan pembelajaran.
c. Melandaskan pada teori belajar dan teori pembelajaran.
d. Mempunyai tujuan atau maksud tertentu.
e. Memiliki pola pada langkah kegiatan belajar mengajar (sintaks) yang jelas.
f. Mengandung komponen-komponen, seperti guru, peserta didik, interaksi guru dan peserta
didik, dan alat untuk menyampaikan model.

B. Model Discovery Learning


1. Pengertian Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk

11
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku.
Menurut Kirschner istilah discovery learning (belajar penemuan) di ungkapkan
pertama kali oleh Bruner yang berlawanan dengan reception learning (belajar penerimaan).
Baik discovery learning maupun rote learning bisa bermakna hafalan tergantung pada
dikatakan atau tidaknya pengetahuan baru dengan struktur kognitif siswa.
Menurut Roestiyah discovery learning adalah cara untuk menyampaikan ide atau
gagasan lewat penemuan. Menurut Balim discovery learning adalah salah satu level
pembelajaran inkuiri yang bertujuan agar siswa menemukan konsep dengan panduan guru.
Menurut Westwood, pebelajaran dengan model Discovery Learning
akan efektif jika terjadi hal-hal berikut:
a. Proses belajar dibuat secara terstruktur dengan hati-hati
b. Peserta didik memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar.
c. Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan peserta didik untuk melakukan
penyelidikan.
Wilcolx mengatakan dalam Discovery Learning yaitu peserta didik di dorong untuk
belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri. Melalui pembelajaran penemuan, diharapkan peserta didik terlibat
dalam penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk
menemukan hukum atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut. Pembelajaran
penemuan disusun dengan asumsi bahwa observasi yang teliti dan dilakukan dengan hati-hati
serta mencari bentuk atau pola dari temuannya (dengan cara induktif) akan mengarahkan
peserta didik kepada penemuan hukum-hukum atau prinsip-prinsip.
Discovery Learning merupakan pembelajaran yang mempunyai kaitan intelektual
yang jelas dengan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada kedua model ini, guru
menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan kepada
deduktif, dan peserta didik diberikan ide-ide atau teori tentang dunia. Pada pembelajaran
penemuan, guru mengajukan pertanyaan dan memperbolehkan peserta didik untuk
menemukan ide dan teori mereka sendiri.
Menurut Oemar Discovery learning paling baik dilakukan dalam bentuk kelompok
belajar yang kecil, namun juga dapat dilakukan dalam kelompok belajar yang besar dan
komunikasi dalam pembelajaran discovery dapat dilakukan satu arah ataupun dua arah
tergantung besarnya kelas.

12
1. Langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning
Langkah-langkah dalam model pembelajaran Discovery Learning sebagai berikut:
a. Stimulation (pemberian rangsangan). Pada kegiatan ini guru mulai bertanya mengajukan
persoalan, atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian memuat
permasalahan
b. Problem Statement (mengidentifikasi masalah). Peserta didik diberi kesempatan berbagai
permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang lebih menarik dan fleksibel
untuk di pecahkan.
c. Data collecting (mengumpulkan data). Pada tahapan ini peserta didik diberikan
pengalaman mencari dan mengumpulkan data atau informasi yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi pemecahan masalah yang di hadapi.
d. Data processing (mengolah data). Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik
untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan
pengetahuan konseptualnya untuk di aplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini
juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
e. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek
kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan, antara lain
bertanya kepada teman, berdiskusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau
media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulam.
f. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik di giring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa,
sehingga kegiatan ini juga dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.

3. Keunggulan dan Kelemahan Model Discovery Learning


Beberapa keunggulan model Discovery Learning, yaitu:
a. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan ketrampilan
dalam proses kognitif
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan
mengendap dalam pikiran peserta didik
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat
lagi
d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat
masing-masing

13
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan diri sendiri dengan proses menemukan sendiri
karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

4. Kelemahan Model Discovery Learning


Beberapa kelemahan model Discovery Learning, yaitu:
a. Peserta didik harus memilki kesiapan dan kematangan mental, peserta didik harus berani
dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
b. Keadaan kelas kenyataannya gemuk jumlah peseta didik nya maka model ini tidak
mencapai hasil yang memuaskan
c. Guru dan peserta didik yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode
DL akan mengecewakan
d. Ada kritik, bahwa proses dalam model DL terlalu mementingkan proses pengertian saja,
kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi peserta didik.

5. Petunjuk Mengatasi Kelemahan Model Discovery Learning


Carin memberi petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan model DL, antara
lain:
a. Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh peserta didik
b. Memilih metode yang sesuai kegiatan DL
c. Menentukan lembar pengamatan data untuk peserta didik
d. Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap
e. Menentukan dengan cermat apakah peserta didik akan bekerja secara individu atau secara
kelompok yang terdiri dari 2-5 peserta didik, mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan
dikerjakan oleh peserta didik untuk mengetahui kesulitan yang mungkin timbul atau
kemungkinan untuk modifikasi.

14
BAB III
Kelebihan Dan Kekurangan Buku

3.1 Buku I
 Kelebihan :
1. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, penggunaan font pada materi
model pembelajaran ini sudah baik, rapi, dan sistematis.
2. Dari aspek isi buku ini disusun secara spesifik. Dilengkapi penjelasan materi
tentang model- model pembelajaran, glosarium dan daftar pustaka
3. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif dan
mudah dimengerti oleh pembaca.
4. Dari aspek kelayakan penyajian (teknik penyajian, pendukung penyajian,
penyajian pembelajaran) pada buku ini disajikan dengan baik dan informatif.

 Kekurangan :
1. Dari aspek isi buku ini masih ada beberapa hal yang harus ditambahkan misalnya
contoh penerapan model pembelajaran dalam beberapa materi di Sekolah.
2. Dari segi tampilan, buku ini kurang menarik karena warna covernya hanya putih
dan tulisan yang berwarna hitam sehingga kurang menarik perhatian pembaca

3.2 Buku II
 Kelebihan :
1. Dari aspek tata letak, serta tata tulis, penggunaan font pada materi model
pembelajaran ini sudah baik dan tersusun secara sistematis.
2. Dari aspek isi buku ini disusun secara spesifik. Dengan adanya pembahasan
tentang strategi pembelajaran, pemilihan metoe dan media pembelajaran, dan
sebagainya.
3. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif dan
mudah dimengerti oleh pembaca.

 Kekurangan :
1. Dari aspek isi buku ini masih belum lengkap karena untuk pembahasan discovery,
pembahasan pada buku ini masih sedikit dan merupakan sub bab materi.

15
2. Dari segi tampilan, buku ini kurang menarik karena tidak dilengkapi cover yang
tujuan cover adalah agar pembaca dapat mengetahui identitas buku ini.

3.3 Buku III


 Kelebihan :
1. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, penggunaan font pada materi
model pembelajaran ini sudah baik, rapi, dan sistematis.
2. Dari aspek isi buku ini disusun secara spesifik. Dilengkapi penjelasan materi
tentang model - model pembelajaran, dan daftar pustaka serta tabel dan gambar
untuk memperjelas materi.
3. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang komunikatif dan
mudah dimengerti oleh pembaca.
4. Dari aspek kelayakan penyajian (teknik penyajian, pendukung penyajian,
penyajian pembelajaran) pada buku ini disajikan dengan baik dan informatif.
5. Dari segi tampilan, buku ini cukup menarik karena memiliki cover yang penuh
dengan warna dan gambar yang menarik perhatian pembaca

 Kekurangan :
1. Tidak adanya kekhusussan pembahasan pada pengaplikasian model dalam
pembelajaran sehingga pembaca masih harus mencari sumber lain untuk
menuangkannya dalam praktik kegiatan belajar mengajar.
2. Belum disajikan contoh kongkret pemakaian model dalam pembelajaran riil.

16
BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan

Menurut Djamarah (2008: 22) Discovery Learning adalah belajar mencari dan
menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan
pelajaran yang tidak berbentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari
dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan
masalah. Metode ini digunakan dengan tujuan (a) meningkatkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam memperoleh dan memroses perolehan belajar, (b) menyiapkan
siswa untuk belajar seumur hidup, (c) memanfaatkan sumber belajar selain guru, dan
(d) melatih siswa mengeksplorasi dan memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber
informasi. Menurut Oemar discovery learning paling baik dilakukan dalam bentuk
kelompok belajar yang kecil, namun juga dapat dilakukan dalam kelompok belajar
yang besar dan komunikasi dalam pembelajaran discovery dapat dilakukan satu arah
ataupun dua arah tergantung besarnya kelas.
Dari ketiga buku yang kami review, masing-masing buku memiliki kelebihan
dan kekurangan buku sehingga perlunya pemahaman terhadap model pembelajaran
Discovery Learning agar dapat menganalisis buku yang baik dan tepat untuk
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar ketika menjadi seorang guru nantinya.

4.2 Saran

Berdasarkan review buku yang kami lakukan, ketiga buku memiliki kelebihan
dan kekurangan sehingga pengajar harus mencari referensi lain agar dapat menambah
wawasan pengajar dalam menerapkan model pembelajaran discovery learning
nantinya. Dari etiga buku tersebut kami menyarankan pembaca untuk lebih
memahami buku pertama karena pada buku I atau buku pertama pembahasan
Discovery Learning lebih dijelaskan secara rinci disbanding buku lainnya. Buku
kedua dan ketiga pembahasan discovery tidak dikupas tuntas dan pembahasan materi
hanya sedikit pada sub bab materi yang ada di buku tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M., Eva, C., dan Oktarina, P, W. (2013). Model dan Metode Pembelajaran di
Sekolah. Semarang : UNISSULA Press.

Nurdyansyah., dan Eni, F, F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo : Nizamia


Learning Center Sidoarjo.

Sumantri, M, S., dan Renti, O. (2014). Strategi Pembelajaran Untuk Siswa Sekolah Dasar
dan PAUD. Jakarta : Roil Print.

18

Anda mungkin juga menyukai